PENDAHULUAN
Pembukuan merupakan salah satu elemen yang penting dalam sebuah perusahaan. Karena
melalui pembukuan yang baik, seorang pemilik bisnis (owner) dapat mengetahui keuntungan
secara pasti, mengontrol biaya operasional, memantau aset-aset perusahaan, bahkan dapat
membuat prediksi keuangan untuk jangka pendek maupun panjang.
Sepintas pembukuan mungkin terlihat rumit, dan tidak sedikit yang mengabaikannya.
Sebenarnya menghindari pembukuan dalam bisnis bukanlah solusi yang tepat, karena sesuai
dengan amanat Pasal 28 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas diatas jumlah tertentu dan Wajib Pajak badan (WP Badan) di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Menurut UU KUP, Pembukuan adalah suatu proses
pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan
yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa
neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Pembukuan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. Didalam pembukuan, tentu
adanya pertimbangan metode yang ingin digunakan, salah satunya yaitu metode penggunaan
bahasa. Di dalam tax learning kali ini, akan dibahas tata cara menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa asing menurut ketentuan perpajakan.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui tata cara penyelenggaraan pembukuan mata uang asing
b. Untuk mengetahui apa saja persyaratan dalam pembukuan mata uang asing
BAB II
PEMBAHASAN
Dari uraian itu tampak bahwa terdapat dua macam nilai tukar(kurs bank indonesia dan
berdasrkan keputusan menteri keuangan)) yang dipakai sebagai dasar translasi.
KMK 609/KMK.04/1994 tersebut telah diubah dengan keputusan menteri keuangan
Nomor 629/KMK.04/1997 dan terakhir dengan keputusan menteri keuangan nomor
330/KMK.04/1999 tanggal 18 juni 1999. Seperti kebanyakan yang terjadi dalam praktik
pembukuan dalam keputusan ini dipakai istilah konversi bukannya translasi. Menurut choi at
al (international accounting:2002) konversi lebih merujuk pada kegiatan penukaran fisik satu
mata uang ke mata uang lain,sedangkan yang terjadi hanya menerjemahkan(translasi)suatu
jenis mata uang(rupiah)ke jenis mata uang lain(dolar).oleh karena itu,buku in memakai istilah
translasi yang merupakan praktik internasional dan tidak memakai istilah konversi sesuai
yang disebut dalam keputusan dimaksud. Ketentuan translasi menurut KMK:330/1999 adalah
sbb:
Dalam pasal 28(8) UU KUP kepada wajib pajak tertentu dalam rangka menyesuaikan
dengan praktik pembukuan tertentu dalam rangka menyesuaikan dengan praktik pembukuan
yang diselenggarakan setiap hari karena kebanyakan transaksi dilakukan dalam mata uang
USD dan untuk keperluan pelaporan di negara induk perusahaan mancanegara(memakai
bahasa inggris) serta meningkatkan daya saing iklim investasi indonesia dalam rangka
menarik modal asing,dengan persyaratan tertentu,ketentuan perpajakan memperbolehkan
pembukuan dengan bahsa inggris dan mata uang USD. Dengan rentannya nilai tukar rupiah
yang berpotensi mendatangkan laba-rugi selisih nilai tukar,apalagi pembukuan
diselenggarakan dalam USD,maka monetary gain yang berasal dari nilai tukar rupiah tidak
kaan muncul. Melemahnya nilai tukar rupiah berpotensi mendatangkan keuntungan moneter
mendatangkan kerugian moneter USD. Akibatnya,kerugian selisih kurs sebagai akibat
melemahnya nilai ukar rupiah atau menguatnya nilai tukar USD ang mendatangkan rugi
fiskal yang dapat dikompensasikan dengan laba usaha tahun-tahun berikutnya tidak akan
dapat dipulihkan dengan keuntungan moneter yang tidak akan muncul dari mneguatnya nilai
tukar itu nanti tidak akan ada dengan pembukuan dalam USD. Beberapa wajib pajak yang
dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang asing USD adalah:
Pembukuan dengan mata uang selain mata uang negara setempat merupakan praktik
demikian hanya terdepat untuk tujuan pajak. Hal ini pun hanya sedikit sekali negara yang
memperbolehkannya.sehubngan denganitu,dapat dipertanyakan maksud dan tujuan
penyelenggaraan pembukuan yang langka itu.
Translasi ini mwnyangkut jumlah-jumlah yang diperoleh dari akun-akun yang berada
di neraca. Namun, ada yang jelas petunjuknya,sperti bukti potong PPh pasal 22 dan 23 dalam
rupiah harus ditranslasi menggunakan kurs yang ditetapkan berdasar keputusan menteri
keuangan. Sebagai contoh,PT andi yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris
dan mata uang USD pada tahun 2007 dipotong PPH 22 sebesar 9.000.000 apabil nilai tukar
USD 1=9.000.000,maka PPh pasal 22 akan dibuku sebsar USD 1000. Kemudian pada akhir
tahun berdasar keputusan menteri keuangan kurs USD 1=9.250 sesuai dengan KMK tersebut
berarti PPh pasal 22 sebesar 9.000.000 yang telah dibuku sebesar USD 1000 pada akhir tahun
pwngisian SPT tahunan akan ditranslasi menjadi 9.250.000. jadi dalm kaeadaan pelemahan
rupiah,WP akan diuntungkan dari translasi engan 250.000 inimerupakan hal yang perlu
diwaspadai dalam penerjemahan SPT pada saat penyampaiannya pada akhir tahun dalam
kondisi nilai tukar berfluktuasi.
Berdasar pasal 3(3) (c) UU nomor 28 tahun 2007 tentang perunbvahan ketiga UU KUP
untuk WP badan,SPT harus disampaikan selambat-lambatnya akhir bulan keempat setelah
akhir buku dan pph pasal 29 harus disetorkan sebelum SPT disampaikan. Berdasarkan alasn
tertentu,waktu penyampaian SPT dapat diperpanjang dua bulan. Sesuai dengan KMK nomor
330/KMK.04/1999 SPT PPh badan yang disampaikan tersebut beserta lampirannya harus
ditranslasi dalam mata uang rupiah dan disandingkan dengan USD menggunakan kurs yang
berlaku pada akhir buku/tahun pajak yang ditetapkan dalam keputusan menteri
keuangan,kecuali untuk laporan keuangan.dari ketetentuan tersebut tampah bahwa laporan
keuangan ,laporan laba-rugi dan sebagainya dapat ditranslasi berdasar tandar akuntansi
keuangan,sedangkan SPT dan lampirannya ditranslasikan berdasar kurs menurut ketentuan
menteri keuangan pada akhir tahun buku/tahun pajak dan bukan pada saat SPT disampaikan.
Pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD bsru dapat dilakukan setelah
mendapatkan izin Dirjen Pajak atasb nama Mentri Keuangan atau telah mengajukan
permohonan izin, tetapi sampai lewat waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan dari wajib
pajak, Menteri Keuangan (dhi,Dirjen Pajak) tidak menerbitkan keputusan. Adakalanya
kepada wajib pajak yang mengajukan permohonan tersebut diberika keputusan penolakan.
Atau sebaliknya karena berbagai alasan dapat saja Wajib Pajak membatalkan atau menunda
penyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan dengan mata uang USD yang telah
diberitahukan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun buku sebagaimana dimaksud
dalam keputusan Mentri Keuangan. Apabila Wajib Pajak yang belum mendapat izin atau
telah ditolak permohonannya tersebut tetapi tetap menyelenggarkan pembukuan dalam
bahasa inggris dan mata uang USD, maka terhadap Wajib Pajak tersebut, diperlakukan
sebagai Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagai
ketentuan dalam Pasal 28 UU KUP dan perhitingan pajaknya dilakukan dengan penerapan
norma penghitungan pengahasilan neto.
Berikut ini disampaikan beberapa contoh translasi mulai dari pembukuan rupiah ke
dolar (dalam awal penyelenggrakan) dan berakhir dengan dolar ke rupiah (akhir
penyelenggarakan). Kegiatan ini meliputi:
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri
8. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.
Perusahaan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa dan mata uang asing harus
memenuhi kewajiban perpajakannya sama seperti wajib pajak yang lain. Perusahaan
dimaksud tiap bulan harus menyetor semua jenis pajak seperti : pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB) bahkan bea masuk (BM)
dan cukai.
Daftar Pustaka
Oleh Kelompok 1:
1. Fuji Jum’atul Putra 16105310
2. Arfenia Iklimah Dwi Cahyani 1610531032
3. Sari Mardiani 1610532035
Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2019