DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
UNIVERSITAS PALANGKA
RAYA FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 202
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Seminar Arsitektur Jurusan Teknik Arsitektur, dengan judul “BUDAYA
BERMUKIM MASYARAKAT BANUA SEBAGAI DASAR KONSEP
PERANCANGAN RUMAH SUSUN DI KAWASAN KELURAHAN
CEMPAKA KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN”.
Sebagai persyaratan mata kuliah Seminar di Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Palangka Raya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
atas bimbingan dan masukkan serta saran-saran yang membantu
terselesaikannya laporan seminar ini, yaitu kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Indrabakti Sangalang, ST., MT. selaku dosen Pembimbing dan
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya.
2. Kedua orang tua dan saudara seiman Connect Group, penulis yang selalu
memberikan doa serta dukungan.
3. Staff kantor Kelurahan Cempaka Banjarbaru dan Ketua RT kelurahan
Cempaka Banjarbaru
4. Masyarakat Cempaka setempat yang telah bersedia diwawancara dan
dimintai data untuk sampel pada penelitian ini
5. Teman dan kerabat keluarga Miranda Asteriananda yang telah membantu di
lapangan selama pengambilan sampel penelitian ini
Dalam proses penelitian ini penulis menyadari masih terdapat
kekurangan . Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca agar penelitian yang berkualitas dapat terwujud.
Besar harapan penulis penelitian seminar ini dapat memberikan manfaat
baik sekarang maupun kedepannya untuk kita semua terlebih untuk Jurusan
Arsitektur.
Palangka Raya, 19 Januari
2021
Penulis
5
Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang selain berfungsi
sebagai tempat berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari dalam
keluarga, namun juga harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan,
keamanan, dan memberikan kenyamanan bagi penghuninya, baik
kenyamanan thermal maupun psikis sesuai kebutuhan penghuninya (Badan
Standardisasi Nasional, 2003).
6
Selanjutnya dalam Pasal 3 huruf F Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, menegaskan bahwa
perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk menjamin
terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.
Kemudian dalam Pasal 1 angka 14 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2011
Tentang Rumah Susun, menegaskan bahwa Masyarakat Bepenghasilan
Rendah yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai
keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah.
6
Pasal 3 huruf F UUD Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman,
5
(Badan Standardisasi Nasional, 2003).
7
Undang-Undang Repblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang rumah susun
8
Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru. Kecamatan Cempaka Dalam Angka 2020
9
Permen PUPR 10/PRT/M/2019 tentang Kriteria MBR dan Persyaratan Kemudahan
Perolehan Rumah Bagi MBR
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu salah satu hal penting dalam menghadapi tantangan pembentukan
kawasan atau untuk mengenali budaya bermukim masyarakat perkotaan pada
saat sekarang ini adalah semakin pentingnya mengenal dan memahami kondisi
masyarakat perkotaan. Dalam mengenal dan memahami kondisi hal tersebut
didalamnya mencakup antara lain: latar belakang sosial-budaya dan sosial-
ekonomi dari masyarakat kawasan perkotaan, pola-perilaku (behavior),
kebiasaan hidup (habits) dan orientasi kehidupan dari masyarakat
perkotaan, kondisi lingkungan permukiman di kawasan perkotaan beserta
sarana dan prasarananya, dan proses terjadinya transformasi budaya dalam
masyarakat kawasan perkotaan.
Dalam bukunya Architecture and People yang ditulis oleh Eugene Raskin
bahwa dalam melakukan aktivitas hidupnya manusia memerlukan
wadah/ruang. Dimana rumah merupakan salah satu wadah atau wujud dari
ruang yang akan sangat membantu manusia untuk mempertahankan dan
melanjutkan kehidupannya. Hal ini akan saling berhubungan satu sama lain
seperti aktivitas yang dilakukan oleh manusia terhadap ruang-ruang yang
dibutuhkan baik secara individu maupun secara kelompok. Rumah pada
dasarnya yang berfungsi sebagai tempat tinggal maupun tempat berlindung dari
ancaman dari luar akan memiliki fungsi yang lebih kompleks jika rumah
tersebut telah berhubungan erat dengan sebuah budaya maupun adat istiadat
serta falsafah-falsafah yang dimiliki masyarakat setempat yang ingin mereka
tetap miliki dan munculkan dalam sebuah hunian atau kawasan yang mereka
tempati.
Adapun Norbeg-Schutz dalam Intention in Architecture menerangkan
bahwa fungsi dari suatu bangunan dapat dilihat beberapa hal yang berhubungan
dengan ini seperti Kerangka Aktivitas dari suatu bangunan yang dapat
mewadahi dan menampung berbagai aktivitas penghuninya sesuai dengan
fungsi dari bangunan itu sendiri selain itu juga Social Mileu yang berarti suatu
bangunan diharapkan mampu berperan terhadap situasi sosial yang ada, sesuai
dengan fungsi sosial pada bangunan yang dapat mengutarakan tentang status
sistem sosial secara total.
10Undang
Undang no.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun,pasal 1 ayat 1
11Kamus
Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,1988,hal 758
12 Hadi, IG Purwanto, & Agt Wahyono, Diskusi Panel Rumah Susun, Rumah Susun dikaji dari disiplin
Arsitektur dan Planologi, Fakultas Teknik Univerrsitas Atma Jaya Yogyakarta, 1983, hal 1
SEMINAR ARSITEKTUR_ Budaya Bermukim Masyarakat Banua sebagai Dasar
Konsep Perancangan Rumah Susun di Kawasan Kelurahan Cempaka Kota Banjarbaru
24
Kalimantan Selatan
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
BAB III
STUDI BANDING
LOKASI
Gambar 3.1 Rumah Susun di Machida, Jepang Gambar 3.2 Lokasi Rumah
Susun
Terletak di daerah Machida, daerah yang satu ini memang terkenal
dengan rusunnya dan penghuni tidak hanya para mahasiswa tetapi juga orang
tua, rusun ini dihuni oleh orang dengan kalangan menengah ke bawah.
Harga rumah saat ini sangat mahals selain itu untuk penanggulangan
kawasan kumuh juga terutama di Kota Bandung, sehingga tak mungkin lagi
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) memiliki rumah di Kota
Bandung. Hal itu yang dicanangkan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
yakni bagi MBR bisa memiliki satu unit rumah, rumah yang dimaksud
yakni rumah susun.
ANALISA PRESEDEN
Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’ 37’’
Lintang Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur Timur. Posisi geografis
Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah tenggara Kota
Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kota
Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 memiliki
wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan. Dengan luasan tersebut, Kota Banjarbaru menempati
Gambar 4.2 Tampa katas pemukiman padat Gambar 4.3 sketsa blok plan
Cempaka
Sumber : Google maps
4.2.1.3 Kependudukan
4.2.1.4 Pendidikan
4.2.1.5 Kesehatan
4.2.1.6 Lahan
Aspek
Ekonomi
b) Tingkat Pendidikan
c) Lama Tinggal
e) Hubungan ketetanggaan
Aspek
Budaya
Budaya
masyarakat yang
senang berkumpul
membuat ruang
teras dan ruang
keluarga-r.tamu
menjadi ruang
yang paling sering
digunakan.
Bahkan dapat
beralih fungsi
menjadi tempat
bekerja dan makan
Aspek
Sirkulasi
Penjual kue
Gambar 4.15 Sirkulasi jalan
sebagai wadah berkumpul
30% 20%
75%
75%