Anda di halaman 1dari 38

HIDROLOGI

SUMUR RESAPAN →

INTRUSI AIR LAUT

Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan


dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara
geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang
terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi
batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang
kompak, sehingga potensi airtanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai
yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat
menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang
pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah
keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut
baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya
pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh
karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik,
terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada
pengaruh eksploitasi.

Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut


Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya
air laut akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air
laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah
memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga
terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut. Keadaan
tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan airtanah.

Gambar 2. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi

Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut
dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses
penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona
pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi
alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air
asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan
mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi
tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan
tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan
kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah,
sehingga tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila
keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut
diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan
penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi airtanah di daerah pantai.
Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam
jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan
menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40
kali tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan
akibat perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air
tawar (1,000 g/cm3).

sehingga didapat nilai z = 40 hf

keterangan:

hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)

z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)


ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya
pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat
pemompaan dimulai, interface dalam keadaan horisontal. Makin
lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan
dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap
berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.
Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi kimia airtanah.
Perubahan ini terjadi dengan cara

1. Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.


2. Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam
lemah lain.
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk
mengevaluasi adanya intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan
klorida merupakan ion dominan pada air laut dan bikarbonat merupakan ion
dominan pada air tawar.
Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar,
sedangkan bila nilai rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil.

Di tahun 1960 an, investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia
dengan mengambil sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya
berdasarkan piezometric level. Saat ini metode geofisika lebih penting dan
akurat digunakan untuk investigasi intrusi air laut. Perolehan data lebih cepat
dengan teknik drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air
laut. Zat cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh
gerakan ion. Gerakan ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas
sangat bergantung pada temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel
tersebut merupaka faktor penting untuk mendeteksi perilaku zona transisi
dan interface antara air asin dan air tawar. Menggunakan Solinst Model 101
Water Level dengan penyelidikan P4, C4 Conductivity Sleeve dan
T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui pembacaan
konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai contoh,
pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi
salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat
digunakan untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka
air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut,
diantaranya well logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of
groundwater samples; classification of groundwater samples; classification
of groundwater; research into the interaction between aquifer matrix and
groundwater; and verticle conductivity and temperatureprofiling.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan intrusi laut, diantaranya;
1. Mengubah Pola Pemompaan

Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah


kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan
bertambah besar.
Gambar 3. Mengubah Pola Pemompaan

2. Pengisian Airtanah Buatan

Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan.


Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan
tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur
pengisian yang menembus akuifer tersebut.

Gambar 4. Pengisian Airtanah Buatan

3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin
secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai.
Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air
tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke
daratan.
Gambar 5. Extraction Barrier

4. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada
sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan
muka air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang
masuknya air laut ke daratan.

Gambar 6. Injection Barrier

5. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar
dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.
Gambar 7. Subsurface Barrier

Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

 Aktivitas manusia
 Faktor batuan
 Karakteristik pantai
 Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak
dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada
sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah
(pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang
lain, apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih
mudah masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan
pengendalian intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk
melepas air adalah lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan
sulit untuk dikendalikan atau diatasi.

Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan
bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah.
Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode
sulit dilakukan pada pantai berbatu. Metode yang mungkin dilakukan
hanya Injection Well pada pesisir yang letaknya agak jauh dari pantai, dan
tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus.
Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode
pengendalian memungkinkan untuk dilakukan.
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut
sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki
fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah
pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang
keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air permukaan yang
mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan. Kerapatan
jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material pasir
akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat
menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke
pemukiman penduduk.

Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih
mudah terjadi pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk
akibat airtanah rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah
dan mengisi cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya tetap maka
secara alami akan membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh
aktivitas manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga
segala bentuk aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan
dikendalikan sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan.
JUMAT, 11 NOVEMBER 2011

INTRUSI AIR LAUT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan sumberdaya alam yang terbatas menurut waktu dan tempat.
Pengolahan dan pelestariannya merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan. Air
tanah adalah salah satu sumber air yang karena kualitas dan kuantitasnya cukup
potensial untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup. Air
tanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal
sebagai siklus hidrologi. Dengan demikian air tanah adalah salah satu sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumberdaya ini dapat
dieksploitasi tanpa batas.
Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif
terhadap keseimbangan alam itu sendiri. Pengembangan sumber air tanah harus
berdasar pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal,
mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga
kelestarian alam. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di
muka bumi.
Siklus air ini berawal dari sistem energi matahari yang merupakan energi yang
berperan cukup penting bagi siklus hidrologi memancarkan energinya sehingga air
yang berasal dari danau, rawa, sungai maupun dari laut secara tetap mengalami
evaporasi menjadi uap air yang naik ke atmosfer. Angin akan mengangkut uap air
pada jarak yang sangat jauh dan akan berkumpul membentuk awan, setelah
mengalami jenuh akan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran air yang jatuh ke
permukaan bumi juga disebut dengan hujan. Turunnya hujan ke bumi ini mengakhiri
siklus hidrologi dan akan dimulai dengan siklus yang baru.
Berdasarkan perlakukan batuan terhadap airtanah, maka batuan (sebagai media
air) dapat dibedakan menjadi empat (Hendrayana, H, 1994). yaitu :
1. Akuifer yaitu batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga dapat
menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah yang berarti dibawah kondisi
lapangan. Dengan demikian batuan ini berfungsi sebagai lapisan pembawa air yang
bersifat permeabel. Contoh : pasir, batupasir, kerikil, batugamping dan lava yang
berlubang-lubang.
2. Akuitar yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi hanya dapat mengalirkan dalam jumlah yang
terbatas. Dengan demikian batuan ini bersifat semi permeabel. Contoh : pasir
lempungan, lempung pasiran.
3. Akuiklud yaitu suatu tubuh batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa,
sehingga dapat menyimpan air, tetapi tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah
yang berarti. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh : lempung,
lanau, tuf halus, serpih.
4. Akuifug yaitu suatu tubuh batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan
air. Dengan demikian batuan ini bersifat kebal air. Contoh batuan beku yang
kompak dan padat.
Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mempengaruhi airtanah pada daerah
tersebut. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,
termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan dan air bersih. Kebutuhan lahan di
kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya.
Daerah dataran rendah, yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat
berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi. Penggunaan
lahan di daerah dataran ini dari tahun ketahun mengalami perubahan yang
mengarah menjadi daerah pusat kota, pemukiman, perkantoran, dan wilayah
industri. Perkembangan ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota.
Topografi yang berbentuk dataran ini dapat berfungsi sebagai daerah discharge
karena frekuensi pengambilan airtanah yang relatif besar ini karena pada daerah ini
perkembangan penduduk tumbuh pesat.
Daerah transisi, yaitu daerah antara topografi dataran tinggi dan dataran rendah,
dapat berfungsi sebagai daerah recharge meskipun dalam jumlahnya relatif kecil,
karena daerah ini masih memiliki kemampuan untuk meresapkan air (infiltrasi) yang
relatif lebih tinggi daripada daerah dataran yang sudah tidak memiliki daerah
resapan akibat pesatnya pembangunan. Daerah ini juga belum mengalami
perubahan tataguna lahan yang cukup signifikan.
Daerah dataran tinggi, daerah ini terletak di lereng kaki gunung. Daerah lereng
gunung ini dapat berfungsi sebagai daerah recharge yang cukup potensial, karena
pada daerah ini tataguna lahan masih didominasi oleh hutan dan tidak ada
perubahan lahan yang cukup signifikan sehingga airtanah lebih banyak meresap
daripada mengalir sebagai run off. Sebagai contoh perubahan tataguna lahan yang
terus berkembang dari tahun ketahun pada gambar.
Penyedotan air tanah yang berlebihan itu, akan berdampak masuknya air laut yang
bersalinitas tinggi masuk menggantikan fungi air tanah yang bersalinitas rendah di
dalam tanah. Tersedotnya air tanah dengan intensitas yang tinggi akan berbanding
lurus dengan masuknya air laut ke dalam tanah. Akibat penyedotan air tanah yang
berlebihan ini, permukaan tanah turun dan intrusi makin besar. Menurut Direktur
Keadilan Perkotaan Institut Hijau Indonesia, Selamet Daroyni, laju penurunan tanah
Jakarta meningkat drastis dari 0,8 cm per tahun pada kurun 1982 – 1992 menjadi
18-26 cm per tahun pada 2008, terutama di daerah Jakarta Utara. Dengan melihat
tingkat penurunan tanah tersebut, ada pakar yang memprediksi, Jakarta akan
tertelan bumi pada tahun 2050.
Amblesnya jembatan jalan RE Martadinata yang menjadi salah satu bagian vital
perekonomian Indonesia merupakan salah satu contoh dari kerakusan akibat ulah
manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang berlebihan (eksploitasi).Dari
permasalahan diatas, maka penulis sangat setuju dengan penulisan makalah
tentang intrusi air laut. Melihat Indonesia adalah Negara yang memiliki garis pantai
terpanjang di dunia yang secara tidak langsung kota-kota besar berada di daerah
pesisir pantai atau mendapat pengaruh dari laut. Berbagai pengaruh yang
ditimbulkan oleh laut, maka perlu pengkajian yang mendalam dan menanggani
permasalahan intrusi air laut.

B. Permasalahan
1. Apa faktor penyebab intrusi air laut .
2. Apa saja dampak intrusi air laut.
3. Bagaimana upaya mencegah intrusi air laut.
4. Bagaimana upaya menanggulangi intrusi air laut.

BAB II
TEORI PENDUKUNG

A. Pengertian
1. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah
dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada
pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap
dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam
Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
Air tanah yang berasal dari infiltrasi

a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian
terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer
ini disebut dengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai
tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang
dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta
mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh
air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya
merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan
peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Tolman (1937) dalam Wiwoho (1999) mengemukakan bahwa air tanah dangkal
pada akifer dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering
menunjukan konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau.
Hal ini disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang
cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air kontak
dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi unsur-unsur
yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi tingkat
kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula kadar
garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan
lapangan, akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
a. Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di
sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam.
Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
b. Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan
(abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus
sampai kasar.
c. Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan
aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang
baik.
d. Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada
diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa
batuan dari pegunungan di sekitarnya.
e. Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau
diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau
pori-pori dapat terisi air.
2. Intrusi Air Laut
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan
dan mencemari air tanah yang terkandung didalamnya. Proses masuknya air laut
mengganti air tawar disebut sebagai intrusi air laut. Intrusi air laut telah terjadi di
beberapa tempat, terutama daerah pantai seperti belanda (Ernest, 1969), long
island, USA (Luscinzky dan scwarzenski, 1966) dan di Indonesia.
Di berbagai belahan dunia sudah terjadi yang dikenal dengan intrusis air laut dan
apabila ini dibiarkan maka akan meluas dan membuat kualitas air tanah semakin
menurun setiap harinya. Air laut akan tercermin dari harga daya hantar listrik, Na+
dan Cl- yang tinggi dalam suatu conto air. Hasil analisis kimia dari conto air dari 52
sumur pantau di Jakarta menunjukan bahwa sumur pantau yang terdapat di Jalan
Tongkol (Jakarta Utara dekat Pelabuhan Sunda Kelapa, Kamal Muara dan Tegal
Alur yang menunjukkan adanya pengaruh dari air laut. Begitu pula umur air, yang
sangat muda, dan kandungan isotop stabil oksigen dan Deuterium, yang relative
berat, di tiga sumur tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari air laut.
Sumur lain menunjukkan umur air tanah yang sangat tua (8.000 – 30. 000 tahun)
dan kandungan isotop stabil relative ringan. Tetapi dari hasil pengamatan pada
konstruksi sumur ternyata sumur telah rusak akibat adanya penurunan muka tanah,
sementara air permukaan dan air tanah dangkal di sekitar daerah tersebut yang
memang sudah terkena pengaruh air laut, masuk ke dalam sumur melalui dinding
sumur yang keropos. Intrusi air laut terhadap air tanah dalam di lokasi ini pun
menjadi tidak valid. Di Jalan Tongkol dan Marunda, dalam kawasan berikat, ada
juga sumur pantau yang tinggi harga daya hantar listrik, Na+ dan Cl-, tekanan
hidrostatis di kedua sumur ini sangat tinggi, artesis, dan umurnya juga sangat tua.
Rasa asin air di sumur ini lebih disebabkan oleh air formasi dan bukan air laut masa
kini.

B. Ciri dan Penentuan Intrusi Air Laut


Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah
dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan
penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir
dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai.
Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi airtanahnya
cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan,
tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada
daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai.
Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi
dan penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara
buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik,
nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu
diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi
setelah ada pengaruh eksploitasi.
Gambar 1. Penampang Melintang Pertemuan Airtanah dan Air Laut
Air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut
akan mudah mendesak airtanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak
dapat masuk jauh ke daratan sebab airtanah memiliki piezometric yang menekan
lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara
airtanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan
antara air laut dan airtanah.
Gambar 2. Kondisi Interface yang Alami dan Sudah Mengalami Intrusi
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan
upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air
asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin
dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir
secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat
jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu.
Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut,
desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan
kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak
terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas
yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan,
karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut, serta fluktuasi
airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan
airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka
sumur akan menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-
hari.
Menurut konsep Ghyben – Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali
tinggi muka airtanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat
perbedaan berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1,000
g/cm3).
sehingga didapat nilai z = 40 hf
keterangan:
hf = elevasi muka airtanah di atas muka air laut (m)
z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
ρs = berat jenis air laut (g/cm3)
ρf = berat jenis air tawar (g/cm3)
Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya
pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat
pemompaan dimulai, interface dalam keadaan horisontal. Makin lama interface
makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface
mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut daripada
kembali ke keadaan semula.Intrusi air laut dapat dikenali dengan melihat komposisi
kimia airtanah. Perubahan ini terjadi dengan cara
1. Reaksi kimia antara air laut dengan mineral-mineral akuifer.
2. Reduksi sulfat dan bertambah besarnya konsentrasi karbon atau asam lemah
lain.
3. Terjadi pelarutan dan pengendapan.
Revelle menggunakan nilai rasio antara klorida dan bikarbonat untuk mengevaluasi
adanya intrusi air laut. Penggunaan klorida dikarenakan klorida merupakan ion
dominan pada air laut dan bikarbonat merupakan ion dominan pada air tawar.

Semakin tinggi nilai rasio, berarti pengaruh intrusi air laut makin besar, sedangkan
bila nilai rasio rendah maka pengaruh intrusi air laut kecil. Di tahun 1960 an,
investigasi intrusi air laut di lakukan dengan analisis kimia dengan mengambil
sample airtanah dan menyelidiki pola alirannya berdasarkan piezometric level. Saat
ini metode geofisika lebih penting dan akurat digunakan untuk investigasi intrusi air
laut. Perolehan data lebih cepat dengan teknik drilling.
Konduktivitas dan temperatur air dapat digunakan untuk estimasi intrusi air laut. Zat
cair memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik oleh gerakan ion. Gerakan
ion dapat diukur melalui konduktivitas. Konduktivitas sangat bergantung pada
temperatur. Pengukuran terhadap kedua variabel tersebut merupaka faktor penting
untuk mendeteksi perilaku zona transisi dan interface antara air asin dan air tawar.
Menggunakan Solinst Model 101 Water Level dengan penyelidikan P4, C4
Conductivity Sleeve dan T4 Temperature Sleeve, salinitas dapat diestimasi melalui
pembacaan konduktivitas dan temperatur pada kedalaman yang sama. Sebagai
contoh, pembacaan konduktivitas 25,000 µS/cm dan temperatur 20°C, estimasi
salinitas sebesar 17 ppt. Melalui metode ini investigasi salinitas dapat digunakan
untuk melacak fluktuasi interface antara muka air asin dan muka air tawar.
Saat ini terdapat beberapa metode dalam penyelidikan intrusi air laut, diantaranya
well logging, dating, isotope techniques and chemical analysis of groundwater
samples; classification of groundwater samples; classification of groundwater;
research into the interaction between aquifer matrix and groundwater; and verticle
conductivity and temperatureprofiling.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Intrusi Air Laut


Intrusi air laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
• Aktivitas manusia
• Faktor batuan
• Karakteristik pantai
• Fluktuasi airtanah di daerah pantai
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak
lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumberdaya air
terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang
berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain,
apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah
masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian
intrusi air laut dengan banyak metode. Sifat yang sulit untuk melepas air adalah
lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan
atau diatasi.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif
sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut
membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai
berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang
letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai bergisik/berpasir memiliki tekstur pasir yang sifatnya lebih porus.
Pengendalian intrusi air laut lebih mudah dilakukan sebab segala metode
pengendalian memungkinkan untuk dilakukan. Pantai berterumbu karang/mangrove
akan sulit mengalami intrusi air laut sebab mangrove dapat mengurangi intrusi air
laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan.
Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air dan proses intrusi air laut,
memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga ketersediaan cadangan air
permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi air laut ke arah daratan.
Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat mengontrol pergerakan material
pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya. Kerapatan jenis vegetasi dapat
menghambat kecepatan dan memecah tekanan terpaan angin yang menuju ke
pemukiman penduduk.
Apabila fluktuasi airtanah tinggi maka kemungkinan intrusi air laut lebih mudah
terjadi pada kondisi airtanah berkurang. Rongga yang terbentuk akibat airtanah
rendah maka air laut akan mudah untuk menekan airtanah dan mengisi
cekungan/rongga airtanah. Apabila fluktuasinya tetap maka secara alami akan
membentuk interface yang keberadaannya tetap.
Intrusi air laut merupakan bentuk degradasi sumberdaya air terutama oleh aktivitas
manusia pada kawasan pantai. Hal ini perlu diperhatikan sehingga segala bentuk
aktivitas manusia pada daerah tersebut perlu dibatasi dan dikendalikan sebagai
wujud kepedulian terhadap lingkungan.
B. Dampak Intrusi Air Laut
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, terutama dampak negatif
atau yang merugikan seperti; terjadinya penurunan kualitas air tanah untuk
kebutuhan manusia, amblesnya tanah karena pengekploitasian air tanah secara
berlebihan, sedang bagi tanaman ada yang toleran terhadap kandungan garam atau
air asin yang tinggi seperti, tanaman daerah rawa pantai, yaitu pohon bakau. Bagi
tanaman yang tumbuh di tanah dengan kandungan garam yang rendah atau tumbuh
pada tanah biasa, umumnya respon terhadap peningkatan kadar garam antara lain:
1. Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun yang diperkirakan akibat
perubahan tekanan osmosis. Akibat menurunnya perbedaaan konsentrasi antara air
sel dengan air ftanah yang bergaram, diperkirakan akan menurun perbedaan
tekanan osmosis relatif antara lain berfungsi menghisap air ke daun.
2. Menyebabkan daun menjadi layu dan perubahan metabolisme akar.
Berkurangnya kualitas air tanah karena sudah bercampur dengan air asin/ garam
dan susah untuk mendapatkan air bersih. Bila hal ini dibiarkan, maka akan
berdampak lebih besar terutama menganggu keseimbangan air tanah dengan air
asin. Selain itu juga daerah yag terkena intrusi ini akan semakin luas terutama
bagian hilirnya.

C. Upaya Mencegah Intrusi Air Laut


Intrusi air laut adalah sesuatu yang dapat merusak lingkungan apabila dibiarkan dan
tidak ada upaya yang dilakukan terutama bagi kelangsungan hidup manusia.
berbagai upaya harus perlu dilakukan agar intrusi air laut tidak terjadi diantaranya:
1. Penghijauan
Kawasan recharge yang merupakan daerah tangkapan air yang berada pada
kawasan yang memiliki topografi lebih tinggi juga terkena imbas pembangunan,
sehingga daerah recharge mengalami perubahan fungsi. Semula daerah ini banyak
ditumbuhi pepohonan dan merupakan daerah perkebunan dan hutan yang berperan
cukup besar untuk proses penangkapam air berubah searah dengan laju
perkembangan penduduk. Untuk itu perlu diadakan penghijauan pada daerah
recharge yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air berfungsi kembali.
Penghijauan ini tidak hanya dilakukan pada daerah recharge tetapi juga dilakukan
disepanjang pesisir pantai atau daerah pantai. Penghijauan di daerah recharge
bertujuan untuk menangkap air. Daerah ini dapat berfungsi sebagai kawasan
terbuka hijau jika letaknya pada bagian atas suatu daerah padat penduduk daerah
ini akan menyimpan air hujan pada rongga-rongga tanah yang terbentuk dan
mencegah run-off secara tiba-tiba.
Sebagian air ini berperan mengairi dan sebagian akan terserap dan masuk kedalam
tanah menjadi bagian dari cadangan air tanah (yoshida 2001 dalam anonim,
2004a).
D. Upaya Menanggulangi Intrusi Air Laut
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan atau menanggulangi intrusi laut,
diantaranya:
1. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah kemiringan
landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan bertambah besar.
Gambar 3. Mengubah Pola Pemompaan
2. Pengisian Airtanah Buatan
Muka airtanah dinaikkan dengan melakukan pengisian airtanah buatan. Untuk
akuifer bebas dapat dilakukan dengan menyebarkan air dipermukaan tanah,
sedangkan pada akuifer tertekan dapat dilakukan pada sumur pengisian yang
menembus akuifer tersebut.

Gambar 4. Pengisian Airtanah Buatan


3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin secara
terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pemompaan ini akan
menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air tawar akan mengalir ke
cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke daratan.
Gambar 5. Extraction Barrier
4. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada sumur
yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka air tanah di
sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air laut ke daratan.
Gambar 6. Injection Barrier
5. Subsurface Barrier
Penghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air asin dan air tawar dapat
dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit maupun aspal.

Gambar 7. Subsurface Barrier

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah diatas dapat disimpulkan:
1. Indonesia masih rawan terjadinya intrusi air laut terutama daerah perkotaan yang
mengalami pertumbuhan penduduk yang pesat.
2. Pengambilan air tanah yang berlebihan membuat kualitas air tanah berkurang
dan menjadi air tanah payau dan bahkan menjadi asin.
3. Terjadinya kerusakan di daerah pesisir pantai dan berbagai aktivitas yang
cenderung tidak memperhatikan lingkungan.
4. Perlunya penangganan apabila permasalahan intrusi air laut setiap hari
bertambah parah dan mitigasi bencana terutama masalah intrusi air laut.
.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapatnya kesalahan dan dan kekurangan,
untuk itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah kedepannya.
Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Muka Tanah (Land Subsidence)

Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya
sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya
terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989). Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami
bisa digolongkan menjadi:

1. Siklus geologi.
2. Sedimentasi daerah cekungan (sedimentary basin).
3. Adanya rongga diabawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh dan hasil runtuhan atap rongga
membentuk lubang yang disebut sink hole.
4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik.
Secara garis besar penurunan tanah bisa disebabkan oleh beberapa hal antara lain (Whittaker and Reddish, 1989), sebagai
berikut:

1. Penurunan muka tanah alami (natural subsidence) yang disebabkan oleh proses-proses geologi seperti
aktifitas vulkanik dan tektonik, siklus geologi, adanya rongga di bawah permukaan tanah dan sebagainya.
2. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh pengambilan bahan cair dari dalam tanah seperti air tanah
atau minyak bumi.
3. Penurunan muka tanah yang disebabkan oleh adanya beban-beban berat diatasnya seperti struktur
bangunan sehingga lapisan-lapisan tanah dibawahnya mengalami kompaksi/konsolidasi. Penurunan muka
tanah ini sering juga disebut dengan settlement.
4. Penurunan muka tanah akibat pengambilan bahan padat dari tanah (aktifitas penambangan).
Berdasarkan tinjauan berbagai macam pustaka, faktor-faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah dapat
didefnisikan, sebagai berikut:

1. Pengambilan air tanah yang berlebihan (Burbey J.T., 2005).


2. Penurunan karena beban bangunan (Quaxiang, 2001).
3. Konsolidasi alamiah lapisan tanah (Wei,Q., 2006).
4. Gaya-gaya tektonik (Chang, C.P., 2005).
5. Ekstraksi gas dan minyak bumi (Odijk, D., 2005).
6. Penambangan bawah tanah (Rizos, C., 2007).
7. Ekstraksi lumpur (Deguchi, T., 2007).
8. Patahan kerak bumi (Rahtje et al., 2003)
9. Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer (Hamdani et al., 1994)
9 of 12

Makalah pbl 2 penurunan permukaan tanah


dari hg 5

Makalah pbl 2 penurunan permukaan tanah dari hg 5


1. 1. MAKALAH MPKT-B PBL 2 PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI
JAKARTA Oleh Home Group 5: ATHA HAMZAH (1506673366) BAGAS MUHAMMAD
(1506674860) FATHIYA SALSABILA (1506723263) SHENLY RIATNA ERLIZA
(1506672092) SYAMSU RIJAL EFENDI (1506672685) YOGI SEPTIANDI (1506673132)
UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015
2. 2. ii KATA PENGANTAR Rasa syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat- Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat dalam waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”, suatu hal yang
di Bumi. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah berkaitan
tentang penurunan permukaan tanah dan sekaligus untuk memenuhi tugas PBL-2 mata kuliah
MPKT- B. Dalam proses pendalaman materi “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”
ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima
kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Ir. Mahmud Sudibandriyo M.Sc., Ph.D. Tidak
lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman - teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Terimakasih, Depok, 4
Desember 2015 Kelompok HG 5
3. 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
.............................................................................................................ii DAFTAR ISI
..........................................................................................................................iii BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1.Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2.Perumusan Masalah............................................................................................................1
1.3.Tujuan.................................................................................................................................2
1.4.Manfaat...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah..........................................................................3
2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Secara Umum.........................................3
2.3. Penyebab Penurunan Tanah di Jakarta Utara ....................................................................4
2.4. Wilayah di DKI Jakarta yang Mengalami Penurunan Tanah............................................4
2.5. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta.....................................................5
2.6. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta ............................5
BAB III PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK......................................................6
3.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah ..............................................................................6
3.2. Sistem GPS (Global Positioning System)..........................................................................6
3.3. Cara Kerja GPS (Global Positioning System)...................................................................7
BAB IV PENUTUPAN............................................................................................................8
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................8
4.2. Saran..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................9
4. 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwasanya
perkembangan kota akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kota. Semakin besar suatu
kota maka semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya. Salah
satunya adalah permasalahan penurunan muka tanah (land subsidence). Yaitu peristiwa
termampatnya suatu lapisan tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor. Di Indonesia, kota
yang mengalami penurunan muka tanah yang parah adalah Jakarta. Penurunan muka tanah
merupakan hal yang serius terutama apabila penurunan tanah terjadi di daerah pesisir pantai.
Kondisi tersebut karena daerah pesisir sangat rentan terhadap tekanan lingkungan, baik yang
berasal dari daratan maupun dari lautan. Kota Jakarta Utara adalah salah satu kota
metropolitan yang memiliki wilayah pesisir dibagian utara. Penurunan permukaan tanah di
wilayah Jakarta Utara seperti di kawasan Pademangan, Ancol, Penjaringan, Cengkareng,
Tanjung Priok, Cilincing, dan Pulogadung masih terus berlangsung. Data dari Dinas
Perindustrian dan Energi menunjukkan, di daerah- daerah tersebut telah terjadi penurunan
lebih dari 100 cm. Penurunan tanah tersebut dipengaruhi oleh kondisi muka air tanah dan
pengaruh konsolidasi. Penurunan muka tanah di beberapa wilayah setiap tahunnya memang
tidak terjadi secara ekstrim, namun apabila dibiarkan terus menerus akan berdampak pada
munculnya kerugian, tidak hanya material tetapi juga korban jiwa. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas mengenai faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah, akibat
yang ditimbulkan dari penurunan muka tanah, disertai dengan cara mengatasi penurunan
muka tanah. Pemerintah DKI Jakarta harus segera bertindak untuk mencari solusi dan upaya
untuk menghambat terjadinya penurunan tanah yang berlangsung ini, mengingat posisinya
selain sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia juga sebagai geostrategis pada
jalur lalu lintas ekonomi Internasional. Diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing
individu bersama dengan pemerintah untuk bersama-sama mengatasi masalah penurunan
muka tanah. 1.2. Perumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Penurunan Permukaan
Tanah (land subsidence) ? 2. Apa saja faktor penyebab Penurunan Permukaan Tanah di DKI
jakarta? 3. Di mana daerah yang paling rawan terjadi Penurunan Permukaan Tanah di DKI
Jakarta? 4. Apa saja upaya dan solusi yang ditawarkan untuk Pemerintah dalam rangka
mengatasi Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta?
5. 5. 2 1.3. Tujuan 1. Mengetahui penyebab terjadinya penurunan tanah di DKI Jakarta
khususnya Jakarta Utara. 2. Mengetahui akibat yang ditimbulkan penurunan tanah di DKI
Jakarta. 3. Mengetahui cara mengatasi dan menanggulangi penurunan tanah di DKI Jakarta.
1.4. Manfaat Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya adalah untuk menambah
wawasan kita tentang penurunan permukaan tanah sehingga kita mengetahui dampak dan
penyebab dari kejadian tersebut dan kemudian kita mengetahui langkah dan solusi untuk
perbaikan alam untuk menjadi lebih baik.
6. 6. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah Penurunan
permukaan tanah adalah turunnya permukaan tanah akibat terjadinya perubahan volume pada
lapisan-lapisan batuan di bawahnya. Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan
suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu
(kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel penyebabnya (Marfai,
2006). Penurunan muka tanah ini secara tidak langsung merupakan aktivitas pemaksaan
memadatkan struktur tanah yang belum padat menjadi padat. Umumnya terjadi pada daerah
yang tadinya berupa rawa, delta, endapan banjir, dsb yang dialihkan fungsi tataguna lahannya
tanpa melakukan rekayasa tanah terlebih dahulu. 2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan
Tanah Secara Umum Menurut Whittaker and Reddish (1989), faktor penyebab penurunan
muka tanah secara umum antara lain : 1. Penurunan tanah alami (natural subsidence) Yaitu
penurunan tanah yang disebabkan oleh proses-proses geologi. Beberapa penyebab terjadinya
penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi : a. Siklus geologi Penurunan muka tanah
terkait dengan siklus geologi. Proses-proses yang terlihat dalam siklus geologi adalah
pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi (crustal
movement). b. Sedimentasi daerah cekungan Daerah cekungan biasanya terdapat di daerah
tektonik lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di
cekungan semakin lama semakin banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin
meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan
pada permukaan tanah. 2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater
extraction) Pengambilan airtanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan
pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan
akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori tanah sehingga
tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut.
Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer. 3. Penurunan akibat beban bangunan
(settlement) Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat
menjadi pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti
tanggul atau bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan
lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya
deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan
sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang
7. 7. 4 bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan
permukaan tanah. 2. 3. Penyebab Penurunan Tanah di Jakarta Utara Amblasnya jalan RE
Martadinata di Jakarta Utara membuat kondisi Jakarta sebagai ibu kota indonesia di
pertanyakan kembali. Setelah macet dan banjir, kini penurunan tanah mengancam Jakarta isu
pemindahan ibu kota pun kembali gencar di gulirkan. Kini penilitian teradap jalan RE
Martadinata masih terus di lakukan, jalan tersebut juga sudah di amankan oleh aparat
kepolisian dengan memasang penutup jalan di kedua sisinya. Apalagi baru-baru ini jalan RE
Martadinata kembali amblas sedalam 25 cm. Menurut para peneliti,amblasnya jalan di
Jakarta Utara tersebut disebabkan oleh 3 faktor : 1. Penurunan secara alami, karena kondisi
batuan yang mengalami pelapukan dan kondisi ini diperburuk dengan kecenderungan
meningkatnya muka air laut sampai hampir di sebagian besar kota-kota dunia akibat
pemanasan global (global warming). 2. Penurunan karena adanya penyedotan air tanah secara
berlebihan. Pengambilan air bawah tanah menjadi penyebab utama penurunan permukaan
tanah di jakarta. berdasarkan data departemen energi dan sumber daya mineral tahun 2007,
jumlah air tanah terekstraksi mencapai titik tertinggi pada tahun 1995. dari 3000-3500 pompa
terpasang, terekstraksi 30-35 juta meter kubik air. tahun berikutnya jumlah sumur pompa
terus meningkat tapi jumlah air terekstraksi semakin menurun. tahun 2007 jumlah pompa
yang terpasang 3700 sedangkan jumlah air yang terekstraksi sebesar 20 juta meter kubik. 3.
Penurunan akibat beban dari gedung-gedung yang ada di Jakarta Utara. Namun di antara
faktor-faktor tersebut, penyedotan air tanah secara berlebihan merupakan faktor penting yang
di duga sebagai penyebab amblasnya tanah di Jakarta. 2.4. Wilayah di DKI Jakarta yang
Mengalami Penurunan Tanah Diantaranya yaitu sebagai berikut. • Jakarta Utara: Muara
Angke, Muara Baru, Penjaringan, Pantai Indah Kapuk, Pademangan, Pantai Mutiara, Ancol •
Jakarta Barat: Cengkareng, Meruya, Kebon Jeruk, Daan Mogot • Jakarta Pusat: Cikini, MH.
Thamrin, Gunung Sahari • Jakarta Timur: Cibubur, Pulogadung • Jakarta Selatan: Pondok
Indah, Kuningan, Kebayoran
8. 8. 5 2.5. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta Penurunan muka tanah
menimbulkan permasalahan lingkungan dan menambah parah permasalahan yang sudah ada
di DKI Jakarta. Dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah : a. Memperparah banjir
dan rob di Kota Jakarta utara Banjir pasang laut yang melanda kawasan Tanjungpriok
merupakan suatu fenomena alam yang sering terjadi ketika air laut pasang. Wilayah yang
sering mengalami genangan banjir pasang laut berada di Kelurahan Tanjungpriok dan
Kelurahan Papanggo. Dampak yang terjadi akibat genangan banjir di Kelurahan
Tanjungpriok sangat mengganggu aktivitas warga. Seperti halnya banjir yang menggenangi
Jl. R.E. Martadinata dan Jl. Selur, Sunteragung, Tanjungpriok dengan ketinggian genangan
kurang lebih sekitar 20 cm atau sebetis orang dewasa. b. Kerusakan infrastruktur yang berada
diatas permukaan tanah. Pembangunan di Jakarta Utara khususnya di Pelabuhan Tanjung
Priuk mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga mengakibatkan banyak
bangunan berdiri dan hampir tidak menyisakan kawasan terbuka. Sehingga kerusakan dapat
terjadi pada gedung-gedung dan rumah-rumah, serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan,
bahkan dapat menyebabkan meledaknya pipa gas di daerah tersebut. c. Menimbulkan
kerugian ekonomi. Selain kerugian ekonomi langsung (direct losses), penurunan muka tanah
juga menyebabkan kerugian ekonomi secara tidak langsung (indirect losses) seperti
berkurangnya pendapatan, hilangnya mata pencaharian penduduk, guncangan bisnis, bahkan
menurunnya laju pertumbuhan ekonomi. d. Menurunkan tingkat kesehatan dan sanitasi
lingkungan. Banjir dan rob menyebabkan bercampurnya air bersih dan air kotor yang berada
di sekitar pemukiman warga. 2.6. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di
DKI Jakarta Untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan penurunan tanah cukup sulit
dan dapat dilakukan jika semua pihak turut serta berkontribusi dalam upaya penurunan tanah
tersebut. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah yang
terjadi di Jakarta Utara : a. Memanfaatkan penggunaan penggunaan air bawah tanah (ABT)
seperlunya tanpa melakukan eksploitasi berlebihan dan menggantinya dengan air permukaan
sebagai sumber air baku atau dari PDAM. b. Membuat kolam pengumpul air hujan, baik di
atas maupun bawah permukaan. c. Pemerintah DKI berupaya untuk meninggikan area yang
mengalami penurunan permukaan tanah dengan cara menguruknya. Selain itu dilakukan juga
dengan cara meninggikan penghalang atau jeti agar air laut yang meluap ketika pasang tinggi
yang masuk ke wilayah permukaan tidak meluas genangannya dan tidak mengganggu
aktivitas warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta.
9. 9. 6 BAB III PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK 3.1. Teknik Pemantauan
Penurunan Tanah Pada prinsipnya, penurunan tanah atau land subsidence suatu wilayah dapat
dipantau dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode- metode hidrogeologis (e.g.
pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer
yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode geoteknik, maupun
metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling), survei gaya berat mikro, survei
GPS (Global Positioning System), dan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).
3.2. Sistem GPS (Global Positioning System) GPS adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning
System. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan
menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik atau
kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei
GPS. GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi sampai beberapa
mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun temporal. Gambar di bawah
ini merupakan perangkat receiver GPS yang dipasang di beberapa titik pengamatan. Titik-
titik tersebut merepresentasikan penurunan tanah karena titik-titik tersebut berada di daerah
yang diduga mengalami penurunan tanah. Gambar di bawah ini adalah dokumentasi
pemasangan sistem GPS kontinyu di daerah Porong Sidoarjo untuk memantau penurunan
tanah (land subsidence) dari hari ke hari.
10. 10. 7 3.3 Cara Kerja GPS (Global Positioning System) Bagian yang paling penting dalam
sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau yang sering kita
sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang semuanya dapat
memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut
atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga
jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control
Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment
(bagian pengguna). 1. GPS Control Segment Control segment GPS terdiri dari lima stasiun
yang berada di pangkalan Falcon Air Force, Colorado Springs, Ascension Island, Hawaii,
Diego Garcia dan Kwajalein. Kelima stasiun ini adalah mata dan telinga bagi GPS. Sinyal-
sinyal dari satelit diterima oleh bagian kontrol, kemudian dikoreksi, dan dikirimkan kembali
ke satelit. Data koreksi lokasi yang tepat dari satelit ini disebut data ephemeris, yang
kemudian nantinya dikirimkan ke alat navigasi yang kita miliki. 2. GPS Space Segment
Space Segment adalah terdiri dari sebuah jaringan satelit yang tediri dari beberapa satelit
yang berada pada orbit lingkaran yang terdekat dengan tinggi nominal sekitar 20.183 km di
atas permukaan bumi. Sinyal yang dipancarkan oleh seluruh satelit tersebut dapat menembus
awan, plastik dan kaca, namun tidak bisa menembus benda padat seperti tembok dan
rapatnya pepohonan. Terdapat 2 jenis gelombang yang hingga saat ini digunakan sebagai alat
navigasi berbasis satelit. Masing-masingnya adalah gelombang L1 dan L2, dimana L1
berjalan pada frequensi 1575.42 MHz yang bisa digunakan oleh masyarakat umum, dan L2
berjalan pada frequensi 1227.6 Mhz dimana jenis ini hanya untuk kebutuhan militer saja. 3.
GPS User Segment User segment terdiri dari antenna dan prosesor receiver yang
menyediakan positioning, kecepatan dan ketepatan waktu ke pengguna. Bagian ini menerima
data dari satelit- satelit melalui sinyal radio yang dikirimkan setelah mengalami koreksi oleh
stasiun pengendali (GPS Control Segment).
11. 11. 8 BAB IV PENUTUPAN 4.1. Kesimpulan Pengambilan air tanah yang melebihi batas
merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan tanah. pembangunan yang berlebihan
juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan tanah khususnya di kota kota
besar. Dampak dari penurunan tanah ini yaitu daerah pesisir jakarta berpotensi terjadi
genangan banjir pasang laut terutama di daerah jakarta utara. wilayah Kecamatan
Tanjungpriok sangat berpotensi sekali terendam akibat banjir pasang laut. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut mempunyai elevasi 0 meter dari permukaan air laut sehingga
ketika laut pasang, air akan meluap dan menggenangi wilayah tersebut. 4.2. Saran
Pemerintah seharusnya lebih peka dan peduli terhadap kerusakan lingkungan terutama
penurunan muka tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan semakin meluas ini dapat di
pantau dengan banyak metode pengukuran tanah, salah satunya menggunakan Global
Positioning System (GPS). Dengan menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus
dan cepat di tanggulangi. Dan Pemrov DKI Jakarta mempertegas kepada masyarakat Perda
tentang pemanfaatan air tanah yaitu Perda No 10/1998, Perda No 8/2007 tentang Ketertiban
Umum, Perda No 17/2010 tentang Pajak Air tanah, dan Perda No 1/2004 tentang air tanah.
Hal tersebut bertujuan supaya pengambilan air tanah dapat dikendalikan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
12. 12. 9 DAFTAR PUSTAKA http://sudeska22.blogspot.co.id/2011/11/penurunan-tanah-
jakarta.html http://nugraharevan.blogspot.co.id/2014/12/dampak-penurunan-permukaan-
tanah-di.html http://geodesy.gd.itb.ac.id/pemantauan-land-subsidence-di-semburan-lumpur-
porong- lapindo-dengan-gps/ http://www.mandalamaya.com/pengertian-gps-cara-kerja-gps-
dan-fungsi-gps/
Recommended

Creativity and Learning: A Conversation with Lynda Barry

Project Management Fundamentals

Flipping the Classroom


Pbl 2 penurunan permukaan tanah dari hg 5

Syamsu Efendi

Fenomena penurunan muka tanah di kota semarang

pamboedi

Penurunan Permukaan Tanah MPKT B

Shafira Rahmani


MPKT B - Penurunan Permukaan Tanah di Jakarta

Farah Salsabila

Study kasus penurunan bangunan akibat pergerakan tanah

saedi siagian

Kegagalan Konstruksi Akibat Likuifaksi

Muhammad Nouval Akram


Kegagalan dalam konstruksi bangunan gedung

HerLiana Sidabutar

 English
 Español
 Português
 Français
 Deutsch
 About

 Dev & API

 Blog

 Terms

 Privacy

 Copyright

 Support




LinkedIn Corporation © 2017

Anda mungkin juga menyukai