GLAUKOMA AKUT
Disusun oleh:
Viory Chasanah Rumfot
2018-84-061
Pembimbing :
dr. Elna Anakotta, Sp.M
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.Kelainan
ini ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan
terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan
kerusakan anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/ cupping) serta degenerasi
papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Mata adalah salah satu oragan vital yang kompleks dan sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Mata merupakan bagian dari tubuh yang menerima cahaya
untuk melihat dunia. Kita dapat melihat benda-benda yang jauh maupun dekat
serta dapat menentukan ukuran dan warna dari benda-benda tersebut.1
Bola mata (bulbus oculi) terdapat dalam rongga orbita yang melindungi bola
mata. Bola mata digerakkan oleh otot ocular. Struktur lain yang berhubungan
dengan mata yaitu otot, fasia, kelopak mata, konjugitva dan apparatus lakrimalis.
Bola mata berbentuk bulat dengan diameter anteroposterior 24 mm. Bola mata
dibungkus oleh 3 lapisan jaringan yaitu: 1
1. Sklera merupakan jaringan ikat padat yang memberikan bentuk pada mata dan
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Pada bagian anterior,
sklera mengalami modifikasi menjadi kornea yang transparan, tempat
lewatnya cahaya masuk ke mata. 1
2. Lapisan vaskuler (uvea), lapisan ini terdiri dari 3 bagian yaitu lapisan
berpigmen padat (koroid), badan siliar (corpus siliar) dan iris. 1
3. Retina merupakan lapisan paling dalam. Tiga perempat posterior retina adalah
daerah fotosensitief dan berbagai interneuron yang terangsang dan berespons
terhadap cahaya. Retina berakhir di daerah anterior mata yaitu ora serrata yang
merupakan bagian retina yang tidak fotosensitif. Bagian ini berlanjut ke depan
untuk melapisi bagian dalam badan siliar dan daerah posterior iris. 1
Sudut bilik mata merupakan bagian yang penting dalam pengaturan cairan
bilik mata. Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bilik mata.
Sudut ini terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi
oleh garis yang menghubungkan akhir dari membrane descement dan membrane
Bowman. Akhir dari membrane Descement disebut garis Schwalbe.
Limbus terdiri dari 2 lapisan yaitu epitel dan strima. Epitelnya 2 kali ketebalan
epitel kornea. Di dalam stroma terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari
arteri siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut bilik mata adalah trabecular,
yang terdiri dari:
Sumber:
2.2. GLAUKOMA
2.2.1. DEFINISI
2.2.2. ETIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan trabecular meshwork, kanal Schlemm,
biji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi terdapat garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrane desement, kanal
Schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sclera kornea dan
disini ditemukan scleral spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Trabekular meshwork mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (aqueous
humor) bola mata oleh adan siliar dan hambatan yang terjadi pada trabecular
meshwork. Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata
belakang, kemudian melalui pupil menuju bilik mata depan dan terus ke bilik
mata depan, tepatnya ke trabecular meshwork, mencapai kanal Schlemm dan
melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka,
hambatannya terletak pada trabecular meshwork maka akan terjadi penimbunan
cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi. Pada
glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup sudut bilik depan,
hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh sarkus.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma dengan etiologi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang
merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah
memiliki bakat bawaan glaukoma, seperti:
a. Gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik
mata menyempit.
b. Kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan (goniodisgenesis),
berupa trubekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis dan
yang paling sering beripa trabekulodigenesis dan goniodisgenesis.
Glaukoma primer bersifat bilateral yang tidak selsalu simetris dengan sudut
bilik mata tertutup ataupun terbuka, pengelompokkan ini berguna untuk
penatalaksanaan dan peneitian. Glaukoma sudut terbuka merupakan bentuk
glaukoma yang umum ditemukan, yaitu mencakup sebanyak 90% kasus dari
semua kasus glaukoma. Glaukoma kronis atau glaukoma primer sudut terbuka
biasanya bilateral tetapi tidak selalu simetris, yaitu dimana proses perjalanan
penyakit tidak sama pada kedua mata.
Glaukoma primer sudut tertutup ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
tertutup. Gejala yang dirasakan oleh pasien, seperti:
a. Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak)
b. Nyeri hebat periorbital
c. Pusing
d. Mual muntah
e. Mata merah, bengkak, berair
f. Melihat halo (pelangi disekitar objek)
Pada pemeriksaan oftalmologi dapat ditemukan:
a. Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-sklera dan berkurang
kearah forniks
b. Pembuluh darah tidak bergerak dengan konjungtiva
c. Mid-dilatasi pupil dan reflex pupil negative
d. Kornea tampak edema dan keruh
e. Kamera okuli anterior sempit
f. TIO meningkat
g. Visus sangat turun hingga 1/300
h. Lapang pandang menyempit
i. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
2.2.5. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada
a) Keluhan Utama
b) Keluhan Tambahan
c) Riwayat Penyakit Sekarang
1) Glaukoma primer sudut terbuka : penurunan ketajaman penglihatan
progresif, sakit kepala, sakit mata, halo/pelangi disekitar lampu.
2) Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual muntah, mata merah,
bengkak, berair, halo/pelangi disekitar lampu.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
1) Riwayat penyakit mata seperti mata merah, gangguan lapang pandang,
katarak, uveitis, retinopati diabetik, oklusi vaskular dan trauma.
2) Riwayat penyakit dahulu seperti operasi mata.
3) Riwayat penyakit sistemik hipertensi, DM, penyakit CVS
e) Riwayat Penyakit Keluarga: glaukoma, miopi, penyakit CVS, DM,
migraine, Hipertensi, vasospasme.
f) Riwayat Pengobatan: antihipertensi dan steroid topikal
g) Riwayat Alergi
2. Pemeriksaan Fisik Oftamologis
a) Visus
Ketajaman penglihatan dapat normal atau menurun secara progresif tetapi
terjadi penurunan ketajaman penglihatan mendadak pada glaukoma akut.
b) Kornea
Edema dan keruh
c) Kamera Okuli Anterior
Glaukoma sudut tertutup : dangkal
d) Pupil
Reflex cahaya pupil dapat poitif atau negative.
e) Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola
mata dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum
dan dokter spesialis lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya
dilakukan pada setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan
fisik medic secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat
tonometer Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman.
1) Tonometri Palpasi
Pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tekanan bola mata dengan
cepat yaitu dengan memakai ujung jari pemeriksa tanpa memakai alat
khusus. Dengan menekan bola mata dengan jari pemeriksa diperkirakan
besarnya tekanan di dalam bola mata.
2) Tonometri Schiotz
Tonometri Schiotz merupakan alat yang praktis sederhana. Pengukuran
bola mata dinilai secara tidak langsung yaitu dengan teknik melihat daya
tekan alat pada kornea karena itu dinamakan juga tonometry indentasi
Schiotz. dengan tonometer Schiotz dilakukan indentasi penekanan
terhadap kornea.
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien ditidurkan dengan posisi
horizontal dan mata ditetesi dengan obat anestesi topical atau pantokain
0,5%. Penderita diminta melihat lurus ke jari jempol yang diacungkan ke
atas. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita. Kelopak mata dibuka
lebar dengan bantuan jari pemeriksa dan perlahan tonometer diletakkan di
atas kornea. Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan
kornea, sedangkan mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik. Jarum
tonometer akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Iap angka pada
skalai disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5gr
(standar) terbaca angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gr.
Untuk tiap beban memiliki kolom tabel tersendiri.
3) Tonometer aplanasi
Cara mengukur tekanan intraocular yang lebih canggih dan lebih dapat
dipercaya dan cermat bisa dikerjakan dengan Goldman atau dengan
tonometer tentengan Draeger. Pasien duduk di depan slit lamp. Pemeriksa
hanya memerlukan waktu beberapa detik setelah diberi anastesi. Yang
diukur adalah gaya yang diperlukan untuk menampakkan daerah kornea
yang sempit. Setelah mata ditetesi anastesi dan flouresein, prisma
tonometer aplanasi di letakkan pada kornea. Mikrometer disetting untuk
menaikkan tekanan pada mata sehingga gambar sepasang setengah
lingkaran simeteris berpendar karena flouresein tersebut. Ini menunjukkan
bahwa di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah
teraplanasi. Dengan melihat melalui mikroskop slit lamp dan dengan
memutar tombol, ujung dalam kedua setengah lingkaran berpendar
tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya tekanan
intraocular. Hasil pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala
micrometer dalam mmHg.
4) Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskoi adalah tindakan untuk melihat pertemuan iris
dengan kornea disudut bilik mata digunakan goniolens dengan suatu
sistem prisma dan penyinaran yang dapat menunjukkan keadaan sudut
bilik mata. Gonioskopi adalah suatu cara untuk melihat langsung keadaan
patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada
sudut bilik mata seperti benda asing. Dengan gonioskopi dapat ditentukan
klasifikasi glaukoma penderita apakah glaukoma terbuka atau glaukoma
sudut tertutup dan dapat menerangkan penyebab suatu glaukoma sekunder.
Dapat dinilai besar atau terbukanya sudut derajat 0, bila tidak terlihat
struktur sudut dan terdapat kontak, kornea dengan iris, disebut sudut
tertutup. Derajat 1, bila tidakterlihat ½ bagian trabekulum sebelah
belakang, dan garis Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut
sangat smpit sangat mungkin menjadi sudut tertutup. Derajat 2, bila
sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang kelainan ini
mempunyai kemampuan untuk tertutup. Derajat 3, bila bagian belakang
kanal Schlemm masih terlihat termasuk scleral spur, disebut sudut terbuka.
Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup. Derajat 4, bila badan
siliar terlihat, disebut sudut terbuka
5) Oftalmoskopi
Oftalmoskopi adalah pemeriksaan ke mata bagian dalam dengan
memakai alat yang disebut oftalmoskop. Dengan oftalmoskop dapat dilihat
saraf optic di dalam mata dan akan dapat ditentukan apakah tekanan bola
mata telah mengganggu saraf optic. Saraf optic dapat dilihat secara
langsung. Warna serta bentuk dari mangkok saraf optic pun dapat
menggambarkan ada atau tidak ada kerusakan akibat glaukoma yang
sedang diderita.
Kelainan pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat dilihat kelainan papil
saraf optic pucat atau atrofi dan saraf optic bergaung. Kelainan serabut
retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna hijau. Tanda lainnya
seperti perdarahan peripapilar.
6) Pemeriksaan Lapang Pandang
Pemeriksaan ini penting baik untuk menegakkan daignosa maupun
untuk meneliti perjalanan penyakitnya, juga bagi menetukan sikap
pengobatan selanjutnya. Harus selalu diteliti keadaan lapang pandangan
perifer juga sentral. Pada glaukoma yang masih dini, lapang pandang
perifer belum menunjukkan kelainan, tetapi lapang pandangan sentral
sudah menunjukkan adanya bermacam-macam skotoma. Jika
glaukomanya sudah lanjut, lapang pandang perifer juga memberikan
kelainan berupa penyempitan yang dimula dari bagian nasal atas. Yang
kemudian akan bersatu dengan kelainan yang ada ditengah yang dapat
menimbulkan tunnel vision, seolah-olah lihat melalui teropong untuk
kemudian menjadi buta. Pemeriksaan yang digunakan adalah perimetri.
2.2.6. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Medikamentosa
Prinsip dari tatalaksana glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan
intraocular.
a) Beta blockers
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO: 20-25%
Efek Samping : Toksisitas kornea, reaksi alergi, bronkospasme, bradikardi,
depresi, impotensi
Kontraindikasi : PPOK (nonselektif), asma (nonselektif), gagal jantung
kongestif, bradikardia, hipotensi, blok jantung lebih dari derajat I
Contoh obat:
1) Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-
24 jam
2) Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
3) Levobunolol larutan 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
Metipranolol 0,3%
b) Karbonik anhydrase inhibitor
Farmakodinamik : Menurunkan produksi humor aqueous
Reduksi TIO : 15-20%
Efek Samping:
1) Topikal: sensasi rasa metalik, dermatitis atau konjungtivitis alergi,
edema kornea
2) Oral: Sindrom Steven-Johnson, malaise, anoreksia, depresi,
ketidakseimbangan elektrolit serum, batu ginjal, diskrasia darah
(anemia aplastic, trombositopenia), rasa metalik
Kontraindikasi : Alergi sulfonamide, batu ginjal, anemia aplastic,
trombositopenia, penyakit anemia sel sabit
Contoh obat :
1) Topikal: Dorzolamide larutan 2%; 2-3x/hari, 8-12 jam, Brinzolamide
suspensi 1%; 2-3x/hari, 8-12 jam
2) Sistemik: Asetazolamid 250 mg tab; ½-4 tab/hari, 6-12 jam
c) Agonis alfa adrenergik
Farmakodinamik: non-selektif : memperbaiki aliran aqueous dan selektif :
menurunkan produksi aqueous humor, menurunkan tekanan vena apisklera
atau meningkatkan aliran keluar uveosklera. Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen,
nyeri kepala.
Contoh obat:
1) Brimonidine 0,2% 2x/hari, 8-12 jam
2) Apraclonidine 1% dan 0,5%; jangka pendek
d) Agen Parasimpatomimetik (Miotika)
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar trabekula
Reduksi TIO : 20-25%
Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi,
penurunan tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler,
toksisitas kornea, penutupan sudut paradoksal
Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan
Contoh obat:
1) Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12 jam
2) Carbachol larutan 1,5%, 3%; 2-4x/hari, 4-12 jam
e) Analog prostaglandin
Farmakodinamik : meningkatkan aliran keluar uveosklera atau trabecular
Reduksi TIO : 25-33%
Efek Samping : cystoid macular edema (CME), injeksi konjungtiva,
peningakatan pertumbuhan bulu mata, hiperpigmentasi periokular,
perubahan warna iris, uveitis, kemungkinan aktivasi virus herpes
Kontraindikasi : macular edema, riwayat keratitis herpes
Contoh obat: Latanoprost, 0.005%, 1X/hari, 24-36 jam, Travoprost,
0.004%, 1X/hari, 24-36 jam, Bimstoprost, 0.03%, 1X/hari, 24-36 jam,
Unoprostone, 0.15%, 1X/hari, 12-18 jam.
2. Terapi Bedah
Indikasi terapi bedah adalah TIO tidak dapat dipertahankan dibawah 22
mmHg, Lapang pandang terus mengecil, pasien yang tidak dapat dipercaya
pengobatannya, tidak mampu membeli obat seumur hidu Prinsip operasi :
fistulasi, mebuat jalan baru untuk mengeluarkan humor aqueous, kaena jalan yang
normal tidak dapat digunakan lagi.
a) Trabekulopati Laser (LTP)
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar pada
trabecular meshwork dan kanal Schlemm sehingga mempermudah aliran
keluar humor aqueous. Rediksi tekanan yang terjadi membuat berkurangnya
terapi obat-obatan serta penundaan operasi glaukoma. Teknik ini biasanya
digunakan sebagai terapi awal glaukoma sudut terbuka primer.
b) Iridektomi dan Iridotomi perifer
Sumbatan pupil pada glaukoma sudut tertutup dapat ditatalaksana dengan
membentuk komunikasi langsung antara kamera okuli anterior dan posterior
yang menghilangkan perbedaan tekanan di antara keduanya.
c) Bedah drainase
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drainase
normal, sehingga terbentuk akses langsung humor aqueous dari kamera
anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita dapat dibuat dengan
trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulektomi adalah prosedur
yang paling sering dilakukan. Komplikasi trabekulektomi adalah kegagalan
fibrosis pada jaringan episklera menutup jalur drainase yang baru. Biasanya
terjadi pada pasien berusia muda, berkulit hitam dan pasien yang pernah
menjalani bedah drainase atau tindakan bedah lain yang melibatkan jarngan
episklera.
d) Siklodestruktif
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari badan siliar.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi pertimbangan untuk
dilakukannya destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk
mengontrol tekanan intraocular. Metode yang digunakan adalah : krioterapi,
diatermik, utrasonografi frekuensi tinggi, terapi laser neodinium.
DAFTAR PUSTAKA