Tinjauan Pustaka HIV
Tinjauan Pustaka HIV
TINJAUAN PUSTAKA
abnormalitas imunologis dan klinis yang yang dikenal sebagai spektrum infeksi
HIV. HIV secara langsung dan tidak langsung akan merusak sel CD4, sehingga
merupakan bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh manusia. Jika
virus HIV membunuh sel CD4 sampai terdapat kurang dari 200 sel permikro
liter darah, maka kekebalan seluler akan hilang, sehingga akan membuat sulit
bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. HIV ditularkan (menyebar)
dari satu orang ke orang lain melalui cairan tubuh tertentu (darah, air mani,
cairan kelamin, dan air susu ibu). Berhubungan seks tanpa kondom atau
berbagi jarum obat dengan orang yang terinfeksi oleh HIV adalah cara yang
paling umum untuk menularkan HIV. Kita tidak bisa mendapatkan HIV dengan
mengidap HIV. Dan HIV tidak menyebar melalui benda seperti kursi, toilet,
pegangan pintu, piring, atau gelas minum yang digunakan oleh orang dengan
HIV. Seseorang terinfeksi HIV dapat menyebarkan penyakit pada setiap tahap
infeksi HIV. Mendeteksi HIV selama tahap awal infeksi dan memulai
dengan HIV tetap sehat. Pengobatan juga dapat mengurangi risiko penularan
Prancis tahun 1983 dan diberi nama lymphadenopathy associated virus (LAV).
Pada tahun 1984 Robert Gallo dari National Cancer Institude Amerika Serikat,
lymphotropic virus tipe 3 ( HTLV-3). Pada tahun 1985 Cherman dan Barre,
AIDS virus (LAV /HTLV-3), dan pada tahun 1986 International Committee on
diameter 80 – 120 nm. Infeksi dari Lentivirus secara khas ditandai dari sifat
latennya yang lama, masa inkubasinya yang lama, replikasi virus yang
persisten dan keterlibatan dari susunan saraf pusat. Sedangkan ciri khas untuk
kemampuan variasi genetik yang tinggi, mempunyai cara yang unik untuk
replikasi.42. Virus ini sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit untuk
pengidap HIV tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darah,
semakin banyak virus dalam darah semakin tinggi daya penularannya sehingga
penyakitnya juga semakin parah.19,20, HIV ada 2 tipe yaitu : tipe 1 (HIV-1) dan
tipe 2 (HIV-2). Virus-virus ini secara serologis dan geografis relatif berbeda
tetapi mempunyai ciri epidemiologis yang sama. Patogenisitas dari HIV-2 lebih
HIV terdiri dari 3 bagian utama yaitu envelope yang merupakan bagian
terluar, capsid polimerisasi (pol) yang meliputi isi virus dan core (gag) untuk
grup antigen protein, merupakan isi virus. Lapisan envelope terdiri dari lemak
ganda yang terbentuk dari membrane sel pejamu serta protein dari sel pejamu.
Pada lapisan ini tertanam glikoprotein gp41. Pada bagian luar glikoprotein ini
terikat molekul gp120. Pada elektroforesis kompleks antara gp120 dan gp41
sebagai p17. Pada bagian core terdapat sepasang RNA rantai tunggal,
(p61), endonuklease (p31), dan protease (p51) serta protein lainnya terutama
p24.42
glikoprotein permukaan HIV-1 yang mengikat reseptor CD4+ pada sel T dan
antigen gp120 dan gp41 diproduksi tetapi tidak mencegah progress penyakit
oleh karena kecepatan mutasi virus yang tinggi. Protein envelop adalah produk
molekul protein CD4. Kelompok sel terbesar yang mempunyai molekul CD4
adalah limfosit T dan sel target lain adalah monosit, makrofag, sel dendrite, sel
pada virus melekatkan diri pada reseptor CD4. Glikoprotein terdiri dari dua sub-
unit gp120 dan gp41. Sub unit 120 mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor
CD4 dan bertanggung jawab untuk ikatan awal virus pada sel. Perlekatan ini
koreseptor. Dua reseptor kemokin utama yang digunakan oleh HIV adalah
konformasi pada sub unit gp41 yang mendorong masuknya sekuens peptida
gp41 ke dalam membran target yang memfasilitasi fusi virus. Setelah terjadinya
Material genetik virus adalah RNA single stand-sense positif (ssRNA), virus
harus mentranskripsi RNA ini dalam DNA secara optimal pada replikasi sel
manusia (transkripsi normal terjadi dari DNA ke RNA, HIV bekerja mundur
RNA virus sebagai templet. Hasil sintesa lengkap molekul double-strand DNA
tuan rumah oleh enzim integrase. Integrasi ini menimbulkan beberapa masalah,
pertama HIV dapat menyebabkan infeksi kronik dan persisten, umumnya pada
sel sistem imun yang berumur panjang seperti T limfosit memori. Kedua,
apoptosis. Gabungan DNA virus dan DNA sel inang akan mengalami replikasi,
tingkat rendah menghasilkan berbagai protein virus seperti Tat, Nef dan Rev.
Protein Tat sangat berperan untuk ekspresi gen HIV, mengikat pada bagian
ada fungsi yang jelas dari protein Nef. Protein Rev mengatur aktivitas post
virion baru dimulai dengan penyatuan protein HIV dalam sel inang.
Nukleokapsid yang sudah terbentuk oleh ssRNA virus disusun dalam satu
pembungkus dan dilepaskan dari sel pejamu melalui proses ”budding” dari
perantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau
secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intak. Setelah
berada dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat di
deteksi di dalam darah. Masa inkubasi HIV berkisar antara 6 minggu sampai 6
makrofag dan sel dendritik dalam darah dan organ limfoid. Antigen virus
nukleokapsid, p24 dapat ditemukan dalam darah selama fase ini. Fase ini
kemudian dikontrol sel CD8+ dan antibody dalam sirkulasi terhadap p24 dan
protein envelop gp120 dan gp41. Efikasi sel Tc dalam mengontrol virus terlihat
dalam KGB yang merupakan reservoir utama HIV selama fase selanjutnya dan
fase laten. Meskipun hanya kadar rendah virus diproduksi dalam fase laten ,
destruksi sel CD4 berjalan terus dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah CD4
penderita menjadi rentan terhadap berbagai infeksi oleh kuman non patogenik.
Setelah HIV masuk kedalam sel dan terbentuk dsDNA, integrasi DNA viral ke
dalam genom sel pejamu membentuk provirus. Provirus tetap laten sampai
glikoprotein HIV-1, diperlukan reseptor kedua supaya dapat masuk dan terjadi
infeksi. Subjek yang baru terinfeksi HIV dapat disertai gejala atau tidak. 2,17
2.6. CD4
CD4 adalah bagian dari populasi limfosit T yang di sebut sebagai sel T
helper (penolong). CD4 dalam sistem imun ditulis dengan penanda permukaan
CD4+. Fungsi utama CD4 dalam imun, meregulasi sistem imun agar bekerja
fagosit untuk khemotaksis dan proses fagositosis benda asing, untuk sistem
seluler berfungsi dalam mengatur CD8 dan NK membunuh sel sasaran yang
Ketika HIV masuk ke tubuh, maka virus mencari sel CD4 dan mulai
untuk menghancurkan sistem imun tubuh. Apabila telah bereplikasi virus dan
meninggalkan CD4 yang telah mati, maka partikel virus baru akan mencari dan
menginfeksi CD4 baru, sehingga dengan demikian maka akan semakin rendah
jumlah CD4 dalam tubuh. Setelah melewati beberapa waktu, banyak sel-sel
CD4 dihancurkan sehingga sistem kekebalan tidak lagi dapat melindungi tubuh
dari infeksi dan penyakit yang lain. Oleh sebab itu pemantauan CD4 pada
CD4 dilaporkan dalam bentuk jumlah total atau persentase. Jumlah CD4
500/ml atau persentase ≥ 29% dari limfosit total dianggap belum ada kerusakan
berat. CD4 <200 (<14%) telah mempunyai risiko yang jelas terhadap infeksi
oportunistik dan Kebanyakan pasien telah jatuh stadium AIDS . Tes CD4
sebaiknya diulang setiap 3-6 bulan untuk pasien yang belum diobati dengan
ART dan jangka waktu dua sampai empat bulan pada pasien yang memakai
ART. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasil tidak konsisten dengan
rata-rata 4% per tahun. Persentase CD4 kadang kala dipakai sebagai pilihan
mengganti CD4 mutlak karena hitungan ini mengurangi perbedaan pada satu
dicatat sebagai berikut : CD4 (nilai mutlak) : >500 setara dengan >29%
(Persen), 200-500 setara dengan 14-28% dan <200 setara dengan <14%.
1,2,3,4,8
Berdasarkan kategori klinik dan jumlah sel CD4, Infeksi HIV diklasifikasikan sebagai
Kategori klinik
A B C
Asimtomatik, Asimtomatik, Penyakit Indicator
Akut (primer), Selain A dan C AIDS
PGL
Jumlah sel CD4
< 500/μl A1 B1 C1
200 – 499/ μl A2 B2 C2
< 200/ μl A3 B3 C3
WHO menetapkan empat stadium klinik pada pasien yang terinfeksi HIV/AIDS,
sebagai berikut :
Tabel 2. 1.7
WHO telah mengeluarkan batasan kasus infeksi HIV untuk tujuan pengawasan
dan merubah klasifikasi stadium klinik yang berhubungan dengan infeksi HIV.
Pedoman ini meliputi kriteria diagnosa klinik yang patut diduga pada penyakit
lebih cepat .7
pemeriksaan laboratorium kita bagi dalam dua kelompok yaitu uji imunologi
2.9.1.1. ELISA
infeksi HIV yaitu suatu tes untuk mendeteksi adanya antibody yang dibentuk
oleh tubuh terhadap virus HIV. Dalam hal ini antigen mula-mula diikat benda
padat kemudian ditambah antibody yang akan dicari. Setelah itu ditambahkan
lagi antigen yang bertanda enzim, seperti peroksidase dan fosfatase. Akhirnya
jumlah enzim yang diikat dan sesuai pula dengan kadar antibody yang dicari. 2
ELISA memiliki sensitifitas yang tinggi, yaitu > 99,5%. Metode ELISA dibagi 2
dibagi menjadi dua yaitu sandwich dan indirek. Metode kompetitif mempunyai
prinsip sampel ditambahkan antigen yang berlabel dan tidak berlabel dan
pada fase padat. Prinsip dasar dari sandwichassay adalah sampel yang
yang berlabel enzim dan ditambahkan substrat dari enzim tersebut.. Antibody
berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat
Prinsip dasar dari RIA adalah reaksi suatu antibody dalam konsentrasi
yang terbatas dengan berbagai konsentrasi antigen. Bagian dari antigen yang
bebas dan yang terikat yang timbul sebagai akibat dari penggunaan antobody
diberi label radio isotop. Pada prinsip kompetitif bahan yang mengandung
antigen yang berlabel dan antigen yang terdapat di dalam sampel akan diberi
label radio isotop sehingga terjadi kompetisi antara antigen yang akan
ditentukan kadarnya dan antigen yang diberi label dalam proses pengikatan
yang distimulus oleh suatu reaksi kimia atau suatu kompleks cahaya. Kompleks
Disebut juga uji strip, berbeda dari metode yang lain, metode ini tidak
kasat mata, sehingga jauh lebih praktis. Metode ini mempunyal dua jenis
Metode ini biasanya dipakai untuk mengukur susbtrat vang besar dan
memiliki lebih dari satu epitop. Suatu substrat yang spesifik terhadap antibody
diikatkan pada partikel lateks atau metal koloid (konyugat), diendapkan (tetapi
ditambahkan pada bantalan sampel, maka sampel tersebut secara cepat akan
Selanjutnya reagen akan bergerak mengikuti aliran dari sampel sepanjang strip
membran, sampai mencapai daerah dimana reagen akan terikat. Pada garis ini,
dengan derajat vang sesuai dengan kadar yang terdapat di dalam sampel.
Pada metode ini, kadar substrat di dalam sample tidak boleh berlebih, tetapi
harus lebih sedikit daripada kadar antibody pengikat (capture Ab) yang terdapat
dalarn capture ilne sehingga mikrosfere tidak diikat pada garis pengikat
(capture line) dan mengalir terus ke garis kedua dari antibody yang dimobilisasi
Sering dipakai untuk melacak molekul yang kecil dengan epitop tunggal
yang tak dapat mengikat dua antibody sekaligus. Reagen pelacaknya adalah
analit yang terikat pada partikel lateks atau suatu colloidal metal.
dimobilisasi, sebagian dari substrat dan reagen palacak akan terikat pada garis
capture line. Makin banyak substrat yang terdapat di dalam sampel, makin
nasional yang berlaku pada saat ini, yaitu dengan menggunakan strategi 3 dan
selalu didahului dengan konseling pra tes atau informasi singkat. Ketiga tes
tersebut dapat menggunakan reagen tes cepat (Rapid Test) atau dengan
sensitifitas yang tinggi (>99%), sedang untuk pemeriksaan selanjutnya (A2 dan
baru dapat terdeteksi dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan setelah terinfeksi
HIV yang disebut masa jendela. Bila tes HIV yang dilakukan dalam masa
jendela menunjukkan hasil ”negatif”, maka perlu dilakukan tes ulang, terutama
Interpretasi dan tindak lanjut hasil tes A1 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel.2.3.49
Saat ini teknik yang umum digunakan untuk deteksi antibody dalam
mendiagnosa HIV adalah Elisa dan Rapid test. Yang paling banyak digunakan
adalah Rapid test. Elisa memerlukan alat pembaca khusus sedangkan Rapid
test bisa diamati langsung secara visual. Rapid test juga bisa digunakan untuk
spesimen yang jumlahnya sedikit bahkan jika hanya satu spesimen. Untuk
test adalah yang paling efisien dan banyak digunakan oleh para klinisi.
ELISA atau hasil serologi rapid tes sebagai hasil yang benar-benar positif.
karena pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik . Western Blot
Cara kerja test Western Blot yaitu dengan meletakkan HIV murni pada
dengan enzim yang menghasilkan wama bila diberi suatu substrat. Test ini
dilakukan bersama dengan suatu bahan dengan profil berat molekul standar,
terhadap protein core HIV (gag) misalnya p24 dan protein precursor (p25)
timbul pada stadium awal kemudian menurun pada saat penderita mengalami
penderita AIDS pada stadium apa saja. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
bila serum mengandung antibody HIV yang lengkap maka Western blot akan
memberi gambaran profil berbagai macam band protein dari HIV antigen
cetakannya .13
halnya pemeriksaan diatas, IFA juga mendeteksi antibody terhadap HIV. Uji ini
sederhana untuk dilakukan dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit dan sedikit
Tes virologi untuk diagnosis infeksi HIV-1 meliputi kultur virus, tes
amplifikasi asam nukleat / nucleic acid amplification test (NAATs) , test untuk
menemukan asam nukleat HIV-1 seperti DNA atau RNA HIV-1 dan test untuk
komponen virus (seperti uji untuk protein kapsid virus (antigen p24), dan PCR
test.19,42
HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam
plasma dan sel darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi
dengan menguji cairan supernatan biakan setelah 7-14 hari untuk aktivitas
Menemukan RNA virus atau DNA proviral yang banyak dilakukan untuk
diagnosis pada window periode dan pada anak usia kurang dari 18 bulan.
Karena asam nuklet virus mungkin berada dalam jumlah yang sangat banyak
dalam sampel. Pengujian RNA dan DNA virus dengan amplifikasi PCR,
Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan antibody p24 atau
dalam keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV-1. Pada
umumnya uji antigen p24 jarang digunakan dibanding teknik amplifikasi RNA
atau DNA HIV karena kurang sensitif. Sensitivitas pengujian meningkat dengan
antibody anti-p24.19
berlipat ganda dari sekuen nukleotida dari organism target, yang dapat
spesifitas yang tinggi. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu
setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan alat yang
canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas tidak
suatu celah yang ditembus oleh sinar. Setiap sel yang melewati berkas sinar
sel dari sampel masuk dalam suatu flow chamber, dibungkus oleh cairan
ukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu demi satu, kemudian dilakukan
pengukuran. Sel yang keluar dari aliran tersebut kemudian melewati medan
Ada dua cara pengukuran sel yang digunakan pada alat-alat tersebut,
scattering).
dengan cara mengukur perubahan tahanan listrik yang diakibatkan oleh sel
sewaktu melalui celah yang sempit. Perubahan itu kemudian dideteksi oleh alat
yang bersifat tidak konduktif. Pada waktu sel darah melewati celah dimana
pada kedua sisinya terdapat elektroda beraliran listrik konstan, akan terjadi
mengakibatkan timbulnya pulsa listrik. Jumlah pulsa listrik yang terukur per
satuan waktu atau frekuensi pulsa dideteksi sebagai jumlah sel melalui celah
Prinsip light scattering adalah metode di mana sel dalam suatu aliran
atau dibiaskan ke semua arah. Beberapa detektor yang diletakkan pada sudut-
sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu.
Pulsa cahaya yang berasal dari hamburan cahaya, intensitas warna atau
fluoresensi, diubah menjadi pulsa listrik. Pulsa ini oleh program komputer
merupakan ciri dari masing-masing sel. Hamburan cahaya dengan arah lurus
(forward scattered light) mendeteksi volume dan ukuran sel. Sedangkan yang
dibiaskan dengan sudut 90 derajat (right angle scattered light) menunjukkan isi
granula sitoplasma.43,44
ataupun untuk memonitor keadaan dari suatu penyakit. Jumlah absolut sel CD4
HIV. Jumlah CD4 adalah indikator yang paling diandalkan untuk prognosis. 7
therapy, disingkat HAART). Pilihan terbaik HAART saat ini, berupa kombinasi
dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang terdiri dari paling sedikit dua
kematian.1,8,17
pemeriksaan jumlah CD4 dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-nya. Hal
terapi antiretroviral atau belum. Berikut ini adalah rekomendasi cara memulai
2 NRTI + 1 NNRTI.
Tabel.2.5.49
e. Antagonists CCR5
sangat aktif (HAART). Kombinasi ini mempunyai target multi langkah pada
reflikasi virus sehingga memperlambat seleksi mutan HIV. Tetapi HAART tidak
dapat menyembuhkan infeksi HIV, karena virus menetap pada reservoir yang
berumur panjang pada sel-sel yang terinfeksi, termasuk sel T CD4 memori,
dan gejala efek samping obat atau gagal terapi dan frekuensi infeksi (infeksi
setiap 3 - 6 bulan, atau lebih sering bila ada indikasi klinis.Untuk pasien yang
pengukuran kadar Hemoglobin sebelum memulai terapi dan jika ada indikasi
ada tanda dan gejala. Akan tetapi bila menggunakan Nevirapine (NVP) untuk
perempuan dengan CD4 antara 250 – 350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
Tenofovir(TDF).49
bulan dalam terapi HAART, kecuali TB, kandidosis esofageal, dan infeksi
bakterial berat yang tidak selalu diakibatkan oleh kegagalan terapi. Telaah
respon dari terapi terlebih dahulu, bila responnya baik maka jangan diubah
dulu.7
Setelah satu tahun terapi CD4 kembali atau lebih rendah dari pada awal
terapi anti retroviral. Penurunan CD4 sebesar 50% dari nilai tertinggi yang
Gejala klinis yang muncul dalam waktu 6 bulan terapi sering kali menunjukkan
Pasien HIV
Sebelum
Sesudah
HAART
HAART
CD4 CD4