1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui keamnan, keefektifan dan rasionalitas penggunaan
obat stroke
2. Untuk mengetahui masalah terkait penggunaan obat pasien dan
menyelesaikan permasalahnnya secara tepat
BAB II
PENDAHULUAN
2.2 Phatopisiologi
2.2.1 Faktor Risiko Untuk Stroke
1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi termasuk peningkatan
usia, jenis kelamin laki-laki, ras (Afrika Amerika, Asia, Hispanik), riwayat
keluarga stroke, dan rendah Berat lahir.(Dipiro J.T. dkk., 2015).
2. Faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi termasuk hipertensi dan
penyakit jantung (terutama fibrilasi atrium).(Dipiro J.T. dkk., 2015).
3. Faktor risiko utama lainnya termasuk diabetes mellitus, dislipidemia, dan
merokok (Dipiro J.T. dkk., 2015).
Stroke iskemik merupakan 88% dari semua stroke dan disebabkan oleh lokal
pembentukan trombus atau emboli yang menyumbat arteri serebral. Otak aterosklerosis
adalah faktor penyebab dalam sebagian besar kasus stroke iskemik 30% dari etiologi
tidak diketahui. Emboli dapat timbul baik dari dalam atau dalam arteri ekstrakranial. Dua
puluh persen stroke emboli timbul dari hati (Dipiro J.T. dkk., 2015).
Dalam kasus emboli jantung, stasis aliran darah di atrium atau ventrikel mengarah
pada pembentukan gumpalan lokal yang dapat terlepas dan melakukan perjalanan melalui
aorta ke sirkulasi otak (Dipiro J.T. dkk., 2015).
Hasil akhir dari pembentukan trombus dan emboli adalah arteri oklusi, mengurangi
aliran darah otak dan menyebabkan iskemia dan akhirnya infark distal ke oklusi (Dipiro
J.T. dkk., 2015).
Tujuan pengobatan untuk stroke akut adalah untuk: (Dipiro J.T. dkk., 2015).
2.7 Pengobatan
Pada stroke iskemik akut, intervensi bedah terbatas. Namun, dekompresi bedah
dapat menyelamatkan nyawa dalam kasus pembengkakan yang signifikan terkait dengan
infark serebral. Pendekatan interdisipliner untuk stroke perawatan yang mencakup
rehabilitasi dini sangat efektif dalam mengurangi jangka panjang cacat. Dalam
pencegahan sekunder, endarterektomi karotid efektif dalam mengurangi kejadian stroke
dan kekambuhan pada pasien yang tepat. Stenting karotid mungkin efektif dalam
mengurangi risiko stroke berulang pasien dengan risiko tinggi komplikasi selama
endarterektomi (Dipiro J.T. dkk., 2015).
Gambar 2.4 Rekomendasi untuk Farmakoterapi Stroke Iskemik (Dipiro J.T. dkk., 2015).
1. Saat ini tidak ada strategi farmakologis standar untuk mengobati perdarahan
intraserebral. Pedoman medis untuk mengelola tekanan darah peningkatan
tekanan intrakranial, dan komplikasi medis lainnya pada pasien yang sakit akut di
unit perawatan neurointensive harus diikuti (Dipiro J.T. dkk., 2015)
2. Perdarahan subaraknoid akibat ruptur aneurisma dikaitkan dengan tingginya
insiden iskemia serebral yang tertunda dalam 2 minggu setelah perdarahan
episode. Vasospasme pembuluh darah otak dianggap bertanggung jawab untuk
iskemia yang tertunda dan terjadi antara 4 dan 21 hari setelah perdarahan.
Pemblokir saluran kalsium nimodipine disarankan untuk mengurangi kejadian
dan tingkat keparahan defisit neurologis akibat iskemia tertunda. Nimodipine 60
mg setiap 4 jam harus dimulai saat diagnosis dan berlanjut selama 21 hari pada
semua pasien perdarahan subaraknoid. Jika hipotensi terjadi, dapat dikelola
dengan mengurangi interval dosis hingga 30 mg setiap 2 jam (dosis harian yang
sama), mengurangi total dosis harian (30 mg setiap 4 jam jam), dan
mempertahankan terapi volume dan tekanan intravaskular (Dipiro J.T. dkk., 2015)
Pasien dengan stroke akut harus dipantau secara intens untuk perkembangan
neurologis memburuk, komplikasi, dan efek samping dari perawatan. Alasan paling
umum untuk kemunduran klinis pada stroke pasien adalah (Dipiro J.T. dkk., 2015).
3.1 Kesimpulan
Pasien pada kasus menderita stroke. Stroke dibagi menjadi dua yakni:
stroke infark atau storke iskemik serta stroke perdarahan atau storke hemoragik.
Dari gejalan klinis, serta munculnya serangan yaitu saat baru bangun tidur
mengindikasikan pasien menderita stroke iskemik. Stroke iskemik dapat ditangani
dengan farmakologis. Sedangkan stroke hemoragik harus dirujuk ke bagian bedah
saraf untuk melakukan kraniotomi.
Ny, Iy 40 tahun ibu rumah tangga masuk rumah sakit dengan diagnosa
stroke dan DM. Pasien mengalami penurunan kesadaran sejak masuk rumah sakit,
dan mengeluh lemas badan di bagian kiri. Riwayat kejadian pasien ditemukan
tidak sadarkan diri dirumahnya sebelum dilarikan ke rumah sakit, saat datang ke
rumah sakit TD pasien 160/70 dan kadar glukosa sewaktunya 320 mg/dL.
Menurut keluarga pasien ibu dari Ny, Iy memiliki riwayat DM jadi ada resiko
keluarga yang diturunkan.
Data Pasien
16 17 18 19 20 21 22
Tekanan Darah 120/80mmHg 160/70 180/90 180/100 160/80 140/90 140/100 160/100
(mm/Hg)
o
Suhu 36-37 C 36 36,7 36 36 36 36 36
o
( C)
Nadi 80-100 x/menit 71 88 78 80 72 80 82
(x/menit)
Respirasi 18-22 x/menit 21 22 20 20 20 20 20
(x/menit)
Pemeriksaan labolatorium
Hematology
Hemoglobin 12-16 g/dl 7,6
Hematokrit 35-45% 27
Jumlah Leukosit 5000-10000/mm3 19.700
Jumlah Trombosit 150.000-350.000/mm3 631.000
Faal Ginjal
Ureum 15-45 mg/dL 18
Kreatinin 0,5-0,9 mg/dL 0,93
Elektrolit
Natrium/Na 135-145 mmol/L 147
Kalium/K 3,5-5,5 mmol/L 3.1
Calsium/Ca 1,10-1,40 mmol/L 1.17
Lemak
Kolesterol Total <200 mg/dL 174
Kolesterol HDL >45 mg/dL 57
Kolesterol LDL 130-159 mg/dL 82
Trigliserida 35-135 mg/dL 174
Kimia Lain
Glukosa 100-110 mg/dL
Glukosa Sewaktu 76-110 mg/dL 320
Asam Urat 2,5-6,8 mg/dL 3.0
Glukosa 2jam pp <140 mg/dL 235
Faal Hati/Jantung
SGPT 9-32 U/L 10
SGOT 10-31 U/L 14
Pemeriksaan penunjang
infark)
Pemberian Obat
4. Assesment
4.Planing
Pemantauan kadar glukosa dan tekanan darah pasien
Memberikan konseling mengenai obat yang dibawa ketika pulang seperti
menginformasikan indikasi, aturan pakai dan cara penggunaan obat.
Menjaga pola makanan serta melakukan olahraga secara teratur
Daftar Pustaka