Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya, sehingga kami berhasil
menyelesaikan tugas Critical Book Report mata kuliah Termodinamika ini tepat
pada waktunya. Ringkasan ini berisikan tentang Mesin, Mesin Pendingin, dan
Hukum Termodinamika Kedua. Kami berharap makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang topik tersebut.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampuh mata
kuliah Termodinamika atas bimbingan nya kami dapat mengerjakan tugas ini
dengan baik. Serta kepada semua teman – teman yang telah membantu dan
memberikan semangat kepada kami dalam proses pengerjaan tugas ini.

Medan, 9 September 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1

DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB I PEMBAHASAN .........................................................................................3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3

1.3 Tujuan ................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

2.1 Identitas Buku ...................................................................................................4


A. Identitas Buku 1 .....................................................................................4
B. Identitas Buku 2 ......................................................................................4
2.2 Ringkasan Buku .................................................................................................4
A. Ringkasan Buku 1 ..................................................................................4
B. Ringkasan Buku 2 ..................................................................................4
2.3.Kelebihan dan Kekurangan Buku ......................................................................8
A. Kekurangan Buku 1 ................................................................................4
B. Kekurangan Buku 2 ................................................................................4
C. Kelebihan Buku 1 ...................................................................................4
D. Kelebihan Buku 2 ...................................................................................4
BAB III PENUTUP ...............................................................................................9

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................9

3.2 Saran ...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam ternodinamika juga terdapat jenis – jenis mesin yang menggunakan
prinsip termodinamika. Seperti mesin stirling, mesin uap, dan motor bakar, selain
itu juga ada yang disebut dengan mesin pendingin. Dalam bab ini juga ada istilah
Hukum kedua dalam Termodinamika. Mesin Kalor adalah nilai kalor yang
diserap lebih besar dari nilai kalor yang di keluarkan, dan jika sistem yang
melakukan kerja, maka akan timbul daur dalam sistem yang disebabkan oleh
gawai mekanis. Mesin kalor memiliki tujuan mengirimkan kerja ke luar dengan
melakukan daur berulang – ulang. Sedangkan kemampuan untuk mengembalikan
sistem ke keadaan awal, yang disebut dengan daur

1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah buku pertama lebih unggul dari buku kedua, dan sebaliknya?
2. Apakah buku pertama memiliki kekurangan jika di bandingkan dengan
buku kedua, dan sebaliknya?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui apakah kelebihan dari buku pertama di bandingkan dengan
buku kedua, dan sebaliknya?
2. Mengetahui apakah kekurangan dari buku pertama jika di bandingkan
dengan buku kedua, dan sebaliknya?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Identitas Buku


A. Identitas Buku 1
Judul buku : Kalor dan Termodinamika
Penulis : Mark W.Zemansky dan Richard H.Dittman
Penerbit : ITB
Kota terbit : Bandung
Tahun terbit : 1986
Tebal buku : 613 Halaman
ISBN : 979 – 8001 – 08 – 7
B. Identitas Buku 2

2.2. Ringkasan Buku


A. Ringkasan Buku 1
Konversi Kerja Menjadi Kalor, dan Sebaliknya
Sebuah batu di gosok – gosokkan ke dalam air akan menimbulkan
kenaikkan temperatur. Temperatur batu tersebut akan naik lebih tinggi daripada
temperatur air yang berada di sekitarnya, hal itu berarti telah timbul kalor ke
dalam air tersebut. Arus listrik dibiarkan mengalir dalam hambatan yang di
letakkan di dalam air yang mengalir atau air yang memiliki massa yang besar,
maka akan ada konversi dari usaha yang di lakukan listrik menjadi kalor tanpa
mengubah koordinat termodinamik kawat itu. Pada umumnya, jenis usaha atau
kerja apa pun dapat dilakukan pada sistem yang bersentuhan dengan tendon dan
menimbulkan aliran kalor Q dengan efisiensi 100%.
Pada proses sebaliknya, yaitu konversi kalor menjadi bentuk kerja, proses
– proses yang mengakibatkan konversi yang berlangsung terus – menerus tanpa
mengubah mengubah keadaan akhir sistem apa pun. Pada proses ini tidak akan
ada perubahan energi internal, hal itu dikarenakan temperaturnya tetap, sehingga
berlaku –W = Q. Pada proses ini diperlukan adanya kemampuan untuk
mengembalikan sistem ke keadaan awal, yang disebut dengan daur. Proses yang
terdiri dari satu daur yaitu menyangkut aliran kalor dari atau ke dalam sistem dan
suatu kerja oleh atau pada sistem. Pada satu daur yang lengkap, sistem akan
menyerap kalor |QH|; jumlah kalor yang di keluarkan oleh sistem |QC|; dan jumlah
kerja atau usaha yang dilakukan sistem |W|. Hal yang harus di ingat dalam materi
ini adalah, QH, QC, dan W disajikan dalam bentuk nilai mutlak yang nilainya akan
selalu positif.
Mesin Kalor adalah nilai |QH| yang lebih besar dari nilai |QC|, dan jika
sistem yang melakukan kerja, maka akan timbul daur dalam sistem yang
disebabkan oleh gawai mekanis. Mesin kalor memiliki tujuan mengirimkan kerja
ke luar dengan melakukan daur berulang – ulang. Mesin kalor memiliki efisiensi
termal (η), sebagai berikut :
|𝑊|
η = |𝑄
𝐻|

Karena hukum pertama pada satu daur lengkap dan tidak terjadi perubahan
neto dari energi internal, maka :
|W| = |QH| - |QC|
|𝑄𝐻 |− |𝑄𝐶 | |𝑄 |
η= ; η =1 − |𝑄 𝐶 |
|𝑄𝐻 | 𝐻

Biasanya, perubahan kalor menjadi kerja dilakukan oleh mesin pembakar


eksternal (Mesin Stirling, dan mesin uap) dan mesin pembakar internal (Mesin
bensin dan diesel).
Mesin Stirling.
Pada 1816, seorang pendeta greja di Skotlandia, Robert Stirling
merancang sebuah mesin udara panas yang untuk mengkonversi energi bebas saat
pembakaran menjadi suatu kerja. Mesin ini di kembangkan oleh insinyur yang
bekerja di perusahaan Philips, Belanda dan perusahaan Ford yang diletakkan pada
mobil. Langkah kerja dari mesin ini dapat di lihat melalui skema:
Pada skema di atas dapat di lihat, terdapat dua buah piston yang terdiri dari
piston pemuai (kiri) dan piston pemampat (kanan) kemudian di hubungkan
dengan poros yang sama. Saat poros berputar maka piston akan bergerak dengan
fase berbeda. Ruang antara kedua piston berisi gas, dan di bagian kiri ruang
bersentuhan dengan tendon panas, sedangkan bagian kanan bersentuhan dengan
tendon dingin. Di antara kedua tendon terdapat Regenerator (R).
Diagram PV mesin stirling yang diidealkan :

Mesin Uap
Mesin uap memiliki cara kerja mulai dari perubahan tekanan, dan
perubahan volum air dengan massa tetap kemudian berjalan melalui proses
pengembun, melalui ketel uap, lalu masuk ke kamar pemuaian, dan kembali lagi
ke pengembunan. Dengan pompa, air akan masuk ke ketel yang tekanan dan
temperaturnya lebih tinggi. Di dalam ketel tersebut air akan di panaskan sampai
mendidih, lalu diuapkan. Kedua proses itu berlangsung pada tekanan yang tetap.
Setelah itu, uap yang di hasilkan tadi akan di panaskan dengan tekanan tetap, dan
mengalir ke dalam silinder. Selanjutnya uap akan memuai dengan proses
adiabatik. Di dalam pengembun, uap akan mengembun menjadi air dengan
tekanan dan temperatur sama seperti di proses awal. Penjelasan itu dapat dilihat
melalui skema dan diagram PV di bawah ini;

Dalam diagram PV terdapat 3 isoterm air, yaitu: Pada 𝜃𝐶 yang sesuai


dengan temperatur pengembun, pada 𝜃𝐵 sesuai dengan temperatur ketel uap, dan
𝜃𝐻 berada pada temperatur yang lebih tinggi. Pada diagram PV terdapat garis
putus – putus yang menunjukkan kurva jenuh cairan dan uap.
Motor Bakar
Dalam mesin bensin terdapat 6 proses, dengan 4 proses memerlukan
gerakkan piston yang disebut langkah.
1. Langkah Hisab. Pada langkah ini campuran uap bensin dan udara akan
dihisap oleh silinder, dan tekanan di luar akan lebih besar daripada tekanan
campuran uap bensin.
2. Langkah Pemampatan. Campuran uap bensin dan udara akan
dimampatkan sampai tekanan dan temperatur naik.
3. Pengapian. Akan terjadi proses pembakaran campuran panas yang terjadi
akibat cetus api listrik.
4. Langkah Daya. Hasil dari pembakaran, akan memuai dan mendorong
piston keluar. Dalam hal ini berarti terjadi penurunan tekanan dan
temperatur.
5. Pembuangan melalui Katup. Gas hasil pembakaran yang memiliki
tekanana dan temperatur lebih tinggi daripada di luar. Sehingga gas akan
keluar sampai tekanan di dalam sama dengan tekanan di luar.
6. Langkah Buang. Piston mendorong semua sisa gas hasil pembakaran ke
luar silinder dengan tekanan di dalam lebih besar daripada tekanan luar
dan mencipkatan percepatan yang lebih besar dari gesekannya.
Dalam proses ini dibutuhkan adanya daur otto, dimana daur ini akan
menyederhanakan gejala – gejala yang mempersulit analis, seperti gesekan,
percepatan dan lainlain. Diagram daur otto dan daur diesel baku udara dapat
dilihat di bawah ini:

Proses 5 – 1, terjadi hisapan isobarik kuasi statik. Dalam hal ini berlaku:
P0 V = bR𝜃1
Proses 1 – 2, pemampatan adiabatik kuasi statik n1 mol udara. Berlaku:
𝑦−1 𝑦−1
𝜃1 𝑉1 = 𝜃2 𝑉2
Proses 2 – 3, terjadi pertambahan temperatur dan tekanan yang terjadi
secara isovolum dari n1 mol udara melalui penyerapan kalor |QH|. Proses
ini agar terjadi efek ledakan di dalam mesin bensin.
Proses 3 – 4, Pemuaian adiabatik, terjadi penurunan temperatur dari 𝜃3
menjadi 𝜃4 .
𝑦−1 𝑦−1
𝜃3 𝑉2 = 𝜃4 𝑉1
Proses 4 – 1, terjadi penurunan tekanan dan temperatur secara isovolum.
Proses 1 – 5, pembuangan isobarik kuasi statik pada tekanan atmosfer.

Dengan menganggap 𝐶𝑣 tetap pada sepanjang 2 → 3, kita dapatkan


𝜃3
|𝑄𝑛 | = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝜃 = 𝐶𝑣 (𝜃3 − 𝜃2 )
𝜃2

Demikian juga pada proses 4 → 1


𝜃1
|𝑄𝑐 | = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝜃 = 𝐶𝑣 (𝜃4 − 𝜃1 )
𝜃4
Jadi efisiensi teralnya adalah
𝑄𝑐 𝜃4 − 𝜃1
𝑛 =1−| |=1−
𝑄𝐻 𝜃3 − 𝜃2
𝛾−1 𝛾−1
Kedua proses adiabat memberikan persamaan 𝜃4 𝑉1 = 𝜃3 𝑉2 dan
𝛾−1 𝛾−1
𝜃1 𝑉1 = 𝜃2 𝑉2 yang setelah pengurangan diperoleh
(𝜃4 − 𝜃1 )𝑉1𝛾−1 = (𝜃3 − 𝜃2 )𝑉2𝛾−1
Atau
𝜃4 −𝜃1 𝑉 𝛾−1
= (𝑉2 )
𝜃3 −𝜃2 1

Dengan menyatakan nisbah 𝑉1 /𝑉2 sebagai r, dengan r disebut nisbah


pemampatan atau nisbah pemuaian, akhirnya kita dapatkan perssamaan :
1 1
𝑛 =1− 𝛾−1
= 1 − 2−1
(𝑉1 /𝑉2 ) 𝑟
Dalam suatu mesin bensin yang sebenarnya, r tidak bias lebih besar dari
pada 10, karena apabila r lebih besar lagi, maka kenaikan temperatur ketika terjadi
penempatan campuran bensin dan udara yang cukup besar sehingga terjadi
pembakaran sebelum ada cetusan api listrik. Hal ini disebut pranyala. Dengan
mengambil r sama dengan 9 dan 𝛾 sama dengan 1,5 (untuk udara, 𝛾 lebih
menghampiri 1,4).
1
𝑛=1− = 0,67 = 6,7%
√9
Adapun kendala yang terdapat dalam mesin bensin yang sebenarnya,
seperti percepatan, golakan, dan hantaran kalor yang timbul karena beda
temperatur, sehingga membuat temperature jauh lebih renda dibandingkan dalan
daur Otto baku-udara.
Dalam mesin diesel, udara masuk hanya pada saat langkah hisap. Udara itu
dimampatkan secara adiabat sampai temperaturnya tinggi agar mampu
menyatakan minyak yang disemprotkan kedalam silinder setelah pemampatan.
Pengaruh yang menyusahkan biasa timbul, seperti penggabungan secara kimia,
gesekan, percepatan, dan kehilangan kalor, terjadi juga dalam mesin diesel yang
sama seperti dalam mesin bensin.
Dengan menyingkirkan pengaruh ini, hendaknya memakai anggapan yang
sama seperti sebelumnya, kita mendapatkan semacam daur diesel baku udara. Jika
garis 2→3 dapat diambil mendatar dan bukan tegak, maka daur yang terjadi ialah
daur diesel baku udara.
Efisiensi yang bekerja menurut daur diesel adalah
1 1
1 (𝑟 ) − ( 𝑟 )
𝐸 𝐶
ƞ= 1−
1 1
7 (𝑟 ) − ( 𝑟 )
𝐸 𝐶
𝑉1
𝑟𝐸 = = 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛
𝑉2
𝑉1
𝑟𝐶 = = 𝑛𝑖𝑠𝑏𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑉2
Dalam mesin diesel dua langkah setiap dua langkah sekali merupakan
langkah daya, sehingga dayanya menjadi dua kalilipat. Dasarnya sangatlah
sederhana, pada akhirlangkah daya, ketika silinder penuh dengan hasil
pembakaran, katupnya terbuka, pembuangan terjadi sampai hasil pembakaran
tersebut mencapai atmosfer. Kemudian sebagai pengganti penggunaan pistin maka
tiupkanlah udara segar kedalam silinder yang menggantikan hasil pembaaran itu.
Peniup yang bekerja dengan pertolongan mesin itu.
Pernyataan Kelvin-Planck mengenai hokum dua termodinamika
Ada empat mesin beda yang diterangkan secara singkat dan spontan.
Ada banyak lagi jenis-jenis mesin lainnya dan sejumlah besar perincian structural,
cara meningkatkan efesien termal, analisis matemati dan lain sebagainya yang
menyangkut tentang persoalan termodinamika teknik. Jika diredukasi ke unsur
yang sederhana, ciri penting daur mesin kalor dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Terdapat proses yang terjadi penyerapan kalor dari tendon eksternal
yang bertemperatur tinggi yang disebut dengan tendon panas.
2. Terdapat proses dimana kalor dibuang ke tendon eksternal dengan
temperatur lebih rendah, biasanya disebut dengan tendon dingin.
3. Terdapat suatu proses yang selama proses itu berlangsung, kerja
dikirmkan ke sekelilingnya.

Hal ini ditunjukkan secara skematis. Dalam mesin yang pernah dibuat
yang mampu mengkonversi kalor diambil dari satu tendon menjadi kerja tanpa
membuang kalor ke tandong yang bertemperature lebih rendah. Pertanyaan ini
diambil dari hokum termodinamika ke dua yang telah dirumuskan oleh para ahli
dalam beberapa cara.

Menurut pernyataan Planck “kita tidak mungkin membuat mesin yang


bekerja dalam daur lengkap yang tidak dapat menghasilkan sesuatu selain
mengangkat benda dan mendinginkan suatu tendon kalor” selanjutnya akan
disebut sebagai pernyataan hukum kedua termodinamika menurut Kelvin-Planck
“tidak ada proses yang bias berlangsung yang hasilnya tidak lain hanyalah
penyerapan kalor dari suatu tandon dan mengkonversikan kalor menjadi kerja.”
Hukum kedua bukan merupakan akibat dari hukum pertama, tetapi hokum ini
berdiri sendiri sebagai hokum alam yang terpisah, yang mengacu pada suatu segi
alam yang berbeda dari yang dipandang oleh hokum yang pertama.
Pesawat Pendingin
Kalor adalah gawai yang menggunakan sistem daur dalam arah
sedemikian rupa sehingga kalor diserap ketika temperaturnya tinggi, jumlah kalor
sedikit dibuang oleh temperatur yang lebih rendah dan jumlah kalor neto
dilakukan pada lingkungannya. Jika suatu daur berlawanan dengan arah mesin,
hasil bersihnya adalah penyerapan kalor pada temperatur rendah, pembuangan
kalor dalam jumlah yang lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Daur striling bisa dibalik, dan bila dibalik, daur ini menghasilkan jenis
pesawat pendingin yang paling berguna. Cara kerja pesawat pendingin striling
yang ideal dapat difahami dengan baik dari cara memakai diagram sistematik dan
diagram PV yang menyertainya.
Daur pesawat pendingin striling dipakai oleh sejumlah pabrik untuk
membuat pesawat pendingin praktis untuk menghasilkan temperature rendah, dari
90k sampai 12K.
Didalam pengembun, zat pendingin berada pada tekanan tinggi dan pada
temperatur terendah yang bias dicapai dengan memakai pendingin udara atau air.
Zat pendingin ini selalu memiliki sifat pada tekanan dan temperature, zat
merupakan cairan jenuh. Bila fluida ini mengalir melalui bukaan sempit dari
daerah tekanan tinggi kedaerah tekanan rendah secara adiabat, zat dikatakan
mengalami proses sernak atau permulaan joule Thomson atau permulaan Joule-
Kelvin.
Tujuan setiap pesawat pendingin adalah diambil sebanyak mungkin kalor
dari tendon dingin dengan melakukan kerja sekecil mungkin. Jadi koefesien untuk
kerja pesawat dingin dinyatakan oleh koefien kinerja yang disebut juga nisbah
energy.
𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝜔=
𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
Jika dalam satu dasar, kalor Qc diserap oleh zat pendingin dari tendon
dingin dan kerja |𝑤| dilakukan oleh notor listrik yang menjalankan pesawat
pendingin maka :
𝑄𝑐 |𝑄𝑐 |
𝜔=| |=
𝑊 |𝑄𝐻 | − |𝑄𝑐 |
Koefesien kerja pesawat pendingin dapat jauh lebih besar dari pada satu.
Jika untuk mudahnya misalnya, kita dapat mengambil 5, maka :
𝑄𝑐
𝜔=| |=5
𝑊
|𝑄𝑐 |−|𝑊| |𝑄𝐻 |
Tetapi, |𝑄𝑐 | = |𝑄𝐻 | − |𝑊| dengan demikian, |𝑊|
=5; |𝑊|
=6

Sehingga kalor yang dibebaskan pada temperatur yang lebih tinggi sama
dengan enam kali kerja yang dilakukan. Apabila kerja yang dilakukan motor
listrik, maka untuk setiap joule energy listrik yang dipakai, ada 6 joule kalor yang
dibebaskan, sedangkan jika 1 joule energy listrik hilang melalui sebuah hambatan,
kita hanya mendapatkan paling banyak 1 kalor. Akibatnya kelihatanyya sangat
menguntungkan memanaskan rumah dengan cara mendinginkan udara diluar
rumah. Pernyataan Kelvin-Planck dan Celcius setara dalam berbagai segi.
Kesetaraan pernyataan Kelvin-Planck dan Celcius

Yang mana pada setiap makna memiliki ambang masing-masing, yaitu :

 K = Pernyataan Kelvin-Planck benar


 -K= Pernyataan Kelvin-Planck salah
 C = Pernyataan Celcius benar
 -C= Pernyataan Celcius Salah

Pernyataan diatas menyatakan jika kebenaran pernyataan pertama


mengakibatkan kebenaran pernyataan pertama mengakibatkan kebenaran
pernyataan kedua dan kebenaran yang kedua mengakibatkan kebenaran yang
pertama, dengan memakai lambing ͻ untuk menyatakan mengakibatkan dan
lambing ≡ untuk menyatakan kesetaraan, maka menurut ketentuan kita
dapatkan.K ≡ C bila K ͻ C dan C ͻ K dapat ditunjukkan dengan mudah bahwa K≡
C juga berlaku - K ͻ -C dan - C ͻ -K. Jadi untuk memperlihatkan kesetaraan K dan
C kita harus menunjukkan bahwa tersalahnya satu pernyataan yang
mengakibatkan kesalahan kedua.

B. Ringkasan Buku 2
Menurut hukum pertama termodinamika, jika suatu sistem mengalami
suatu siklus sempurna, maka panas seluruhnya yang disuplai sama seperti kerja
bersih yang dilakukan. Hal ini didasarkan pada konsep prinsip konservasi energi
yang didasarkan pada hasil pengamatan dari kejadian alam. Pada hukum kedua
termodinamika menunjukkan panas netto yang dihasilkan dalam suatu siklus
besarnya sama seperti kerja bersi yang dilakukan.
Mesin Kalor
Mesin kalor adalah sistem yang beroperasi dalam suatu siklus sempurna
dan menghasilkan kerja netto dari suatu suplai panas. Hukum kedua
termodinamika ini menyatakan bahwa suatu sumber panas dan suatu wadah
untuk buangan panas kedua nya diperlukan dalam suatu sistem, karena sejumlah
panas harus selalu dibuang oleh sistem tersebut. Berdasarkan hukum pertama,
dalam suatu siklus yang sempurna yaitu dari persamaan:
∑dQ =∑dW

2.3. Kekurangan dan Kelebihan


A. Kekurangan Buku 1
Buku yang kami gunakan menyajikan beberapa rumus, namun di dalam
buku ini tidak menjelaskan secara rinci dari mana rumus itu berasal (penurunan
rumus), dan mengenai penjelasan dari simbol – simbol yang digunakan
kebanyakan di sajikan dalam bentuk paragraf atau di satukan dengan kalimat lain,
sehingga pembaca harus teliti dan cermat dalam membaca buku tersebut.
C. Kelebihan Buku 1
Buku tersebut sangat baik dalam menyajikan materinya. Materi di setiap
pokok bahasan sangat detail di tuliskan dalam buku itu. Mulai dari penjelasannya
dalam setiap sub bab nya, seperti pengertian, kendala, langkah – langkah, dan
pengaplikasiannya dalam kehidupan. Tidak hanya itu, dalam buku tersebut penulis
juga banyak menyajikan berupa skema, dan diagram untuk setiap pembahasan
mengenai mesin – mesin yang berhubungan dengan hukum ke–2 Termodinamika.
Selain itu, setelah di jelaskan dalam bentuk skema dan diagram, kemudian penulis
buku menjelaskan apa maksud dari skema dan diagram tersebut. Hal tersebut
sangat membantu kami, karena kami menjadi lebih mudah mengerti maksud dari
skema nya, dan makna dari tahap – tahapan yang ada pada skema dan diagram
tersebut. Selain itu, penulis juga memberikan beberapa rumus yang ada di materi
pokok ini.
3. Kekurangan Buku 2

Anda mungkin juga menyukai