Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

SYARAH ARBAIN NAWAWI KARYA IBNU DAQIQI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kitab Syarah Hadits yang

dibimbing oleh:

M As’ad Mubarak Al Jauhari, Lc., M.Thi.

Disusun Oleh:

MUSFIK ALAMSYAH U20162006

M SADID NIDLOM U20162005

ANGKI KHOTIBUL F U20162004

MUJIBURROHMAN U20162007

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI ILMU HADITS

IAIN JEMBER

2019/2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah kodifikasi pembukuan hadits, terbukti pada abad ke-3 H, kodifikasi
hadis mengalami masa puncaknya. Pada masa ini bermunculan sejumlah ulama hadis
terkenal sebagai penyusun kitab hadis, walaupun abad ke-3 ini merupakan puncak
penyusunan kitab hadis sehingga yang dapat kita kenal dengan sebutan kutub al-sittah,
namun ternyata kitab-kitab hadis itu terutama kutub al-sittah belum dapat menampung,
merangkum, dan menampilkan semua hadis Nabi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Hadits Arbain yang dihimpun Imam Nawawi memuat empat pulukan Hadits. Tiap-
tiap Hadits merupakan landasan agama yang penting, para ulama menyekutnya sekagai
poros ajaran Islam, separuh Islam, sepertiga Islam, atau seperempat lain semacamnya.
Kesemuanya merupakan hadits shahih yang sekaligus bersumber dari Shahih Bukhari dan
Shahik Muslim. Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi dari Ibnu Daqiq Al Ied ini lebih
memperjelas makna dari empat puluh Hadits tersebut. Maka dari itu pemakalah ingin
menguraikan tentang kitab syarah tersebut.

B. Rumusan Masalah
A. Bagaiamana Biografi dari Ibn Daqiqi ?
B. Apa saja karya karya kitab Ibn Daqiqi ?
C. Bagaimana latar belakang penulisan Kitabnya ?
D. Bagaimana penulisan Kitab syarah Arbain Ibn Daqiqi ?
E. Bagaimana contoh syarah dalam kitab tersebut ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Pengarang

Nama lenkap belaiu adalah Taqiyuddin Abu al-Fath Muhammad bin Ali bin Wahb bin
Muthi’ al-Qusyairi al-Manfaluthi ash-Sha’idi al-Maliki asy-Syafi’i, ia lebih di kenal dengan
sebutan Daqii Al- ied. Beliau adalah seorang ulama Sunni dan hakim di kesultanan Mamluk
Bahri di Mesir, Ia dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 625 H, di dekat Yanbu’, Hijaz.
Menjabat sebagai qadhi pada masa Sultan An-Nashir Muhammad selama beberapa tahun
hingga meninggal dunia pada tahun 702 H. Ia merupakan salah satu di antara guru-guru dari
Imam Adz-Dzahabi.1

Ibnu Daqiiqil Ied adalah seorang yang sangat giat dalam mencari ilmu, beliau
mengadakan rihlah ( perjalanan) untuk menambah ilmunya, beliau pergi ke mesir untuk
mendatangi ulama- ulama di sana, lalu pergi ke damsyiq dan mendengarkan dari ulama-
ulama lain. hingga pada akhirnya jadilah beliau sebagaimana yang di katakan oleh Imam
Adz zhahabi: “ beliau seorang Imam, ahli satra, dermawan, ahli fikih, dan usulnya, ahli adab,
nahwu, seorang cerdas, memiliki kejelian makna, sempurna akalnya, di samping beliau juga
memiliki karakter orang- orang yang di cintai oleh Allah swt.

Para pakar sejarah menyebutkan bahwa beliau banyak diam, wara’, malazimi sunnah,
sibuk dengan membaca dan menulis, lapang dada, dermawan, bersih jiwanya, menjaga
ucapan dan menjauhi dakwa. Beliau menghabiskan umurnya untuk menulis hadits, matan,
rijal hadits, bahasa, dan beliau juga memiliki kemampuan ynag tinggi dalam masalah
ushuluddinm ushul figh, bhasa Arab, dan adab.

Ibnu Daqiiqil Ied adalah guru para sastrawan dan simbol ulama pada zamannya, beliau
juga pentahqiq dua mazhab, yakni syafi’iyah dan malikiyah. Ibnu sayyidinnas berkata: “ Aku
belum pernah melihat orang yang semisalnya dan aku tidak membawa suatu riwayat yang
lebih berharga dari riwayat yang aku terima darinya”.

1
Ibn Daqiqi, Syarah Arbain Nawawi, Maktabah Al Fisoliyah : Makkah, hal 6

3
Adapun Guru- guru beliau diantaranya ialah Syaik baha’udin ‘Abul Hasan bin
hibbatullah bin salamah Asy- Syafi’i, Al- hafizh ‘Abdul ‘Azhim Al- Mundziri, Abu Ma’al
Ahmad bin Abdul Salam bin Al- Muthahhir2

Sedangkan Murid Muridnya diantaranya ialah ‘Alauddin Al- Qaunawi Imam muhaddits
fathuddin Muhammad Al- ya’muri.

B. Karya- karyanya

Berikut ini adalah sebahagian nama kitab yang telah di tulis oleh Ibnu Daqiq Al- ied.

1. Al- Ilham fi Ahaditsil Ahkam


2. Syarh al- Arbain an- Nawawiyah
3. Al- iqtirah fi Bayani al- ishthilah
4. Risalah fi Ahli Dzimmah
5. Tahfatul labib fi syarhi at- Taqrib
6. Syarh ‘uyurul masaili fi Nushushi Asy- syafi’i

C. Latar Belakang Penulisan Kitab

Hadits Arbain yang dihimpun Imam Nawawi memuat empat pulukan Hadits. Tiap-tiap
Hadits merupakan landasan agama yang penting, para ulama menyekutnya sekagai poros
ajaran Islam, separuh Islam, sepertiga Islam, atau seperempat lain semacamnya.
Kesemuanya merupakan hadits shahih yang sekaligus bersumber dari Shahih Bukhari dan
Shahik Muslim. Syarah Hadits Arbain Imam Nawawi dari Ibnu Daqiq Al Ied ini lebih
memperjelas makna dari empat puluh Hadits tersebut Adapun motifasi ibnu Daqiiq dalam
menulis kitab syarah ini adalah sebagai berikut:

1. Beliau ingin mengumpulkan hadits- hadits berdasarkan persoalan agama yang furu’,
jihad, zuhud, adab dan nasihat. Setaiap hadits mempunyai kaidah yang agung
diantara kaidah- kaidah agama dan disifatkan oleh ulama bahwa hadits adalah inti
Ajaran islam atau separuh Islam atau sepertiga.
2. Beliau ingin berkomitmen agar empat puluh hadits yang di kumpulkan mayoritasnya
berasal dari shahih bukhari dan muslim.

2
Ibn Daqiqi, Syarah Arbain Nawawi, Maktabah Al Fisoliyah : Makkah, hal 7

4
3. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang agama dengan dalil- dalil yang benar.3

D. Sistematika Penulisan Kitab

Adapun Sistematika penulisan kitabnya ialah

1. Menyatakan Perawi Hadits


2. Terdiri dari 40 hadits
3. Menjelaskan Kandungan Hadits
4. Menjelaskan Kosa kata dan lafadznya( makna mufrad)
5. Menjelaskan Sejarah kehidupan ibnu Daqiiq
6. Matan Hadits dan syarah hadits terpisah
7. Menjelasan kandungan hadits4

E. Metode Penulisan Kitab


1. Menyebutkan Nama perawi hadits yang di syarah
2. Menjelaskan lafaz makna satu kalimat
3. Al- Qur’an di jadikan sebagai hujjah pensyarahan hadits
4. Metode pensyarahan yang di gunakan oleh ibnu daqiiq adalah Metode Wasith.

F. Contoh Syarah Kitab

‫ بين ا ال سال م‬:‫ مسعت رسو ل هللا عليه وسلم يقول‬: ‫عن أىب عبد ا لر محن عبد هللا بن عمر بن اخلطا ب رضي هللا عنهما قال‬

‫ وصوم رمضا ن‬، ‫ وحج البيت‬,‫ وا يتاء الز كا ة‬، ‫ واقام الصالة‬،‫ شهادة أن الاله اال هللا وأن حممدا رسوالهلل‬،‫على مخس‬.

Artinya:

“ Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin umar bin khaththab, “ ia berkata aku mendengar
Rasulullah bersabda: “ Islam di bangun atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada ilah
ynag Haq kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah
menegakkan shalat, menunaikan zakat berhaji ke baitullah dan puasa ramadhan.” (
Diriwayatkan oleh Al- bukhari, No.8 dan Muslim no 16).

3
Shahrawi, Kajian Lengkap Arbain Nawawi, 2014, Malang : UIN Maliki Pres, hal 34
4
Ibn Daqiqi, Syarah Arbain Nawawi, Maktabah Al Fisoliyah : Makkah, hal 6

5
Syarah Hadits Ke 3

Abu al- abbas Al- Quthubi rahimahullahu ta’ala berkata: “ yakni bahwa lima perkara
itu merupakan asas ( dasar) agama islam dan pokok yang di atasnyalah islam di bangun serta
dengannya pula ia tegak. Di khususkannya lima perkara tersebut tampa menyertakan jihad,
padahal jihad adalah untuk untuk memenangkan agama dan menghadapi pembangkangan
orang- orang kafir, karna lima hal ini adalah fardhu selamanya, sedangkan jihad termasuk
fardhu kifayah dan terkadang gugur kewajibannya pada waktu- waktu tertentu”.

Telah di sebutkan dalam sebagian riwayat tentang hadits ini yang mana haji lebih
dahulu di sebut daripada puasa, dan hal ini meragukan wallahu ‘alam. Karna ibnu umar
tatkala mendengar yang mengulangi hadits tersebut dengan mendahulukan haji daripada
puasa belaiu memerahinya dan melarangnya, beliau mendahulukan puasa daripada haji lalu
berkata: “ Begitulah aku mendengarnya dari rasulullah.”. dalam riwayat yang lain dari ibnu
umar: “ Islam di bangun di atas lima dasar, yaitu engkau beribadah kepada Allah dan
mengkufuri sesembahan selainnya dan menegakkan salat...” dan seterusnya. Dalam riwayat
yang lain” bahwa seseorang berkata kepada Abdullah bin umar, “ tidakkah kita berjihad? “
beliau menjawab: “ sesungguhnya aku mendengar rasulullah saw, bersabda.

‫ان اال سالم بين على مخس‬.

“ sesungguhnya Islam itu di bangun di atas lima dasar...”. 5

5
Ibn Daqiqi, Syarah Arbain Nawawi, Maktabah Al Fisoliyah : Makkah, hal 19

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama lenkap belaiu adalah Taqiyuddin Abu al-Fath Muhammad bin Ali bin Wahb
bin Muthi’ al-Qusyairi al-Manfaluthi ash-Sha’idi al-Maliki asy-Syafi’i, ia lebih di kenal
dengan sebutan Daqii Al- ied. Beliau adalah seorang ulama Sunni dan hakim di kesultanan
Mamluk Bahri di Mesir, Ia dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 625 H, di dekat Yanbu’,
Hijaz.

Latar belakang menulis kitab ini ialah Beliau ingin mengumpulkan hadits- hadits
berdasarkan persoalan agama yang furu’, jihad, zuhud, adab dan nasihat. Beliau ingin
berkomitmen agar empat puluh hadits yang di kumpulkan mayoritasnya berasal dari shahih
bukhari dan muslim, juga untuk menjelaskan lebih mendalam tentang agama dengan dalil-
dalil yang benar

Adapun sistematika penulisan kitabnya ialah menyatakan perawi hadits, terdiri dari 40
hadits, menjelaskan kandungan hadits, menjelaskan kosa kata dan lafadznya( makna
mufrad), menjelaskan sejarah kehidupan ibnu daqiiq, matan hadits dan syarah hadits
terpisah, menjelasan kandungan hadits

B. Daftar Pustaka

Ibn Daqiqi, Syarah Arbain Nawawi, Maktabah Al Fisoliyah : Makkah

Shahrawi, Kajian Lengkap Arbain Nawawi, 2014, Malang : UIN Maliki Pres

Anda mungkin juga menyukai