Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembukuan merupakan salah satu elemen yang penting dalam sebuah perusahaan. Karena
melalui pembukuan yang baik, seorang pemilik bisnis (owner) dapat mengetahui keuntungan
secara pasti, mengontrol biaya operasional, memantau aset-aset perusahaan, bahkan dapat
membuat prediksi keuangan untuk jangka pendek maupun panjang.
Sepintas pembukuan mungkin terlihat rumit, dan tidak sedikit yang mengabaikannya.
Sebenarnya menghindari pembukuan dalam bisnis bukanlah solusi yang tepat, karena sesuai
dengan amanat Pasal 28 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas diatas jumlah tertentu dan Wajib Pajak badan (WP Badan) di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Menurut UU KUP, Pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Pembukuan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Didalam pembukuan, tentu
adanya pertimbangan metode yang ingin digunakan, salah satunya yaitu metode penggunaan
bahasa. Di dalam tax learning kali ini, akan dibahas tata cara menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa asing menurut ketentuan perpajakan.

1.2. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Bagaimanakah tata cara penyelenggaraan pembukuan mata uang asing?
b. Apa saja persyaratan dalam pembukuan mata uang asing?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui tata cara penyelenggaraan pembukuan mata uang asing
b. Untuk mengetahui apa saja persyaratan dalam pembukuan mata uang asing
BAB II

PEMBAHASAN

PEMBUKUAN DENGAN BAHASA DAN MATA UANG ASING

2.1 Penyelenggaraan pembukuan

Walaupun transaksi keuangan sehari-hari dilaksanakan dalam mata uang rupiah,untuk


tujuanperpajakan wajib pajak tertentu diperbolehkan untuk menyelenggarakan pembukuan
atau perpajakan dengan mata uang dolar. Untuk itu maka pembukuan yang telah
didenominasikan dalam rupiah itu harus ditranslasikan menjadi dolar. Barangkali tujuan dari
diperbolehklannya pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang asing itu terutama untuk
meningkatkan iklim investasi bagi para investor asing di indonesia. Pembukuan dalam mata
uang dolar memberikan proteksi terhadap kemungkinan pemajakan atas keuntungan dari
selisih nilai tukar karena fluktuasi nilai tukar rupiah. Dengan demikian,investor dapat
mepertahankan nilai investasinya sebesar jumlag yang diinvestasikan semula berdasrkan
mata uang asing sangat membantu mepermudah penyusunan lap[oran keuangan konsolidasi
antara perusahaan di indonesia dan induk perusahaan di luar negri sehingga mempertinggi
transparansi ketentuan perpajakan dengan standar dan praktik akuntansi internasional. Sesuai
dengan ketentuan dalam SKMK Nomor 609/KMK.04/1994 tanggal 21 desember 1994
transaksi itu dilakukan sebagai berikut :

a. Pada awal penyelenggaraan


Translasi mata uang (rupiah) neraca awal(akhir tahun lalu) ke dalam US dihitung
berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia.
b. Selama tahun berjalan
1. Translasi transaksi dalam negeri dihitung berdasarkan kurs konversi Bank
Indonesia pada saat pencatatan transaksi(pengakuan) penghasilan dan
(pembebanan) biaya.
2. Trabslasi transaksi luar negeri dihitung berdasarkan kurs konversi Bank Indonesia
pada saat pembebanan rekening wajib pajak pada bank relasinya.
3. Translasi untuk keperluan pembayaran npajak(PPh Pasal 25,21,23,PPN dan PPn
BM) dihitung berdasarkan nilai tukar(triwulan) yang ditetapkan oleh menteri
keuangan.
c. Pada akhir tahun
Untuk keperluan penyampaian SPT Tahunan maka neraca dan perhitungan laba-rugi
disusun dalam bahasa inggris dan dalam mata uang US. Translasi ke rupiah
dilaksanakan berdasarkan kurs yang berlaku pada saat pelunasan pajak (PPh Pasal 29
dan penyampaian SPT) menurut ketetapan meneteri keuangan.

Dari uraian itu tampak bahwa terdapat dua macam nilai tukar(kurs bank indonesia dan
berdasrkan keputusan menteri keuangan)) yang dipakai sebagai dasar translasi.
KMK 609/KMK.04/1994 tersebut telah diubah dengan keputusan menteri keuangan
Nomor 629/KMK.04/1997 dan terakhir dengan keputusan menteri keuangan nomor
330/KMK.04/1999 tanggal 18 juni 1999. Seperti kebanyakan yang terjadi dalam praktik
pembukuan dalam keputusan ini dipakai istilah konversi bukannya translasi. Menurut choi at
al (international accounting:2002) konversi lebih merujuk pada kegiatan penukaran fisik satu
mata uang ke mata uang lain,sedangkan yang terjadi hanya menerjemahkan(translasi)suatu
jenis mata uang(rupiah)ke jenis mata uang lain(dolar).oleh karena itu,buku in memakai istilah
translasi yang merupakan praktik internasional dan tidak memakai istilah konversi sesuai
yang disebut dalam keputusan dimaksud. Ketentuan translasi menurut KMK:330/1999 adalah
sbb:

a. Pada awal tahun buku/tahun pajak


Penyelenggaraan pembukuan dalam USD untuk pertama kali dilakukan bertitik tolak
dari neraca akhit tahun buku/tahun pajak sebelumnya(rupiah) yang ditranslasikan ke
USD berdasar kurs yang berlaku pada akhir tahun buku/tahun pajak sebelumnya.
Kerugian fiskal dalam rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang dapat
dikompensasikan ke tahun pembukuan dengan USD ditranslasi berdasar nilai tukar
menurut keputusan menteri keuangan.
b. Dalam tahun berjalan
1. Untuk transaksi dengan USD, pembukuan dicatat sesuai dengan dokumen
transaksi
2. Untuk transasksi dengn mata uang selain USD baik dalam negeri(rupiah) atau
luar (valas) ditranslasi menurut kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
terjadinya transaski.
3. Bukti potong/pungut dan pembayaran pajak dalam rupiah ditranslasi berdasar
kurs yang ditetapkan menteri keuangan pada tanggal pemotongan/pemungutan
pajak.
c. Pada penyampaian SPT
SPT tahunan PPh badan dan lampirannya disampaikan dalam mata uang rupiah
disandingkan dengan USD berdasar nilai tukar yang berlaku pada akhir tahun
buku/tahun pajak yang ditetapkan dalam keputusanmenteri keuangan.
d. Pembayaran PPh Pasal 25,29 dan PPh final yang dibayar senderi wajib dilakukan
dalam USD.

Sesuai dengan PMK NOMOR 196/PMK.03/2007 ketentuannya sebagai berikut :

1. Pada awal tahun buku :


Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun
buku sebelumnya (dalam satuan mata uang Rupiah) yang dikonversikan ke satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs :
a. untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;
b. Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud
pada huruf a) menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan
harta tersebut.
c. untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut
yang dilakukan secara taat asas;
d. apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas
nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya
revaluasi;
e. untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam satuan mata uang Rupiah dari tahun-
tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang Dollar Amerika Serikat
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku
sebelumnya, yakni kurs tengah Bank Indonesia, berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut yang dilakukan secara taat asas;
f. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya
berlaku pada saat terjadinya transaksi;
g. dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari satuan mata
uang Rupiah ke satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud
pada huruf a), huruf b), huruf c), huruf d), dan huruf e) maka selisih laba atau rugi
tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.
2. Dalam tahun berjalan :
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat,
pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan
b. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan satuan
mata uang selain Dollar Amerika Serikat, dikonversikan ke satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
saat terjadinya transaksi, yaitu sebagai berikut :
1) apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang
dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut;
2) apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs
yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku, berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas.

2.2. Beberapa persyaratan

Dalam pasal 28(8) UU KUP kepada wajib pajak tertentu dalam rangka menyesuaikan
dengan praktik pembukuan tertentu dalam rangka menyesuaikan dengan praktik pembukuan
yang diselenggarakan setiap hari karena kebanyakan transaksi dilakukan dalam mata uang
USD dan untuk keperluan pelaporan di negara induk perusahaan mancanegara(memakai
bahasa inggris) serta meningkatkan daya saing iklim investasi indonesia dalam rangka
menarik modal asing,dengan persyaratan tertentu,ketentuan perpajakan memperbolehkan
pembukuan dengan bahsa inggris dan mata uang USD. Dengan rentannya nilai tukar rupiah
yang berpotensi mendatangkan laba-rugi selisih nilai tukar,apalagi pembukuan
diselenggarakan dalam USD,maka monetary gain yang berasal dari nilai tukar rupiah tidak
kaan muncul. Melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi mendatangkan keuntungan moneter
mendatangkan kerugian moneter USD. Akibatnya,kerugian selisih kurs sebagai akibat
melemahnya nilai ukar rupiah atau menguatnya nilai tukar USD ang mendatangkan rugi
fiskal yang dapat dikompensasikan dengan laba usaha tahun-tahun berikutnya tidak akan
dapat dipulihkan dengan keuntungan moneter yang tidak akan muncul dari mneguatnya nilai
tukar itu nanti tidak akan ada dengan pembukuan dalam USD. Beberapa wajib pajak yang
dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang asing USD adalah:

a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing berdasarkan undang-undang


No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing.
b. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya sebgaimana dimaksud undang-undang
Nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan.
c. Wajib pajak dalam rangka kontrak bagi hasil dengan pertamina berdasar undang-
undang nomor 8 tahun 1971 tentang perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi
negara
d. Wajib pajak yang menjalankan kegiatan usaha di wilayah kerja sama zona A celah
Timor(dengan lepasnya timur-timur dari wilayah yurisdiksi Indonesia maka
ketentuan ini berdasar teori kedaulatan tentu tidak berlaku lagi)
e. Bentuk usaha tetap (BUT) dan
f. Wajib pajak yang berafiliasi dengan pwrusahaan induk negeri.

Selain ketentuan substansial tentang siapa yang boleh menyelenggarakan pembukuan


dalam bahasa inggris dan mata uang dolar amerika,masih terdapat persyaratan formal
prodesural seperti:

a. Penyelenggaraan pembukuan harus terlebih dahulu mendapat ijin tertulis dari


menteri keuangan.
b. Permohonan izin harus diajukankepada dirjen pajak selambat-lambatnya tiga bulan
sebelum tahun buku atau tiga bulan sejak penderian bagi WP baru
c. Dirjen pajak dalam waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan harus menerbitkan
ijin penyelenggaraan pembukuan. Apalagi lewat waktu,permohonan dianggap
diterima.
d. Untuk wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau kontrak bagi hasil,wajib
memberitahukan secara tertulis ke KPP tenpat WP terdaftar selambat-lambatnya 1
minggu sebelum penyelenggaraan pembukuan.

2.3. Enam penuntun praktik translasi

Pembukuan dengan mata uang selain mata uang negara setempat merupakan praktik
demikian hanya terdepat untuk tujuan pajak. Hal ini pun hanya sedikit sekali negara yang
memperbolehkannya.sehubngan denganitu,dapat dipertanyakan maksud dan tujuan
penyelenggaraan pembukuan yang langka itu.

Seseorang dapat memperkirakan tujuan dari kemuahan menyelenggarakan pembukuan


dalam bahasa dan mata uang asing untuk menciptakan iklim investasi yang favorable bagi
penanaman modal asing.denominasi dalam mata uang dolar akan melindungi jumlah
investasi dan mengeliminasi pemajakan atas monetary gain karena depresiasi itu .

Untuk hal itu,terdapat enam penuntutu praktik translasi sebagai berikut.


a. Translasi aktiva tetap,untuk depresiasi dan perhitungan keuntungan karena
pelepasan adalah nilai dolar tetap.hal ini akan memberikan laba depresiasi rupiah
yang lebih besar dan jumlah keuntungan karena pelepasan yang cukup menarik
bagi wajib pajak.
b. Translasi kompensasi kerugian(5,8 atau 10 tahun) maka nilai dolar tetap.dengan
demikian,kerugian rupiah total dapat lebih besar dari jumlah rupiah kerugian
semula.
c. Translasi modal saham dan unsur ekuitas yang lain memakai nilai dolar
tetap.kenaikan rupiahbtranslasi dari tahun ke tahun bukan merup[akan penghasilan
kena pajak.
d. Translasi kredit pajak memakai rupiah tetap sesuai dengan bukti pembayaran pajak
e. Translasi restitusi pajak memakai rupiah historis setelah dikurangi koreksi
penghasilan dalam dolar
f. Pembelian aktiva dan barang dagangan diaktivir berdasrkan nilai tukar dolar pada
saat terjadinya pembelian.transaksi pembyaran utang diangga[ terpisah dari
transaksi pembelian.

SK MK Nomor 330/KMK.04/1999 tampaknya lebih mengedepankan “income tax


Return Approach” dengan translasi berdasr kurs menurut keputusan mnteri keuangan pada
akhir tahun buku/tahunpajak yang berbeda denagn kurs dalam translasi laporan keuangan
USD ke rupiah. Hal ini jelas tampak dari ketentuan pasal 6 yang menyatakan bahwa SPT PPh
bedan tahunan beserta lampirannya harus disampaikan dalam mata uang rupiah disandingkan
dengan USD dengan menggunakan kurs yang berlaku pada akhir tahun buku/tahun pajak
yang ditetapkan dalam keputusan menteri keuangan,kecuali untuk laporan keuangan mungkin
berdasar standar akuntasi keuangan.

Translasi ini mwnyangkut jumlah-jumlah yang diperoleh dari akun-akun yang berada
di neraca. Namun, ada yang jelas petunjuknya,sperti bukti potong PPh pasal 22 dan 23 dalam
rupiah harus ditranslasi menggunakan kurs yang ditetapkan berdasar keputusan menteri
keuangan. Sebagai contoh,PT andi yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris
dan mata uang USD pada tahun 2007 dipotong PPH 22 sebesar 9.000.000 apabil nilai tukar
USD 1=9.000.000,maka PPh pasal 22 akan dibuku sebsar USD 1000. Kemudian pada akhir
tahun berdasar keputusan menteri keuangan kurs USD 1=9.250 sesuai dengan KMK tersebut
berarti PPh pasal 22 sebesar 9.000.000 yang telah dibuku sebesar USD 1000 pada akhir tahun
pwngisian SPT tahunan akan ditranslasi menjadi 9.250.000. jadi dalm kaeadaan pelemahan
rupiah,WP akan diuntungkan dari translasi engan 250.000 inimerupakan hal yang perlu
diwaspadai dalam penerjemahan SPT pada saat penyampaiannya pada akhir tahun dalam
kondisi nilai tukar berfluktuasi.

2.4. Pembayaran pajak dan penyampaian SPT


Sebagai wajib pajak,perusahaan menyelenggraklan pembukuan dalam bhasa dan mata
uang asing harus memenuhi kewajiabn perpajakannya sama seperto wajib pajak yang lain.
Perusahaan dimaksud tiap bukan harus menyhetor pph pasal 25,21,26,serta PPN dan PPn
BM.translasi nilai dolar objek pajak menjadi rupiah dengan menggunakn kurs triwulan
berdasrkan keputusan menteri keuangan.untuk keperluan pngkreditan dan rwstitusi pajak
dipakai nilai rupiah pada saat pembayaran pajak nitu.

Untuk menyampaikan surat pemberitahuan,neraca dan laporan laba-rugi ditranslasi


berdasrkan kurs triwulan yang ditetapkan menteri keuangan.demikian juga pembayaran pph
pasal 29 dilakukan berdasarkan tranlasi itu.

Berdasar pasal 3(3) (c) UU nomor 28 tahun 2007 tentang perunbvahan ketiga UU KUP
untuk WP badan,SPT harus disampaikan selambat-lambatnya akhir bulan keempat setelah
akhir buku dan pph pasal 29 harus disetorkan sebelum SPT disampaikan. Berdasarkan alasn
tertentu,waktu penyampaian SPT dapat diperpanjang dua bulan. Sesuai dengan KMK nomor
330/KMK.04/1999 SPT PPh badan yang disampaikan tersebut beserta lampirannya harus
ditranslasi dalam mata uang rupiah dan disandingkan dengan USD menggunakan kurs yang
berlaku pada akhir buku/tahun pajak yang ditetapkan dalam keputusan menteri
keuangan,kecuali untuk laporan keuangan.dari ketetentuan tersebut tampah bahwa laporan
keuangan ,laporan laba-rugi dan sebagainya dapat ditranslasi berdasar tandar akuntansi
keuangan,sedangkan SPT dan lampirannya ditranslasikan berdasar kurs menurut ketentuan
menteri keuangan pada akhir tahun buku/tahun pajak dan bukan pada saat SPT disampaikan.

2.5. Sanksi Tidak Dipatuhinya Syarat Formal

Pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD bsru dapat dilakukan setelah
mendapatkan izin Dirjen Pajak atasb nama Mentri Keuangan atau telah mengajukan
permohonan izin, tetapi sampai lewat waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan dari wajib
pajak, Menteri Keuangan (dhi,Dirjen Pajak) tidak menerbitkan keputusan. Adakalanya
kepada wajib pajak yang mengajukan permohonan tersebut diberika keputusan penolakan.
Atau sebaliknya karena berbagai alasan dapat saja Wajib Pajak membatalkan atau menunda
penyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan dengan mata uang USD yang telah
diberitahukan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun buku sebagaimana dimaksud
dalam keputusan Mentri Keuangan. Apabila Wajib Pajak yang belum mendapat izin atau
telah ditolak permohonannya tersebut tetapi tetap menyelenggarkan pembukuan dalam
bahasa inggris dan mata uang USD, maka terhadap Wajib Pajak tersebut, diperlakukan
sebagai Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagai
ketentuan dalam Pasal 28 UU KUP dan perhitingan pajaknya dilakukan dengan penerapan
norma penghitungan pengahasilan neto.

2.6. Terminasi Pembukuan


Berdasarkan Sirkuler Nomor SE-01/PJ/1993 tanggal 23 Januari 1993, apabila
kepemilikan dalam perusahaan oleh orang (badan) luar negri menjadi kurang dari 50% maka
dalam pembukuan dalam bahasa dan mata uang asing kurang memenuhi syarat lagi. Dengan
demikian, harus dilakukan pembukuan dengan bahasa dan mata uang Indonesia. Untuk itu,
neraca dolar harus ditranslasikan menjadi rupia menurut SPT (kalau terjadi pada awal tahun)
atau menurut kurs tengah Bank Indonesia (kalau terjadi dalam tahun berjalan). Namun, dalam
ketentuan baru, yaitu Keputusan Menteri Keuangan Nomor 690/KMK.04/1994 tanggal 21
Desember 1994 tidak ada ketentuan itu. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah sekali
perusahaan berhak untuk melakukan pembukuan dalam mata uang asing; sebagai afiliasi
perusahaan induk luar negeri (misalnya), dapat menyelenggarakan pembukuan itu selamanya
tanpa memeperhatikan adanya penurunan kepemilikan saham oleh orang asing? Dengan kata
lain, pembukuan dengan mata uang asing hanya perlu ditransformasikan kembali menjadi
pembukuan dengan bahasa Indonesia dan mata uang rupiah apabila seluruh saham
perusahaanb sudah dimiliki orang Indonesia.

2.7. Ilustrasi Penyelenggaran Pembukuan

Berikut ini disampaikan beberapa contoh translasi mulai dari pembukuan rupiah ke
dolar (dalam awal penyelenggrakan) dan berakhir dengan dolar ke rupiah (akhir
penyelenggarakan). Kegiatan ini meliputi:

1. Translasi neraca rupiah ke dolar pada saat awal penyelenggarakan pembukuan;


2. Translasi laporan keuangan yang dilampirkan dalam SPT untuk wajib pajak
penanaman modal asing;
3. Translasi laporan keuangan yang dilampirkan dalam SPT untuk BUT;
4. Translasi kredit pajak
5. Translasi kompensasi kerugian;
6. Translasi untuk keperluan restitusi pajak;
7. Translasi aktiva tetap untuk penghitungan depresiasi dan keuntungan/kerugian kapital;
8. Translasi modal saham;
9. Pembelian dalam mata uang selain dolar Amerika;
10. Translasi neraca dolar ke rupiah pada akhir penyelenggrakan pembukuan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Wajib Pajak yang ingin melakukan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang
selain rupiah, wajib mendapatkan izin dari menteri keuangan kecuali bagi Wajib Pajak dalam
rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama,
dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah. Pembukuan dalam bahasa
asing tanpa izin dari Menteri Keuangan berarti tidak memenuhi syarat pembukuan
sebagaimana diwajibkan oleh UU KUP. Jika tidak memenuhi syarat, berarti dianggap tidak
memiliki atau tidak menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak yang dapat menggunakan pembukuan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah adalah Wajib Pajak yang berbentuk:

1. Wajib Pajak Penanaman Modal Asing

2. Wajib Pajak Kontrak Karya untuk Pertambangan selain Migas

3. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama untuk Pertambangan Migas

4. Bentuk Usaha Tetap

5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri

6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi


satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan
Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Bapepam-Lembaga Keuangan

7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri

8. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

Perusahaan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa dan mata uang asing harus
memenuhi kewajiban perpajakannya sama seperti wajib pajak yang lain. Perusahaan
dimaksud tiap bulan harus menyetor semua jenis pajak seperti : pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB) bahkan bea masuk (BM)
dan cukai.

Daftar Pustaka

Gunardi, Akuntansi Pajak Edisi Revisi 2009, Jakarta : Grasinda


Tugas Akuntansi Perpajakan
“Pembukuan Mata Uang Asing”

Oleh Kelompok 1:
1. Fuji Jum’atul Putra 16105310
2. Arfenia Iklimah Dwi Cahyani 1610531032
3. Sari Mardiani 1610532035

Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2019

Anda mungkin juga menyukai