Anda di halaman 1dari 4

BAB 3

INFEKSI NOSOKOMIAL DAN TEKNIK PENCEGAHAN


INFEKSI SILANG

Topik 1 Infeksi Nosokomial

Gambar 7. Unsur-unsur Infeksi Nosokomial


Sumber: Mulyanti, 2011 hal.133

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat dari rumah sakit. Kondisi ini
merujuk pada keadaan bahwa pada saat pasien masuk ke rumah sakit, pasien tidak
sedang mengalami infeksi atau tidak dalam masa inkubasi. Nosokomial
menunjukkan hubungan antara perawatan dan timbulnya infeksi. Hal itu adalah
kriteria yang berkaitan dengan waktu, bukan hubungan sebab – akibat.
Jenisnya yang paling penting adalah :
 Infeksi saluran kencing, pneumonia dan diare,
 Infeksi sesudah pembedahan dan prosedur medis invasif, dan Infeksi
maternal dan neonatal
Organisme yang menyebabkan infeksi nosokomial biasanya datang dari
tubuh pasien sendiri (flora endogen). Juga dapat diperoleh dari kontak dengan staf

25
27

(kontaminasi silang), instrumen dan jarum terkontaminasi dan lingkungan (flora


eksogen). Karena pasien umumnya selalu berpindah-pindah dan waktu rawat di
rumah sakit lebih pendek, pasien sering dipulangkan sebelum infeksi menjadi
nyata (timbul gejala). Kenyataannya sebagian besar infeksi nosokomial pada
pasien rawat inap dan rawat jalan menjadi nyata setelah mereka pulang.
Akibatnya seringkali susah menentukan apakah sumber organisme yang
menyebabkan infeksi itu endaogen atau eksogen.
Faktor-faktor yang berperan adalah : (1) Standar dan praktik pelayanan
transfusi darah yang tidak mencukupi, (2) Meningkatnya penggunaan alat-alat
medik invasif ( misalnya, ventilator mekanik, kateter urin dan selang intravena
sentral) tanpa pelatihan atau dukungan laboratorium yang cukup, (3) Penggunaan
cairan intravena yang terkontaminasi, terutama buatan rumah sakit sendiri, (4)
Resistensi antibiotika karena penggunaan antibiotika spektrum luas secara
berlebihan, dan (5) Suntikan yang tidak aman dan tidak perlu.

1. FREKUENSI DAN JENIS INFEKSI NOSOKOMIAL


Infeksi tempat pembedahan (ITP), infeksi saluran kencing dan infeksi
saluran napas bawah (pneumonia) merupakan jenis utama infeksi nosokomial
yang dilaporkan terjadi di negara berkembang. Urutan ini berbeda dengan yang
dilaporkan di AS, misalnya, infeksi saluran kencing dan saluran pernafasan lebih
umum, diikuti oleh infeksi tempat pembedahan.
Penelitian WHO dan lain-lain, juga menemukan bahwa prevalensi infeksi
nosokomial yang tertinggi terjadi di ICU, perawatan bedah akut, dan bangsal
ortopedi. Tidak mengherankan apabila kejadian infeksi lebih tinggi diantara
pasien yang lebih rentan karena usia tua, dan beratnya penyakit yang sedang
diderita.
2. DAMPAK INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial menambah ketidakberdayaan fungsional, tekanan
emosional, dan kadang-kadang pada beberapa kasus akan menyebabkan kondisi
kecacatan sehingga menurunkan kualitas hidup. Infeksi nosokomial saat ini juga
merupakan salah satu penyebab kematian.
28

Selama 10 -20 tahun terakhir belum banyak kemajuan dalam mengatasi


masalah mendasar yang menjadi penyebab meningkatnya kejadian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di
negara-negara yang kurang mampu, karena meningkatnya :
a. Lama perawatan di rumah sakit
b. Terapi dengan obat-obat mahal (seperti obat antiretroviral untuk HIV /
AIDS, dan antibiotika), dan
c. Penggunaan pelayanan lain (seperti pemeriksaan laboratorium, rontgen,
transfusi).
3. PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan strategi yang telah tersedia,
secara relatif murah, yaitu :
a. Mentaati praktik pencegahan infeksi yang dianjurkan, terutama
kebersihan dan kesehatan tangan serta pemakaian sarung tangan.
b. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat
untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor,
diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi ; dan
c. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area berisiko tinggi
lainnya ( ICU, Poli Bedah, Poli Penyakit Menular, Unit Stroke, Unit
Kanker, Laundry, Tempat Pembuangan Sampah, dan lain-lain) , dimana
kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparan pada agen
penyebab infeksi sering terjadi.
4. KEWASPADAAN BERDASARKAN PENULARAN
Walaupun penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit telah dikenal sejak
lama, pemahaman bagaimana mencegah infeksi nosokomial ( infeksi yang didapat
di rumah sakit ) dan implementasi secara baik masih sulit. Penularan infeksi
nosokomial memerlukan 3 unsur, yaitu sumber mikroorganisme, sasaran yang
sensitif, dan cara penularan.
29

Topik 2 Sterilisasi dan Disinfeksi di Bidang Kesehatan gigi


1. STERILISASI
Sterilisasi yaitu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan.
Suatu benda steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari semua
bentuk kehidupan. Suatu benda atau substansi hanya dapat steril atau tidak steril,
tidak akan pernah mungkin setengah steril atau hampir steril.
Ada 3 macam proses sterilisasi yang digunakan di kesehatan gigi yaitu :
a. Sterilisasi panas
Contohnya autoklaf, dry heat , chemiclav
b. Sterilisasi gas
Contohnya gas ethylene oxide
c. Sterilisasi dengan cairan kimia
Contohnya larutan glutaraldehide 2%
2. DISINFEKSI
Disinfeksi ialah proses yang menghancurkan sel-sel vegetatif yang
menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya. Zat kimia yang dapat
mematikan sel vegetatif tetapi belum tentu dapat mematikan bentuk-bentuk spora
mikroorganisme penyebab penyakit dikenal dengan nama disinfektan.
Sterilisasi merupakan metode yang paling aman dan efektif dalam
pemrosesan alat, tetapi peralatan sterilisasi sering tidak tersedia. Dalam keadaan
demikian, Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) merupakan alternatif yang dapat
diterima. Proses DTT membunuh semua mikroorganisma (termasuk bakteri
vegetatif, tuberkulosis, ragi dan virus) kecuali beberapa endospora bakterial. DTT
dapat diperoleh dengan cara merebus (boiling), mengukus (uap panas), atau
merendam alat dalam disinfektan kimiawi.

Anda mungkin juga menyukai