Anda di halaman 1dari 27

PERSEPSI DAN KURANGNYA KOMUNIKASI PENYEBAB PEMBERONTAKAN

DI PAPUA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah MPKT-A

Oleh:

Anggita Trini Dewi Sipayung (1906405905)

Angie Amamda Putri (1906406555)

Choirunnisa Fachryana Puspitasari (1906405312)

Edwin Aqil Faiq (1906405281)

Marcella Angelica Christina Saragih (1906405262)

Welby Naufal Arkaan (1906406145)

Widia Afrianti Putri (1906405565)


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami ucapkan pada Tuhan yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterimakasih pada
orang-orang yang berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi baru yang dapat
menambah pengetahuan pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini asih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini
menjadi lebih baik.

Depok, 29 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ….………….……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ….…………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ….………………………………………………….….…….… 1

1.2 Rumusan Masalah ….……………………………………………………….… 2

1.3 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 2

1.4 Metode Penulisan ….….…….………………………………………………… 2

BAB II KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Persepsi …………………………………………………………… 3

2.1,1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi …………………..……..….…… 3

2.1.2 Syarat-syarat Terjadinya Persepsi………………………..….……….……… 5

2.1.3 Proses Terbentuknya Persepsi ……………….……………………………… 5

2.2 Pengertian Komunikasi ……………………………………………………….. 5

2.2.1 Proses Komunikasi ………………………………………………………….. 6

2.2.2 Kerangka Pemahaman Komunikasi …………………………………………. 6

2.2.3 Hambatan dalam Komunikasi .…………………………………………….… 7

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Pemberontakan di Papua .……………………………….….……… 9

iii
3.2 Persepsi Penyebab Terjadinya Pemberontakan di Papua ….………..………… 11

3.3 Kurangnya Komunikasi Penyebab Terjadinya Pemberontakan di Papua ….…. 13

3.4 Dampak Pemberontakan di Papua ……………………………………….……. 14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemberontakan di Papua telah berlangsung sejak tahun 1965 hal ini dikarenakan
karena adanya kelompok pro kemerdekaan yang ingin memerdekakan Papua. Kelompok
ini bernama OPM atau Organisasi Papua Merdeka. Organisasi ini dibentuk untuk
mengakhiri provinsi Papua atau Papua Barat yang saat ini di Indonesia dan untuk
memisahkan diri dari Indonesia. Sejarahnya OPM dibentuk karena pada zaman kolonial
Papua atau pada waktu itu bernama Nugini Belanda dan Papua Nugini bergabung
menjadi sekutu pasukan Amerika Serikat menolak penjajahan Jepang di area Pasifik.
Setelah perang dunia berakhir Belanda membangun sistem pendidikan di Papua
sehingga dari kaum terpelajar inilah terbangun ide atau konsep nasionalisme Papua
yang menjadi akar dari gerakan memperjuangkan kemerdekaan Papua. Dari sisi sosial,
rakyat Papua tidak pernah terlibat langsung dalam arus nasionalisme Indonesia, baik
dalam peristiwa proklamasi maupun dalam pembentukan BPUPKI. Namun, Soekarno
dan M.Yamin tetap ingin memasukan Papua dalam wilayah Indonesia. Lalu, pada saat
proklamasi Papua dianggap menjadi bagian dari Indonesia, Belanda tidak mengakui hal
tersebut. Selanjutnya terjadi pengambilan suara rakyat Papua dan konflik-konflik yang
terus berlangsung.

Pada tahun 2019 ini konflik Papua kembali memanas. Sejak tanggal 19 Agustus
2019 terjadi unjuk rasa yang juga disertai dengan kerusuhan. Aksi unjuk rasa tersebut
dilakukan untuk menyikapi peristiwa penangkapan sejumlah mahasiswa asal Papua oleh
aparat kepolisian dan tentara di beberapa tempat di Jawa timur pada tanggal 17 Agustus
2019. Pada tanggal 19 Agustus 2019, ribuan orang berunjuk rasa di Manokwari.
Ratusan pengunjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor gubernur.
Menindaklanjuti aksi protes, Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia,
Rudiantara melakukan pembatasan akses internet di sekitar Sorong untuk memerangi
disinformasi. Pada tanggal 27 Agustus, Lukas Enembe melakukan dialog dengan para
mahasiswa asal Papua di Surabaya, namun mahasiswa tesebut memasang spanduk yang

1
bertuliskan “siapapun yang datang kami tolak.”. Dari sini terlihat adanya persepsi dan
kurangnya komunikasi yang menjadi penyebab pemberontakan di Papua.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa penyebab terjadinya pemberontakan di Papua?

Apa kaitan antara persepsi dan miskomunikasi dengan pemberontakan di Papua?

Siapa saja yang terlibat dalam pemberontakan di Papua?

Apa solusi penyelesaian dari kasus pembertontakan di Papua?

1.3 TUJUAN

Makalah ini dibuat untuk memberitahu pembaca bahwa kesalahan persepsi dalam
berkomunikasi merupakan hal yang penting dan dapat berakibat fatal dan mengetahui
analisis penyelesaian konflik yang ada di Papua.

1.4 METODE PENULISAN

Makalah ini menggunakan metode kualitatif berupa penjabaran.

2
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu
stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera
merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan
sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persepsi

Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam
diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

1. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2. Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau


memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu objek. Energi
tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan
hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

3. Minat

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau
perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance

3
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus
atau dapat dikatakan sebagai minat.

4. Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari objek-objek
atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5. Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang
dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.

6. Suasana hati

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana


perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
menerima, bereaksi dan mengingat.

Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan


dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah
sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana
seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi adalah :

1. Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu objek, maka semakin
mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.

2. Warna dari objek-objek

4
Objek-objek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be
perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

3. Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan
dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya
dari suatu objek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5. Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan
dalam jangkauan pandangan dibandingkan objek yang diam.

2.1.2 Syarat-syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004: 98)

1. Adanya objek yang dipersepsi

2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
mengadakan persepsi.

3. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian
sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.1.3 Proses Terbentuknya Persepsi

Menurut Miftah Toha (2003: 145) didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

1. Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu


stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

5
2. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa
penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.
Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya,
kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu
proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut
bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

2.2 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian
dari kehidupan manusia itu sendiri.Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi
dengan lingkungannya, Widjaja (2008:1). Menurut Ruslan (2008:83) bahwa komunikasi
merupakan alat yang penting dalam fungsi public relations. Publik menaungi dan
menghargai suatu kinerja yang baik dalam kegiatan komunikasi secara efektif dan
sekaligus kinerja yang baik tersebut untuk menarik perhatian publik serta tujuan penting
yang lainnya dari fungsi public relations. Menurut Suprapto (2011:6) komunikasi
adalah suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, komunikasi dapat disimpulkan merupakan


kegiatan interaksi yang dilakukan dari satu orang ke orang lain, sehingga akan tercipta
persamaan makna dan tercapai satu tujuan.

2.2.1 Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu:

1. Proses Komunikasi Secara Primer

6
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat,
gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan”
pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah
memakai lambang sebagai media pertama.

2.2.2 Kerangka Pemahaman Komunikasi

Ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni terbagi atas 3


konseptualisasi diantaranya:

1. Komunikasi Sebagai Tindakan Satu Arah

Komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu
lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) baik secara langsung (tatap muka)
ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau
televise, Mulyana (2008: 67).

2. Komunikasi Sebagai Interaksi

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses


sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Salah satu unsur yang dapat
ditambahkan dalam konseptualisasi ini adalah umpan balik (feed back, yakni apa yang
disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber
pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya,
Mulyana (2008:72).

3. Komunikasi Sebagai Transaksi

7
Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila
seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku
nonverbal. Mulyana (2008: 74).

Berdasarkan pengertian di atas, konseptualisasi komunikasi merupakan bagian

dalam melakukan komunikasi. Mulai dari komunikasi satu arah sehingga akan

tercipta interaksi penyetaraan sebab akibat, yang akhirnya akan terjadi transaksi

antara individu.

2.2.3 Hambatan Dalam Komunikasi

Menurut Ruslan (2008 : 9-10) hambatan-hambatan dalam komunikasi adalah

1. Hambatan Dalam Proses Penyampaian (Sender Barries)

Hambatan di sini bisa datang dari pihak komunikatornya yang mendapat kesulitandalam
menyampaikan pesan – pesannya, tidak menguasai materi pesan dan belum memiliki
kemampuan sebagai komunikator yang handal.Hambatan ini bisa jugaberasal dari
penerima pesan tersebut (receiver barrier) karena sulitnya komunikan dalam memahami
pesan itu dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penguasaan
bahasa, pendidikan, intelektual dan sebagainya yang terdapat dalam diri komunikan.
Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi dikarenakan faktor-faktor :feed backnya
bahasa tidak tercapai, medium barrier (media atau alat yang dipergunaan kurang tepat)
dan decoding barrier (hambatan untuk memahami pesan secara tepat).

2. Hambatan secara Fisik (Phsysical Barries)

Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya pendengaran kurang
tajam dan gangguan pada sistem pengeras suara (sound system) yang sering terjadi
dalam suatu ruangan kuliah/seminar/pertemuan. Hal ini dapat membuat pesan – pesan
itu tidak efektif sampai dengan tepat kepada komunikan.

3. Hambatan Semantik (Semantik Pers)

8
Hambatan segi semantik (bahasa dan arti perkataan), yaitu adanya perbedaan pengertian
dan pemahaman antara pemberi pesan dan penerima tentang satu bahasa atau
lambang.Mungkin saja yang disampaikan terlalu teknis dan formal, sehingga
menyulitkan pihak komunikan yang tingkat pengetahuan dan pemahaman bahasa teknis
komunikator yang kurang.

4. Hambatan Sosial (sychossial noies)

Hambatan adanya perbedaan yang cukup lebar dalam aspek kebudayaan, adat istiadat,
kebiasaan, persepsi, dan nilai – nilai yang dianut sehingga kecenderungan, kebutuhan
serta harapan – harapan kedua belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Pemberontakan di Papua

Pada tanggal 13-16 Agustus 2019, Benny Wenda sebagai peserta Forum Kepulauan
Pasifik sebagai delegasi negara Vanuatu meminta Majelis Umum PBB untuk meninjau
Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) dan mendesak PBB menggelar referendum
kemerdekaan Papua, hal ini membuat Indonesia geram dengan negara Vanuatu. Benny
yang sekarang bertempat tinggal di Inggris akan menggalang dukungan negara-negara
Pasifik bagi kemerdekaan Papua. Selain itu pada tanggal 15 Agustus 2019, dalam
rangka memperingati penandatanganan Perjanjian New York, terjadi aksi unjuk rasa di
beberapa kota, yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Malang, Jayapura, Ternate, dan
Ambon. Di Malang, unjuk rasa yang akan dimuali dari Stadion Gajayana hingga Balai
Kota Malang terhenti di Jalan Bromo. Sekelompok warga yang ada menolak aksi
mahasiswa tersebut dan pada akhirnya terjadi saling provokasi hingga saling
lempar-lemparan dan kejar-kejaran. Pada akhirnya personel polisi dan TNI membawa
mahasiswa tersebut guna menghindari bentrok yang semakin parah dan setelah
diperiksa lebih lanjut ternyata unjuk rasa di Malang belum mengantongi izin.

Di Surabaya terdapat kasus bendera merah putih, tiang bendera tersebut bengkok
sehingga bendera menyentuh tanah, di depan asrama mahasiswa Papua yang
menimbulkan kegaduhan. Pada tanggal 15 Agustus, anggota Satpol PP menancapkan
tiang berbendera Merah Putih di depan Asrama Kemasan. Pada tanggal 16 Agustus,
menurut versi pejabat kecamatan, tiang yang telah ditancapkan berpindah ke batas
asrama dan rumah sebelahnya, sementara menurut versi mahasiswa Papua, rombongan
pejabat kecamatan, koramil, dan polsekta mengecor tiang bendera baru yang titiknya
persis di lokasi sebelumnya. Pada pulu 16.00 sore, rombongan pejabat kecamatan,
koramil, dan polsekta kembali ke lokasi karena tiang tersebut bengkok ke arah tanah
dan menyentuh got. Kemudian TNI, Satpol PP, dan ormas reaksioner datang tanpa
pendekatan hukum dan main hakim sendiri. Menurut versi mahasiswa, salah satu pria

10
berseragam tentara mengelurkan kata-kata rasial, yaitu Komandan Koramil Tambaksari,
Mayot N. H. Irianto.

IAkibat perlakuan yang semena-mena dan kata-kata rasial, ribuan orang berunjuk
rasa di Manokwari. Ribuan mahasiswa Papua melakukan long march menuju Kantor
Gubernur Papua dan DPRD Provinsi Papua di Jayapura. Unjuk rasa berujung ricuh di
Manokwari, massa membakar gedung DPRD, membakar ban, memblokade jalan, serta
merusak beberapa kendaraan dan fasilitas umum. Selain itu, di lokasi Papua yang lain,
peserta unjuk rasa menurunkan bendera Merah Putih di depan kantor Gubernur,
memblokir jalan menuju Bandar Udara Sentani, serta pembakaran penjara kota yang
mengakibatkan 258 orang narapidana dan tahanan melarikan diri dan melukai beberapa
penjaga meskipun sebagian besar hanya melarikan diri dari api dan memeriksa keluarga
mereka, kebanyakan pelarian juga sudah kembali ke penjara. Di Fakfak, massa
membakar Pasar Tumburani dan memblokade jalan raya

Di Jakarta aksi long march dimulai dari Gedung Kemendagri menuju Istana Negara,
sesampainya disana, peserta unjuk rasa membuat lingkaran dan menarikan tarian wisisi
(tarian adat khas Papua) sambil diiringi musik serta mengibarkan bintang kejora. Di
Yogyakarta, aksi unjuk rasa yang terdiri dari organisasi termasuk non-Papua berjalan
dari Asrama Mahasiswa Kemasan Yogya menuju Titik Nol Kilometer menyanyikan
lagu tuntutan termasuk agar Papua Barat merdeka. Di Bandung, aksi unjuk rasa di
Gedung Sate diwarnai ketegangan antara massa dengan aparat kepolisian setelah aparat
memberikan miras kepada mahasiswa Papua dan mahasiswa Papua merasa kepolisian
telah merendahkan harga diri mereka. Di Bali, aksi unjuk rasa dimulai dari Lapangan
Renon menuju Bundaran Renon dengan membawa sejumlah spanduk dan meneriakkan
yel-yel dengan penjagaan oleh sejumlah polisi di sepanjang Bundaran Renon.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir layanan internet


di Papua sejak 19 Agustus 2019, pemblokiran ini akan berlangsung hingga situasi dan
kondisi di Papua normal, alternatifnya masyarakat dapat menggunakan layanan
panggilan telepon dan layanan pesan singkat/SMS. Kominfo melakukan perpanjangan
pemblokiran sesuai dengan evaluasi yang dilakukan Kominfo dengan aparat penegak
hukum dan instansi terkait pada tanggal 23 Agustus 2019, setidaknya 33 item dan total
849 URL informasi hoaks dan provokatif terkait isu Papua yang telah diidentifikasi

11
divalidasi, dan diverifikasi oleh Kominfo disebarkan ke ratusan ribu pemilik akun
media sosial.1

Di sisi lain, South East Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) bersama
17 organisasi lainnya akan menggelar aksi demonstrasi meminta Kominfo untuk
membuka akses internet di Papua karena dianggap merugikan dari sisi transparansi dan
melanggar hak digital masyarakat Papua. Aksi ini bertujuan untuk memberikan somasi
kepada Kominfo untuk segera mnacabut pemblokiran akses internet sesegera mungkin.

3.2 Persepsi Penyebab Terjadinya Pemberontakan di Papua

Dalam mempersepsikan suatu hal, individu mengorganisasi dan


menginterpretasikan apa yang ditangkap inderanya. Persepsi mungkin tidak sesuai
realitas namun sangat penting karena perilaku individu didasari oleh persepsinya.
Dalam kasus konflik di Papua ini persepsi memainkan peranan penting karena
masyarakat Papua mempersepsikan bahwa pemerintah Indonesia tidak memberikan
keadilan yang sepantasnya mereka dapatkan. Namun, di sisi pemerintah sebenarnya
sudah melakukan usaha yang signifikan untuk melakukan Pembangunan di Papua
terutama dalam bidang infrastruktur, meskipun ada beberapa kekurangan seperti
kurangnya peran masyarkaat Papua dalam segi politik dan masih termarjinalisasinya
masyarakat Papua dari segi komunikasi,pendidikan, dan kesehatan.

Pasca-Era Reformasi, Pemerintah Indonesia sebenarnya telah berusaha untuk


mendiversifikasi pendekatannya terhadap Papua, sehingga kehadiran pemerintah di sana
tidak didominasi oleh pendekatan militeristik. Pemerintah menyadari bahwa
terulangnya isu pelanggaran HAM di masa lalu akan menjadi kelemahan yang
menyudutkan posisi pemerintah di wilayah Papua.Oleh karena itu, pemerintah mulai
membatasi ruang gerak TNI di titik-titik rawan, serta melibatkan kepolisian setempat
untuk menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah perkotaan.

1 Agus Tri Haryanto, “Kominfo Perpanjang Blokir Internet di Papua”.


(https://inet.detik.com/telecommunication/d-4678583/kominfo-perpanjang-blokir-internet-di-papua, Diakses pada
30 Oktober 2019, 2019)

12
Untuk menumbuhkan simpati masyarakat Papua, pemerintah juga melakukan
berbagai upaya yang menggunakan pendekatan kesejahteraan dan sosial-budaya
terhadap masyarakat asli Papua. Meskipun masih jauh dari kata sempurna, pendekatan
non-militer telah menjadi indikator pemerintah untuk meningkatkan hubungan negara
dengan masyarakat Papua. Pada 2017, misalnya, Indikator Politik melakukan survei
tingkat kepuasan masyarakat Papua terhadap program dan kinerja pemerintahan Joko
Widodo.

Hasilnya menunjukkan bahwa hampir 90 persen responden puas dengan


program-program pemerintah pusat di Papua, sementara 62 persen di antaranya
menyatakan bahwa implementasi dari program-program tersebut berjalan dengan baik.
Tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap program-program pemerintah
menunjukkan bahwa masyarakat asli Papua sesungguhnya memiliki persepsi yang
cukup positif terhadap pemerintah pusat.

Namun, meskipun pada 2017 Indikator Politik mencapai tingkat kepuasan yang
termasuk tinggi, pada tahun 2019 ini Indikator Politik tersebut mengalami penurunan
karena berbagai konflik yang terjadi di Papua, berawal dari penangkapan sejumlah
mahasiswa asal Papua oleh aparat kepolisian dan tentara di beberapa wilayah Jawa
Timur pada 17 Agustus 2019. Hal ini menimbulkan persepsi negatif oleh masyarakat
Papua karena tindakan aparat yang represif. Demonstrasi terus berlanjut yang berawal
dari tindakan rasisme,penangkapan mahasiswa, hingga Papua merdeka.

Demonstrasi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu 28 Agustus 2019, berakhir ricuh.2


Unjuk rasa menuntut referendum Papua itu menewaskan satu prajurit TNI dan melukai
lima polisi. Pada awalnya, pukul 13.00 WIT, massa berunjuk rasa di bawah koordinator
Ketua KNPB wilayah Kabupaten Deiyai/Koordinator Lapangan Stevanus Pigai di depan
Kantor Bupati Deiyai. Massa menyampaikan penolakan terhadap rasisme dan intimidasi
terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya beberapa waktu lalu.

Demonstrasi yang diikuti 100 orang itu berlangsung aman dengan pengamanan dari
aparat TNI-Polri. Namun selang satu jam kemudian, situasi tiba-tiba berubah saat

2 Robbi Khadafi, “Selamatkan Papua dari Konflik”


(https://www.kompasiana.com/robbikhadafi/5d68d20d097f36098e270742/selamatkan-papua-dari-konflik. Diakses
pada 30 Oktober 2019. 2019)

13
munculnya ribuan massa sambil meneriakkan kalimat, "Papua merdeka." Mereka juga
mengibarkan Bendera Bintang Kejora dengan bersenjata panah dan parang serta batu.

Dengan kasus diatas dapat dianalisis bahwa adanya ketidakpercayaan masyarakat Papua
dan persepsi yang negatif masyarakat Papua terhadap pemerintah. Hingga akhirnya
masalah yang terjadi menjadi meluas dan multidimensi.

Menurut LIPI terdapat empat akar masalah konflik di Papua, yakni status politik
dan sejarah, marjinalisasi dan diskriminasi orang asli Papua, kegagalan pembangunan,
serta kekerasan negara dan pelanggaran HAM. Terkait status politik di Papua, LIPI
mengatakan ada perbedaan persepsi tentang status politik dan integrasi. Dalam
berbagai sumber yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan kesalahan persepsi oleh masyarakat Papua diuraikan sebagai berikut:

1. Pemblokiran internet di beberapa wilayah di Papua seperti Kota Jayapura, Kabupaten


Mimika, dan Kabupaten Jayawijaya oleh Kominfo dianggap sebagai tindakan yang
tidak mencerminkan demokrasi, karena banyak dari masyarakat Papua
mendemonstrasikan tuntutan mereka dalam sosial media seperti tindakan rasis yang
dialami oleh mahasiswa Papua di Surabaya.

2. Kurangnya sikap yang diambil Pemerintah dalam memecahkan masalah di Papua,


dengan tidak adanya keputusan atau tindakan yang diambil secara konkrit. Namun
dalam konflik ini Presiden hanya memberikan pidatonya agar konflik reda.

3. Kurang tegasnya sikap aparat penegak hukum mengenai penyelesaian berbagai kasus
pelanggaran HAM berat di Papua serta tindakan aparat yang represif.

4. Masyarakat Papua kurang terlibat dalam pembangunan infrastruktur maupun


sumberdaya manusia, sejak dari perencanaan hingga evaluasi.

5. Keadaan di Papua dalam beberapa tahun terakhir yang tidak menunjukkan


perkembangan yang signifikan menyebabkan masyarakat Papua memberikan persepsi
yang negatif kepada Pemerintah Indonesia.

3.3 Kurangnya Komunikasi Penyebab Terjadinya Pemberontakan di Papua

14
Kemampuan berkomunikasi yang baik akan membantu Anda untuk menyampaikan
semua pesan yang ingin anda sampaikan dengan baik. Pesan itu mungkin saja berupa
informasi akan sesuatu atau sekadar menjalin komunikasi sehari-hari dengan
masyarakat sekitar kita, tetapi jika semua itu tidak disampaikan dengan cara komunikasi
yang tepat, maka bisa saja menimbulkan salah persepsi. Maka hal itu mungkin saja akan
menimbulkan gejolak. Komunikasi yang tidak tepat dianggap mengganggu dapat
menganggu kenyamanan maupun menjadi penyebab konflik. Ketika kenyamanannya
terganggu, maka bisa menimbulkan keresahan dan gejolak di masyarakat.

Seperti adanya kericuhan yang terjadi di Papua. Pembakaran dan suara tembakan
beruntun terdengar di sana. Berdasarkan kronologi yang terhimpun, kekacauan ini
dipicu hoaks yang beredar di masyarakat. Hoaks itu menyebut ada seorang guru yang
mengeluarkan kata-kata rasis kepada muridnya, sehingga memicu kemarahan sejumlah
warga.

Isu rasisme memang sangat genting khususnya di Indonesia bagian Timur. Berita
yang menyangkut tentang rasisme menyebabkan emosi yang memengaruhi tindakan
mereka tanpa memilah-milah berita terlebih dahulu sehingga masyarakat cenderung
untuk berbuat konflik akibat komunikasi yang tidak sempurna dan condong ke hoaks.

Menindaklanjuti aksi protes, Kementerian Komunikasi dan Informatika


Indonesia, Rudiantara, melakukan perlambatan akses internet di sekitar Sorong dalam
suatu langkah yang dinyatakan sebagai langkah untuk memerangi
disinformasi. Langkah ini memang tepat untuk mencegah berita hoax akan tetapi
masyarakat papua juga memiliki hak dalam akses menuju informasi. Masyarakat Papua
merasa dibungkam dan mungkin akan timbul konflik baru lainnya.

Ini akan menjadi tantangan kita bersama untuk kita ikuti seperti apa permasalahan
yang sedang ada di lingkungan kita. Oleh karena itu sudah kewajiban kita sebagai
seorang warga negara kita haruslah bijak dalam menerima informasi yang kita peroleh
dan menalaah dulu kebenaran atau kredibilitas suatu informasi tanpa menerima
mentah-mentah informasi tersebut.

Jangan sampai akibat komunikasi yang tidak tepat maupun hoax oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab menyebabkan terganggunya keutuhan

15
bangsa dan negara dikarenakan bila masyarakat sampai terjebak dalam isu ini, maka
kestabilan ekonomi dan politik di Indonesia akan terancam dan terganggu.

3.4 Dampak Pemberontakan di Papua

Adanya kericuhan berupa unjuk rasa di Papua menimbulkan dampak yang


berpengaruh bagi kondisi Papua. Ribuan orang memblokade jalan dan membakar ban
sebagai bentuk protes atas tindakan rasisme yang diduga dilakukan kepada mahasiswa
Papua di Surabaya dan Malang. Selain memblokade jalan, terlihat bendera Merah Putih
dibakar. Kemudian terdapat beberapa bangunan yang dirusak massa.

Aksi kericuhan menimbulkan kerugian atas kerusakan properti masyarakat. Adanya


perusakan fasilitas umum, pembakaran gedung DPRD, hingga penjarahan membuat
perekonomian di Papua lumpuh. Penyaluran BBM juga terhambat akibat adanya
pemblokiran jalan di dua titik dan menuju Terminal BBM Manokwari. Bandara Domine
Euard Osok (DEO) juga dirusak massa, fasilitas bandara serta kendaraan parkir di
bandara jadi pelampiasan emosi massa. Listrik di sebagian wilayah Jayapura juga
dipadamkan, PT PLN Unit Wilayah Papua dan Papua Barat mengaku terpaksa karena
ada kabel terbakar di Kantor Telkomsel dan di beberapa tempat lain. Untuk mengurangi
penyebaran haoks di internet, akhirnya Kominfo memblokir jaringan internet di Papua.

Aksi kericuhan tersebut juga menyebabkan sekitar 30 orang meninggal dan sekitar
60 orang luka-luka. Hal ini membuat kerisauan bagi masyarakat sekitar akan keamanan
mereka. Banyak sekali orang-orang yang berkeliaran membawa alat-alat tajam, pisau,
dan parang kayu. Mereka juga menjarah tempat usaha seperti kio-kios milik warga.
Kondisi ini membuat warga takut dan bersembunyi agar terhindar dari hal yang tidak
diinginkan. Hal ini juga membuat warga pendatang menjadi khawatir dan ingin kembali
ke kampung halamannya. Kericuhan ini membuat banyak warga yang trauma dan
memilih untuk berlindung di Markas TNI AL atau berbagai instalasi militer.

Kericuhan ini juga membuat kegiatan ekonomi masyarakat menjadi lumpuh.


Masyarakat menjadi sulit untuk mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Walaupun masih ada yang menjual barang-barang tersebut, harga jualnya pun menjadi
sangat tinggi karena dinaikkan berkali-kali lipat.

16
Selain itu masalah kericuhan di Papua memberikan dampak bagi perekonomian
nasional. Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
Eko Listiyanto mengatakan dampak kerusuhan di Papua terhadap perekonomian bisa
memberi persepsi buruk investor.3 Papua dikenal sebagai daerah dengan sektor-sektor
yang banyak menarik investasi tambang. Jika kondisi ini terjadi terus menerus dan
semakin memburuk maka diperkirakan perekonomian di sektor tambang akan menurun
akibat dari kekhawatiran investor berinvestasi pada sektor tambang di Papua.

3 Yuli Yanna Fauzie, “Kerusuhan Bikin Kegiatan Ekonomi Wamena Lumpuh”


(https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191001083323-532-435563/kerusuhan-bikin-kegiatan-ekonomi-wame
na-lumpuh. Diakses pada 31 Oktober 2019. 2019)

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Komunikasi sangat diperlukan dalam menghindari maupun menyelesaikan masalah.


Komunikasi yang baik dapat mencegah timbulnya hoax jika dipastikan dengan lebih
lanjut kepada pihak terkait. Seperti kasus diatas, jika masyarakat papua mampu
menahan emosi dan menindaklanjuti kebenaran suatu berita dengan pasti, maka
penyebaran hoax tersebut dapat diminimalisir dampaknya atau bahkan tidak
mempengaruhi kondisi persatuan masyarakat papua karena mereka mengetahui apa
yang terjadi sebenarnya. Selain itu, dalam penyelesaian masalah, ada baiknya semua
pihak yang terlibat bertemu untuk mengkomunikasikan apa yang sebenarnya terjadi dari
dan pendapat mereka dari berbagai sisi. Penyelesaian secara damai dan kekeluargaan
tersebut tentunya lebih baik dibandingkan dengan cara kekerasan, seperti yang sudah
terjadi di Papua.

Selain itu, komunikasi dapat menggiring sebuah presepsi ke berbagai arah. Dalam
memberitahukan sebuah informasi, dibutuhkan kepastian makna dari sebuah kata-kata
agar orang yang menerimanya memiliki presepsi yang sama dengan pemberi informasi.
Hal ini mencegah timbulnya dugaan-dugaan yang dapat memicu konflik seperti yang
terjadi di Papua. Karena sebuah presepsi dapat menggiring orang untuk melakukan
tindakan sesuai presepsinya

Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan juga kesamaan presepsi sangat penting
dalam menjaga persatuan dan kesatuan negara kita, terutama di daerah-daerah rentan
seperti Papua. Sudah seharusnya rasa semangat persatuan dijadikan landasan dalam
bernegara sehingga jika terjadi suatu konflik, masyarakat dapat menyelesaikannya
dengan baik agar persatuan dan kesatuan tetap terjadi di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

ABC Australia. 2019. ”Vanuatu Ikutkan Tokoh Papua Merdeka di Forum Pasifik,
Indonesia Kesal”. Detik.
https://news.detik.com/abc-australia/d-4662238/vanuatu-ikutkan-tokoh-papua-mer
deka-di-forum-pasifik-indonesia-kesal. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Abdullah, A. T. B. 2019. “Dampak Kerusuhan di Papua: Perkonomian Lumpuh,


Fasilitas Bandara Rusak, Hingga Suplai BBM Terhambat”. Tribun News.
https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/19/dampak-kerusuhan-di-papua-per
konomian-lumpuh-fasilitas-bandara-rusak-hingga-suplai-bbm-terhambat?page=4.
Diakses pada 31 Oktober 2019.

Alfian (editor). 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.


Diambil dari https://www.goodreads.com.

Arifin, Z. 2019. ”Mahasiswa Papua Terlibat Bentrok dengan Warga di Malang”.


Liputan6. https://www.liputan6.com/regional/read/4038452/mahasiswa-papua-ter

libat-bentrok-dengan-warga-di-malang. Diakses pada 30 Oktober 2019.

BBC. 2019. “Kerusuhan di Papua ‘Membuat Khawatir’ Warga Pendatang”. BBC News
Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49417851. Diakses pada 30
Oktober 2019.

BBC. 2019. “Papua : Ketegangan Pendatang dan Penduduk Asli Terlihat Jelas, Polisi
Tuding Perusuh Demo Manfaatkan Momen Sidang PBB”. BBC News Indonesia.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49808449. Diakses pada 31 Oktober
2019.

BBC. 2019. ”Asrama Papua: Cek Fakta Kasus Bendera Merah Putih dan Makian
Rasialisme di Surabaya”. BBC News Indonesia.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49446765. Diakses pada 30 Oktober
2019.

19
CNN. 2019. “Kronik Rusuh Papua, dari Malang Menjalar hingga Makassar”. CNN
Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819200236-20-422845/

kronik-rusuh-papua-dari-malang-menjalar-hingga-makassar. Diakses pada 30


Oktober 2019.

CNN. 2019. “Kronologi Polisi Beri Miras ke Mahasiswa Papua di Bandung”. CNN
News Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190823134804-20-42

4081/kronologi-polisi-beri-miras-ke-mahasiswa-papua-di-bandung. Diakses pada


30 Oktober 2019

CNN. 2019. “Masyarakat Gelar Demo Minta Kominfo Buka Akses Internet Papua”.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190823111912-192-424033/masyaraka
t-gelar-demo-minta-kominfo-buka-akses-internet-papua. Diakses pada 30 Oktober
2019

CNN. 2019. ”Rusuh di Fakfak Papua Barat, Polisi Tembakan Gas Air Mata”. CNN
News Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190821111236-20-423

291/rusuh-di-fakfak-papua-barat-polisi-tembakkan-gas-air-mata. Diakses pada 30


Oktober 2019.

Fauzie, Y. Y. 2019. “Kerusuhan Bikin Kegiatan Ekonomi Wamena Lumpuh”. BBC


News Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191001083323-532-435563/kerusuhan-
bikin-kegiatan-ekonomi-wamena-lumpuh. Diakses pada 31 Oktober 2019.

Firdaus, F. 2019. “Fiery Protest Erupt in Indonesia’s West Papua Region”. Aljazeera.
https://www.aljazeera.com/news/2019/08/fiery-protests-erupt-indonesia-west-papu
a-region-190819031537473.html. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Haryanto, A. T. 2019. “Kominfo Perpanjang Blokir Internet di Papua”. Detik.


https://inet.detik.com/telecommunication/d-4678583/kominfo-perpanjang-blokir-int
ernet-di-papua. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Kasamilale, R. 2019. “Bendera Merah Putih Dibakar, Kantor DPRD Papua Barat
Diserbu”. Kumparan. https://kumparan.com/balleonews/bendera-merah-putih-dib

20
akar-kantor-dprd-papua-barat-diserbu-1rh7VX2KcVa. Diakses pada 30 Oktober
2019

Khadafi, R. 2019. “Selamatkan Papua dari Konflik”. Kompasiana.


https://www.kompasiana.com/robbikhadafi/5d68d20d097f36098e270742/selamatka
n-papua-dari-konflik. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Kumparan. 2019. “Mahasiswa Papua di Bali Demo, Teriak Yel-yel Bintang Kejora”.
Kumparan. https://kumparan.com/kumparannews/mahasiswa-papua-di-bali-demo

-teriak-yel-yel-bintang-kejora-1riKAK9jvQP. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Kusumasomantri, A. R. 2019. “Strategi Memenangkan Hati dan Pikiran Masyarakat


Papua”. Kata Data.
https://katadata.co.id/opini/2019/09/01/strategi-memenangkan-hati-dan-pikiran-ma
syarakat-papua . Diakses pada 30 Oktober 2019

Lawi, G. F. C. 2019. ”Ini Dampak Kerusuhan Papua Bagi Perekonomian Nasional”.


Binsis. https://ekonomi.bisnis.com/read/20190819/9/1138451/ini-dampak-kerusu

han-papua-bagi-perekonomian-nasional . Diakses pada 30 Oktober 2019.

Lova, C. 2019. “Soal Demo Terkait Isu Papua, Mendagri Minta Pengunjuk Rasa Tak
Kibarkan Bendera Bintang Kejora”. Tribun.
https://papua.tribunnews.com/2019/08/29/soal-demo-terkait-isu-papua-mendagri-
minta-pengunjuk-rasa-tak-kibarkan-bendera-bintang-kejora. Diakses pada 30
Oktober 2019.

Luthfia, A. 2019. "Kronologi Ricuh Wamena, Penyebab, Dampak, Hingga Tanggapan”.


Kompas. https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/24/061500065/kronologi-

ricuh-wamena-penyebab-dampak-hingga-tanggapan-presiden?page=all. Diakses
pada 10 Oktober 2019.

Mulyana, D., dkk. 2017. Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa Depan.
Jakarta: Gramedia.

Pradipha, F. C. 2019. “Sederet Dampak Rusuh di Papua: Warga Trauma, Jaringan


Lumpuh, Razia, hingga Penjarahan”. Tribun Ambon.

21
https://ambon.tribunnews.com/2019/08/30/sederet-dampak-rusuh-di-papua-warga-
trauma-jaringan-lumpuh-razia-hingga-penjarahan?page=4. Diakses pada 31
Oktober 2019.

Putra, N. P. 2019. “Massa Unjuk Rasa di Jayapura Blokir Jalan ke Bandara Sentani.
https://www.liputan6.com/news/read/4041219/massa-unjuk-rasa-di-jayapura-bloki
r-jalan-ke-bandara-sentani. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Syambudi, I. 2019. “Mahasiswa Papua di Yogya Demo Tolak Tindakan Rasisme di


Surabaya”. Tirto. https://tirto.id/mahasiswa-papua-di-yogya-demo-tolak-tindakan

-rasisme-di-surabaya-egFb. Diaksses pada 30 Oktober 2019.

Tim Detik. 2019. “Gedung DPRD Gapua Barat di Manokwari Dibakar Pendemo”.
Detik. https://news.detik.com/berita/d-4671390/gedung-dprd-papua-barat-di-man

okwari-dibakar-pendemo. Diakses pada 30 Oktober 2019.

Wismabrata, M. H. 2019. “Ribuan Mahasiswa Papua Long March Menuju Kantor


Gubernur dan DPRD Provinsi”. Kompas.
https://regional.kompas.com/read/2019/08/19/11480021/ribuan-mahasiswa-papua-
long-march-menuju-kantor-gubernur-dan-dprd-provinsi. Diakses pada 30 Oktober
2019.

22

Anda mungkin juga menyukai