Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TEKNIK EVAKUASI KORBAN TENGGELAM


A. Latar Belakang
Kasus tenggelam merupakan kasus yang sering terjadi pada
wilayah perairan seperti di Indonesia, terutama daerah sungai atau pantai.
Perlu diketahui adanya perbedaan media air sebagai sumber persoalan; air
asin atau air tawar. Tetapi pada prinsipnya dalam P3K kasus tenggelam
adalah sesegera mungkin mengangkat korban tenggelam ke permukaan air
atau daratan. Tenggelam merupakan penyebab kematian yang masih dapat
dicegah. Keberhasilan menolong korban yang tenggelam tergantung dari
lama dan beratnya derajat hipoksia. Kegawatan pada korban tenggelam
adalah terjadinya kegagalan fungsi pernapasan akibat masuknya cairan (air
tawar atau asin) ke dalam jaringan paru yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi respirasi. Semakin cepat diketahui atau ditolong korban
tenggelam maka semakin lebih baik dan mudah untuk penanganan
selanjutnya.
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia
akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke
500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan
insiden hampir tenggelam. Ini,menyatakan bahwa banyak kasus tidak
pernah dibawa ke perhatian medis,kejadian di seluruh dunia membuat
pendekatan akurat yang hampir mustahil(Shepherd, 2009).
Di Indonesia, sesuai dengan keadaan geografis yang dikelilingi air,
baik lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi
kecelakaan dalam air seperti hanyut dan tenggelam yang belum
diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap
saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak
terjadi kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau
kecerobohan diri wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang
lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut di Indonesia.

B. Tusssssjuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien mampu memahami
dan mengenal tentang teknik evakuasi korban tenggelam

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien dapat:
a. Menyebutkan Definisi Tenggelam
b. Menyebutkan Etiologi Tenggelam
c. Menyebutkan Manifestasi Tenggelam
d. Menyeebutkan Klasifikasi Tenggelam
e. Menyebutkan Pemeriksaan Diagnostik Tenggelam
f. Menyebutkan Penatalaksanaan Tenggelam

C. Sasaran
Masyarakat Dk. Dimoro RT 26 dan 28, Ds. Trucuk, Kec. Trucuk, Kab.
Klaten

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Tenggelam
2. Etiologi Tenggelam
3. Manifestasi Klinis Tenggelam
4. Klasifikasi Tenggelam
5. Penatalaksanaan Tenggelam
6. Komplikasi Tenggelam

G. Evaluasi Pembelajaran
1. Bentuk : Tanya jawab
2. Cara : Menjawab pertanyaan yang diberikan fasilitator
3. Indikator : Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan

H. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien
1. 2 menit Pembukaan :
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan
Mendengarkan
c. Menyebutkan materi atau pokok
Memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan

2. 20 Pelaksanaan :
menit Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berurutan dan teratur. memperhatikan
Materi :
a. Menyebutkan Defenisi
Tenggelam
b. Menyeebutkan Etiologi
Tenggelam
c. Menyebutkan Manifestasi
Tenggelam
d. Menyebutkan Klasifikasi
Tenggelam
e. Menyebutkan Pemeriksaan
Diagnostik Tenggelam
f. Menyebutkan Penatalaksanaan
Tenggelam
3. 8 menit Evaluasi :
a. Memberi kesempatan kepada Merespon dan
peserta untuk bertanya bertanya
b. Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk menyampaikan hal
Merespon dan
baru yang diketahui tentang
memberikan
Pertolongan Korban Tenggelam
penjelasan
5 menit Penutupan :
a. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan Menyimak
b. Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang
diberikan kepada penyuluh.
c. Menyampaikan maaf apabila
dalam menyampaikan
penyuluhan ada kesehatan.
d. Mengucapkan salam penutup
Menjawab salam

I. Pengorganisasian
1. Pembawa Acara :
2. Penyaji : a. Erika Kurniasari
b. Ika Purnamasari
3. Observer :
4. Fasilitator :

J. Deskripsi Tugas
1. Koordinator
a. Mengkoordinir acara saat sebelum acara dimulai hingga sesudah
acara selesai
b. Memberikan job desc bagi setiap anggota
c. Mengevaluasi acara yang sudah di lakukan
d. Membuat laporan pertanggung jawaban
2. Moderator
a. Memimpin jalannya acara
b. Membuka pertemuan
c. Mengatur setting tempat
d. Menutup kegiatan penyuluhan
3. Penyaji
a. Menjelaskan materi
b. Mengganti posisi moderator bila diperlukan
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Memberikan penilaian
5. Fasilitator
a. Sebagai pemandu jalannya acara
b. Sebagai tempat bertanya penyaji dan moderator tentang kegiatan
yang akan dilakukan
c. Memberi petunjuk dalam acara supaya berlangsung baik
6. Dokumentasi
a. Mendokumentasikan kegiatan saat acara dimulai hingga acara
selesai

Materi

1. Definisi
Tenggelam adalah suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang
menyebabkan kematian, akibat udara atmosfer tidak dapat masuk ke dalam
saluran pernafasan, karena sebagian atau seluruh tubuh berada di dalam
air. Dengan demikian, proses tenggelam merupakan salah satu bentuk
asfiksia yang berpotensi menyebabkan kematian. Titik berat pembicaraan
ini adalah tenggelam dalam artian “drowning”, mengingat bahwa kedua
keadaan lainnya akan mengakibatkan “drowning” juga. (Purnawan
Junadi : 1982)

2. Etiologi
a. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan
b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan
c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang
d. Kurangnya pengawasan orang tua
e. Kurangnya pengawasan dari petugas keamanan di kolam renang

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis berhubungan langsung dengan derajat cedera
dan tingkat kesadaran setelah pertolongan dan resusitasi.
a. Gawat pernapasan – berkisar dari pernapasan yang cepat dan dangkal
sampai apnea
b. Sianosis
c. Sputum berbusa dan merah muda
d. Edema paru
e. Lunglai
f. Postur tubuh deserebrasi atau dekortikasi
g. Koma
h. Kejang
i. Syok
j. Abnormalitas gas darah arteri
k. Pemeriksaan foto toraks abnormal
l. Disritmia
m. Asidosis metabolic
n. Hiperkalemia
o. Hiperglikemia
p. Hipotermia.

4. Klasifikasi
Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
a. Typical Drawning
Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban
saat korban tenggelam.
b. Atypical Drawning
c. Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke
dalam saluran pernapasan.
d. Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air
dingin ( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal
yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari
pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah
koroner dan sirkulasi serebaral.
e. Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit
jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang
mengalami trauma kepala saat masuk ke air .
f. Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam
setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Berdasarkan Kondisi Kejadian
1) Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya
bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas
menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2) Hampir Tenggelam
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
a) Pemeriksaan Diagnostik
Perbedaan kadar elektrolit jantung kanan dan kiri dapat dideteksi dengan :
• Mengukur kadar Na dan Cl secara kimiawi pada masing-masing tempat.
• Tetes jatuh CuSO4. Darah diteteskan ke dalam larutan CuSO4 yang
diketahui berat enisnya (BJ), kemudian dicari ke dalam larutan mana tetesan
tersebut melayang yang menimbulkan BJ sama. Normal BJ darah 1,055.
Perbedaan sebesar 0,0050 sudah bermakna.

5. Komplikasi
Komplikasi SSP jarang terjadi pada anak-anak yang selamat. Cerebral irritability
sering terjadi pada 18 jam pertama setelah kecelakaan, dengan bentuk high
pitched cerebral cry / menjerit. Kerusakan ini bisanya kembali normal dan pada
pemeriksaan psikometrik mengenai cara bertahan tidak signifikan berubah.Tetapi
kerusakan korteks yang besar bisa terjadi pada beberapa kasus, terjadi karena
adanya interval waktu yang lama antara waktu keluar dari air dengan waktu
pertama kali menghirup nafas.

6. Penatalaksanaan
1) Prinsip pertolongan di air :
a. Raih ( dengan atau tanpa alat )
b. Lempar ( alat apung)
c. Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
d. Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2) Penanganan Korban
a. Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
b. Bila ada kecurigaan cedera spinal satu penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung dalam satu garis lurus. Pertimbangkan untuk
menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan pasanglah
sebelum menaikan penderita ke darat.
c. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas
sepanjang perjalanan.
d. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
e. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
f. Berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
g. Jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
h. Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
i. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

3) EVALUASI
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir – butir pertanyaan :
i. Sebutkan Definisi Tenggelam
ii. Sebutkan Etiologi Tenggelam
iii. Sebutkan Manifestasi Tenggelam
iv. Sebutkan Klasifikasi Tenggelam
v. Sebutkan Pemeriksaan Diagnostik Tenggelam
vi. Sebutkan Penatalaksanaan Tenggelam

Anda mungkin juga menyukai