Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK

TUGAS FILSAFAT

“ NILAI KEGUNAAN ILMU “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

DOSEN PEMBIMBING :

Roy Fachraby, S.H., M. Kn

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2019

ADZRA SHAFWA NABILA (190600065)

AL SHELLA RAMAYANI (190600093)

HANIIFAH HAAFIZH ARIFIN (190600043)

NINDIRA YASMINE SIREGAR (190600040)

SADIRA TALITHA FIDELIYA (190600042)

YOGA PRATAMA (190600050)


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas izin‐
Nya penyusunan makalah mata kuliah “Filsafat Ilmu” ini dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya dan tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Orang Tua,
Dosen Pengampu dan saudara-saudara yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun material.

Penulis menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, baik dari segi isi maupun dari segi penulisan yang kurang tepat yang disebabkan oleh
terbatasnya pengetahuan penulis. Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua dalam meningkatkan ilmu pengetahuan.

Tidak lupa kritik dan saran pada karya tulis makalah ini sangat kami harapkan untuk
dijadikan bahan pembelajaran dan perbaikan kedepannya. Atas perhatian, bantuan, dan kerja
sama Anda sekalian, kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, September 2019

Penyusun,

KELOMPOK 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ILMU DAN NILAI

2.2 KRITERIA ILMU SECARA ILMIAH

2.3 JENIS ILMU DARI SEGI PENERAPAN

2.4 MENUNTUT ILMU

2.5 NILAI DARI ILMU

6. ETIKA DAN PROFESI

7. ETIKA PROFESI

2.8 KODE ETIK PROFESI

2.9 NILAI ILMU DIBIDANG KEDOKTERAN

BAB III. PENUTUP

KESIMPULAN
SARAN

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Etika memang bukanlah bagian dari Ilmu Pengetahuan (IP). Tetapi Etika lebih merupakan sarana
untuk memperoleh orientasi kritis yang berhadapan dengan moralitas atau perwujudan dalam bentuk
perilaku yang baik (Akhlak mulia). Kendati demikian etika tetaplah berperan penting dalam IP. Penerapan
IP dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari memerlukan adanya dimensi etis sebagai pertimbangan
yang terkadang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan IP selanjutnya.
Dengan begitu tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun
penggunaan IP. Dalam hal ini berarti ilmuwan dalam mengembangkan IP harus memperhatikan kodrat
dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab pada kepentingan umum,
dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada dasarnya IP adalah untuk mengembangkan
dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia dan bukan
menjadikan manusia menjadi budak teknologi dari IP itu sendiri. Keberadaan tanggung jawab etis tidak
bermaksud menghambat kemajuan IP.
Justru dengan adanya dimensi etis yang mengendalikan, kemajuan IP akan semakin berlomba-
lomba meningkatkan martabat manusia sebagai “tuan” teknologi dan bukan hamba teknologi. Tanggung
jawab etis juga diharapkan mampu menginspirasi, memacu, memobilitasi, dan memotivasi manusia untuk
mengembangkan IP yang tidak mencelakakan manusia serta aman bagi lingkungan hidup.
Bukan hanya itu saja, kemajuan IP juga sangat berpengaruh dibidang keprofesian dan bidang
pekerjaan contohnya saja seperti dokter, jurnalistik dan pers, guru, engineering (rekayasa), ilmuwan, dan
profesi lainnya. Oleh karena itu, antara etika keilmuwan dan etika profesi merupakan satu kesatuan yang
tidak erat kaitannya dan tidak dapat dipisah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa defenisi Etika, Nilai, ilmu dan profesi ?
2. Apa saja kriteria ilmu secara Ilmiah ?
3. Apa pengertian etika keilmuwan dan etika profesi ?
4. Apa saja prinsip dasar dalam etika profesi ?
5. Bagaimana peran etika dalam perkembangan IPTEK
6. Apa yang dimaksud dengan Kode Etik ?
7. Apa saja fungsi kode etik ?
8. Bagaimana penerapan Nilai ilmu dibidang Kedokteran

1.3 Tujuan
1. Agar para pembaca dapat mengetahui defenisi Etika, Nilai, Ilmu dan Profesi
2. Agar dapat mengetahui kriteria-kriteria ilmu secara ilmiah
3. Agar dapat mengetahui defenisi/pengertian etika keilmuwan dan etika profesi
4. Agar dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam etika profesi
5. Agar dapat memahami peran etika dalam perkembangan IPTEK
6. Agar dapat mengetahui pengertian Kode Etik
7. Agar dapat mengetahui fungsi Kode Etik
8. Agar dapat memahami penerapan Nilai ilmu dibidang kedoteran.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ILMU DAN NILAI

1.1. Ilmu
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu merupakan
keseluruhan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan logis dan bukanlah sekadar
kumpulan fakta, tetapi pengetahuan yang mempersyaratkan objek, metoda, teori, hukum, atau
prinsip. Ilmu, yang dalam bahasa Inggris dinyatkan dengan science, bukan sekadar kumpulan
fakta, meskipun di dalamnya juga terdapat berbagai fakta.
Ilmu pengetahuan merupakan suatu pemahaman yang didapatkan manusia melalui
penelitian atau penemuan yang tersusun secara sistematis dan dapat diuji melalui metode-
metode tertentu. Ilmu merupakan kunci utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, secara
sadar atau tidak semua hal yang kita lakukan sehari-hari tidak pernah lepas dari ilmu. Dalam
melakukan setiap tindakan atau perbuatan kita selalu membutuhkan pemahaman dalam
melakukannya. Dengan memiliki ilmu, seseorang mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat
baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan memiliki banyak manfaat dalam
kehidupan manusia. Tidak hanya dirasakan secara perorangan saja, ilmu pengetahuan juga
mampu memberi dampak positif berupa manfaat yang besar bagi lingkungan sekitar kita
bahkan masyarakat secara luas.

2.1.2 Nilai
Nilai merupakan tema baru dalam filsafat aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya,
muncul untuk yang pertama kalinya pada paruh kedua abad ke19. Nilai dapat diartikan sebagai
alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu
lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.
Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai hal-hal
yang benar, baik, atau diinginkan.

2. KRITERIA ILMU SECARA ILMIAH


Untuk disebut sebagai sebuah ilmu, selain bermanfaat tentu terdapat persyaratan yang
ditetapkan dan diukur secara ilmiah. Suatu hal bisa disebut sebagai ilmu setelah memenuhi
empat syarat berikut:

a. Bersifat Universal
Universal bisa diartikan secara menyeluruh. Artinya hal tersebut bisa merinci atau
menjabarkan keadaan tertentu secara umum. Bentuk penjabaran inilah yang nantinya
bisa menentukan apakah hal tersebut hanya terikat pada pembahasan tertentu atau
memiliki konteks yang umum.

b. Bersifat Objektif
Objek kajian merupakan hal yang wajib terdapat pada hal yang di sebut ilmu. Syarat
ini akan menentukan dan menggolongkan permasalahan yang sudah diketahui
kebenarannya maupun masih dalam proses penelitian guna menguji tingkat kebenaran
yang ada didalmnya. Objek kajian tidak bisa ditarik berdasarkan hal yang bersifat subjektif
dari peneliti, tempat penelitian atau bahkan peralatan serta metode yang diterapkan
ketika melakukan riset ilmiah.

c. Bersifat Metodis
Sebuah cara atau jalan (metode) yang digunakan sebagai jaminan sebuah
kebenaran. Metode pengujian ini juga berfungsi sebagai upaya mengurangi segala
bentuk peyimpangan dalam proses penelitian. Hal yang bersifat metodis ini nantinya
akan digunakan sebagai cara pembuktian akan kebenaran melalui uji kajian tertentu.

d. Bersifat Sistematis
Syarat berikutnya suatu hal disebut ilmu yakni mempunyai sifat sistematis. Kebenaran
pasti mempunyai alur yang tersusun secara teratur dan rinci. Nilai logis suatu penjelasan
yang menyangkut suatu objek harus terpapar secara menyeluruh, utuh dan detail.

e. Mempunyai Legalitas
Suatu penelitian atau riset yang sudah dilkukan membutuhkan legalitas yang
menjamin kebeneran yang telah ditemukan melalui riset tersebut.

f. Memiliki Kesatuan Objek


Ilmu akan mempunyai sumber yang terdapat didalam sebuah objek. Kesatuan ide
yang tersusun secara sistematis akan saling berkaitan akan mengacu pada satu objek yang
sama.

g. Bersifat Communicable
Kebenaran yang telah disertai beberapa persyaratan untuk disebut ilmu harus
communicable, artinya dapat dikomunikasikan pemahamannya kepada pihak lain.
h. Bisa dikembangkan
Setelah dilakukan uji kebenaran disertai bukti serta data yang valid suatu ilmu
seharusnya dapat dikembangkan lebih lanjut agar menemukan kebenaran lain atau
melengkapi penemuan dari kebenaran yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya.

3. JENIS ILMU DARI SEGI PENERAPAN


Ilmu memiliki jenis – jenis yang bisa dijabarkan secara luas berdasarkan segi
penerapannya. Beragamnya jenis ilmu ini tentuya mempunyai manfaat yang beragam pula.
Berikut penjelasannya:

a. Pure Science (Ilmu Murni)


Yakni ilmu yang mempelajari pengetahuan yang bersifat abstrak dengan cara
mengembangkan dan membentuk suatu pengetahuan yang tidak bisa diterapkan secara
langsung pada kehidupan manusia. Ilmu murni yang biasa disebut dengan istilah Pure Science
ini tidak ditentukan dari dampak atau manfaatnya secara langsung. Berikut klasifikasi bidang
keilmuan yang masuk pada kategori Pure Science :
1. Ilmu Pasti 9. Ilmu Ekonomi
2. Ilmu Kimia 10. Ilmu Sejarah
3. Ilmu Hukum 11. Ilmu Alam
4. Astronomi 12. Ilmu Hewan
5. Geologi 13. Sosiologi
6. Ilmu Tumbuh-tumbuhan 14. Ilmu Manajemen
7. Ilmu Faal 15. Applied Science (Ilmu Terapan atau Terpakai)
8. Ilmu Politik

b. Ilmu Terapan
Ilmu terapan yakni ilmu yang mempelajari pengetahuan yang bisa diterapkan dan
dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Dampak atau manfaat dari Applied Science ini bisa
dirasakan secara langsung dengan cara menerapkan pada kehidupan sehari – hari. Berikut
klasifikasi bidang keilmuan yang masuk pada kategori Applied Science :
1. Pertanian 8. Teknologi
2. Kedokteran 9. Navigasi
3. Politik 10. Perundang-undangan
4. Pertambangan 11. Jurnalistik
5. Akuntansi 12. Farmasi
6. Pencangkokan 13. Perusahaan
7. Manajemen

4. MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu merupakan metode mendapatkan kebahagiaan hidup. Menuntut ilmu
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Seiring berkembangnya jaman tentunya ilmu
pengetahuan akan semakin dikembangkan demi menunjang kualitas hidup dan cara berpikir
masyarakat modern.
Berikut hal yang diperlukan saat menuntut ilmu ketika menuntut ilmu :
a. Fokus : Memusatkan pikiran pada satu tujuan pembelajaran yang sistematis
b. Konsisten : Teguh terhadap pendirian atau prinsip pembelajaran yang ada
c. Disiplin : Taat pada peraturan pembelajaran yang sudah disepakati sebelumnya
d. Kontinu : belajar secara teratur dan berkesinambungan akan membuat memori otak
merekam segala bentuk informasi pembelajaran.
e. Mempunyai minat – Sebelum menuntut ilmu, hal yang perlu diperhatikan adalah minat
terhadap ilmu yang akan di pelajari. Minat merupakan faktor ynag akan menentukan
semangat atau tidaknya proses menuntut ilmu tersebut. Rasa senang merupakan kunci
utama untuk dapat memperoleh proses pembelajaran yang menyenangkan.
f. Bulatkan Tekad – Tekad adalah faktor pendukung yang akan sangat mendominasi
semangat seseorang ketika kebosanan atau bahkan mendapat kesulitan tertentu dalam
proses belajar.
g. Luruskan niat – Menuntut ilmu bukan semata – mata untuk meraih gelar sarjana atau
doktor. Perbaharui niat ketika menuntut ilmu supaya manfaat dan tujuan bisa tercapai.
Karena gelar kehormatan atau kedudukan yang tinggi secara otomatis akan diperoleh
ketika ilmu bisa dimanfaatkan untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar.
h. Lapang dada (Ikhlas) – Proses menuntut ilmu tidak selamanya menyenangkan. Akan ada
permasalahan atau kesulitan yang menghampiri, disaat itulah lapang dada atau ikhlas
bisa meminimalisir perasaan putus asa. Mampu menerima pahit dan getir ketika proses
menuntut ilmu merupakan sarana pendewasaan diri manusia.

5. NILAI DARI ILMU

Ilmu pengetahuan secara ideal seharusnya berguna dalam dua hal yaitu membuat manusia
rendah hati karena memberikan kejelasan tentang jagad raya, kedua mengingatkan bahwa kita
masih bodoh dan masih banyak yang harus diketahui dan dipelajari. Ilmu pengetahuan tidak
mengenal batas, asalkan manusia sendiri yang menyadari keterbatasannya. Ilmu pengetahuan
tidak dapat menyelesaikan masalah manusia secara mutlak, namun ilmu pengetahuan sangat
bergua bagi manusia.
Keterbatasan ilmu pengetahuan mengingatkan kepada manusia untuk tidak hanya mengekor
secara membabi buta kearah yang tak dapat dipanduinya, sebab ilmu pengetahuan saja tidak
cukup dalam menyelesaikan masalah kehidupan yang amat rumit ini. Keterbatasan ilmu
pengetahuan membuat manusia harus berhenti sejenak untuk merenungkan adanya sesuatu
sebagai pegangan.
Kemajuan ilmu pengetahuan, dengan demikian, memerlukan visi moral yang tepat. Manusia
dengan ilmu pengetahuan akan mampu untuk berbuat apa saja yang diinginkannya, namun
pertimbangan tidak hanya sampai pada “apa yang dapat diperbuat” olehnya tetapi perlu
pertimbangan “apakah memang harus diperbuat dan apa yang seharusnya diperbuat” dalam
rangka kedewasaan manusia yang utuh. Pada dasarnya mengupayakan rumusan konsep etika
dalam ilmu pengetahuan harus sampai kepada rumusan normatif yang berupa pedoman
pengarah konkret, bagaimana keputusan tindakan manusia dibidang ilmu pengetahuan harus
dilakukan. Moralitas sering dipandang banyak orang sebagai konsep abstrak yang akan
mendapatkan kesulitan apabila harus diterapkan begitu saja terhadap masalah manusia konkret.
Realitas permasalahan manusia yang bersifat konkret-empirik seolah-olah mempunyai
“kekuasaan” untuk memaksa rumusan moral sebagai konsep abstrak menjabarkan kriteria-
kriteria baik buruknya sehingga menjadi konsep normatif, secara nyata sesuai dengan daerah
yang ditanganinya.
Dewasa ini pengetahuan dan perbuatan, ilmu dan etika saling bertautan. Tidak ada
pengetahuan yang pada akhirnya tidak terbentur pertanyaan, “apakah sesuatu itu baik atau
jahat”. “Apa” yang dikejar oleh pengetahuan, menjelma menjadi “Bagaimana” dari etika. Etika
dalam hal ini dapat diterangkan sebagai suatu penilaian yang memperbincangkan bagaimana
tekhnik yang mengelola kelakuan manusia. Dengan demikian lapangan yang dinilai oleh etika
jauh lebih luas daripada sejumlah kaidah dari perorangan, mengenai yang halal dan yang haram.
Tetapi berkembag menjadi sesuatu etika makro yang mampu merencanakan masyarakat
sedemikian rupa sehingga manusia dapat belajar mempertanggungjawabkan kekuatan-kekuatan
yang dibangkitkannya sendiri.
Terkait dengan keterbukaan yang disebutkan diatas, maka etika hanya menyebut peraturan-
peraturan yang tidak pernah berubah, melainkan secara kritis mengajukan pertanyaan,
bagaimana manusia bertanggungjawab terhadap hasil-hasil tekhnologi moderen dan
rekayasanya. Etika semacam itu tentu saja harus membuktikan kemampuannya menyelesaikan
masalah manusia konkret. Tidak lagi sekedar memberikan isyarat dan pedoman umum,
melainkan langsung melibatkan diri dalam peristiwa aktual dan factual manusia, sehingga terjadi
hubungan timbale balik dengan apa yang sebenarnya terjadi. Etika seperti itu berdasarkan
“interaksi” antara keadaan etika sendiri dengan masalah-masalah yang mem-“bumi”.

6. ETIKA DAN PROFESI

6.1. Pengertian Etika


Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika berkaitan erat dengan perkataan moral
yang berarti juga dengan adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral
memiliki pengertianyang hampir sama, namun dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

6.2. Pengertian Profesi


Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan
dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang
dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi
karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu
pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan
tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan
khusus untuk profesi itu.
Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam
adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum
tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi
sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit
seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang
menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

6.3. PENGERTIAN ETIKA PROFESI MENURUT PARA AHLI YAITU :

a. Menurut Kaiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 )


Etika profesi merupakan sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan
professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

b. Menurut (Anang Usman, SH., MSi.)


Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.

7. PRINSIP DAN PROFESIONALISME ETIKA PROFESI

7.1. Definisi Etika Profesi


Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat.Dengan etika profesi
diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukan dari segi tuntutan pekerjaannya.
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi serta mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia. Etika
profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga sangatlah
perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau
objek).Etika profesi memiliki konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi
atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.

7.2. Prinsip dasar di dalam etika profesi :


A Tanggung jawab
 Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
 Tanggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

B Keadilan
 Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
 Prinsip Kompetensi,melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan
ketekunan
 Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi
 Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi

7.3. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus.“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada
sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa
mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.Alam bekerja, setiap manusia dituntut
untuk bisa memiliki profesionalisme karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung
kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember
daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua
bagian/elemen.Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan
karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.

8. KODE ETIK PROFESI


Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan professsional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar professional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

2.8.1 Fungsi Kode Etik Profesi :


Fungsi Kode Etik Profesi adalah :
Sumaryono (1995) mengemukakan 3 alasannya yaitu :
 Sebagai sarana kontrol sosial
 Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
 Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik

2.8.2 Kelemahan Kode Etik Profesi


Kelemahan Kode Etik Profesi : Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan
dengan fakta yang terjadi di sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari
kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan
menabaikan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.
Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya
kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk berbuat
menyimpang dari kode etik profesinya.

2.8.3 Peran Etika dalam Perkembangan IPTEK


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlangsung sangat cepat. Dengan
perkembangan tersebut diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup
manusia untuk menjadi manusi secara utuh. Maka tidak cukup dengan mengandalkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, manusia juga harus menghayati secara mendalam kode etik ilmu,
teknologi dan kehidupan.
Para pakar ilmu kognitif telah menemukan bahwa teknologi mengambil alih fungsi mental
manusia, pada saat yang sama terjadi kerugian yang diakibatkan oleh hilangnya fungsi tersebut
dari kerja mental manusia. Perubahan yang terjadi pada cara berfikir manusia sebagai akibat
perkembangan teknologi sedikit banyak berpengaruh terhadap pelaksanaan dan cara pandang
manusia terhadap etika dan norma dalam kehidupannya.

2.9 NILAI ILMU DIBIDANG KEDOKTERAN


Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata Yunani (bios =
hidup dan “ethos” = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah berarti etika hidup. Bioetika
dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk mempertahankan hidup dan terpusat pada
penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas,
bioetika adalah penerapan etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan
bidang-bidang terkait.
Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak dari analisis tentang data-data ilmiah,
biologis, dan medis. Keabsahan campur tangan manusia dikaji. Nilai transendental manusia
disoroti dalam kaitan dengan sang pencipta sebagai pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah
bioetika juga digunakan untuk mengganti istilah etika medis, yang mencakup masalah etis
tentang ilmu-ilmu biologis seperti penyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha manipulasi
spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi. Acap kali, penggunaan istilah bioetika dan etika
medis saling dipertukarkan.
Dalam kajian ini, biologi, bioteknologi, ekologi, pertanian, kedokteran, politik, hukum, dan
filsafat dimanfaatkan sebagai bahan baku perdebatan. Termasuk dalam pertanyaan-pertanyaan
tersebut misalnya adalah definisi kematian, eutanasia dan hak untuk mati, pinjam-meminjam
rahim, pemanfaatan gen organisme asing dalam tanaman pangan atau tanaman ekonomis lain,
pemanfaatan benih dan tanaman obat dari masyarakat asli oleh organisasi multinasional,
pembajakan biologis (biopiracy), dan penggunaan senjata biologi.

1. Sumpah Hippokrates
Sudah sejak zaman kuno norma-norma kesusilaan yang menjadi pegangan para dokter ialah
sumpah yang diciptakan oleh Hippokrates (460 SM - 370 SM), seorang dokter dari Yunani kuno,
yang kini dikenal sebagai figur medis yang paling terkemuka sepanjang masa yang sering dikenal
dengan “Bapak Kedokteran”
Hippokrates belajar dunia kedokteran dari sekolah kedokteran Kos dan mungkin
merupakan salah satu murid dari Herodikus. Tulisan hasil karyanya yang dikenal dengan Corpus
Hippocraticum telah membuang semua pemikiran takhyul masyarakat Yunani kuno mengenai
penyakit dan obat-obatan. Orang-orang sebaya yang hidup bersamanya, dibuat tercengang oleh
Hippokrates, karena ia sangat menentang bahwa penyakit itu datang dari ilah-ilah yang
membalas dendam.
Sumpah Hippokrates adalah sumpah yang secara tradisional dilakukan oleh
para dokter tentang etika yang harus mereka lakukan dalam melakukan praktik profesinya.
Sebagian besar orang menganggap bahwa sumpah ini ditulis sendiri Hippocrates pada 400 tahun
sebelum masehi atau oleh salah seorang muridnya. Seorang peneliti, Ludwig Edelstein
mengajukan pendapat lain bahwa sumpah tersebut ditulis oleh Pythagorean. Akan tetapi teori
ini masih diragukan karena sedikitnya bukti yang mendukungnya.

Lafal Sumpah Hippokrates (Lafal asli yang diterjemahkan dari bahasa Yunani):
1. I swear by Apollo Physician and Asclepius and Hygieia and Panaceia and all the gods and
goddesses, making them my witnesses, that I fulfil according to my ability and judgement
this oath and this covenant. Saya bersumpah demi (Tuhan) ... bahwa saya akan memenuhi
sesuai dengan kemampuan saya dan penilaian saya guna memenuhi sumpah dan
perjanjian ini.
2. To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my life in
partnership with him, and if he is in need of money to give him a share of mine, and to
regard his offspring as equal to my brothers in male lineage and to teach them this art-if
they desire to learn it-without fee and covenant; to give a share of precepts and oral
instruction and all the other learning of my sons and to the sons of him who instructed
me and to pupils who have signed the covenant and have taken an oath according to
medical law, but to no one else. Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu
(kedokteran) ini kepada saya seperti orang tua saya sendiri dan menjalankan hidup ini
bermitra dengannya, dan apabila ia membutuhkan uang, saya akan memberikan, dan
menganggap keturunannya seperti saudara saya sendiri dan akan mengajarkan kepada
mereka ilmu ini bila mereka berkehendak, tanpa biaya atau perjanjian, memberikan
persepsi dan instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya dan anak guru saya,
dan murid-murid yang sudah membuat perjanjian dan mengucapkan sumpah ini sesuai
dengan hukum kedokteran, dan tidak kepada orang lain.
3. I will use treatment to help the sick according to my ability and judgment, but never with
a view to injury and wrongdoing. neither will I administer a poison to anybody when asked
to do so, not will I suggest such a course. Saya akan menggunakan pengobatan untuk
menolong orang sakit sesuai kemampuan dan penilaian saya, tetapi tidak akan pernah
untuk mencelakai atau berbuat salah dengan sengaja. Tidak akan saya memberikan racun
kepada siapa pun bila diminta dan juga tak akan saya sarankan hal seperti itu.
4. Similarly I will not give to a woman a pessary to cause an abortion. But I will keep pure
and holy both my life and my art. I will not use the knife, not even, verily, on sufferers
from stone, but I will give place to such as are craftsmen therein. Juga saya tidak akan
memberikan wanita alat untuk menggugurkan kandungannya, dan saya akan memegang
teguh kemurnian dan kesucian hidup saya maupun ilmu saya. Saya tak akan menggunakan
pisau, bahkan alat yang berasal dr batu pada penderita(untuk percobaan), akan tetapi
saya akan menyerahkan kepada ahlinya.
5. Into whatsoever houses I enter, I will enter to help the sick, and I will abstain from all
intentional wrongdoing and harm, especially from abusing the bodies of man or woman,
slave or free. Ke dalam rumah siapa pun yang saya masuki, saya akan masuk untuk
menolong yang sakit dan saya tidak akan berbuat suatu kesalahan dengan sengaja dan
merugikannya, terutama menyalahgunakan tubuh laki-laki atau perempuan, hamba atau
bebas.
6. And whatsoever I shall see or hear in the course of my profession, as well as outside my
profession in my intercourse with men, if it be what should not be published abroad, I will
never divulge, holding such things to be holy secrets. Dan apa pun yang saya lihat dan
dengar dalam proses profesi saya, ataupun di luar profesi saya dalam hubungan saya
dengan masyarakat, apabila tidak diperkenankan untuk dipublikasikan, maka saya tak
akan membuka rahasia, dan akan menjaganya seperti rahasia yang suci.
7. Now if I carry out this oath, and break it not, may I gain for ever reputation among all men
for my life and for my art; but if I transgress it and forswear myself, may the opposite
befall me. Apabila saya menjalankan sumpah ini, dan tidak melanggarnya, semoga saya
bertambah reputasi dimasyarakat untuk hidup dan ilmu saya, akan tetapi bila saya
melanggarnya, semoga yang berlawanan yang terjadi.

2. Deklarasi Jenewa
Deklarasi Jenewa diterima oleh Majelis Umum dari Asosiasi Kedokteran Dunia (World
Medical Association) pada 1948 di Jenewa dan diperbaiki pada 1968 di Sydney. Deklarasi ini berisi
tentang dedikasi para dokter pada tujuan kemanusiaan, sebagai reaksi dari tindakan jahat medis
yang dilakukan para dokter saat masa Nazi Jerman. Deklarasi ini dapat dianggap sebagai versi
modern dari Sumpah Hippokrates.

Lafal Sumpah
Pada waktu diterima sebagai anggota profesi medis:
1. Aku dengan tulus berjanji untuk membaktikan hidupku demi pelayanan kemanusiaan;
2. Aku akan memberikan kepada guruku hormat dan terima kasih yang semestinya;
3. Aku akan mempraktikkan profesiku menurut hati nurani dan martabat; kesehatan
pasienku akan menjadi pertimbanganku yang pertama;
4. Aku akan menghormati rahasia yang dipercaya padaku, bahkan setelah pasien meninggal;
5. Aku akan mempertahankan dengan segala cara yang kukuasai kehormatan dan tradisi-
tradisi luhur dari profesi medis; kolegaku akan menjadi saudaraku;
6. Aku tak akan mengijinkan pertimbangan agama, ras, politik, kepartaian, atau status sosial
mencampuri antara kewajibanku dan pasienku;
7. Aku akan mempertahankan rasa hormat setinggi-tingginya untuk kehidupan manusia,
mulai dari permulaannya, bahkan bila terancam, dan aku tak akan menggunakan
pengetahuan medisku bertentangan dengan hukum-hukum kemanusiaan.
8. Aku mengikrarkan janji-janji ini dengan tulus hati, bebas, dan atas kehormatanku.

3. Sumpah Dokter Indonesia


Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan
menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi. Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas
Deklarasi Jenewa (1948) yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates.
Lafal Sumpah Dokter Indonesia pertama kali digunakan pada 1960 dan diberikan
kedudukan hukum dengan Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1960. Sumpah mengalami
perbaikan pada 1983 dan 1997.
Lafal Sumpah Dokter Indonesia
Demi Allah saya bersumpah, bahwa:
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan
martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan
jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih
yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

. Ilmu merupakan kunci utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari, secara sadar atau
tidak semua hal yang kita lakukan sehari-hari tidak pernah lepas dari ilmu. Ilmu pengetahuan
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Seorang yang berilmu tentunya harus
memahami ilmu yang dimilikinya agar ilmu itu sendiri memiliki nilai memengaruhi sikap dan
perilaku. Karena nilai merupakan alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa "cara pelaksanaan
atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau
keadaan akhir yang berlawanan.

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi serta mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral
dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

Sumpah Dokter Indonesia adalah sumpah yang dibacakan oleh seseorang yang akan
menjalani profesi dokter Indonesia secara resmi. Sumpah Dokter Indonesia didasarkan atas
Deklarasi Jenewa (1948) yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates.

SARAN

Dengan penuh kesadaran dari kami selaku penyusun makalah ini, kami sangat
mengaharapkan dan juga membutuhkan saran teman-teman peserta diskusi dan juga khususnya
dari dosen pengampu yang kami hormati guna untuk lebih mendalami apa yang belum
tersampaikan pada makalah ini.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai