Anda di halaman 1dari 15

ARSITEKTUR NUSANTARA

ARSITEKTUR VERNAKULAR RUMAH GADANG

OLEH

Andi Ardian Khairil ( 41218010024 )

Fransisco Tanadi ( 41218010046 )

1|Arsitektur Nusantara.
ABSTRAK

ARSITEKTUR VERNAKULAR MINANGKABAU

(Kajian Arsitektur dan Eksistensi Rumah Gadang Dilihat dari Pengaruh

serta Perubahan Nilai Budaya)

Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu. Suatu karya
arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor budaya. Hal ini juga
berlaku pada arsitektur vernacular Minangkabau yang tergambar melalui rumah gadang, dengan ciri khas
atap gonjong, sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis
matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal, tergambar
melalui arsitektur rumah gadang. Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam
eksistensi rumah gadang yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau
pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.

Kata kunci : Budaya, arsitektur, vernakular, rumah gadang, gonjong

2|Arsitektur Nusantara.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur nusantara menempatkan arsitektur tradisional bukan sebagai bendanya tetapi sebagai cara
pandang arsitektur tradisional dari sisi pengetahuan arsitektur (Dinapradipta,2006). Dalam tulisan ini
akan dibahas mengenai Arsitektur Nusantara Minangkabau yang dilihat dari sisi pengetahuan arsitektur
bukan pengetahuan antropologi.Dalam hal ini yang dibahas adalah arsitektur rumah tinggal masyarakat
Minangkabau.

Minangkabau sebagai salah satu etnis di Indonesia mempunyai cara yang unik untuk mengekspresikan
budaya mereka melalui konstruksi bangunan. Ruang-ruang yang terbentuk dan menjadi satu kesatuan
sebagai tempat tinggal terlihat jelas di pengaruhi oleh sistem genealogis yang mereka anut yaitu sistem
matrilinieal. Demikian juga dengan bentuk desain yang tercipta, Bentuk-bentuk geometri yang
dihasilkan terkesan unik dan tak biasa. Keduanya, bentuk dan arsitektur tersebut merupakan satu
kesatuan dalam konstruksi Rumah Gadang.

Sebagai hasil dari proses berarsitektur yang panjang, suatu karya arsitektur vernakular merupakan karya
arsitektur yang dengan bijak menggunakan bahasa arsitektural seperti yang disebutkan oleh Y.B.
Mangunwijaya yaitu ruang dan gatra; garis dan bidang; serta bahan material dan suasana tempat.
Kebijakan penggunaan bahasa arsitektural ini dipengaruhi oleh kehidupan budaya yang dijalani oleh
suatu golongan masyarakat sehingga menjadikan ruang-ruang dan bentuk arsitektural yang terwujud
pada arsitektur vernakularnya menjadi layak dan memang terletak sesuai pada tempatnya.

Rumah gadang yang merupakan salah satu ekspresi arsitektur vernacular Minangkabau mampu
mencerminkan kebijakan penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut. Permasalahan yang
ada sekarang adalah rumah gadang dengan arsitektur dan cara berasitektur asli saat ini sudah jarang
ditemukan diRanah Minang. Unsur-unsur modern mulai mempengaruhi bahkan mengurangi
eksistensinya. Generasi masyarakat Minangkabau sekarang pun sangat kurang pengetahuan dan
pemahamannya akan arsitektur asli dan fungsi dari rumah gadang. Perkembangan arsitektur rumah
gadang yang ada sekarang terkesan. Salah kaprah . Masyarakat minangkabau cendrung mengkrucutkan
arsitektur rumah gadang mereka hanya sebatas penerapan satu atau beberapa elemen rumah gadang
pada bangunan gedung atau modern, Akibatnya, Citra arsitektur minangkabau yang muncul seolah
sudah cukup terwakili oleh satu atau beberapa element rumah gadang, seperti atap gonjongnya saja. Ini
sungguh tentu sangat menghawatirkan karena secara tidak langsung masyarakat minang mulai
mengubur jati diri arsitektur mereka.

Pergeseran kehiupan budaya masyarakat minangkabau dari komunal ke tren individualis disinyalir para
ahli sebagai factor penyebab pemangkasn terhadap kesatuan utuh arsitektur vernacular minangkabau
yang dalam hal ini adalah arsitektur rumah gadang . fungsi fungsi rumah gadang yang terkait dengan
tatanan kehidupan budaya yang diwariskan nenek moyang mulai jarang dijalankan . berdasar pada fakta
fakta tersebutlah , penulis melakukan penelitian mengenai arsitektur rumah gadang , guna mengetahui
pengaruh kehidupan budaya masyarakat minangkabau dalam kebijakan arsitekturnya serta
permasalahan yang terkait dengan pengerucutan citra arsitektur vernacular eperti yang dituliskan di
atas.

3|Arsitektur Nusantara.
1.2 Rumusan Masalah

Konstruksi rumah gadang dan ciri khas asli arsitektur minangkabau merupakan kekayaan arsitektural
yang harus tetap di lestarikan. Bentuk , pola serta chiri khas dari bangunan ini memiliki fungsi serta arti
tersendiri dalam kehidupan maupun dunia arsitektur . dan oleh karena itu saya merasa tertarik untuk
mengkaji lebih dalam lagi arsitektur rumah gadang dan menjawab beberapa pertanyaan yang ada di
pikiran saya yaitu :

1. Bagaimana sebenarnya gambaran aritektur vernacular minangkabau yang salah satunya tergambar
melalui arsitektur rumah gadang ?
2. Bagaimana sejarah terbentuknya rumah gadang ?
3. Bagaimana unsur – unsur pola ruang arsitektur minangkabau ?

1.3 Tujuan penelitian

1. Mengetahui gambaran arsitektur vernacular minangkabau melalui arsitektur rumah gadang


termasuk proses perencanaan , pembangunan hingga penggunaannya .
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya rumah gadang .
3. Mengetahui bagaimana unsur unsur pola ruang arsitektur minangkabau
4. Mengetahui bagaimana perkembangan eksistensi rumah gadang dengan arsitektur saat ini dan
masa yang akan dating serta penerapan elemen arsitekturalnya pada bangunan modern.

1.4 Batasan Masalah

Secara garis besar konstruksi Rumah Gadang di setiap daerah di minangkabau relatif sama, begitu
juga dengan fungsinya sebagai ruang hidup dan ruang bertepat tinggal. Namun tetap terdapat
peredaan dalam hal yang bersipat detail. Meskipun demikian, saat membahas arsitektur rumah
gadang beserta fungsinya di satu daerah di minang kabau,secara garis besar hal itu sudah cukup
menjelaskan apa yang ingin kita ketahui tentang rumah gadang sebagai ruang hidup dan ruang
bertempat tinggal masyarakat minang kabau secara umumnya.
Hal yang menjadi fokus pembahasan nantinya adalah konstruksi Rumah Gadang baik secara
Keruangan maupun Arsitekturial, Selain itu dalam tulisan ini juga akan dibahas proses perencanaan,
pembangunan , hingga penggunaan rumah gadang, selain itu akan dibahas juga penerapan elemen
arsitektural rumah gadang pada bangunan modern, Pembahasan tersebut hanya sebatas penerapan
salah satu elemen saja yaitu atap gonjong karena pencitraan bangunan modern dengan aksen atap
gonjong sangat sering di temui saat ini.

4|Arsitektur Nusantara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dilakukan untuk memperoleh data data berupa penjelasan mengenai gambaran umum
kondisi alam dan budaya masyarakat minangkabau secara umum . gambaran kondisi alam dan budaya
masyarakat dibutuhkan untuk melihat lebih lanjut pengaruhnya terhadap arsitektur vernacular khususnya
rumah gadang .

2.1 Gambaran Umum kawasan Minangkabau

2.1.1 Wilayah

MINANGKABAU ,
SUMATRA BARAT

Gambar 2.1 wilayah alam minangkabau di pulau


sumatera ( prov.sumatra barat kecuali kep.mentawai ,
sebagian prov.riau , sebagian prov jambi dan sebagian
prov.Begkulu

Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan
penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam.
Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatra Barat, separuh daratan Riau, bagian utara
Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara, barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di
Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan sebagai orang Padang. Hal ini
merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatra Barat, yaitu Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan
menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak yang dimaksudkan sama dengan orang Minang itu
sendiri.

5|Arsitektur Nusantara.
Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Daerah Sumatera Barat
yang kita kenal sekarang, tidak sama dengan daerah yang dulu. Wilayah Minangkabau tidak hanya seluas
wilayah Propinsi Sumatera Barat seperti yang ada avang, tetapi juga ditambah sebagian daerah pada
propinsi-propinsi tetangga, yaitu sebagian Propinsi Riau, sebagian Propinsi Jambi, dan sebagian Propinsi
Bengkulu. Hal ini sesuai tambo Minangkabau

Pemakaian nama Sumatera Barat dan pergeseran batas-batas wilayah Minangkabau itu diawali sejak
masuknya kolonial Belanda. Saat itu wilayah Minangkabau disebut sebagai Residentie vant Sumatra
Westkust. Setelah era kemerdekaan pun Sumatera Barat masih sering disebut dengan “Minangkabau”,
yang wilayahnya berbatasan dengan Sumatera Utara di sebelah utara, Jambi dan Riau di sebelah selatan,
Samudera Hindia di sebelah barat, dan Riau di sebelah timur (Samad, 2002: 103). Jadi, wilayah
Minangkabau saat ini sama dengan wilayah Provinsi Sumatera Barat, tanpa Kepulauan Mentawai. Di
wilayah inilah Salawat Dulang lahir dan terus berkembang hingga saat ini.

Dalam konteks sosial budaya, wilayah Minangkabau ini terbagi lagi atas tiga, yaitu wilayah darek (darat),
pasisia (pesisir), dan rantau. Wilayah darek ini dianggap sebagai sumber dan pusat adat Minangkabau,
dan terletak di dataran tinggi. Wilayah ini terbagi lagi atas tiga wilayah yang disebut luhak, yaitu Luhak
Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Limo Puluh Koto. Kota-kota yang termasuk ke dalam tiga luhak
ini antara lain Bukittinggi, Payakumbuh, Lubuk Basung, dan Batu Sangka (Amir, 1998: 11).

Wilayah pasisia (pesisir) adalah wilayah yang berada di sepanjang pantai, mulai dari Padang Pariaman,
Painan, dan Pasisia Selatan. Wilayah rantau adalah wilayah yang dulunya berada di bawah pengaruh
kerajaan Minangkabau atau wilayah yang merupakan perluasan kerajaan Minangkabau. Wilayah tersebut
antara lain Air Bangis, Lubuak Sikapiang, Kerinci, Indrapura, Muara Labuh, Bangkinang, Lembah
Kampar Kiri, Kampar Kanan, dan Rokan (Samad, 2002: 105). Menurut Mansoer, (1970: 3) pengertian
wilayah rantau saat ini sudah mengalami perluasan. Wilayah rantau adalah tempat berusaha, mencari ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman bagi orang Minang, di luar wilayah Minangkabau.

Kondisi topografis wilayah Minangkabau tidak hanya datar. Di wilayah ini terdapat bukit-bukit (di
antaranya Bukit Barisan), gunung (Marapi, Singgalang, Talang), sungai, dan danau (Maninjau, Singkarak,
Danau Ateh dan Bawah). Selain masih didominasi oleh hutan-hutan, curah hujan pun cukup tinggi
sehingga tanahnya pun subur. Jika dikaitkan dengan tradisi dan kesenian Minang, kondisi daerah yang
berbukit-bukit dan kadang terpisah oleh jarak ini sangat mungkin menjadi sebab munculnya beberapa
tradisi dan kesenian yang hanya dimiliki oleh daerah tersebut (tidak tersebar luas di wilayah
Minangkabau).

2.2 Kehidupan Budaya

Suku Minangkabau atau biasa disebut dengan suku Minang merupakan salah satu suku bangsa Indonesia
yang mendiami wilayah Sumatera Barat. Bagi masyarakat Indonesia ikon suku Minang yang populer
adalah jam Gadang, rumah Gadang, atau masakan Minang yang lebih biasa disebut sebagai masakan
Padang. Selain hal-hal yang sudah populer tersebut, ternyata suku Minang masih menyimpan banyak hal
yang tidak kalah unik dan menarik. Kebudayaan suku Minangkabau memiliki ciri khas yang tidak kalah
menarik bila dibandingkan dengan kebudayaan Nanggroe Aceh, kebudayaan Batak atau suku lain yang
ada di pulau Sumatera.

Meskipun demikian, tradisi dan kebudayaan Suku Minangkabau yang berkembang hari ini merupakan
hasil dari sebuah revolusi budaya. Revolusi budaya pada masyarakat suku Minang terjadi pasca terjadinya
perang Padri pada tahun 1837. Pada awal mulanya, masyarakat Minang menganut kebudayaan yang
bercorak animisme dan dinamisme. Namun, semenjak para pedagang dari Timur Tengah mulai memasuki
wilayah Sumatera, sejak saat itu budaya Minang banyak dipengaruhi oleh nilai Islam. Puncaknya, pada
abad 19 setelah perang Padri berakhir dibuatlah sebuah adagium adat yang akhirnya merombak
keseluruhan tradisi suku Minang.

6|Arsitektur Nusantara.
Filosofis Adat

Sejarah adagium atau kesepakatan perjanjian di buat di Bukit Marapalam yang menghadirkan para alim
ulama, tokoh adat tradisional serta para cerdik pandai (cendekiawan). Mereka membangun kesepakatan
bahwa semenjak saat itu maka adat budaya Minang didasarkan pada syariat Islam. Isi kesepakatan
dituangkan dalam kalimat kesepakatan yang berbunyi “Adat basandi syarak (adat bersendi syariat),
syarak basandi kitabullah (syariat bersendi kitab Allah). Syarak mangato adat mamakai (syariat melandasi
adat)” .Maknanya bahwa adat Minang bersendikan syariat, dan syariat bersendikan kitab Al Quran. Maka
sejak saat itu pondasi budaya Minang dibangun diatas pilar agama Islam. Namun, jauh ke belakang
sebelum terjadinya puncak kesepakatan tersebut, suku Minang mengalami beberapa fase perombakan
pondasi adat, yaitu :

1 . Adat basandi alua jo patuik dan syarak basandi dalil.

Pada fase ini masyarakat Minang menjalankan adat dan syariat secara berbeda. Adat dan
syariat memiliki rel-nya masing-masing tanpa saling mengganggu. Agama bagi
masyarakat Minang hanya sekadar ibadah saja, sedangkan dalam sistem sosial mereka
menggunakan adat tradisional.

2. Adat basandi syarak dan syarak basandi adat.

Pada fase ini masyarakat Minang mulai mengintegrasikan dan menyandingkan antara adat
dan syariat. Dalam penataan sistem sosial, syariat agama mulai dijadikan salah satu
sumber membangun aturan dan syariat tidak lagi hanya sekadar ibadah saja.

3. Adat basandi syarak dan syarak basandi Kitabullah.

syarak mangato adat mamakai. Ini adalah puncak pengintegrasian syariat Islam dengan
nilai adat. Hal ini sebagaimana kesepakatan yang dilakukan di Bukit Marapalam. Dengan
ini, adat Minang melebur pada syariat Islam.

Adat Matrilineal

Meskipun sudah menjadikan Islam sebagai landasan adat. Namun adat matrilineal masih sangat dipegang
teguh oleh suku Minang. Adat matrilineal ini menyandarkan segala garis keturunan pada ibu (pihak
perempuan). Hal ini tentu berbeda dengan Islam yang lebih menyandarkan garis keturunannya pada sang
ayah (pihak laki-laki). Akibat dari adat matrilinel ini sistem pewarisan dan pengaturan kerumahtanggaan
pun juga kemudian lebih berat pada sisi perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa konsekuensi dari
budaya matrilineal ini diantaranya :

1. Keturunan didasarkan pada garis keturunan ibu, sehingga seorang anak akan dimasukkan
kedalam suku yang sama dengan suku ibunya berasal
2. Seorang laki-laki Minang tidak dapat mewarisi sukunya, sehingga bila terdapat suku yang tidak
memiliki anak perempuan dalam sukunya maka suku tersebut sudah dianggap sama dengan
punah.
3. Setiap orang harus menikah dengan orang diluar sukunya, bila tidak maka ia akan dikenai sanksi
dengan dikucilkan.
4. Perempuan merupakan pemegang seluruh kekayaan keluarga dan seluruh harta pusaka keluarga,
namun dalam hal penentuan keputusan, laki-laki masih memiliki hak mengambil putusan.
5. Dalam hal perkawinan menganut sistem matrilokal yakni suami mengunjungi rumah istrinya
6. Hak-hak pusaka diwariskan kepada anak perempuan.

7|Arsitektur Nusantara.
Budaya Merantau

Merantau merupakan kebiasaan yang selalu dijalankan oleh laki-laki dari suku Minang. Kebudayaan suku
Minangkabau untuk merantau adalah akibat dari adanya adat matrilineal, maka pada dasarnya laki-laki
suku Minang tidak memiliki modal harta sama sekali. Oleh sebab itu, kebanyakan laki-laki Minang ketika
sudah dewasa selalu pergi dari kampungnya untuk pergi merantau. Tujuannya adalah untuk bekerja dan
mencari harta kekayaan.

Merantau juga merupakan bagian konsekuensi dari tuntutan laki-laki Minang untuk mencari pasangan
yang diluar dari sukunya. Dengan merantau ini maka laki-laki Minang bisa berpotensi untuk mengenal
perempuan dari suku lain. Pada awal mulanya makna merantau sendiri adalah pergi keluar dari suku dan
bergaul sosial dengan suku lain yang masih dalam etnis Minang. Namun dalam perkembangannya
merantau kemudian menjadi kebiasaan untuk keluar dari tanah kelahiran dan bermata pencaharian di
tanah lain.

Oleh sebab itu, bila kita melihat pada kehidupan hari ini, banyak sekali orang-orang Minang yang
mendiami kota-kota besar di tanah Jawa. Biasanya mereka membuka berbagai macam bentuk usaha
sebagai mata pencaharian. Dan usaha yang paling banyak biasanya adalah dengan membuka restaurant
atau rumah makan Padang.

Dan semua unsur-unsur kebudayaan yang tertera di atas sangatlah mempengaruhi arsitektur dari
minangkabau .

2.3 Asal Usul Rumah Gadang

Nama rumah adat minangkabau adalah Rumah Gadang atau Rumah Godang. Sering disebut juga dengan
nama Rumah Baanjuang dan Rumah Bagonjong. Rumah adat Sumatera Barat ini mempunyai ciri-ciri
yang sangat khas dan indah, yaitu bentuk atap yang melengkung seperti tanduk kerbau, dan badan rumah
landai seperti badan kapal.
Bentuk atap yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong. Karena atapnya membentuk
gonjong, maka rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.

Menarik lainnya, rumah Gadang aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan
menyambungkan dua bahagian kayu. Namun menggunakan pasak. Jadi saat terjadi gempa, Rumah ini
berayun mengikuti ritme gempa. Jadi saat gempa rumah ini tidak akan roboh.

2.3.1 Asal usul bentuk rumah gadang

Bentuk atap rumah gadang yang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita
rakyat "Tambo Alam Minangkabau". Cerita tersebut bercerita tentang kemenangan orang
Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Bentuk-bentuk yang mirip tanduk
kerbau tersebut sangat sering digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol atau pada
perhiasan. Di antaranya adalah pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk tanduk)
untuk Bundo Kanduang.

Asal-usul rumah gadang juga seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek
moyang wong Minang. Konon ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang
menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau.
Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.

Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang Kampar.
Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat. Lancang ini
juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai. Lancang kemudian ditopang
dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan
menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Kemudian,
karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang
menyerupai gonjong.

8|Arsitektur Nusantara.
Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang perahu
tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah para
nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus
dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka. Dengan adanya ciri khas ini, sesama
mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan
mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang
berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.

2.3.2 Filosofi Rumah Adat Minang - Rumah Gadang

Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadang tampak
serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang
meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang ke
bawah dengan bentuk bersegi tiga pula.

Ggaris alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang berlawanan,
tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika dilihat dan segi
fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis.
Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis
itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat pada atapnya.

Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan
terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada
musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin
dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin. Jika
dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat
estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang nilai-nilai kesatuan, kelarasan,
keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.

Dari sisi filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena bentuknya yang
besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini ternukil dalam ungkapan yang sering kita
dengan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang tersebut.Rumah Gadang
basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil kiasan, Banduanyo
sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo panutuik malu, Biliak-
nyo aluang bunian

Dari ungkapan tersebut, artinya fungsi rumah gadang tersebut menyelingkupi


bagian keseluruhan kehidupan sehari-hari orang Minangkabau, baik sebagai tempat
kediaman keluarga dan merawat keluarga, pusat melaksanakan berbagai upacara, sebagai
tempat tinggal bersama keluarga dan inipun diatur dimana tempat perempuan yang sudah
berkeluarga dan yang belum, sebagai tempat bermufakat, rumah gadang merupakan bangun-
an pusat dari seluruh anggota kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama dalam
sebuah suku, kaum maupun nagari dan sebagainya. Memang sebuah fungsional dari rumah
gadang tersebut bila kita pahami dengan baik.

2.4 Arsitektur Tradisional Rumah Gadang

Rumah Gadang didasarkan kepada peritungan jumlah ruang, dalam bilangan yang ganjil, dimulai dari
tiga. Jumlah ruangan biasanya ada tujuh tetapi ada juga yang jumlah ruangannya tujuh belas. Secara
melebar sebuah Rumah Gadang dibagi dalam didieh, biasanya mempunya tiga didieh. Sebuah didieh
digunakan sebagai biliek (ruang tidur), sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding yang bersifat
khusus dan pribadi. Ukuran yang sesungguhnya diserahkan kepada rasa keindahan masing-masing orang.
Jadi ukuran suatu Rumah Gadang adalah relatif, dengan berpedoman kepada petatah-petitih .

9|Arsitektur Nusantara.
Beberapa jenis Rumah Gadang yang terdapat di kawasan Alam Minangkabau adalah sebagai berikut:

1. Gajah Maharam
Model bangunan Gajah Maharam bergonjong empat yang ada
di Sehiliran Batang Bengkaweh atau kawasan Lareh Nan
Panjang, dianggap bentuk asal bangunan tradisi Minangkabau.
Bangunan ini ada di Pariangan Padang Panjang, Kab. Tanah
Datar dan kawasan lainnya. Ciri bangunan ini adalah
pengakhiran pada kiri dan kanan bangunan yang lurus dan
tidak diakhiri dengan anjung (anjuang) (Gambar 2).
2. Gonjong Ampek Sibak Baju
Gonjong Ampek Sibak Baju RA suku Koto, Dt.Tampang, di Koto
Pisang (koto Kaciak), desa Pariangan, 5 ruang. Perhatikan dua
gonjong yang ditengah, pengakhiran pada dua gonjong bagian
tengah adalah dalam bentuk garis sibak baju, bentuk dasarnya
adalah bangunan Gajah Maharam (Gambar 3).
3. Surambi Aceh Bagonjong
Ciek dan Duo Asal bangunan serambi ini muncul dari
kebutuhan penerima tamu yang bukan orang minang
(kolonial) yg tidak diperbolehkan (tabu) masuk ke dalam
rumah adat/gadang (Gambar4). Bangunan Istano Rajo Balun
memiliki serambi depan dengan dua gonjong, sejajar dengan
bangunan (Gambar 5)

2.5 Konsep rumah Gadang

2.5.1 Berdasarkan dengan bentuk atau ukuran

Rumah adat Sumatera Barat lazim juga disebut dengan Rumah Gadang, karena memiliki
ukuran yang sangat besar.Besar dalam bahasa Sumatera Barat adalah Gadang, jadi Rumah
Gadang artinya Rumah yang besar

2.5.2 Berdasarkan fungsinya

penamaan Rumah Gadang sesuai dengan fungsinya yang sangat besar bagi penghunyinya, hal
tersebut terlihat dari fungsi rumah Gadang sebagai tempat tinggal, tempat mufakat, tempat
melaksanakan upacara adat, serta tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Selain itu,
Rumah gadang juga dijadikan sebagai monumen, karena dijadikan sebagai saksi tentang suatu
atau beberapa peristiwa yang penting.

10 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
2.5.3. Berdasakan arsitektur

Rumah Gadang disebut juga dengan Rumah Bagonjong, karena memilki atap yang runcing
keatas disebut dengan gonjong (Yulfian Azrial, 1994:41-45).Rumah Gadang merupakan
lambang hidup bersama, tujuan bersama, dan cara bersama serta merupakan tempat
pembinaan pribadi seseorang untuk dapat menghayati budi pekerti yang luhur dan tinggi (H.
Idrus Hakimz, Dt. Rajo Penghulu, 1988:79). Selanjutnya Rumah Gadang adalah rumah
tradisional Sumatera Barat yang menjadi pusat kehidupan dan kerukunan suatu kaum sekaligus
suatu simbol atau filosofis.

Berdasarkan pendapat di atas, maka Rumah Gadang adalah rumah tradisional Sumatera Barat
yang memilki ukuran besar serta merupakan lambang hidup bersama, tujuan bersama, serta
tempat pembinaan pribadi seseorang untuk dapat menghayati budi pekerti tinggi dan luhur
yang ditempati suatu kaum.

Atap Rumah Gadang merupakan salah satu elemen arsitektur


tradisional yang mungkin paling berkesan sebagaimana dengan
model-model atap tradisional lainnya di nusantara.

Masyarakat minangkabau di sumatera Barat mengembangkan suatu


ragam atap pelana Austronesia paling khusus dan paling sempurna
yang dikembangkan di Indonesia. Rumah Tradisional yang disebut
Rumah Gadang atau Rumah Besar menjadi bagian tolak ukur
dataran tinggi Sumatera Barat yang tentunya dalam pembuatannya
dipengaruhi oleh berbagai aspek terutama alam Sumatera Barat.

Selanjutnya atap Rumah Gadang Bergaya Tajam dan Runcing ke


Atas merupakan gaya pergas yang tangkas dalam seni bangunan
khas alam Minangkabau yang melambangkan sifat rakyatnya yang
dinamis, bekerja keras dan bercita-cita luhur untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur.

Sebuah Rumah Gadang merupakan sebuah produk arsitektur yang muncul dan berkembang
pada masyarakat Minangkabau, tidak ada bangunan lain yang terdapat di Indonesia khususnya
yang memilki tipologi bangunan yang besar atau identik dengan Rumah Gadang yang terdapat
pada rumah adat Sumatera Barat, seperti halnya dalam penggunaan elemen atap, merupakan
transpormasi bentuk gonjong yang didisain bertingkat dan memilki rasio tertentu dalam sudut
dan ketinggiannya yang mana hal ini tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah–
daerah lain yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa atap Rumah Gadang adalah suatu bentuk atap lengkung yang merupakan hasil gaya seni
bangunan yang khas yang di dalamnya mengandung nilai–nilai kehidupan masyarat Rumah
Gadang.

Struktur atap Rumah Gadang berbentuk pelana atau perisai yang


tersusun dari kerangka kuda–kuda serta ditambah dengan struktur
atap yang dinamakan jurai. Pada bagian depan Rumah Gadang
terdapat sepenggal Struktur atap miring yang disebut Topi atau dak
yang berfungsi menahan cahaya atau tampias hujan pada ruang
depan yang selalu terbuka.

11 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Konstruksi atap adalah sebagai pelindung manusia terhadap cuaca
baik panas maupun hujan. Curah hujan di Indonesia cukup besar,
sehingga air hujan yang jatuh dipermukaan atap harus cepat
disalurkan ketanah, untuk itu dibutuhkan kemiringan atap yang
cukup besar yaitu 300, sehingga struktur atap yang dimiliki sauatu
bangunan sangat dipengaruhi oleh alam disekitarnya.

Bahan Atap Rumah Gadang terbuat dari ijuk. Saga ijuk diatur
susunannya dengan nama Labah Mangirok atau Labah Maraok dan
Bada Mudiak. Bubungan seperti legkungan sayap burung burak akan
terbang. Lengkungan bubungan terletak antara dua gonjong yang
ditengah. Gonjongnya seperti rebung yang mula keluar dari tanah.
Pucuk gonjong mencuat ke atas. Selanjutnya bahan atap Rumah
Gadang terbuat dari ijuk yang dipasang diatas kap yang diatur
terletak diatas paran yang melengkung kira–kira setengah lingkaran
yang mengikuti alur bentuk gonjong.

2.7 Pola Ruang Dalam Rumah Gadang di Minangkabau

Pola ruang dalam bangunan Rumah Gadang yang telah dianalisis, terdapat lima kategori secara
keseluruhan, yaitu Rumah Gadang tinggal Raja, Rumah Gadang Raja, Rumah Gadang Rakyat
kategori satu, Rumah Gadang Rakyat kategori dua dan Rumah Gadang Rakyat kategori tiga.

A. Rumah Gadang tinggal raja


Rumah Gadang ini diperkirakan berdiri pada tahun 1800-
an . (Pola ruang dalamnya merupakan pola ruang raja yang
memiliki anjuang tingkat dua.Ruang dalamnya terdiri dari
ruang tengah yang berada di bagian lanjar (linier) depan
dan tengah. Terdapat tiga kamar tidur pada lanjar (linier)
ketiga yang menjadi tempat istirahat para penghuni
rumah. Pada bagian kanan dan kiri terdapat ruang kamar
tidur terbuka yang selantai dengan anjuang tengah dan
biasanya dipergunakan untuk wanita yang baru menikah.
Anjuang kiri dan kanan pada rumah ini memiliki fungsinya
Gambar 8 . denah
masing-masing. Pada anjuang di bagian kanan, dan tampak rumah
dipergunakan untuk menyimpan barang-barang milik gadang tinggal raja
penghuni seperti benda pusaka, perabot-perabot
penghuni, sebagai tempatan sangkutan baju adat, lemari
yang digunakan untuk menyimpan baju adat dan biasanya
juga dipergunakan untuk merawat keluarga atau kerabat
yang sedang sakit. Sementara pada tingkat berikutnya,
anjuang sering dipakai untuk tempat tidur pada sehari-hari,
namun pada kegiatan-kegiatan adat biasa digunakan
sebagai tempat pengiring musik pada saat upacara adat
berlangsung .

12 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
B. Rumah Gadangraja
Rumah Gadang ini merupakan salah satu yang tertua di
Alam Surambi Sungai Pagu, diperkirakan usianya menjadi
lebih dari 600 tahun .Ruang dalam bangunan ini terdiri
dari ruang depan yang terpisah dengan bangunan utama,
ruang depan adalah tempat untuk menjamu tamu dari
pemerintahan lain ketika masa kerajaan masih ada. Ruang
tengah, anjuang tengah, anjuang tengah, anjuang atas
dan anjuang raja merupakan tempat sakral di dalam
rumah ini, semua area tersebut adalah tempat
berlangsungnya upacara adat seperti pengangkatan raja
dan penghulu, tidak ada upacara pernikahan di dalam
ruman ini, karena rumah ini khusus untuk kegiatan Gambar 9 . denah
pemerintahan. Sementara untuk kebutuhan servis dan dan tampak rumah
gadang raja
lainnya terdapat di luar bangunan. Anjuang raja (ujung)
bagian paling tinggi dan terhormat di ruang dalam rumah
ini merupakan tempat raja (ditempat yang paling tinggi)
dan tempat putri raja bila berlangsungnya
kegiatan/upacara adat. Saat ini ruangan tersebut dipakai
sebagai tempat benda-benda pusaka. Anjuang atas
(pangkal) merupakan tempat bagi putri raja. Saat ini
ruang kamar anjuang raja dipakai sebagai tempat
percontohan kamar pengantin yang baru saja menikah.
Ruang lainnya yaitu kamar tidur ditempati oleh penghuni .
Denah Rumah Gadang raja

C. Rumah Gadang rakyat satu


Rumah Gadang ini dibangun pada tahun 1950-an. Terletak
di nagari Pasir Talang, Rumah Gadang ini termasuk dalam
kelarasan Koto Piliang, karena memiliki anjuang pada
bagian kiri (ujung) .Ciri yang menonjol dari adat Koto
Piliang adalah otokrasi atau kepemimpinan menurut garis
keturunan yang dalam istilah adat disebut sebagai
"menetes dari langit, bertangga naik, berjenjang turun"
Sistem adat ini banyak dianut oleh suku Minangkabau di
daerah Tanah Datar dan sekitarnya. Ciri-ciri Rumah Gambar 10 . denah
Gadangnya adalah berlantai dengan ketinggian dan tampak rumah
gadang rakyat satu
bertingkat-tingkat.Terdapat satu ruang tengah sebagai
pusat aktivitas dari penghuni dan tamu/pendatang
rumah, satu anjuang di bagian ujung, satu kamar tidur
terbuka bagi para pengantin yang baru melakukan
pernikanan dan tiga kamar tidur sesuai dengan jumlah
penghuni.Ruang tengah pada bangunan ini adalah ruang
terendah, sama halnya dengan kamar tidur.

Namun pada kamar tidur memiliki tingkat privasi yang


tinggi, karena hanya penghuni yang bisa
menggunakannya. Sementara ruang tengah menjadi
tempat berkumpulnya para penghuni rumah serta tempat
untuk menerima tamu. Rumah Gadang raja. Rumah
Gadang rakyat satu. Denah Rumah Gadang rakyat satu.

13 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
D. Rumah Gadang rakyat dua
Rumah Gadang yang memiliki suku kampai ini memiliki
ruang sebagai berikut, satu ruang tengah, satu anjuang
tengah, satu anjuang atas dan empat kamar tidur. Rumah
ini memiliki kekhasan yang mewakili masa gaya
tradisional Minangkabau ,yang berbeda dengan bentuk
Rumah Gadang pada umumnya. Biasanya bagian samping
kanan dan kiri dari Rumah Gadang berbentuk lurus, tetapi
Rumah Gadang Baanjuang ini pada bagian samping kirinya Gambar 11 . denah
seolah-olah membentuk teras samping. Sebenarnya dan tampak rumah
bagian teras samping ini merupakan anjuang. Selain itu, gadang rakyat dua
biasanya lantai bagian anjuang lebih tinggi.Terdapat dua
anjuang pada rumah ini, yaitu anjuang tengah dan
anjuang atas. Kedua anjuang mempunyai fungsi masing-
masing, dalam kegiatan-kegiatan adat tertentu anjuang
tengahlah yang dipakai, walaupun bukan tingkat tertinggi
bila dilihat dari fisik namun pusat kegiatan adat ada pada
anjuang ini.

E. Rumah Gadang rakyat tiga


Rumah Gadang ini juga merupakan salah satu bangunan
yang memiliki ruang dalam. Pola ruangnya terdiri dari tiga
lanjar (linier) dan tiga ruang, tiang yang berdiri sejumlah
16 tiang. Pada ruang dalamnya, tidak terdapat anjuang
yang merupakan area dengan adanya kenaikan lantai
yang membatasi antara ruang tengah dengan ruang
anjuang. Bangunan ini tidak memiliki anjuang sehingga Gambar 12 . denah
hanya terdapat ruang tengah dan tiga kamar tidur. dan tampak rumah
gadang rakyat tiga.

Ruang tengah merupakan area publik, ruang lepas yang


biasanya digunakan para penghuni untuk beraktivitas
seperti menerima tamu, berkumpulnya para keluarga dan
makan. Kamar tidur merupakan area privat, yang
digunakan penghuni untuk beristirahat dan mengganti
pakaian. Rumah Gadang rakyat dua. Rumah Gadang
rakyat tiga rumah dibagi ke dalam dua bagian utama yakni
muka dan belakang. Pada bagian depan, lazimnya
terdapat banyak ukiran ornament dengan motif umum
seperti bunga, akar, daun serta bidang genjang dan
persegi .

14 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
https://moelam.wordpress.com/2010/04/04/wilayah-minangkabau/

https://www.academia.edu/36503185/ARSITEKTUR_TRADISIONAL_MINANGKABAU_Klasifikasi_Tipomor
fologi_Arsitektur_Tradisional_Rumah_Gadang_Minangkabau_PROPOSAL_PRA_SKRIPSI

https://www.academia.edu/11713829/Pola_Ruang_Dalam_Bangunan_Rumah_Gadang_di_Kawasan_Al
am_Surambi_Sungai_Pagu-Sumatera_Barat

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/27.%20Isi%20dan%20Sampul%20K
eajaiban%20Arsitektur%20Rumah%20Gadang.pdf

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20249570-R051028.pdf

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Rumah%20Gadang%20yang%20Tah
an%20Gempa-Gantino%20Habibi-Final_0.pdf

15 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .

Anda mungkin juga menyukai