SUMUR RESAPAN →
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut
dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses
penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona
pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi
alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air
asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan
mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi
tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan
tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan
kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah,
sehingga tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila
keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut
diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan
penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai.
Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam
jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan
menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40
kali tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan
akibat perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air
tawar (1,000 g/cm3).
keterangan:
Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia
dengan mengambil sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya
berdasarkan piezometric level. Saat ini metode geofisika lebih penting dan
akurat digunakan untuk investigasi intrusi air laut. Perolehan data lebih cepat
dengan teknik drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air
laut. Zat cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh
gerakan ion. Gerakan ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas
sangat bergantung pada temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel
tersebut merupaka faktor penting untuk mendeteksi perilaku zona transisi
dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101
Water Level dengan penyelidikan P4, C4 Conductivity Sleeve dan
T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui pembacaan
konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai contoh,
pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi
salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat
digunakan untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka
air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut,
diantaranya well logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of
groundwater samples; classification of groundwater samples; classification
of groundwater; research into the interaction between aquifer matrix and
groundwater; and verticle conductivity and temperatureprofiling.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya;
1. Mengubah Pola Pemompaan
3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin
secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai.
Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air
tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke
daratan.
Gambar 5. Extraction Barrier
4. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada
sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan
muka air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang
masuknya air laut ke daratan.
5. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar
dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.
Gambar 7. Subsurface Barrier
Aktivitas manusia
Faktor batuan
Karakteristik pantai
Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak
dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada
sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah
(pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang
lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih
mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan
pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk
melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan
sulit untuk dikendalikan atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan
bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah.
Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode
sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin dilakukan
hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan
tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus.
Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode
pengendalian memungkinkan untuk dilakukan.
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut
sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki
fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah
pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang
keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang
mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan
jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir
akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat
menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke
pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih
mudah terjadi pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk
akibat airtanah rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah
dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya tetap maka
secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh
aktivitas manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga
segala bentuk aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan
dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
JUMAT, 11 NOVEMBER 2011
A. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang terbatas menurut waktu dan tempat.
Pengolahan dan pelestariannya merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan. Air
tanah adalah salah satu sumber air yang karena kualitas dan kuantitasnya cukup
potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup. Air
tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal
sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian air tanah adalah salah satu sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat
dieksploitasi tanpa batas.
Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif
terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah harus
berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal,
mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga
kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di
muka bumi.
Siklus air ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang
berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya sehingga air
yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap mengalami
evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer. Angin akan mengangkut uap air
pada jarak yang sangat jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah
mengalami jenuh akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang jatuh ke
permukaan bumi juga disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke bumi ini mengakhiri
siklus hidrologi dan akan dimulai dengan siklus yang baru.
Berdasarkan perlakukan batuan terhadap airtanah, maka batuan (sebagai media
air) dapat dibedakan menjadi empat (Hendrayana, H, 1994). yaitu :
1. Akuifer yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat
menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang berarti dibawah kondisi
lapangan. Dengan demikian batuan ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air yang
bersifat permeabel. Contoh : pasir, batupasir, kerikil, batugamping dan lava yang
berlubang-lubang.
2. Akuitar yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat mengalirkan dalam jumlah yang
terbatas. Dengan demikian batuan ini bersifat semi permeabel. Contoh : pasir
lempungan, lempung pasiran.
3. Akuiklud yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah
yang berarti. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh : lempung,
lanau, tuf halus, serpih.
4. Akuifug yaitu suatu tubuh batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan
air. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh batuan beku yang
kompak dan padat.
Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi airtanah pada daerah
tersebut. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,
termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan dan air bersih. Kebutuhan lahan di
kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya.
Daerah dataran rendah, yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat
berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi. Penggunaan
lahan di daerah dataran ini dari tahun ketahun mengalami perubahan yang
mengarah menjadi daerah pusat kota, pemukiman, perkantoran, dan wilayah
industri. Perkembangan ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota.
Topografi yang berbentuk dataran ini dapat berfungsi sebagai daerah discharge
karena frekuensi pengambilan airtanah yang relatif besar ini karena pada daerah ini
perkembangan penduduk tumbuh pesat.
Daerah transisi, yaitu daerah antara topografi dataran tinggi dan dataran rendah,
dapat berfungsi sebagai daerah recharge meskipun dalam jumlahnya relatif kecil,
karena daerah ini masih memiliki kemampuan untuk meresapkan air (infiltrasi) yang
relatif lebih tinggi daripada daerah dataran yang sudah tidak memiliki daerah
resapan akibat pesatnya pembangunan. Daerah ini juga belum mengalami
perubahan tataguna lahan yang cukup signifikan.
Daerah dataran tinggi, daerah ini terletak di lereng kaki gunung. Daerah lereng
gunung ini dapat berfungsi sebagai daerah recharge yang cukup potensial, karena
pada daerah ini tataguna lahan masih didominasi oleh hutan dan tidak ada
perubahan lahan yang cukup signifikan sehingga airtanah lebih banyak meresap
daripada mengalir sebagai run off. Sebagai contoh perubahan tataguna lahan yang
terus berkembang dari tahun ketahun pada gambar.
Penyedotan air tanah yang berlebihan itu, akan berdampak masuknya air laut yang
bersalinitas tinggi masuk menggantikan fungi air tanah yang bersalinitas rendah di
dalam tanah. Tersedotnya air tanah dengan intensitas yang tinggi akan berbanding
lurus dengan masuknya air laut ke dalam tanah. Akibat penyedotan air tanah yang
berlebihan ini, permukaan tanah turun dan intrusi makin besar. Menurut Direktur
Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia, Selamet Daroyni, laju penurunan tanah
Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 – 1992 menjadi
18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Dengan melihat
tingkat penurunan tanah tersebut, ada pakar yang memprediksi, Jakarta akan
tertelan bumi pada tahun 2050.
Amblesnya jembatan jalan RE Martadinata yang menjadi salah satu bagian vital
perekonomian Indonesia merupakan salah satu contoh dari kerakusan akibat ulah
manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan (eksploitasi).Dari
permasalahan diatas, maka penulis sangat setuju dengan penulisan makalah
tentang intrusi air laut. Melihat Indonesia adalah Negara yang memiliki garis pantai
terpanjang di dunia yang secara tidak langsung kota-kota besar berada di daerah
pesisir pantai atau mendapat pengaruh dari laut. Berbagai pengaruh yang
ditimbulkan oleh laut, maka perlu pengkajian yang mendalam dan menanggani
permasalahan intrusi air laut.
B. Permasalahan
1. Apa faktor penyebab intrusi air laut .
2. Apa saja dampak intrusi air laut.
3. Bagaimana upaya mencegah intrusi air laut.
4. Bagaimana upaya menanggulangi intrusi air laut.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
A. Pengertian
1. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah
dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada
pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap
dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam
Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
Air tanah yang berasal dari infiltrasi
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian
terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer
ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai
tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta
mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh
air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya
merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan
peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999) mengemukakan bahwa air tanah dangkal
pada akifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering
menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau.
Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang
cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak
dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur
yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat
kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan
lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan
(abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus
sampai kasar.
c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang
baik.
d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada
diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa
batuan dari pegunungan di sekitarnya.
e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau
diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau
pori-pori dapat terisi air.
2. Intrusi Air Laut
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan
dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. Proses masuknya air laut
mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut. Intrusi air laut telah terjadi di
beberapa tempat, terutama daerah pantai seperti belanda (Ernest, 1969), long
island, USA (Luscinzky dan scwarzenski, 1966) dan di Indonesia.
Di berbagai belahan dunia sudah terjadi yang dikenal dengan intrusis air laut dan
apabila ini dibiarkan maka akan meluas dan membuat kualitas air tanah semakin
menurun setiap harinya. Air laut akan tercermin dari harga daya hantar listrik, Na+
dan Cl- yang tinggi dalam suatu conto air. Hasil analisis kimia dari conto air dari 52
sumur pantau di Jakarta menunjukan bahwa sumur pantau yang terdapat di Jalan
Tongkol (Jakarta Utara dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamal Muara dan Tegal
Alur yang menunjukkan adanya pengaruh dari air laut. Begitu pula umur air, yang
sangat muda, dan kandungan isotop stabil oksigen dan Deuterium, yang relative
berat, di tiga sumur tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari air laut.
Sumur lain menunjukkan umur air tanah yang sangat tua (8.000 – 30. 000 tahun)
dan kandungan isotop stabil relative ringan. Tetapi dari hasil pengamatan pada
konstruksi sumur ternyata sumur telah rusak akibat adanya penurunan muka tanah,
sementara air permukaan dan air tanah dangkal di sekitar daerah tersebut yang
memang sudah terkena pengaruh air laut, masuk ke dalam sumur melalui dinding
sumur yang keropos. Intrusi air laut terhadap air tanah dalam di lokasi ini pun
menjadi tidak valid. Di Jalan Tongkol dan Marunda, dalam kawasan berikat, ada
juga sumur pantau yang tinggi harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl-, tekanan
hidrostatis di kedua sumur ini sangat tinggi, artesis, dan umurnya juga sangat tua.
Rasa asin air di sumur ini lebih disebabkan oleh air formasi dan bukan air laut masa
kini.
Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan
bila nilai rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil. Di tahun 1960 an,
investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil
sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level. Saat
ini metode geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk investigasi intrusi air
laut. Perolehan data lebih cepat dengan teknik drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat
cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan
ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada
temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor penting
untuk mendeteksi perilaku zona transisi dan interface antara air asin dan air tawar.
Menggunakan Solinst Model 101 Water Level dengan penyelidikan P4, C4
Conductivity Sleeve dan T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui
pembacaan konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai
contoh, pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi
salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat digunakan
untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranya
well logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of groundwater
samples; classification of groundwater samples; classification of groundwater;
research into the interaction between aquifer matrix and groundwater; and verticle
conductivity and temperatureprofiling.
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah diatas dapat disimpulkan:
1. Indonesia masih rawan terjadinya intrusi air laut terutama daerah perkotaan yang
mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat.
2. Pengambilan air tanah yang berlebihan membuat kualitas air tanah berkurang
dan menjadi air tanah payau dan bahkan menjadi asin.
3. Terjadinya kerusakan di daerah pesisir pantai dan berbagai aktivitas yang
cenderung tidak memperhatikan lingkungan.
4. Perlunya penangganan apabila permasalahan intrusi air laut setiap hari
bertambah parah dan mitigasi bencana terutama masalah intrusi air laut.
.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapatnya kesalahan dan dan kekurangan,
untuk itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah kedepannya.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)
Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya
sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya
terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989). Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami
bisa digolongkan menjadi:
1. Siklus geologi.
2. Sedimentasi daerah cekungan (sedimentary basin).
3. Adanya rongga diabawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh dan hasil runtuhan atap rongga
membentuk lubang yang disebut sink hole.
4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik.
Secara garis besar penurunan tanah bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain (Whittaker and Reddish, 1989), sebagai
berikut:
1. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh proses-proses geologi seperti
aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.
2. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti air tanah
atau minyak bumi.
3. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat diatasnya seperti struktur
bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka
tanah ini sering juga disebut dengan settlement.
4. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah (aktifitas penambangan).
Berdasarkan tinjauan berbagai macam pustaka, faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah dapat
didefnisikan, sebagai berikut:
Pbl 2 penurunan permukaan tanah dari hg 5
Syamsu Efendi
pamboedi
Shafira Rahmani
MPKT B - Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta
Farah Salsabila
saedi siagian
Kegagalan dalam konstruksi bangunan gedung
HerLiana Sidabutar
English
Español
Português
Français
Deutsch
About
Blog
Terms
Privacy
Copyright
Support