Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN MATA REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2019


UNIVERSITAS PATTIMURA

GLAUKOMA AKUT

Disusun oleh:
Viory Chasanah Rumfot
2018-84-061

Pembimbing :
dr. Elna Anakotta, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Kelainan
ini ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan
terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/ cupping) serta degenerasi
papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.

World Health Organization (WHO) tahun 2002 mengungkapkan bahwa


glaukoma merupakan penyebab kebutaan paling banyak kedua dengan prevalensi
sekiar 4,4 juta (sekitar 12,3% dari jumlah kebutaan di dunia). Pada tahun 2020
jumlah kebutaan akibat glaukoma diperkirakan meningkat menjadi 11,4 juta.
Prevalensi glaukoma juga diperkirakan meningkat, dari 60,5 juta pada tahun 2010
menjadi 79,6 juta pada tahun 2020. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi glaukoma di Indonesia adalah 4,6%.

Glaukoma dibagi menjadi glaukoma primer (sudut terbuka dan tertutup),


glaukoma kongenital (glaukoma pada bayi), glaukoma sekunder dan glaukoma
absolut (glaukoma yang tidak terkontrol). Glaukoma akut didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan intraokuler secara mendadak dan sangat tinggi, akibat
hambatan mendadak pada trabekular meshwork. Glaukoma akut ini merupakan
kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena dapat terjadi bilateral dan
dapat menyebabkan kebuataan tetapi resiko kebutaan dapat dicegah dengan
diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Mata adalah salah satu oragan vital yang kompleks dan sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Mata merupakan bagian dari tubuh yang menerima cahaya
untuk melihat dunia. Kita dapat melihat benda-benda yang jauh maupun dekat
serta dapat menentukan ukuran dan warna dari benda-benda tersebut.1

Gambar 2.1. Anatomi Mata


Sumber: James. Lacture Notes Oftalmologi. American Academy of Opthalmology; 2014.
Available at: http://www.erfins.multiply.com.journalitem47

Bola mata (bulbus oculi) terdapat dalam rongga orbita yang melindungi bola
mata. Bola mata digerakkan oleh otot ocular. Struktur lain yang berhubungan
dengan mata yaitu otot, fasia, kelopak mata, konjugitva dan apparatus lakrimalis.
Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapisan jaringan yaitu: 1
1. Sklera merupakan jaringan ikat padat yang memberikan bentuk pada mata dan
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Pada bagian anterior,
sklera mengalami modifikasi menjadi kornea yang transparan, tempat
lewatnya cahaya masuk ke mata. 1
2. Lapisan vaskuler (uvea), lapisan ini terdiri dari 3 bagian yaitu lapisan
berpigmen padat (koroid), badan siliar (corpus siliar) dan iris. 1
3. Retina merupakan lapisan paling dalam. Tiga perempat posterior retina adalah
daerah fotosensitief dan berbagai interneuron yang terangsang dan berespons
terhadap cahaya. Retina berakhir di daerah anterior mata yaitu ora serrata yang
merupakan bagian retina yang tidak fotosensitif. Bagian ini berlanjut ke depan
untuk melapisi bagian dalam badan siliar dan daerah posterior iris. 1

Bulbus oculi diselubungi oleh lemak, tetapi terdapat selubung membranosa


yang memisahkan bulbus oculi dari lemak yaitu fascia bulbi. Mata terbagi
menjadi dua segmen yaitu segmen anterior yang transparan dan merupakan 1/6
bagian bulbus oculi dan segmen posterior yang merupakan 5/6 bagian bola mata.
Struktur yang terdapat pada mata dari anterior ke posterior yaitu konjugtiva,
kornea, sklera, iris, aquaeus humor, lensa, uvea, badan siliar, vitreous humor,
koroid, retina dan nervus optikus. 1

Keseimbangan dalam pembiasaan sebagian besar ditentukan oleh dataran


depan dan kelengkungan kornea dan panangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasaan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang
peranan membiaskan sinar utama pada saat melakukan akomodasi atau melihat
benda yang dekat. 1

2.1.1. ANATOMI SUDUT BILIK MATA DEPAN

Sudut bilik mata merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan
bilik mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bilik mata.
Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi
oleh garis yang menghubungkan akhir dari membrane descement dan membrane
Bowman. Akhir dari membrane Descement disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan strima. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut bilik mata adalah trabecular,
yang terdiri dari:

1. Trabekula korneoskleral merupakan serabutnya berasal dari lapisan stroma


kornea, menuju ke belakang mengelilingi Schlemm untuk berinsersi pada
sklera
2. Trabekula uveal merupakan serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma
kornea, menuju ke skleral spur (insersi dari m. silliaris) dan sebagian ke m.
silliaris meridional.
3. Serabut yang berasal dari akhir membrane descement (garis Schwalbe),
serabut ini menuju ke jaringan pengikat m. silliaris radialis dan sirkularis.
4. Ligamentum pektinatum rudimenter, ligamentum ini berasal dari dataran
depan iris menuju ke depan trabekula

Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, homogen, elastis dan seluruhnya


diliputi oleh endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang,
sehingga bila ada darah di dalam kanalis Schlemm, dapat terlihat dari luar.
Kanalis Schlemm merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi
kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0,5mm. Pada dinding
sebelah dalam, terdapat lubang-lubang sehingga terdapat hubungan langsung
antara trabekula dan kanalis Schlemm. Dari kanalis Schlemm keluar saluran
kolektor, 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sclera dan
episklera dan vena siliaris anterior di badan siliar.

2.1.2. FISIOLOGI REGULASI AQUES HUMOR

Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor aqueous


dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Humor aqueous adalah suatu
cairan jernih yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Volumenya adalah
sekitar 250μL/menit. Tekanan osmotic sedikit lebih tinggi daripada plasma.
Komposisi humor aqueous serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini
memiliki konsentrasi askrobat, piruvat dan laktar yang lebih tinggi dan protein,
urea dan glukosa yang lebih rendah.

Gambar 2.2. Fisiologi Humor Aqoeous

Sumber:

Humor aqueous diproduksi oleh korpus siliaris. Ultrafiltrat plasma yang


dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosessus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior,
humor aqueous mengalir melalui pupil ke kamera okuli anterior lalu ke trabecular
meshwork di sudut kamera okuli anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran
diferensial komponen-komponen dengan darah di iris. Peradangan atau trauma
intraocular dapat menyebabkan peningktan konsentrasi protein. Hal ini disebut
humor aqueous plasmoid dan sangat mirip dengan serum darah.
Trabekula meshwork terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik
yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan dengan
ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis Schlemm.
Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar
ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase humor aqueous
juga meningkat. Aliran humor aqueous ke dalam kanalis Schlemm bergantung
pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran
eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous)
menyalurkan airan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil humpr aqueous keluar
dari mata antara berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sclera (aliran uveoskleral).

2.2. GLAUKOMA

2.2.1. DEFINISI

Glaukoma adalah suatu neuropati optik (kerusakan saraf mata) disebabkan


oleh TIO yang tinggi (relative) ditandai oleh kelainan lapang pandang dan
berkurangnya serabut saraf optik. Tekanan intraocular ditentukan oleh keceptan
pembentukan humour aqueos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata.
Tekanan intraocular dianggap normal bila <20mmHg pada pemeriksaan dengan
Tonometer. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola
mata, atrofi papil saraf optik, dan defek lapang pandang.

2.2.2. ETIOLOGI

Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang dapat


disebabkan bertambahnya produksi humor aqueous oleh badan sillier ataupun
berkurangnya pengeluaran humour aqueous di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil. Tekanan intraocular adalah keseimbangan antara produksi humour
aqueous, hambatan terhadap aliran aqueous, dan tekanan vena episklera.
Ketidakseimbangan antara ketiga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraocular, akan tetapi hal ini lebih sering disebabkn oleh hambatan
terhadap aliran humour aqueous atau aliran humor aqueous yang lemah.
Peningkatan tekanan intraokular akan mendorong perbatasan antara nervus
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke nervus
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
2.2.3. PATOFISIOLOGI

Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan trabecular meshwork, kanal Schlemm,
biji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrane desement, kanal
Schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sclera kornea dan
disini ditemukan scleral spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Trabekular meshwork mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (aqueous
humor) bola mata oleh adan siliar dan hambatan yang terjadi pada trabecular
meshwork. Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata
belakang, kemudian melalui pupil menuju bilik mata depan dan terus ke bilik
mata depan, tepatnya ke trabecular meshwork, mencapai kanal Schlemm dan
melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka,
hambatannya terletak pada trabecular meshwork maka akan terjadi penimbunan
cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada
glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan,
hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh sarkus.

2.2.4. MANIFESTASI KLINIS

1. Glaukoma Primer

Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah
memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:
a. Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik
mata menyempit.
b. Kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),
berupa trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan
yang paling sering beripa trabekulodigenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma primer bersifat bilateral yang tidak selsalu simetris dengan sudut
bilik mata tertutup ataupun terbuka, pengelompokkan ini berguna untuk
penatalaksanaan dan peneitian. Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk
glaukoma yang umum ditemukan, yaitu mencakup sebanyak 90% kasus dari
semua kasus glaukoma. Glaukoma kronis atau glaukoma primer sudut terbuka
biasanya bilateral tetapi tidak selalu simetris, yaitu dimana proses perjalanan
penyakit tidak sama pada kedua mata.
Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
tertutup. Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti:
a. Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak)
b. Nyeri hebat periorbital
c. Pusing
d. Mual muntah
e. Mata merah, bengkak, berair
f. Melihat halo (pelangi disekitar objek)
Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan:
a. Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-sklera dan berkurang
kearah forniks
b. Pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiva
c. Mid-dilatasi pupil dan reflex pupil negative
d. Kornea tampak edema dan keruh
e. Kamera okuli anterior sempit
f. TIO meningkat
g. Visus sangat turun hingga 1/300
h. Lapang pandang menyempit
i. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
2.2.5. DIAGNOSIS

1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada
a) Keluhan Utama
b) Keluhan Tambahan
c) Riwayat Penyakit Sekarang
1) Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman penglihatan
progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi disekitar lampu.
2) Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual muntah, mata merah,
bengkak, berair, halo/pelangi disekitar lampu.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang pandang,
katarak, uveitis, retinopati diabetik, oklusi vaskular dan trauma.
2) Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata.
3) Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM, penyakit CVS
e) Riwayat Penyakit Keluarga: glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM,
migraine, Hipertensi, vasospasme.
f) Riwayat Pengobatan: antihipertensi dan steroid topikal
g) Riwayat Alergi
2. Pemeriksaan Fisik Oftamologis
a) Visus
Ketajaman penglihatan dapat normal atau menurun secara progresif tetapi
terjadi penurunan ketajaman penglihatan mendadak pada glaukoma akut.
b) Kornea
Edema dan keruh
c) Kamera Okuli Anterior
Glaukoma sudut tertutup : dangkal
d) Pupil
Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative.
e) Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola
mata dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum
dan dokter spesialis lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya
dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan
fisik medic secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat
tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
1) Tonometri Palpasi
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan
cepat yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat
khusus. Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan
besarnya tekanan di dalam bola mata.

Gambar 2.3. Tonometri Palpasi

Pemeriksaan dilakukan dengan cara sebagai berikut, penderita disuruh


melihat ke bawah. Kedua telunjuk pemeriksa diletakka pada kulit kelopak,
tarsus atas penderita dan jari-jari lain bersandar pada dahi penderita. Satu
telunjuk mengimbangi tekanan sedangkan telunjuk lain menekan bola
mata.

Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat


menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2,N-3 yang
menyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal. Cara ini
sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau
dinilai seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea.
Cara pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena
terdapat faktor subyektif.

2) Tonometri Schiotz
Tonometri Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran
bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya
tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometry indentasi
Schiotz. dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan
terhadap kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi
horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau pantokain
0,5%. Penderita diminta melihat lurus ke jari jempol yang diacungkan ke
atas. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Kelopak mata dibuka
lebar dengan bantuan jari pemeriksa dan perlahan tonometer diletakkan di
atas kornea. Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan
kornea, sedangkan mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik. Jarum
tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Iap angka pada
skalai disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5gr
(standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gr.
Untuk tiap beban memiliki kolom tabel tersendiri.
3) Tonometer aplanasi
Cara mengukur tekanan intraocular yang lebih canggih dan lebih dapat
dipercaya dan cermat bisa dikerjakan dengan Goldman atau dengan
tonometer tentengan Draeger. Pasien duduk di depan slit lamp. Pemeriksa
hanya memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi anastesi. Yang
diukur adalah gaya yang diperlukan untuk menampakkan daerah kornea
yang sempit. Setelah mata ditetesi anastesi dan flouresein, prisma
tonometer aplanasi di letakkan pada kornea. Mikrometer disetting untuk
menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang setengah
lingkaran simeteris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan
bahwa di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah
teraplanasi. Dengan melihat melalui mikroskop slit lamp dan dengan
memutar tombol, ujung dalam kedua setengah lingkaran berpendar
tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya tekanan
intraocular. Hasil pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala
micrometer dalam mmHg.
4) Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskoi adalah tindakan untuk melihat pertemuan iris
dengan kornea disudut bilik mata digunakan goniolens dengan suatu
sistem prisma dan penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut
bilik mata. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan
patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma
sudut tertutup dan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut derajat 0, bila tidak terlihat
struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris, disebut sudut
tertutup. Derajat 1, bila tidakterlihat ½ bagian trabekulum sebelah
belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut
sangat smpit sangat mungkin menjadi sudut tertutup. Derajat 2, bila
sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan ini
mempunyai kemampuan untuk tertutup. Derajat 3, bila bagian belakang
kanal Schlemm masih terlihat termasuk scleral spur, disebut sudut terbuka.
Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup. Derajat 4, bila badan
siliar terlihat, disebut sudut terbuka
5) Oftalmoskopi
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke mata bagian dalam dengan
memakai alat yang disebut oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat
saraf optic di dalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola
mata telah mengganggu saraf optic. Saraf optic dapat dilihat secara
langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic pun dapat
menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang
sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat kelainan papil
saraf optic pucat atau atrofi dan saraf optic bergaung. Kelainan serabut
retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau. Tanda lainnya
seperti perdarahan peripapilar.
6) Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan ini penting baik untuk menegakkan daignosa maupun
untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap
pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan
perifer juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandang
perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral
sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika
glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan
kelainan berupa penyempitan yang dimula dari bagian nasal atas. Yang
kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah lihat melalui teropong untuk
kemudian menjadi buta. Pemeriksaan yang digunakan adalah perimetri.

2.2.6. PENATALAKSANAAN

1. Terapi Medikamentosa
Prinsip dari tatalaksana glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan
intraocular.
a) Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme, bradikardi,
depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal jantung
kongestif, bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari derajat I
Contoh obat:
1) Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-
24 jam
2) Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
3) Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
b) Karbonik anhydrase inhibitor
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO : 15-20%
Efek Samping:
1) Topikal: sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitis alergi,
edema kornea
2) Oral: Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi,
ketidakseimbangan elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah
(anemia aplastic, trombositopenia), rasa metalik
Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic,
trombositopenia, penyakit anemia sel sabit
Contoh obat :
1) Topikal: Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam, Brinzolamide
suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam
2) Sistemik: Asetazolamid 250 mg tab; ½-4 tab/hari, 6-12 jam
c) Agonis alfa adrenergik
Farmakodinamik: non-selektif : memperbaiki aliran aqueous dan selektif :
menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan tekanan vena apisklera
atau meningkatkan aliran keluar uveosklera. Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen,
nyeri kepala.
Contoh obat:
1) Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
2) Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
d) Agen Parasimpatomimetik (Miotika)
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi,
penurunan tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler,
toksisitas kornea, penutupan sudut paradoksal
Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan
Contoh obat:
1) Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12 jam
2) Carbachol larutan 1,5%, 3%; 2-4x/hari, 4-12 jam
e) Analog prostaglandin
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau trabecular
Reduksi TIO : 25-33%
Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva,
peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi periokular,
perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi virus herpes
Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes
Contoh obat: Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam, Travoprost,
0.004%, 1X/hari, 24-36 jam, Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam,
Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam.
2. Terapi Bedah
Indikasi terapi bedah adalah TIO tidak dapat dipertahankan dibawah 22
mmHg, Lapang pandang terus mengecil, pasien yang tidak dapat dipercaya
pengobatannya, tidak mampu membeli obat seumur hidu Prinsip operasi :
fistulasi, mebuat jalan baru untuk mengeluarkan humor aqueous, kaena jalan yang
normal tidak dapat digunakan lagi.
a) Trabekulopati Laser (LTP)
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar pada
trabecular meshwork dan kanal Schlemm sehingga mempermudah aliran
keluar humor aqueous. Rediksi tekanan yang terjadi membuat berkurangnya
terapi obat-obatan serta penundaan operasi glaukoma. Teknik ini biasanya
digunakan sebagai terapi awal glaukoma sudut terbuka primer.
b) Iridektomi dan Iridotomi perifer
Sumbatan pupil pada glaukoma sudut tertutup dapat ditatalaksana dengan
membentuk komunikasi langsung antara kamera okuli anterior dan posterior
yang menghilangkan perbedaan tekanan di antara keduanya.
c) Bedah drainase
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
normal, sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera
anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita dapat dibuat dengan
trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulektomi adalah prosedur
yang paling sering dilakukan. Komplikasi trabekulektomi adalah kegagalan
fibrosis pada jaringan episklera menutup jalur drainase yang baru. Biasanya
terjadi pada pasien berusia muda, berkulit hitam dan pasien yang pernah
menjalani bedah drainase atau tindakan bedah lain yang melibatkan jarngan
episklera.
d) Siklodestruktif
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari badan siliar.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi pertimbangan untuk
dilakukannya destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk
mengontrol tekanan intraocular. Metode yang digunakan adalah : krioterapi,
diatermik, utrasonografi frekuensi tinggi, terapi laser neodinium.
DAFTAR PUSTAKA

1. Snell RS. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta; ECG. 2016.


2. Ilyas SH, Yuliati SR. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. Ed
5. 2015.
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Panduang Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Depkes RI. 2014.
4. Ilyas, Sidarta. Glaukoma ed 3. Jakarta. Sagung Seto. 2007.
5. Ilyas, Sidarta. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit: FKUI. Jakarta. 2000.

Anda mungkin juga menyukai