Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Hormon berasal dari bahasa Yunani, hormon "yang menggerakkan". Hormon merupakan zat
kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, Harmon mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ
lain dalam tubuh mahluk hidup. Fungsi hormon dalam tubuh adalah sebagai pengatur metabolisme,
pertumbuhan, dan perkembangan reproduksi. Di sisi lain, hormon juga berperan dalam
menanggapi stress dan tingkah laku sehingga menimbulkan pola dan model tertentu. Dalam kegiatan
tubuh, hanya sedikit hormon yang diperlukan, tetapi mempunyai pengaruh yang sangat luas. Hormon
seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke aliran
darah. Secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin pada janin dan bagi
perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan
peran dalam pengaturan perilaku seksual. Hormon seks utama dibedakan
menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini ada pada pria dan wanita, tetapi dalam kadar
yang berbeda. Kebanyakan pria memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari,
dibandingkan dengan wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap harinya.
Hormon-hormon seksual dilepaskan di dalam zakar laki-laki dan indung telur perempuan.
Tetapi, sistem ini memastikan bahwa pelepasan ini terjadi sangat jauh dari organ-organ ini, yaitu di
kelenjar pituitari dan daerah hipotalamus.
Zakar dan indung telur lalu mulai menghasilkan sel-sel kelamin yang tepat bagi laki-laki dan
perempuan dan melepaskan hormon seksual. Hormon LH dan FSH pada laki-laki dan perempuan
bersusunan molekuler sama, namun bertanggungjawab untuk proses-proses yang berbeda dalam tubuh
laki-laki dan perempuan.
Dalam ruas berjudul "Hormon-Hormon yang Dapat Mengatur Waktu dan Menghasilkan
Perbedaan di antara Kedua Jenis Kelamin", kita mengamati keajaiban bahwa hormon-hormon ini
berpengaruh berbeda dan bahwa keduanya bertahun-tahun menunggu untuk dilepaskan.

BAB II
Page
1

PEMBAHASAN
A. Hormon- Hormon Seksual
Dalam tubuh kita terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu alat-alat tubuh yang mengeluarkan zat-zat
tertentu. Kelenjar yang sudah kita kenal adalah kelenjar keringat dan kelenjar air ludah. Kelenjarkelenjar itu dinamakan kelenjar eksokrin (ekso=luar) karena menyalurkan zat-zat yang diproduksinya
langsung ke luar tubuh.
Di samping kelenjar eksokrin, terdapat kelenjar-kelenjar endokrin (endo=dalam) yang
mengeluarkan zat-zat yang tidak disalurkan ke luar tubuh, melainkan disalurkan langsung ke dalam
darah. Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar-kelenjar endokrin ini dinamakan hormon. Karena
hormon-hormon masuk ke dalam darah, maka hormon-hormon itu langsung beredar ke seluruh tubuh
dan pengaruhnya pun tersebar keseluruh tubuh. Di dalam tubuh kita terdapat berbagai kelenjar
endokrin. Namun, yang berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan seks adalah kelenjar pituitary
(kelenjar bawah otak), buah zakar (testis) pada laki-laki dan indung telur (ovarium) pada wanita.
1. Kelenjar Bawah Otak (pituitary)
Kelenjar ini sangat kecil dan terletak di sebuah rongga di bawah otak. Karena itulah
kelenjar pituitary dinamakan juga Kelenjar Bawah Otak. Kelenjar bawah otak ini penting
sekali karena hormon-hormon yang dikeluarkannya mempengaruhi kelenjar-kelenjar lain
dalam tubuh. Karena itu kelenjar ini dinamakan juga kelenjar induk. Beberapa di antara
hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak berpengaruh pada seksualitas,
yaitu :
a) Hormon pertumbuhan, yang mempengaruhi pertumbuhan badan terutama pada masa
remaja. Hormon ini merangsang tulang-tulang panjang (tulang-tulang tangan dan kaki),
sehingga tulang-tulang itu bertambah panjang dan anak yang bersangkutan bertambah
tinggi. Kelainan pada hormon ini dapat membuat orang menjadi terlalu pendek atau
terlalu panjang.
b) Hormon perangsang pada pria, yaitu hormon yang memengaruhi testis (buah zakar).
Pada remaja, hormon perangsang pria ini merangsang testis sehingga testis
memproduksi hormon testosteron dan androgen serta sel-sel benih laki-laki
(spermatozoa).
c) Hormon pengendali pada wanita yang memengaruhi indung telur (ovarium) untuk
memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron.
Page
2

Dalam keadaan hamil, hormon pengendali wanita ini yang juga berfungsi untuk
mengatur haid menjadi berlebihan (karena wanita yang bersangkutan tidak haid) dan
dibuang ke dalam air seni. Karena itulah adanya kehamilan dapat diketahui melalui
pemeriksaan air seni.
d) Hormon air susu yang mempengaruhi kelenjar susu wanita di masa wanita itu sedang
menyusui bayinya.

2. Testis
Setelah lahir, hipotalamus melepaskan sebuah hormon bernama LHRH setiap 3-4 jam,
namun jumlah yang dilepaskan sangat kecil. Sekitar 10 tahun kemudian, hipotalamus
benar-benar "memahami" bahwa waktu yang tepat telah tiba untuk membentuk tubuh lakilaki dan mulai melepaskan LHRH dalam selang yang lebih pendek. Hormon LHRH
bergerak ke mata kedua pada rantai perintah, kelenjar pituitari. Tak lama setelah menerima
perintah, kelenjar pituitari melepaskan hormon lain yang disebut LH. Hormon ini
memberikan perintah untuk mengaktifkan kelenjar seksual laki-laki, yaitu zakar.
Mengapa semua fungsi ini memerlukan waktu begitu lama sebelum mulai dan
bagaimanakah kita menjelaskan pengaturan waktu mekanisme ini? Jawaban pertanyaanpertanyaan ini masih belum diketahui dunia ilmiah. Bagaimanapun, sistem ini (yang
rahasianya belum dapat diungkapkan oleh manusia) telah berjalan sejak awal sejarah di
dalam tubuh setiap manusia.
Saat hormon LH mencapai zakar melalui aliran darah, sel-sel yang ada di sana mulai
menghasilkan suatu hormon bernama testosteron. Sel-sel yang menghasilkan testosteron
mengetahui bahwa waktunya telah tiba bagi tubuh yang ditempatinya untuk meninggalkan
masa kanak-kanak menjadi laki-laki dewasa. Rumus kimia testosteron yang dihasilkannya
akan mengubah seorang anak di dalam masa perkembangan menjadi laki-laki.
Molekul testosteron menyebar ke seluruh bagian tubuh dan mengetahui apa yang harus
dilakukannya pada sel-sel tertentu di daerah-daerah ini. Berikut ini adalah sejumlah fungsi
testosteron di dalam membentuk tubuh laki-laki:
Molekul-molekul testosteron menyebabkan perkembangbiakan sel-sel otot. Karena itu,
tuuh laki-laki lebih berotot dan kuat daripada tubuh perempuan. Peningkatan jumlah otot
menghasilkan penampakan tubuh khas laki-laki.
Pada saat yang sama, molekul-molekul testosteron mempengaruhi sel-sel pada akar
rambut, menyebabkan munculnya Janggut dan kumis.
Page
3

Testosteron mempengaruhi pita suara, menyebabkan suara laki-laki lebih rendah


daripada perempuan. Selain itu, molekul testosteron memberikan pada tubuh laki-laki
kemampuan membuahi telur perempuan.
Tentunya mengejutkan bahwa suatu molekul tak sadar dapat melakukan semua ini.
Molekul ini mengetahui kekhususan tubuh laki-laki dan mengarahkan trilyunan sel dalam
pembentukan tubuh ini.
Molekul testosteron tidak dibatasi untuk tugas-tugas ini saja. Bukti kentara perencanaan
dapat dilihat dalam mekanisme yang dipengaruhi hormon ini. Untuk mewujudkan
pengaruhnya, testosteron mencapai jaringan yang dituju (organ seksual laki-laki) dan
memasuki sel-selnya. Di dalam sel, testosteron menyatu dengan sebuah enzim yang
diciptakan secara khusus untuknya sehingga pengaruhnya meningkat pesat.
Hormon yang baru terbentuk ini lalu menyatu dengan sebuah reseptor yang dirancang
khusus untuknya. Campuran molekuler yang dihasilkan menyatu dengan DNA yang ada di
sel itu dan menggunakan informasi yang diterima dari DNA untuk mensintesis protein.
Proses ini memastikan bahwa perbedaan tubuh serta fungsi seksual antara laki-laki dan
perempuan terus berlanjut.
Inilah sistem yang diciptakan sedemikian tanpa cela sehingga mekanisme yang
terbentuk dari penyatuan tiga tahap testosteron-enzim-reseptor menemukan tempat yang
ditentukan baginya di antara tak terhitung kode-kode data yang ada pada DNA dan, dengan
informasi ini, memastikan produksi. Misalnya, untuk pertumbuhan janggut, sistem bekerja
pada daerah tertentu di DNA sel-sel akar rambut. Untuk merendahkan suara, sistem bekerja
pada daerah yang tepat di DNA sel-sel pita suara.
Informasi yang diberikan di sini sangat penting. Testosteron (C19H28O2) adalah
molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Bagaimanakah zatzat tak sadar dan tak bernyawa ini mengetahui bahwa informasi yang dibutuhkannya untuk
menjalankan fungsinya terletak dalam DNA? Yang lebih penting lagi, bagaimanakah zat-zat
ini dapat menemukan secara sangat cepat (dan cermat) beberapa kode yang dicarinya dari
sekitar 3 milyar kode (yang cukup untuk mengisi ribuan jilid ensiklopedia) dalam DNA?
Ratusan ilmuwan yang telah bekerja selama 10 tahun dengan teknologi tercanggih pada
Human Genome Project belum lama ini berhasil memetakan DNA. Namun, mereka masih
belum mengetahui bagian DNA mana yang berhubungan dengan organ, protein, atau
hormon apa di dalam tubuh manusia. Tetapi, estrogen (C18H28O2) sangat memahaminya
Page
4

dan menggunakan apa yang diketahuinya tanpa kesalahan selama bertahun-tahun di dalam
tak terhitung tubuh manusia.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi,
hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH.
Saat jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada
kelenjar pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika
jumlah testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan
zakar dan memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Dari sini, kita dapat menyimpulkan dengan yakin bahwa ada pertukaran informasi
antara kelenjar pituitari dan zakar. Dua kelenjar tak sadar saling mengendalikan produksi
dan bekerjasama memastikan pelepasan testosteron dalam jumlah yang pas bagi manusia,
dan mencegah bahaya yang mungkin timbul dari pelepasan testosteron yang terlalu sedikit
(atau terlalu banyak). Lebih tepatnya, di dalam kedua kelenjar, subsistem-subsistem
molekuler ditempatkan demi memastikan kerjasama yang serasi. Rancangan tanpa cela ini
menunjukkan bahwa sistem-sistem ini diciptakan untuk memenuhi suatu tujuan bersama.
Pada saat yang sama, hormon FSH yang dilepaskan kelenjar pituitari mulai
menghasilkan sperma di dalam zakar. Sel-sel sperma dirancang khusus untuk pembuahan
sel-sel telur. Contoh lain rancangan adalah dengan dimulainya masa remaja, FSH
dilepaskan dan sperma mulai dihasilkan di waktu yang tepat.
Testis memproduksi :
a) Hormon androgen dan testosteron yang sejak remaja menyebabkan tumbuhnya tandatanda kelaki-lakian pada orang yang bersangkutan, seperti kumis, jenggot, jakun, otot
yang kuat, suara yang berat, bulu kemaluan, ketiak dan sebagainya. Testosteron juga
menyebabkan timbulnya birahi (nafsu seks, libido). Pada wanita, hormon testosteron
dibuat juga dalam jumlah yang jauh lebih kecil oleh indung telur sehingga wanita juga
mempunyai birahi.
b) Benih laki-laki (spermatazoa). Sejak remaja spermatazao ini diproduksi beratus-ratus
juta setiap harinya, sampai orang yang bersangkutan berusia lanjut (kadang-kadang
sampai usia 60-70 tahun). Benih-benih inilah, yang jika bertemu dengan telur (ovum)
dalam rahim wanita, akan membuahi telur itu sehingga terjadi kehamilan.

3. Indung Telur (Ovarium)


Page
5

Organ terpenting dalam sistem reproduksi perempuan adalah indung telur, yang
masing-masing beratnya 10-20 gram. Indung telur membuat sel telur yang merupakan
setengah dari setiap orang yang baru lahir (setengah lainnya terbentuk dari sel sperma yang
berasal dari tubuh laki-laki).
Fungsi lain indung telur adalah menghasilkan hormon-hormon seksual. Inilah fungsi
yang sangat penting karena hormon-hormon ini menjadikan tubuh seorang anak menjadi
perempuan. Fungsi ini seperti seorang pemahat yang memahat patung, tetapi hormonhormon ini tak berada di luar tubuh seperti patung berada di luar tubuh pemahatnya,
melainkan (pada hormon) patungnya dibuat dalam tubuh.
Hormon-hormon seksual menghasilkan tubuh perempuan, misalnya, membuat tulang
panggul melebar karena pada masa kehamilan ini akan memberikan ruang yang dibutuhkan
bayi dalam rahim ibunya.
Bagaimanakah sel-sel yang menghasilkan hormon perempuan ini mengetahui bahwa
suatu saat perempuan mungkin hamil? Jika memiliki pengetahuan akan hal itu,
bagaimanakah sel-sel ini menyampaikan kepada sel-sel yang membentuk tulang panggul
seberapa besar harus tumbuh agar kelebarannya cukup? Bagaimanakah sel-sel ini
mengetahui ukuran tepat tulang panggul?
Selain itu, pada perempuan, penumpukan lemak di pinggul dan paha lagi-lagi hasil
pengaruh hormon estrogen secara fisik. Dalam tahap perkembangan anak laki-laki, bukan
lemak yang meningkat, melainkan otot. Pada perempuan, peningkatan jumlah lemak diatur
khusus untuk menyimpan tenaga yang akan dibutuhkan di masa kehamilan dan produksi
susu.
Hormon-hormon seksual menyebabkan pembentukan suara tinggi pada perempuan dan
suara rendah pada laki-laki. Bagaimanakah molekul-molekul hormon mengetahui
perbedaan antara suara laki-laki dan perempuan? Bagaimanakah molekul-molekul ini
memutuskan bahwa suara laki-laki harus rendah dan perempuan tinggi? Dan bagaimanakah
hormon-hormon dengan rumus yang sama menghasilkan suara tinggi pada perempuan dan
suara rendah pada laki-laki?
Bahwa hormon-hormon perempuan tak dilepaskan hingga usia tertentu merupakan
sebuah kearifan luar biasa. Hormon-hormon perempuan berperan saat tubuh perempuan
beranjak dewasa secara mental dan fisik; yaitu, saat dapat mengandung bayi dan
berkecerdasan serta kedewasaan untuk mengasuhnya. Pengaturan ini tentunya satu lagi
bukti bahwa manusia telah diciptakan menurut rencana yang pasti.
Page
6

Indung telur memproduksi :


a) Hormon Progesteron, bertugas untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telur
(ovum) sehingga siap untuk dibuahi. Jika sel telur telah dibuahi, progesteron ini
pulalah yang mengembangkannya lebih lanjut menjadi janin.
b) Hormon Estrogen, yaitu yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada
tubuh seseorang (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus dan lain-lain).
Hormon ini juga mengatur daur atau siklus haid. Hormon ini diproduksi antara usia
awal-remaja sampai usia berhentinya haid (lebih kurang 45 tahun).
c) Sel Telur, pada satu waktu tertentu (biasanya setiap 28 hari sekali), sel telur yang sudah
matang dilepas dari indung telur dan ditangkap oleh saluran telur untuk selanjutnya
dibuahi oleh spermatozoa atau dikeluarkan bersama-sama haid.
Seperti itulah dikatakan di atas, hormon-hormon pria (testosteron dan androgen) dibuat pula
pada wanita dan demikian juga sebaliknya, hormon-hormon wanita (estrogen dan progesteron)
diproduksi dalam tubuh pria. Karena itulah kadang-kadang kita menjumpai wanita yang punya ciri-ciri
kelaki-lakian (misalnya tumbuh kumis) atau laki-laki yang berciri-ciri wanita (misalnya suara dan
kulitnya halus). Akan tetapi, pada umumnya salah satu jenis hormon lebih dominan (lebih berpengaruh)
sesuai dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan.

B. Tanda-Tanda Seksual Sekunder


Seorang anak sejak memasuki usia remaja (lebih kurang usia 12 tahun) mulai menunjuka
perbedaan-perbadaan tubuh yang tidak terdapat pada anak-anak yang lebih kecil. Sejak usia remaja itu
kita bisa langsung membedakan pria dari wanita, misalnya dari kumis, suaranya yang berat, jakunnya,
otot-ototnya yang kuat dan lain-lain (pada pria). Pada wanita, bisa ditandai dari pinggulnya yang besar,
payudaranya, suaranya yang lembut dan lain-lain. Tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dari
wanita ini disebut tanda-tanda seksual sekunder.

C. Faktor-Faktor Pentebab Masalah Seksualitas pada Remaja


1. Meningkatnya Libido Seksualitas
Menurut Robert Havighurst, seorang remaja menghadapi tugas-tugas perkembangan
(developmental tasks) sehubungan dengan perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang
sedang terjadi pada dirinya. Tugas-tugas perkembangan itu antara lain adalah menerima
Page
7

kondisi fisiknya (yang berubah) dan memanfaatkan dengan teman sebaya dari jenis kelamin
yang mana pun, menerima peranan seksual masing-masing (laki-laki atau perempuan) dan
mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga (Jansen, 1985: 44-45).
Di dalam upaya mengisi peran sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido. Menurut Sigmund Freud, energi
seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Sedangkan menurut Anna Freud, fokus
utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek
seksual dan tujuan-tujuan seksual (Jansen, 1982).
2. Penundaan Usia Perkawinan
Di Indonesia, terutama di daerah-daerah pedesaan, masih terdapat banyak perkawinan
di bawah usia. Kebiasaan ini berasal dari adat yang berlaku sejak dahulu yang masih
terbawa sampai sekarang. Ukuran perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan
fisik belaka (haid, bentuk tubuh yang sudah menunjukan tanda-tanda seksual sekunder),
atau bahkan hal-hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan calin pengantin.
Misalnya, masa panen, utang-piutang antar orangtua dan sebagainya.
Akan tetapi, dengan makin meningkatnya taraf pendidikan masyarakat dan dengan
makin banyaknya anak-anak perempuan yang bersekolah, makin tertunda kebutuhan untuk
mengawinkan anak-anka. Para orang tua menyadari bahwa persiapan yang lebih lama
diperlukan untuk lebih menjamin masa depan anak-anak mereka, sehingga para orang tua
menyuruh anak-anaknya sekolah dulu sebelum mengawinkan mereka. Kecenderungan ini
terutama terjadi pada masyarakat di kota-kota besar atau di kalangan masyarakat kelas
sosial-ekonomi menengah ke atas. Dari pihak individu-individu yang bersangkutan,
menurut J.T. Fawcett, ada sejumlah faktor yang menyebabkan orang memilih untuk tidak
menikah untuk sementara. Faktor-faktor itu antara lain adalah apa yang dinamakannya
costs (beban) dan barriers (hambatan) dari perkawinan. Yang termasuk dalam costs antara
lain adalah hilangnya kebebasan dan mobilitas pribadi, bertambahnya kewajiban-kewajiban
dan usaha, bertambahnya beban ekonomi. Sedangkan yang termasuk dalam barriers adalah
kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang menyulitkan perkawinan, adanya pilihan lain
ketimbang menikah, adanya hukum yang mempersulit perceraian atau perkawinan, adanya
keserbabolehan seksual, adanya persyaratan yang makin tinggi untuk melakukan
perkawinan dan adanya undang-undang yang membatasi usia minimum dari perkawinan.

Page
8

Dalam masyarakat, di man costs dan barriers tersebut terdapat dalam jumlah besar, maka
dengan sendirinya rata-rata usia perkawinan lebih tinggi (Fawcett, 1973).
3. Tabu-Larangan
Kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang menyulitkan perkawinan yang di
sebutkan oleh Fawcett tersebut muncul dalam masyarakat berbagai bentuk. Di dalam
masyarakat modern hubungan seks terjadi pranikah, bukan setelah menikah. Khususnya
dengan lebih permisifnya (keserbabolehan) hubungan pergaulan antara pria dan wanita.
Tertapi berbada dari adat sperma dan adat sifon yang berlaku di suku-suku terpencil,
hubungan seks pranikah tidak hanya dengan orang lain, melainkan termasuk dan terutama
dengan pacarnya sendiri. Dengan demikian, sama dengan pada masyarakat tradisional, pada
masyarakat modern juga tidak dapat diramalkan hubungan antara prilaku seks dengan pola
perkawinan. Akan tetapi sering kali masyarakat menganggap bahwa ada kaitan langsung
antara keduanya seakan-akan perkawinan berarti hubungan seks dan hubungan seks sama
dengan perkawinan.
Hubungan seks di luar perkawinan, bukan hanya dianggap tidak baik, tetapi juga tidak
boleh ada, bahkan sering dianggap tidak pernah ada. Orang tua dan pendidik jadi tidak mau
terbuka atau berterus terang kepada anak-anak didik mereka tentang seks, takut kalau anak
itu jadi ikut-ikutan mau melakukan seks sebelum waktunya (sebelum menikah). Seks
kemudian menjadi tabu untuk dibicarakan, walaupun antara anak dengan orang tuanya
sendiri. Contoh yang sering terjadi adalah bila anak bertanya kepada ayah atau ibunya: dari
mana datangnya adik ? atau apakah diperkosa itu ? atau apakah homoseks itu ?, maka
biasanya orang tua menghindari memberi jawaban atau memberi jawaban bohong. Ditinjau
dari pandangan psikoanalisis, tabunya pembicaraan mengenai seks tentunya disebabkan
karena seks dianggap sebagai bersumber pada doronga-dorongan naluri di dalam id.
Dorongan-dorongan naluri seksual ini bertentangan dengan dorongan moral yang ada
dalam super ego, sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam
bentuk tingkah laku terbuka. Karena itu, remaja (dan juga banyak orang dewasa) pada
umumnya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi
tentang seks terutama sebelum ia bersenggama untuk pertama kalinya. Tabu-tabu ini
jadinya mempersulit komunikasi (Rogel & Zuechlke), 1982). Sulitnya komunikasi,
khususnya dengan orang tua pada akhirnya akan menyebabkan prilaku seksual yang tidak
diharapkan.
Page
9

4. Kurangnya Informasi tentang Seks


Lamanya waktu yang diperlukan untuk terjadinya hubungan seks (khususnya yang
pertama kali) dapat dimengerti karena memang diperlukan suasana hati tertentu untuk bisa
melakukan hal itu. Khususnya pada remaja putri, harus timbul perasaan cinta, perasaan
suka, percaya, menyerah dan sebagainya terhadap pasangannya. Tetapi sekali perasaan itu
timbul, apalagi kalau pihak laki-laki nya cukup tekun dan sabar untuk merayu pacarnya,
remaja putri sering kali tidak dapat lagi mengendalikan diri dan terjadilah hubungan seks
itu.
Melihat kenyataan ini, sebenarnya cukup waktu untuk remaja putra-putri itu untuk
mempersiapkan dirinya untuk mencegah hal-hal yang tidak dikehendaki. Akan tetapi pada
umumnya, mereka ini memasuki usia remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang
seks. Selama hubungan pacaran berlangsung pengetahuan itu bukan saja tidak bertambah,
akan tetapi malah bertambah dengan informasi-informasi yang salah. Hal yang terakhir ini
disebabkan orang tua tabu membicarakan seks dengan anaknya dan hubungan orang tuaanak sudah terlanjur jauh sehingga anak berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak
akurat, khususnya teman. Sikap mentabukan seka ini tidak hanya terdapat pada orang tua
saja, tetapi juga pada anak-anak itu sendiri. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh L.C.
Jensen terhadap pelajar-pelajar putri yang hamil menunjuka bahwa hampir semua
responden yang ditelitinya tidak tertarik, bahka jijik mendengarkan lelucon-lelucon tentang
seks atau gambar-gambar pria tanpa busana dan yang lebih penting lagi mereka tidak
pernah membaca buku-buku cabul. Dengan demikian mereka ini tidak terangsang oleh
banyaknya rangsangan yang sampai pada mereka. Akan tetapi, oleh Jensen dibuktikan lebih
lanjut bahwa terangsangnya mereka untuk berhubungan intim adalah karena fantasi-fantasi
sendiri tentang kemesraan dan cinta, yang jika ia mempunyai pacar diproyeksikan pada
pacarnya itu. Menurut Jensen, perasaan-perasaan ini bisa diperkuat oleh musik-musik
tertentu (Jensen, 1985). Dengan demikian, jelaslah bahwa sikap mentabukan seks pada
remaja hanya mengurangi kemungkinan untuk membicarakannya secara terbuka namun
tidak menghambat hubungan seks itu sendiri.
5. Pergaulan yang Makin Bebas
Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya dengan mudah bisa
disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Rex Forehand
(1997) mengemukaan bahwa semkain tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak
Page
10

remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa seorang remaja.


Karena itu, disamping komunikasi yang baik dengan anak, orang tua juga perlu
mengembangkan kepercayaan anak kepada orang tua sehingga remaja lebih terbuka dan
mau bercerita kepada orang tua sehingga remaja lebih terbuka dan mau bercerita kepada
orang tua agar orang tua bisa memantau pergaulan anak remaja.

BAB III
KESIMPULAN
HORMON

Page
11

Hormon berasal dari bahasa Yunani, hormon "yang menggerakkan". Hormon


merupakan zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, Harmon mempunyai efek
tertentu pada aktifitas organ lain dalam tubuh mahluk hidup.

Fungsi hormon dalam tubuh adalah sebagai pengatur metabolisme, pertumbuhan, dan
perkembangan reproduksi. Di sisi lain, hormon juga berperan dalam
menanggapi stress dan tingkah laku sehingga menimbulkan pola dan model tertentu.

Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin
langsung ke aliran darah. Secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis
kelamin pada janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal.

Hormon seks utama dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini
ada pada pria dan wanita, tetapi dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria
memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan
wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap harinya.
A. Hormon- Hormon Seksual
Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar-kelenjar endokrin dinamakan hormon.
Karena hormon-hormon masuk ke dalam darah, maka hormon-hormon itu langsung
beredar ke seluruh tubuh dan pengaruhnya pun tersebar keseluruh tubuh. Di dalam
tubuh kita terdapat berbagai kelenjar endokrin. Namun, yang berkaitan dengan
pertumbuhan tubuh dan seks adalah kelenjar pituitary (kelenjar bawah otak), buah
zakar (testis) pada laki-laki dan indung telur (ovarium) pada wanita.
Kelenjar Bawah Otak (pituitary)

Kelenjar ini sangat kecil dan terletak di sebuah rongga di bawah otak. Karena itulah
kelenjar pituitary dinamakan juga Kelenjar Bawah Otak. Kelenjar bawah otak ini
penting sekali karena hormon-hormon yang dikeluarkannya mempengaruhi kelenjarkelenjar lain dalam tubuh. Karena itu kelenjar ini dinamakan juga kelenjar induk.

Beberapa di antara hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak


berpengaruh pada seksualitas, yaitu :
1. Hormon pertumbuhan, yang mempengaruhi pertumbuhan badan terutama pada
masa remaja. Hormon ini merangsang tulang-tulang panjang (tulang-tulang tangan
Page
12

dan kaki), sehingga tulang-tulang itu bertambah panjang dan anak yang
bersangkutan bertambah tinggi.
2. Hormon perangsang pada pria, yaitu hormon yang memengaruhi testis (buah zakar).
3. Hormon pengendali pada wanita yang memengaruhi indung telur (ovarium) untuk
memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon-hormon estrogen dan progesteron.
4. Hormon air susu yang mempengaruhi kelenjar susu wanita di masa wanita itu sedang
menyusui bayinya.

2. Testis

Page
13

Anda mungkin juga menyukai