Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

AKTIVA LANCAR LAINNYA

Disusun oleh :
RHEZA CATHELLIA YANRIEF (1710531043)
ZAKKIA HUMAIROH (1710532043)
KIARA ZULFIANA (1710532059)

Dosen Pengampu :
RAHMAT KURNIAWAN, S.E., M,Si., Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akuntansi Pajak berasal dari dua kata yaitu akuntansi dan pajak. Akuntansi adalah
suatu proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan dan
diakhiri dengan suatu pembuatan laporan keuangan. Sedangkan Pajak adalah iuran atau
pungutan wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) untuk
menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang dapat
ditunjuk secara langsung. Jadi Akuntansi Pajak adalah suatu proses pencatatan,
penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban
perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat
Pemberitahuan Tahunan.
Penyusunan laporan keuangan ini diperlukan untuk mempermudah perusahaan
dalam melaporan harta/kekayaan dan juga penghasilan serta biaya yang diperoleh
perusahaan pada periode tertentu. Perusahaan memerlukan jenis laporan laba/rugi untuk
menghitung besarnya pajak yang terutang pada tahun pajak tertentu.
Pada golongan masyarakat tertentu menganggap bahwa akuntansi merupakan suatu
hal yang sulit, apalagi kalau dihubungkan dengan pajak yang memliki peraturan yang selalu
berubah. Sesungguhnya akuntansi yang berlaku bagi perusahaan tidak jauh berbeda dengan
akuntansi yang berlaku untuk tujuan perpajakan. Yang membedakan hanya pada sisi
peraturan perundang-undangan yang berlaku di indonesia kaitannya dengan akuntansi.
Menurut Alimsyah dan Padji (2006;284) mendefinisikan aktiva lancar sebagai
berikut : “Aktiva lancar adalah harta perusahaan yang dapat ditukar dengan uang tunai
dalam waktu relative singkat, biasanya ukuran waktunya yang dipakai ialah siklus usaha
atau tahu buku, yang termasuk aktiva lancar ialah uang kas, rekening giro bank, investasi
jangka pendek, piutang usaha, persediaan barang dagang, biaya dibayar dimuka, wesel,
dll..”
Menurut PSAK No.9 aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam
satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan, mana yang lebih lama, antara
lain :
a. Kas dan bank
b. Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan
c. Deposito jangka pendek
d. Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
e. Piutang
f. Persediaan
g. Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar
h. Pembayaran pajak di muka
i. Biaya dibayar di muka

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Wesel Tagih / Notes Receivable


Wesel tagih adalah dokumen tertulis yang berisi perjanjian untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pihak tertentu pada tanggal tertentu di masa depan, ditambah
bunga pada persentase tertentu dari pokok pinjaman per tahun.

Transaksi-transaksi yang terkait dengan wesel tagih antara lain :

1. Jurnal saat pengakuan wesel tagih

Wesel Tagih XXX

Piutang Usaha/Penjualan XXX

2. Jurnal saat menerima pokok dan bunga dari wesel yang jatuh tempo

Kas XXX
Wesel Tagih XXX

Pendapatan Bunga XXX

3. Jurnal penyesuaian
Piutang Bunga XXX

Pendapatan Bunga XXX

4. Jurnal untuk mencatat pembayaran wesel


Kas XXX

Wesel Tagih XXX

Piutang Bunga XXX

Pendapatan Bunga XXX

Wesel tagih timbul dari utang piutang penyerahan barang atau jasa. Bunga yang
diterima pada saat pelunasan merupakan penghasilan pemegang wesel dan biaya bagi
penerbit promes/wesel. Penghasilan bunga diskonto merupakan obyek potongan PPh Pasal
23 (WP Dalam Negeri) atau PPh Pasal 26 (WP Luar Negeri).

2.2. Piutang Pendapatan (Accrued Revenues)

Piutang pendapatan dapat terjadi ketika perusahaan telah memberikan pelayanan


jasa kepada pelanggan, namun pelanggan belum melakukan pembayaran atas jasa yang
telah dinikmatinya tersebut hingga akhir periode. Piutang pendapatan juga dapat terjadi jika
terdapat pendapatan bunga yang belum diterima baik pendapatan bunga bank atau
pendapatan bunga wesel tagih dan pendapatan bunga lainnya yang belum diterima
perusahaan hingga akhir periode.

Transaksi-transaksi yang terkait dengan piutang pendapatan antara lain :


1. Jurnal saat pengakuan pendapatan jasa/bunga yang masih harus diterima

Piutang Pendapatan Jasa/Bunga XXX


Pendapatan Jasa/Bunga XXX

2. Jurnal saat menerima pembayaran atas pendapatan jasa/bunga yang masih harus diterima

Kas XXX

Piutang Pendapatan Jasa/Bunga XXX

2.3. Piutang di Luar Usaha

Merupakan piutang yang terjadi karena transaksi di luar aktivitas usaha, seperti
karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim asuransi, restitusi
pajak, royalty, dan lain-lain.

- Untuk tujuan pajak : ketentuan UU PPh No. 36 tahun 2008 Pasal 18 ayat (4), piutang
kepada perusahaan afiliasi dikarakteristik sebagai modal, maka terdapat dualism
pengelompokan dalam penyelenggaraan pembukuan
- Untuk pembukuan komersial : diakui sebagai piutang afiliasi
- Untuk laporan keuangan fiskal : dimasukkan ke dalam kelompok penyertaan pada
perusahaan afiliasi/investasi. Teknik pembukuannya, mungkin cukup dibuat catatan kaki
pada akuntansi komersial (full disclosure). Bagi kreditor rekarakterisasi piutang menjadi
penyertaan dapat membawa keuntungan perpajakan apabila atas piutang itu dibayarkan
bunga oleh debitor karena bunga diperlakukan senagai dividen. Berdasarkan katentuan
Pasal 4 ayat (3) bagian (g) UU PPh, dividen antarbadan seperti itu dibebaskan dari
pengenaan pajak.

2.4. Beban dibayar di Muka

Menurut Wild dan Kwok (2011: 118), beban dibayar di muka adalah pos-pos
(items)yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi diharapkan menjadi beban di
kemudian hari setelah melampui kegiataan normal perusahaan. Beban dibayar di muka
biasanya dikelompokan ke dalam aset lancar. Beban dibayar di muka ini dapat berupa
beban dibayar di muka atas asuransi,sewa, dan pajak. Untuk akuntasi komersial, pencatatan
beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan harta dan
pendekatan beban.

Menurut Standar Akuntansi Keungan (PSAK 9), biaya dibayar dimuka


dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas
perusahaan yang akan datang.

Secara tradisional, praktik akuntansi komersial mengalokasikan biaya itu pada masa
yang mendapat manfaat. Misalnya PT Andi menyewa bangunan Rp 3.000.000,00 untuk
masa tiga tahun (1990-1992). Dalam perhitungan rugi-laba PT Andi akan mengalokasikan
biaya itu tiap tahun dengan jumlah Rp 1.000.000,00. Untuk tujuan perpajakan, dalam
ketentuan lama, pasal 11 ayat (10) UU PPh (UU No 7 tahun 1983)menyebutkan biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu tahun diamortisasi dengan tarif yang berlaku untuk
aktiva golongan 1 (50%), golongan 2 (25%). golongan 3 (10%), atau metode satuan
produksi. Berdasarkan ketentuan itu, PT Andi dapat mengamortisasi biaya sewa itu 50%
tiap tahun berdasarkan saldo menurun. Namun, sejak 1995 dengan berlakunya UU No, 10
tahun 1994, biaya itu tidak dibebankan melalui amortisasi lagi melainkan dialokasi menurut
masa manfaatnya sehingga perlakuan pajak menjadi transparan dengan perlakuan akuntansi
komersial (Gunadi:2009). Sehingga tidak terdapat penyajian antara akuntansi perpajakan
dengan akuntansi komersial dimana biaya sama dialokasikan menurut masa manfaatnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai biaya dibayar di


muka adalah:

1) Asuransi dibayar dimuka


Asuransi dibayar dimuka adalah bagian dari premi asuransi yang telah dibayar
tetapi belum berlaku pada saat pelaporan Neraca. Pengeluaran tersebut dilaporkan
dalambagian Aktiva Lancar yaitu dalam perkiraan Asuransi dibayar dimuka. Jika
sejumlah asuransi telah berlaku maka biaya tersebut dipindahkan dari perkiraan aktiva
Asuransi dibayar dimuka ke perkiraan Beban Asuransi. Pencatatan tersebutdilakukan
pada setiap akhir periode akuntansi melalui Ayat Jurnal Penyesuaian. Asuransi dibayar
dimuka tidak dikenakan PPN maupun Pajak penghasilan.
Contoh Soal :
Membayar premi asuransi (Insurance Expense) Rp1.200.000 untuk periode 2 Februari
2017 s/d 2 Februari 2018. Maka pada saat ayat jurnal penyesuaian dibuat pada bulan
Desember, premi yang dibayarkan baru sebesar (1.200.000 : 12 bulan ) =
Rp100.000/bulan x 10 bulan (sampai Desember) maka diperoleh angka Rp1.000.000.
Ada 2 metode penyelesaiannya yaitu :
a. Dicatat sebagai biaya (pendekatan neraca)
Jurnal tgl 2/2/2017 (pada saat membayar asuransi) :
Asuransi dibayar di muka Rp 1.200.000
Kas Rp 1.200.000

Ayat Jurnal Penyesuaian (31/12/2017)

Biaya asuransi Rp 1.000.000

Asuransi dibayar di muka Rp 1.000.000

b. Dicatat sebagai biaya (pendekatan laba rugi)


Jurnal tgl 2/2/2017 (pada saat pembayaran asuransi):
Biaya asuransi Rp 1.200.000
Kas Rp 1.200.000

Ayat Jurnal Penyesuaian (31/12/2017)


Asuransi dibayar di muka Rp 200.000
Beban Asuransi Rp 200.000

2) Sewa dibayar dimuka


Terjadi apabila kita mengeluarkan uang untuk membayar sewa pada awal atau saat
terjadinya transaksi dan belum kita rasakan manfaat ekonominya . Penghasilan yang
diterima oleh OP atau badan darisewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah,rusun,
apartemen, kondominium, gedungperkantoran, ruko, toko, gudang dan industri
dikenakan PPh Final disebut PPh Pasal 4 ayat 2 Tarif 10% dari jumlah bruto PP No.
5/2002, KMK-120/2002 dan KEP-227/2002. Pajak dipotong oleh penyewa pada
saatpembayaran atau pembebanan biaya dan disetor ke Kas Negara dengan
menggunakan SSP paling lambat tgl 10bulan berikutnya dan melaporkannya ke KPP
denganmenggunakan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) paling lambat anggal 20 bulan
berikutnya. Apabila tidak dipotong, maka pihak yang menyewakan wajib menyetor
danmelaporkannya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut PSAK No.9 aktiva lancar adalah aktiva yang dapat direalisasikan dalam
satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Beberapa bagian dari aktiva
lancar terdapat wesel tagih yang merupakan wesel yang dapat ditagihkan kepada
perusahaaan yang memiliki utang kepada perusahaan kita, wesel tagih timbul dari utang
piutang penyerahan barang atau jasa. Bunga yang diterima pada saat pelunasan merupakan
penghasilan pemegang wesel dan biaya bagi penerbit promes/wesel. Penghasilan bunga
diskonto merupakan obyek potongan PPh Pasal 23 (WP Dalam Negeri) atau PPh Pasal 26
(WP Luar Negeri).
Kemudian terdapat piutang pendapatan yang dapat terjadi ketika perusahaan telah
memberikan pelayanan jasa kepada pelanggan, namun pelanggan belum melakukan
pembayaran atas jasa yang telah dinikmatinya tersebut hingga akhir periode yang dicatat
saat pengakuan pendapatan jasa/bunga yang masih harus diterima dan saat menerima
pembayaran atas pendapatan jasa/bunga yang masih harus diterima. Selain piutang
pendapatan terdapat piutang di luar usaha yang erupakan piutang yang terjadi karena
transaksi di luar aktivitas usaha, seperti karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga
dan pegawai, klaim asuransi, restitusi pajak, royalty, dan lain-lain.

Jenis aktiva lancar lainnya menurut Standar Akuntansi Keungan (PSAK 9) adalah
biaya dibayar dimuka yang dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Sejak 1995 dengan berlakunya UU
No, 10 tahun 1994, biaya tidak dibebankan melalui amortisasi lagi melainkan dialokasi
menurut masa manfaatnya sehingga perlakuan pajak menjadi transparan dengan perlakuan
akuntansi komersial dan tidak terdapat perbedaan penyajian antara akuntansi perpajakan
dengan akuntansi komersial dimana biaya sama dialokasikan menurut masa manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Gunadi. (2004). Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit Grasindo

Anda mungkin juga menyukai