OLEH
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita Panjatkan kepada Allah SWT , Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah arsitektur nusantara dengan judul “
Arsitektur Vernakular Rumah Gadang ” di program studi Teknik Arsitektur Universitas
Mercu Buana.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Primi Artininingrum, Ir. M.Arch. selaku
dosen mata kuliah arsitektur nusantara yang telah membimbing dan memberikan kuliah
demi kelancara tugas ini. Terlepas dari itu semua, kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah yang kami buat. Mungkin dari segi bahasa, susunan kalimat atau hal yang
lain kami tidak sadari. Oleh karena nya kami sangat mengharapkan kritik dan saran sebagai
sarana perbaikan makalah yang lebih baik kedepannya.
2|Arsitektur Nusantara.
DAFTAR GAMBAR
3|Arsitektur Nusantara.
ABSTRAK
Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu.
Suatu karya arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor
budaya. Hal ini juga berlaku pada arsitektur vernacular Minangkabau yang tergambar melalui
rumah gadang,
Rumah Gadang merupakan salah satu rumah tradisional yang terdapat di Indonesia. Terletak
di sumatera barat rumah gadang merupakan rumah tinggal bagi kaum minangkabau . setiap
ornament ornament baik atap paupun fasade dari rumah gadang memiliki arti dan sejarah
masing masing. Seperti pada Atap Gonjong yang menjadi ciri khas pada rumah gadang ,
sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis
matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal,
tergambar melalui arsitektur rumah gadang.
Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam eksistensi rumah gadang
yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau pun merasa
bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.
4|Arsitektur Nusantara.
BAB 1
PENDAHULUAN
Minangkabau sebagai salah satu etnis di Indonesia mempunyai cara yang unik untuk
mengekspresikan budaya mereka melalui konstruksi bangunan. Ruang-ruang yang
terbentuk dan menjadi satu kesatuan sebagai tempat tinggal terlihat jelas di pengaruhi oleh
sistem genealogis yang mereka anut yaitu sistem matrilinieal. Demikian juga dengan
bentuk desain yang tercipta, Bentuk-bentuk geometri yang dihasilkan terkesan unik dan tak
biasa. Keduanya, bentuk dan arsitektur tersebut merupakan satu kesatuan dalam konstruksi
Rumah Gadang.
Sebagai hasil dari proses berarsitektur yang panjang, suatu karya arsitektur
vernakular merupakan karya arsitektur yang dengan bijak menggunakan bahasa arsitektural
seperti yang disebutkan oleh Y.B. Mangunwijaya yaitu ruang dan gatra; garis dan bidang;
serta bahan material dan suasana tempat. Kebijakan penggunaan bahasa arsitektural ini
dipengaruhi oleh kehidupan budaya yang dijalani oleh suatu golongan masyarakat sehingga
menjadikan ruang-ruang dan bentuk arsitektural yang terwujud pada arsitektur
vernakularnya menjadi layak dan memang terletak sesuai pada tempatnya.
5|Arsitektur Nusantara.
adalah rumah gadang dengan arsitektur dan cara berasitektur asli saat ini sudah jarang
ditemukan diRanah Minang. Unsur-unsur modern mulai mempengaruhi bahkan
mengurangi eksistensinya. Generasi masyarakat Minangkabau sekarang pun sangat kurang
pengetahuan dan pemahamannya akan arsitektur asli dan fungsi dari rumah gadang.
Perkembangan arsitektur rumah gadang yang ada sekarang terkesan. Salah kaprah .
6|Arsitektur Nusantara.
4. Bagaimana unsur – unsur pola ruang arsitektur minangkabau ?
Makalah ini dibagi atas beberapa bagian. Bagian pertama adalah pendahuluan. Pada
bagian ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah. Bagian
kedua berisi tinjauan Pustaka, pada bagian ini dipaparkan teori-teori yang diambil dari buku
literatur dan beberapa jurnal. Bagian ketiga berisi metodologi yang membantu pembaca
lebih yakin pada hasil analisa ini. Bagian ke-empat berisi Hasil dan Pembahasan yang
berguna untuk mencari kesimpulan sementara dan dapat menjawab rumusan masalah. Dan
bagian terakhir/kelima berisi kesimpulan.
7|Arsitektur Nusantara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka dilakukan untuk memperoleh data data berupa penjelasan mengenai
gambaran umum kondisi alam dan budaya masyarakat minangkabau secara umum .
gambaran kondisi alam dan budaya masyarakat dibutuhkan untuk melihat lebih lanjut
pengaruhnya terhadap arsitektur vernacular khususnya rumah gadang .
8|Arsitektur Nusantara.
Perdebatan mengenai pengertian atau definisi arsitektur vernakular diawali
oleh Rapoport dalam bukunya “House Form andCulture” tahun 1969. Perdebatan
ini terusberlangsung hingga tahun 1990, ketika Rapoport menulis artikel berjudul
“Defining Vernacular Design” dan sampai saat ini diperkirakan perdebatan itu
belum memperoleh hasil yang memuaskan. Namun demikian, pengertian ini
masih sebatas „kategorisasi‟ dalam ranah arsitektur dan baru pada tahun 1970-an
hal-hal menyangkut vernakular ini mulai dipertimbangkan sebagai bagian dalam
desain arsitektur meskipun terdapat banyak sekali sudut pandang dalam “melihat”
hakikat vernakular ini, seperti: Christopher Alexander (A Pattern Language),
Howard Davis (The Culture of Building), Robert Venturi (Learning from Las
Vegas), Hassan Fathy (Natural Energy and Vernacular Architecture) dan masih
banyak lainnya (Ira Mentayani1, Menggali Makna Arsitektur Vernakular:Ranah,
Unsur, dan Aspek-Aspek Vernakularitas, 2017).
2.2.1 Wilayah
9|Arsitektur Nusantara.
Minangkabau atau disingkat Minang merujuk pada entitas kultural dan geografis yang
ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan
identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan Sumatra Barat,
separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara,
barat daya Aceh, dan Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang
sering kali disamakan sebagai orang Padang. Hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi
Sumatra Barat, yaitu Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya
dengan sebutan urang awak yang dimaksudkan sama dengan orang Minang itu sendiri.
Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang terletak di Pulau Sumatera. Daerah
Sumatera Barat yang kita kenal sekarang, tidak sama dengan daerah yang dulu. Wilayah
Minangkabau tidak hanya seluas wilayah Propinsi Sumatera Barat seperti yang ada avang,
tetapi juga ditambah sebagian daerah pada propinsi-propinsi tetangga, yaitu sebagian Propinsi
Riau, sebagian Propinsi Jambi, dan sebagian Propinsi Bengkulu. Hal ini sesuai tambo
Minangkabau
Pemakaian nama Sumatera Barat dan pergeseran batas-batas wilayah Minangkabau itu
diawali sejak masuknya kolonial Belanda. Saat itu wilayah Minangkabau disebut sebagai
“Residentie vant Sumatra Westkust”. Setelah era kemerdekaan pun Sumatera Barat masih
sering disebut dengan “Minangkabau”, yang wilayahnya berbatasan dengan Sumatera Utara
di sebelah utara, Jambi dan Riau di sebelah selatan, Samudera Hindia di sebelah barat, dan
Riau di sebelah timur. Jadi, wilayah Minangkabau saat ini sama dengan wilayah Provinsi
Sumatera Barat, tanpa Kepulauan Mentawai. Di wilayah inilah Salawat Dulang lahir dan
terus berkembang hingga saat ini.
Dalam konteks sosial budaya, wilayah Minangkabau ini terbagi lagi atas tiga, yaitu
wilayah darek (darat), pasisia (pesisir), dan rantau. Wilayah darek ini dianggap sebagai
sumber dan pusat adat Minangkabau, dan terletak di dataran tinggi. Wilayah ini terbagi lagi
atas tiga wilayah yang disebut luhak, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak
Limo Puluh Koto. Kota-kota yang termasuk ke dalam tiga luhak ini antara lain Bukittinggi,
Payakumbuh, Lubuk Basung, dan Batu Sangka.
Wilayah pasisia (pesisir) adalah wilayah yang berada di sepanjang pantai, mulai dari
Padang Pariaman, Painan, dan Pasisia Selatan. Wilayah rantau adalah wilayah yang dulunya
berada di bawah pengaruh kerajaan Minangkabau atau wilayah yang merupakan perluasan
kerajaan Minangkabau. Wilayah tersebut antara lain Air Bangis, Lubuak Sikapiang, Kerinci,
10 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Indrapura, Muara Labuh, Bangkinang, Lembah Kampar Kiri, Kampar Kanan, dan Rokan.
Menurut Mansoer, pengertian wilayah rantau saat ini sudah mengalami perluasan. Wilayah
rantau adalah tempat berusaha, mencari ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
bagi orang Minang, di luar wilayah Minangkabau.
Kondisi topografis wilayah Minangkabau tidak hanya datar. Di wilayah ini terdapat
bukit-bukit (di antaranya Bukit Barisan), gunung (Marapi, Singgalang, Talang), sungai, dan
danau (Maninjau, Singkarak, Danau Ateh dan Bawah). Selain masih didominasi oleh hutan-
hutan, curah hujan pun cukup tinggi sehingga tanahnya pun subur. Jika dikaitkan dengan
tradisi dan kesenian Minang, kondisi daerah yang berbukit-bukit dan kadang terpisah oleh
jarak ini sangat mungkin menjadi sebab munculnya beberapa tradisi dan kesenian yang hanya
dimiliki oleh daerah tersebut (tidak tersebar luas di wilayah Minangkabau).
Suku Minangkabau atau biasa disebut dengan suku Minang merupakan salah satu suku
bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Barat. Bagi masyarakat Indonesia ikon
suku Minang yang populer adalah jam Gadang, rumah Gadang, atau masakan Minang yang
lebih biasa disebut sebagai masakan Padang. Selain hal-hal yang sudah populer tersebut,
ternyata suku Minang masih menyimpan banyak hal yang tidak kalah unik dan menarik.
Kebudayaan suku Minangkabau memiliki ciri khas yang tidak kalah menarik bila
dibandingkan dengan kebudayaan Nanggroe Aceh, kebudayaan Batak atau suku lain yang
ada di pulau Sumatera.
Meskipun demikian, tradisi dan kebudayaan Suku Minangkabau yang berkembang hari
ini merupakan hasil dari sebuah revolusi budaya. Revolusi budaya pada masyarakat suku
Minang terjadi pasca terjadinya perang Padri pada tahun 1837. Pada awal mulanya,
masyarakat Minang menganut kebudayaan yang bercorak animisme dan dinamisme. Namun,
semenjak para pedagang dari Timur Tengah mulai memasuki wilayah Sumatera, sejak saat
itu budaya Minang banyak dipengaruhi oleh nilai Islam. Puncaknya, pada abad 19 setelah
perang Padri berakhir dibuatlah sebuah adagium adat yang akhirnya merombak keseluruhan
tradisi suku Minang.
11 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Sejarah adagium atau kesepakatan perjanjian di buat di Bukit Marapalam yang
menghadirkan para alim ulama, tokoh adat tradisional serta para cerdik pandai
(cendekiawan). Mereka membangun kesepakatan bahwa semenjak saat itu maka adat budaya
Minang didasarkan pada syariat Islam. Isi kesepakatan dituangkan dalam kalimat
kesepakatan yang berbunyi “Adat basandi syarak (adat bersendi syariat), syarak basandi
kitabullah (syariat bersendi kitab Allah). Syarak mangato adat mamakai (syariat melandasi
adat)” .Maknanya bahwa adat Minang bersendikan syariat, dan syariat bersendikan kitab Al
Quran. Maka sejak saat itu pondasi budaya Minang dibangun diatas pilar agama Islam.
Namun, jauh ke belakang sebelum terjadinya puncak kesepakatan tersebut, suku Minang
mengalami beberapa fase perombakan pondasi adat, yaitu :
Pada fase ini masyarakat Minang menjalankan adat dan syariat secara berbeda. Adat
dan syariat memiliki rel-nya masing-masing tanpa saling mengganggu. Agama bagi
masyarakat Minang hanya sekadar ibadah saja, sedangkan dalam sistem sosial mereka
menggunakan adat tradisional.
Pada fase ini masyarakat Minang mulai mengintegrasikan dan menyandingkan antara
adat dan syariat. Dalam penataan sistem sosial, syariat agama mulai dijadikan salah
satu sumber membangun aturan dan syariat tidak lagi hanya sekadar ibadah saja.
syarak mangato adat mamakai. Ini adalah puncak pengintegrasian syariat Islam dengan
nilai adat. Hal ini sebagaimana kesepakatan yang dilakukan di Bukit Marapalam.
Dengan ini, adat Minang melebur pada syariat Islam.
Meskipun sudah menjadikan Islam sebagai landasan adat. Namun adat matrilineal
masih sangat dipegang teguh oleh suku Minang. Adat matrilineal ini menyandarkan segala
garis keturunan pada ibu (pihak perempuan). Hal ini tentu berbeda dengan Islam yang lebih
menyandarkan garis keturunannya pada sang ayah (pihak laki-laki). Akibat dari adat
matrilinel ini sistem pewarisan dan pengaturan kerumahtanggaan pun juga kemudian lebih
12 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
berat pada sisi perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa konsekuensi dari budaya
matrilineal ini diantaranya :
1. Keturunan didasarkan pada garis keturunan ibu, sehingga seorang anak akan
dimasukkan kedalam suku yang sama dengan suku ibunya berasal
2. Seorang laki-laki Minang tidak dapat mewarisi sukunya, sehingga bila terdapat suku
yang tidak memiliki anak perempuan dalam sukunya maka suku tersebut sudah
dianggap sama dengan punah.
3. Setiap orang harus menikah dengan orang diluar sukunya, bila tidak maka ia akan
dikenai sanksi dengan dikucilkan.
4. Perempuan merupakan pemegang seluruh kekayaan keluarga dan seluruh harta
pusaka keluarga, namun dalam hal penentuan keputusan, laki-laki masih memiliki hak
mengambil putusan.
5. Dalam hal perkawinan menganut sistem matrilokal yakni suami mengunjungi rumah
istrinya
6. Hak-hak pusaka diwariskan kepada anak perempuan
2.3 Bentuk Umum Rumah Gadang
Minangkabau memiliki rumah adat yang begitu unik di setiap bagiannya. Hal ini
dapat dilihat dari bentuk rumahnya, atapnya yang terbuat dari ijuk, fungsinya yang banyak,
tata cara membangun rumah, dan keunikan lainnya. Rumah adat suku Minangkabau ini
dinamakan Rumah Gadang. Rumah Gadang merupakan rumah adat yang begitu memesona.
Bentuknya menyerupai sebuah kapal. Mari kita cari tahu tentang Rumah Gadang.
A. Berbentuk Gonjong
Rumah Gadang, disebut juga rumah adat bagonjong (rumah bergonjong), karena
bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang. Gonjong Rumah Gadang itu
bentuknya menyerupai tanduk kerbau. Bentuk gonjong Rumah Gadang berkaitan
dengan tambo 2 (cerita) tentang kemenangan orang Minangkabau dalam adu kerbau
dengan raja dari Jawa pada zaman itu. Untuk mengenang kemenangan tersebut,
masyarakat Minangkabau membuat rumah dengan gonjong di bagian atap rumahnya
yang menyerupai tanduk kerbau.
13 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Bagian bawah Rumah Gadang berbentuk persegi empat yang tidak seimbang dan
mengambang ke atas. Atapnya melengkung ke arah samping, sedangkan lengkungan
badan rumah landai seperti badan kapal. 3 Bentuk badan Rumah Gadang yang segi
empat membesar ke atas seperti trapesium. Sisinya terbalik melengkung ke dalam,
rendah di bagian tengah. Dari segi keindahan merupakan komposisi yang dinamis.
Jika dilihat dari salah satu sisi Rumah Gadang, maka segi empat yang membesar ke
atas ditutup oleh bentuk segi tiga, yang mana sisi segi tiga itu melengkung ke arah
dalam. Semuanya membentuk suatu keseimbangan keindahan yang sesuai dengan
ajaran hidup masyarakat Minangkabau. Hal ini menjadi unik terutama bagi wisatawan
yang datang.
E. Gempa.
Selain untuk mengantisipasi gempa, konstruksi Rumah Gadang seperti di atas juga
untuk mengatasi embusan angin kencang yang datang dari berbagai penjuru. Tiang-
tiang Rumah Gadang tidak ditanamkan ke tanah Tetapi bertumpu ke atas batu datar
yang kuat dan lebar. Sehingga ketika terjadi gempa Rumah Gadang akan bergerak di
atas batu datar tempat tiang itu berdiri. Seluruh sambungan setiap pertemuan tiang
dan kasau besar tidak memakai paku tapi memakai pasak yang terbuat dari kayu.
14 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Ketika terjadi gempa setiap sambungan yang dihubungkan oleh pasak kayu
bergoyang. Konstruksi itulah yang membuat rumah gadang menjadi tahan gempa.
Nama rumah adat minangkabau adalah Rumah Gadang atau Rumah Godang. Sering
disebut juga dengan nama Rumah Baanjuang dan Rumah Bagonjong. Rumah adat Sumatera
Barat ini mempunyai ciri-ciri yang sangat khas dan indah, yaitu bentuk atap yang
melengkung seperti tanduk kerbau, dan badan rumah landai seperti badan kapal. Bentuk atap
yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong. Karena atapnya membentuk
gonjong, maka rumah gadang disebut juga rumah bagonjong.
Menarik lainnya, rumah Gadang aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan
dan menyambungkan dua bahagian kayu. Namun menggunakan pasak. Jadi saat terjadi
gempa, Rumah ini berayun mengikuti ritme gempa. Jadi saat gempa rumah ini tidak akan
roboh.
Pola pemukiman di pada rumah gadang terdapat beberapa pedesaan yang tergabung
dalam luhakluhak. Hingga saat ini masih terdapat desa-desa dengan rumah tradisional dan
pola tatanan yang masih utuh dan terawat. Dalam sebuah pedesaan terdapat balai adat,
masjid, dan rumah tradisional lengkap dengan rangkiang (lumbung padi). Rumah tradisional
Minangkabau dikenal luas dengan sebutan rumah gadang. Menurut Soeroto (Minangkabau,
2005), sejak zaman kerajaan Dusun Tuo telah disepakati berdirinya nagari dalam Luhak
harus memiliki sejumlah sarana dan prasarana pokok sebagai persyaratan, meliputi:
Bakorong bakampung (dusun dan kampung)
Babalai adat (balai adat)
Basawah-ladang (sawah-ladang)
Balabuah (jalan)
Batapian (sungai tempat mandi), dan
Bamasajik (masjid – tambahan sejak masuknya agama Islam abad ke-16)
15 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Bentuk atap rumah gadang yang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan
cerita rakyat "Tambo Alam Minangkabau". Cerita tersebut bercerita tentang kemenangan
orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Bentuk-bentuk yang mirip
tanduk kerbau tersebut sangat sering digunakan orang Minangkabau, baik sebagai simbol
atau pada perhiasan. Di antaranya adalah pakaian adat, yaitu tingkuluak tanduak (tengkuluk
tanduk) untuk Bundo Kanduang.
Asal-usul rumah gadang juga seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek
moyang wong Minang. Konon ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang
menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau.
Perahu nenek moyang ini dikenal dengan sebutan lancang.
Menurut cerita, lancang nenek moyang ini semula berlayar menuju hulu Batang
Kampar. Setelah sampai di suatu daerah, para penumpang dan awak kapal naik ke darat.
Lancang ini juga ikut ditarik ke darat agar tidak lapuk oleh air sungai. Lancang kemudian
ditopang dengan kayu-kayu agar berdiri dengan kuat. Lalu, lancang itu diberi atap dengan
menggantungkan layarnya pada tali yang dikaitkan pada tiang lancang tersebut. Kemudian,
karena layar yang menggantung sangat berat, tali-talinya membentuk lengkungan yang
menyerupai gonjong.
Lancang ini menjadi tempat hunian buat sementara. Selanjutnya, para penumpang
perahu tersebut membuat rumah tempat tinggal yang menyerupai lancang tersebut. Setelah
para nenek moyang orang Minangkabau ini menyebar, bentuk lancang yang bergonjong terus
dijadikan sebagai ciri khas bentuk rumah mereka. Dengan adanya ciri khas ini, sesama
mereka bahkan keturunannya menjadi lebih mudah untuk saling mengenali. Mereka akan
mudah mengetahui bahwa rumah yang memiliki gonjong adalah milik kerabat mereka yang
berasal dari lancang yang sama mendarat di pinggir Batang Kampar.
Sebagai suku bangsa yang menganut falsafah alam, garis dan bentuk rumah gadang
tampak serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan yang bagian puncaknya bergaris lengkung
yang meninggi pada bagian tengahnya serta garis lerengnya melengkung dan mengembang
ke bawah dengan bentuk bersegi tiga pula.
16 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
Garis alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang
berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika
dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam
tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang
berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat
pada atapnya.
Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya
dan terpaan tampias. Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada
musim panas. Di samping itu rumah gadang dibangun berjajaran menurut arah mata angin
dari utara ke selatan guna membebaskannya dari panas matahari serta terpaan angin. Jika
dilihat secara keseluruhan, arsitektur rumah gadang itu dibangun menurut syarat-syarat
estetika dan fungsi yang sesuai dengan kodrat atau yang nilai-nilai kesatuan, kelarasan,
keseimbangan, dan kesetangkupan dalam keutuhannya yang padu.
Dari sisi filosofinya, rumah gadang dikatakan gadang (besar) bukan karena
bentuknya yang besar melainkan fungsinya yang gadang. Ini ternukil dalam ungkapan yang
sering kita dengan bila tetua-tetua adat membicarakan masalah rumah gadang
tersebut.Rumah Gadang basa batuah, Tiang banamo kato hakikat, Pintunyo banamo dalil
kiasan, Banduanyo sambah-manyambah, Bajanjang naik batanggo turun, Dindiangnyo
panutuik malu, Biliaknyo aluang bunian
Dalam cerita cerita klasik minang disebutkan : Rumah gadang Sembilan ruang,
sepuluh dengan pendapuran, sebelas dengan anjung tinggi, panjang yang tidak panjang benar,
belajang kuda berlari, sekuat kuaran terbang, lumbung tiga sejajar yang satu sibayau-bayau,
yang nsatu tinjau laut yang sebuah lagi annggak lerok, kapuk gedang sella menyela dan
sebagainya. (Amin, 2016)
Dari ungkapan tersebut, artinya fungsi rumah gadang tersebut menyelingkupi bagian
keseluruhan kehidupan sehari-hari orang Minangkabau, baik sebagai tempat kediaman
keluarga dan merawat keluarga, pusat melaksanakan berbagai upacara, sebagai tempat tinggal
bersama keluarga dan inipun diatur dimana tempat perempuan yang sudah berkeluarga dan
yang belum, sebagai tempat bermufakat, rumah gadang merupakan bangunan pusat dari
17 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
seluruh anggota kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama dalam sebuah suku,
kaum maupun nagari dan sebagainya. Memang sebuah fungsional dari rumah gadang tersebut
bila kita pahami dengan baik.
Ornamen pada Rumah Gadang Ornamen berasal dari bahasa latin ornare yang artinya
menghiasi. Menurut Gustami dalam Sunaryo (2009), ornamen adalah komponen produk seni
yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi berdasarkan
pengertian itu, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu produk. Fungsi utama dari
dari sebuah ornamen adalah untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias.
Penambahan ornamen pada sebuah produk umumnya untuk membuatnya menjadi lebih
menarik, dalam arti estetis, oleh karena itu menjadi lebih bernilai. Yang demikian itu
berakibat meningkatnya penghargaan terhadap produk benda bersangkutan, baik secara
spiritual maupun material
Tujuan tersebut terlihat jelas implikasinya pada ornamen Rumah Gadang. Adanya
ukiran-ukiran bermotif pada dindingnya meningkatkan daya tarik rumah adat Sumatera Barat
ini. Namun, disamping tujuan estetisnya, tersingkap pula sebuah tujuan lain yang ingin
dihadirkan pada ornamen tersebut. Ada pesan yang tersimpan di setiap ornamen yang terukir
di dinding-dinding kayu itu. Pesan yang seharusnya ditangkap oleh generasi sekarang ini
untuk dijadikan sebagai bahan perenungan. Ya, di dalamnya ada prinsip-prinsip orang
Minangkabau dalam menjalani hidup. Hal tersebut sejalan dengan fungsi ornamen yang
selanjutnya, yaitu fungsi simbolis.
Fungsi simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk-produk benda
upacara atau benda-benda pusaka, mengikuti nilai estetisnya Sebagai warisan budaya atau
benda pusaka dari sebuah kebudayaan, maka tidak heran mengapa banyak orang berkata
bahwa keelokan Rumah Gadang menyimpan banyak petuah atau pelajaran hidup. Pelajaran
tersebut tertuang dalam simbol-simbol yang hadir dalam ornamennya. Lewat ornamen
tersebut, tertuang sebuah falsafah yang mendasari hidup orang Minangkabau, yaitu alam
takambang jadi guru. Alam terkembang di depan mata manusia tidak lain adalah untuk
mengajarinya banyak hal.
18 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
biasanya mempunya tiga didieh. Sebuah didieh digunakan sebagai biliek (ruang tidur),
sebuah ruangan yang dibatasi oleh empat dinding yang bersifat khusus dan pribadi. Ukuran
yang sesungguhnya diserahkan kepada rasa keindahan masing-masing orang. Jadi ukuran
suatu Rumah Gadang adalah relatif, dengan berpedoman kepada petatah-petitih .
Beberapa jenis Rumah Gadang yang terdapat di kawasan Alam Minangkabau adalah sebagai
berikut:
1. Gajah Maharam
Model bangunan Gajah Maharam bergonjong empat
yang ada di Sehiliran Batang Bengkaweh atau
kawasan Lareh Nan Panjang, dianggap bentuk asal
bangunan tradisi Minangkabau. Bangunan ini ada di
Pariangan Padang Panjang, Kab. Tanah Datar dan
Gambar 3 .Rumah Gadang
kawasan lainnya. Ciri bangunan ini adalah Maharam
pengakhiran pada kiri dan kanan bangunan yang lurus
dan tidak diakhiri dengan anjung (anjuang) (Gambar
3).
2. Gonjong Ampek Sibak Baju
Gonjong Ampek Sibak Baju RA suku Koto,
Dt.Tampang, di Koto Pisang (koto Kaciak), desa Gambar 4 .Gonjong
Pariangan, 5 ruang. Perhatikan dua gonjong yang Ampek Sibak Baju
19 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
dasarnya adalah bangunan Gajah Maharam (Gambar
4).
3. Surambi Aceh Bagonjong
Ciek dan Duo Asal bangunan serambi ini muncul dari
kebutuhan penerima tamu yang bukan orang minang
(kolonial) yg tidak diperbolehkan (tabu) masuk ke
dalam rumah adat/gadang (Gambar4). Bangunan
Istano Rajo Balun memiliki serambi depan dengan dua
Gambar 5 .Surambi
gonjong, sejajar dengan bangunan (Gambar 5) Aceh Bagonjong
Rumah adat Sumatera Barat lazim juga disebut dengan Rumah Gadang, karena
memiliki ukuran yang sangat besar.Besar dalam bahasa Sumatera Barat adalah Gadang, jadi
Rumah Gadang artinya Rumah yang besar
Penamaan Rumah Gadang sesuai dengan fungsinya yang sangat besar bagi
penghunyinya, hal tersebut terlihat dari fungsi rumah Gadang Selain untuk tempat tinggal,
rumah gadang juga mempunyai fungsi yang lain seperti kegiatan adat istiadat, pertemuan
keluarga, penobatan kepala adat, dan lain sebagainya. Dari beberapa fungsi tersebut kita
mengetahui bahwa rumah gadang juga mempunyai fungsi lain selain untuk tempat tingal dan
semua itu dilakukan didalam rumah gadang. Selain itu, Rumah gadang juga dijadikan
sebagai monumen, karena dijadikan sebagai saksi tentang suatu atau beberapa peristiwa
yang penting.
Rumah Gadang disebut juga dengan Rumah Bagonjong, karena memilki atap yang
runcing keatas disebut dengan gonjong .Rumah Gadang merupakan lambang hidup bersama,
20 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
tujuan bersama, dan cara bersama serta merupakan tempat pembinaan pribadi seseorang
untuk dapat menghayati budi pekerti yang luhur dan tinggi . Selanjutnya Rumah Gadang
adalah rumah tradisional Sumatera Barat yang menjadi pusat kehidupan dan kerukunan
suatu kaum sekaligus suatu simbol atau filosofis.
Berdasarkan pendapat di atas, maka Rumah Gadang adalah rumah tradisional Sumatera
Barat yang memilki ukuran besar serta merupakan lambang hidup bersama, tujuan bersama,
serta tempat pembinaan pribadi seseorang untuk dapat menghayati budi pekerti tinggi dan
luhur yang ditempati suatu kaum.
21 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
tidak akan ditemukan pada produk arsitektur daerah–daerah lain
yang terdapat di Indonesia. Berdasarkan pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa atap Rumah Gadang adalah suatu bentuk
atap lengkung yang merupakan hasil gaya seni bangunan yang
khas yang di dalamnya mengandung nilai–nilai kehidupan
masyarat Rumah Gadang.
Bahan Atap Rumah Gadang terbuat dari ijuk. Saga ijuk diatur
susunannya dengan nama Labah Mangirok atau Labah Maraok dan
Bada Mudiak. Bubungan seperti legkungan sayap burung burak
akan terbang. Lengkungan bubungan terletak antara dua gonjong
yang ditengah. Gonjongnya seperti rebung yang mula keluar dari
tanah. Pucuk gonjong mencuat ke atas. Selanjutnya bahan atap
Gambar 10 .( IJUK )
Rumah Gadang terbuat dari ijuk yang dipasang diatas kap yang sebagai bahan utama Atap
diatur terletak diatas paran yang melengkung kira–kira setengah Rumah Gadang .
lingkaran yang mengikuti alur bentuk gonjong.
22 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
keseluruhan, yaitu Rumah Gadang tinggal Raja, Rumah Gadang Raja, Rumah Gadang Rakyat
kategori satu, Rumah Gadang Rakyat kategori dua dan Rumah Gadang Rakyat kategori tiga.
23 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
pengangkatan raja dan penghulu, tidak ada upacara pernikahan
di dalam ruman ini, karena rumah ini khusus untuk kegiatan
pemerintahan. Sementara untuk kebutuhan servis dan lainnya
terdapat di luar bangunan. Anjuang raja (ujung) bagian paling
tinggi dan terhormat di ruang dalam rumah ini merupakan
tempat raja (ditempat yang paling tinggi) dan tempat putri raja
bila berlangsungnya kegiatan/upacara adat.
Saat ini ruangan tersebut dipakai sebagai tempat
benda-benda pusaka. Anjuang atas (pangkal) merupakan
tempat bagi putri raja. Saat ini ruang kamar anjuang raja
dipakai sebagai tempat percontohan kamar pengantin yang
baru saja menikah. Ruang lainnya yaitu kamar tidur ditempati
oleh penghuni . Denah Rumah Gadang raja
24 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
penghuni rumah serta tempat untuk menerima tamu. Rumah
Gadang raja. Rumah Gadang rakyat satu. Denah Rumah
Gadang rakyat satu.
25 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
menerima tamu, berkumpulnya para keluarga dan makan.
Kamar tidur merupakan area privat, yang digunakan penghuni
untuk beristirahat dan mengganti pakaian. Rumah Gadang
rakyat dua. Rumah Gadang rakyat tiga rumah dibagi ke dalam
dua bagian utama yakni muka dan belakang. Pada bagian
depan, lazimnya terdapat banyak ukiran ornament dengan
motif umum seperti bunga, akar, daun serta bidang genjang dan
persegi .
26 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Rumah gadang sebagai sala satu gambaran arsitektur vernacular minangkabau
merupakan hasil dari proses berbudaya yang sangat panjang . nilai budaya yang tergambar
dalam pandangan dan cara hidup masyarakat minangkabau memberikan pengaruh terhadap
arsitektur rumah gadang seperti aspek keruangan , wujud arsitektural serta fungsi yang
diemban masing masingnya . pandangan dan cara hidup dianut serta dijalankan tersebut juga
mempengaruhi pembentukan ruang ruang penunjang kehidupan lainnya .
Rumah gadang memiliki ruang dalam yang terdiri dari lanjar (linier) dan ruang seperti
Rumah Gadang pada umumnya. Susunan ruang dalam Rumah Gadang menunjukkan ruang
publik yang berada di depan yaitu ruang tengah dan ruang privat yang berada di belang yaitu
bilik kamar tidur. Berdasarkan pola ruang dalam bangunan Rumah Gadang di kawasan ini
dibagi menjadi lima yaitu Rumah Gadang tempat tinggal raja yang memiliki ruang tengah
pada linier pertama dan kedua, dua tingkat anjuang di kanan dan kiri serta kama tidur di
bagian linier ketiga, Rumah Gadang tempat pemerintahan raja yang memiliki ruang tengah
dari linier pertama hingga ketiga, dua tingkat anjuang di kanan dan kiri serta dua kamar tidur
sebagai tempat istirahat raja dan tamu, Rumah Gadang rakyat kategori satu yang memiliki
anjuang tengah di kedua sisi bangunan maupun di salah satu sisi bangunan, Rumah Gadang
rakyat kategori dua yang memiliki ruang tengah, tingkat anjuang atas di salah satu sisi dan
kamar tidur serta Rumah Gadang rakyat kategori tiga yang hanya memiliki ruang tengah dan
beberapa ruang kamar tidur sebagai bentuk dasar dari Rumah Gadang.
27 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M., Antariksa, & Suryasari, N. (n.d.). POLA RUANG DALAM BANGUNAN
RUMAH GADANG DI KAWASAN ALAM. 1-3.
Habibi, G. (2018). Rumah Gadang Yang Tahan Gempa. Jakarta Timur: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
28 | A r s i t e k t u r N u s a n t a r a .