1.1 GINJAL
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urine, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.Ginjal terletak pada dinding
posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang,
dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang peritoneum, dank arena itu di luar rongga
peritoneum.
Kedudukan ginjal dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra
torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari
kiri, karena hati menduduki banyak ruang disebelah kanan.
Ginjal berjumlah 2 buah, dengan berat kurang lebih 150 gr (125–170 gram pada laki-
laki, 115–155 gram pada perempuan); panjang 5–7,5 cm; tebal 2,5–3 cm.
Bentuk ginjal seperti biji kacang, sisi dalam cekung (hilum) menghadap ke tulang
punggung yang merupakan tempat masuk dan keluar pembuluh-pembuluh ginjal.Diatas
setiap ginjal menjulang kelenjar supratenal.
Struktur Ginjal
Ginjal terbungkus oleh kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrous berwarn ungu
tua, lapisan luar disebut korteks, dan lapisan dalam disebut medula. Bagian medula
tersusun atas 15-16 massa berbentuk kerucut disebut piramida renalis.Puncak-puncaknya
(papila renalis) langsung mengarah ke hilum dan berakhir di kalises. Kalises ini yang
menghubungkan dengan pelvis renalis.
Struktur terkecil dari ginjal disebut nefron yang merupakan satuan-satuan fungsional ginjal
1.2 URETER
Ureter terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ±25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada
rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang mengantar kemih dan turun ke bawah pada
dinding posterior abdomen di belakang peritoneum.Di pelvis menurun ke arah luar dan
dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk
ke dalam kandung ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan
menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalm
ureter. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar: jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah: lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam: lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltikyang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.
Vesika urinaria atau kandung kemih terletak di belakang simpisis pubis, berfungsi
menampung urin untuk sementara waktu.Organ ini bentuknya seperti buah pir (kendi) dan
letaknya berada di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.Di dorsal vesika urinaria, pada laki-laki
terdapat rectum dan pada wanita ada uterus, portio supravaginlis dan vagina.Vesika
urinaria inferior pada wanita berhadapan dengan diafragma pelvis dan pada laki-laki
berhadapan dengan prostat.
Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas tiga lubang yaitu dua lubang ureter dan
satu lubang uretra pada dasar kandung kemih yang disebut trigonum/trigon. Lapisan
dinding kandung kemih (dari dalam ke luar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos,
lapisan fibrosa. Lapisan otot disebut dengan otot detrusor.Otot longitudinal pada bagian
dalam dan luar lapisan sirkular pada bagian tengah.
Ukuran kandung kemih berbeda-beda.Bentuk dan ukuran vesika urinaria dipengaruhi
oleh derajat pengisian dan organ disekitarnya.Pada usia dewasa kandung kemih mampu
menampung sekitar300-500 ml urin. Pada keadaan tertentung kandung kemih dapat
menampung dua kali lipat lebih dari jumlah keadaan normal.
Miksi/berkemih/buang air kecil merupakan pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Dua langkah utama, yaitu jika kandung kemih terisi secara progresif
sampai tegangan dindingnya mengingkat di atas nilai ambang akan mencetuskan refleks
miksi dan refleks miksi akan berusaha mengosongkan kandung kemih, menimbulkan
kesadaran akan keinginan berkemih. Meskipun refleks miksi adalah autonomy medulla
spinalis, refleks ini juga bisa dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
Persarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang berhubungan dengan
medulla spinalis melalui pleksus sakralis terutama berhubungan dengan medulla spinlis
segmen S2 dan S3.Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung
kemih.Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah saraf parasimpatis.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk kandung
kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter
ekstemus. Ini adalah serat saraf somatic yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik
pada sfingter.Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2 medulla
spinalis.Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi
kontraksi kandung kemih.Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf sensorik
juga berjalan melalui saraf simpatis dan penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh
dan rasa nyeri.
1.4 URETHRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
a. Uretra Pria
Uretra pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran urin dan saluran untuk
semen dari organ reproduksi.Pada laki- laki uretra berjalan berkelok- kelok melalui tengah-
tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia
penis panjangnya ± 20 cm.Uretra pada laki – laki terdiri dari:
1. Uretra Prostatia
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria
sampai orifisium uretra eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm.Dinding uretra terdiri
dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria mengandung
jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa
B. Uretra Wanita
Ekskresi Produk Sisa Metabolik, Bahan Kimia Asing, Obat, dan Metabolit
Hormon. Ginjal merupakan cara utama untuk membuang produk sisa metabolisme
yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Produk-produk ini meliputi ureum (dari
metabolisme asam amino), kreatinin (dari kreatin otot), asam urat (dari asam
nukleat), produk akhir pemecahan hemoglobin (seperti bilirubin), dan metabolit
berbagai hormon. Produk-produk sisa ini harus dibersihkan dari tubuh secepat
produksinya. Ginjal juga membuang sebagian besar toksin dan zat asing lainnya yang
diproduksi oleh tubuh atau dimakan, seperti pestisida, obat-obatan, dan zat aditif
makanan.
1. Pengaturan Keseimbangan Air dan Elektrolit.
Untuk mempertahankan homeostasis, ekskresi air dan elektrolit harus
tepat sesuai dengan asupannya. Jika asupan melebihi ekskresi, jumlah zat
tersebut dalam tubuh akan meningkat. Jika asupan kurang dari ekskresi,
jumlah zat tersebut dalam tubuh akan berkurang. Asupan air dan banyak
elektrolit terutama ditentukan oleh kebiasaan makan dan minum
seseorang, sehingga mengharuskan ginjal untuk mengatur kecepatan
ekskresinya sesuai dengan asupan berbagai macam zat. Dalam waktu 2
sampai 3 hari setelah kenaikan asupan natrium, ekskresi ginjal juga
meningkat hingga kira-kira 300 mEq/hari, sehingga keseimbangan antara
asupan dan keluaran tercapai kembali. Namun, selama 2 sampai 3 hari
berlangsungnya adaptasi ginjal terhadap asupan natrium yang tinggi ini,
terjadi akumulasi sejumlah natrium yang sedikit meningkatkan volume
cairan ekstraselular, serta memicu perubahan hormonal dan respons
kompensasi lainnya, yang memberi sinyal kepada ginjal untuk
meningkatkan ekskresi natriumnya. Kapasitas ginjal sangat besar untuk
mengubah ekskresi natriumnya sebagai respons terhadap perubahan
asupan natrium. Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa pada
banyak orang, asupan natrium dapat ditingkatkan hingga 1.500 mEq/hari
(lebih dari 10 kali normal) atau diturunkan hingga 10 mEq/hari (kurang
dari sepersepuluh jumlah normal) dengan perubahan volume cairan
ekstrasel atau perubahan konsentrasi natrium plasma yang relatif kecil.
Hal ini juga berlaku untuk air dan sebagian besar elektrolit lainnya, seperti
ion klorida, kalium, natrium, kalsium, hidrogen, magnesium, dan fosfat.
Pada beberapa bab selanjutnya, kita mendiskusikan mekanisme spesifik
yang memungkinkan ginjal untuk melakukan kerja yang hebat untuk
homeostasis.
2. Pengaturan Tekanan Arteri.
Ginjal berperan penting dalam mengatur tekanan arteri jangka panjang
dengan mengekskresikan sejumlah natrium dan air. Selain itu, ginjal turut
mengatur tekanan arteri jangka pendek dengan menyekresikan hormon
dan faktor atau zat vasoaktif, (misalnya renin), yang menyebabkan
pembentukan produk vasoaktif (misalnya angiotensin II).
3. Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa.
Ginjal turut mengatur asam-basa, bersama dengan paru dan sistem
penyangga cairan tubuh, dengan cara mengekskresikan asam dan
mengatur simpanan dapar cairan tubuh. Ginjal merupakan satu-satunya
cara untuk membuang jenis asam tertentu dari tubuh, seperti asam sulfurik
dan asam fosforik yang dihasilkan dari metabolisme protein.
4. Pengaturan Pembentukan Eritrosit.
Ginjal menyekresikan eritropoietin, yang merangsang pembentukan sel
darah merah dari sel induk hematopoietik di sumsum tulang. Salah satu
rangsang penting untuk sekresi eritropoietin oleh ginjal ialah hipoksia.
Pada manusia normal, ginjal menghasilkan hampir semua eritropoietin
yang disekresi ke dalam sirkulasi. Pada orang dengan penyakit ginjal berat
atau yang ginjalnya telah diangkat dan menggunakan hemodialisis, timbul
anemia berat sebagai hasil dari penurunan produksi eritropoietin.
5. Pengaturan Pembentukan 1,25-Dihidroksivitamin D3.
Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25- dihidroksi-
vitamin D3 (kalsitriol), dengan menghidroksilasi vitamin ini pada posisi
"nomor Kalsitriol penting untuk deposit kalsium yang normal dalam
tulang dan reabsorpsi kalsium oleh saluran cerna. Kalsitriol memegang
peran penting dalam pengaturan kalsium dan fosfat.
6. Sintesis Glukosa.
Ginjal menyintesis glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya selama
masa puasa yang panjang, proses ini disebut glukoneogenesis. Kapasitas
ginjal untuk menambahkan glukosa pada darah selama masa puasa yang
panjang dapat menyaingi hati. Pada penyakit ginjal kronis atau gagal
ginjal akut, fungsi homeostatik ini terganggu, dan kemudian terjadi
abnormalitas komposisi dan volume cairan tubuh yang berat dan cepat.
Pada gagal ginjal total, dalam beberapa hari saja dapat terjadi akumulasi
kalium, asam, cairan, dan zat-zat lainnya dalam tubuh sehingga
menyebabkan kematian dalam beberapa hari, kecuali jika ada intervensi
klinis seperti hemodialisis dimulai untuk memulihkan, paling tidak
sebagian, keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.3
1. Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal kanan
terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.
Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial terdapat
cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk pembuluh darah dan
keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus ginjal, dikenal sebagai piala
ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi menjadi mangkuk besar dan kecil
yang disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor
meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk kerucut yang disebut papila ginjal. Pada
potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap papila merupakan puncak daerah piramid yang
meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens.
Satu piramid dengan bagian korteks yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan simpai
jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu sama lain
tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk ke korteks dan
ada bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan (Gb-3) yang terdapat pada
korteks dan medula ginjal adalah
1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu
A. Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk
cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler).
B. Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus
kontortus distal.
2. Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim tubulus
yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa Henle, duktus
ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.
- Korpus Malphigi
Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul Bowman dan glomerulus.
Kapsul Bowman sebenarnya merupakan pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal
(nefron) yang dibatasi epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai kapiler (glomerulus)
sampai mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding sebelah luar
disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding dalam disebut lapis viseral (pars
viseralis) yang melekat erat pada jumbai glomerulus (Gb-4 dan 5). Ruang diantara ke dua
lapisan ini sebut ruang Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra
filtrasi akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan warna yang
lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Glomerulus merupakan
gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul
Bowman. Di sebelah luar terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi
dan meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus oleh epitel pars
parietal kapsul Bowman.
Kapsul Bowman lapis parietal (Gb-5) pada satu kutub bertautan dengan tubulus
kontortus proksimal yang membentuk kutub tubular, sedangkan pada kutub yang
berlawanan bertautan dengan arteriol yang masuk dan keluar dari glomerulus. Kutub ini
disebut kutub vaskular. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian
bercabang-cabang lagi menjadi sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk kapiler.
Pembuluh kapiler ini diliputi oleh sel-sel khusus yang disebut sel podosit yang merupakan
simpai Bowman lapis viseral. Sel podosit ini dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Kapiler-kapiler ini kemudian bergabung lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar
dari glomerulus dan disebut vasa eferen, yang berupa sebuah arteriol.
- Apartus Yuksta-Glomerular (Gb-6)
Sel-sel otot polos dinding vasa aferent di dekat glomerulus berubah sifatnya menjadi sel
epiteloid. Sel-sel ini tampak terang dan di dalam sitoplasmanya terdapat granula yang
mengandung ensim renin, suatu ensim yang diperlukan dalam mengontrol tekanan darah.
Sel-sel ini dikenal sebagai sel yuksta glomerular. Renin (Gb-7) akan mengubah
angiotensinogen (suatu peptida yang dihasilkan oleh hati) menjadi angiotensin I.
Selanjutnya angiotensin I ini akan diubah menjadi angiotensin II oleh ensim angiotensin
converting enzyme (ACE) (dihasilkan oleh paru). Angiotensin II akan mempengaruhi
korteks adrenal (kelenjar anak ginjal) untuk melepaskan hormon aldosteron. Hormon ini
akan meningkatkan reabsorpsi natrium dan klorida termasuk juga air di tubulus ginjal
terutama di tubulus kontortus distal dan mengakibatkan bertambahnya volume plasma.
Angiotensin II juga dapat bekerja langsung pada sel-sel tubulus ginjal untuk meningkatkan
reabsopsi natrium, klorida dan air. Di samping itu angiotensin II juga bersifat
vasokonstriktor yaitu menyebabkan kontriksinya dinding pembuluh darah.
Sel-sel yuksta glomerular (Gb-6) di sisi luar akan berhimpitan dengan sel-sel makula
densa, yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distal yang berjalan berhimpitan
dengan kutub vaskular. Pada bagian ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada
bagian lain. Sel-sel makula densa ini sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion natrium
dalam cairan di tubulus kontortus distal. Penurunan tekanan darah sistemik akan
menyebabkan menurunnya produksi filtrat glomerulus yang berakibat menurunnya
konsentrasi ion natrium di dalam cairan tubulus kontortus distal. Menurunnya konsentrasi
ion natrium dalam cairan tubulus kontortus distal akan merangsang sel-sel makula densa
(berfungsi sebagai osmoreseptor) untuk memberikan sinyal kepada sel-sel yuksta
glomerulus agar mengeluarkan renin. Sel makula densa dan yuksta glomerular bersama-
sama membentuk aparatus yuksta-glomerular.
Di antara aparatus yuksta glomerular dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus
terdapat kelompokan sel kecil-kecil yang terang (Gb-6) disebut sel mesangial
ekstraglomerular atau sel polkisen (bantalan) atau sel lacis. Fungsi sel-sel ini masih
belum jelas, tetapi diduga sel-sel ini berperan dalam mekanisma umpan balik
tubuloglomerular. Perubahan konsentrasi ion natrium pada makula densa akan memberi
sinyal yang secara langsung mengontrol aliran darah glomerular. Sel-sel mesangial
ekstraglomerular di duga berperan dalam penerusan sinyal di makula densa ke sel-sel yuksta
glomerular. Selain itu sel-sel ini menghasilkan hormon eritropoetin, yaitu suatu hormon
yang akan merangsang sintesa sel-sel darah merah (eritrosit) di sumsum tulang.
Ureter (Gb-14)
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan
mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel
transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai
dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung
kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks
(cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel
payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat
elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya
lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina
propria, adanya jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter
diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan
sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan
adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung
kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor
saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan
penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.
Uretra
Panjang uretra pria (Gb-16) antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas
3 bagian yaitu:
A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih
hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran
yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.
B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka
pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus
uretra.
C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus
kavernosum dan bermuara pada glands penis.
Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis
pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel
goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat
fibro-elastis longgar.
Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias
dari transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis silindris atau bertingkat
hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos
tersusun serupa dengan ureter (aw/2001).
2. Apa makna klinis nyeri hilang timbul selama 3 hari yang dirasakan selama kurang
lebih 15 menit?
Nyeri hilang timbul yang dirasakan merupakan akibat dari adanya obstruksi organ
berlumen yang menyebabkan terjadinya respon hiperperistaltik untuk mengeluarkan
penyebab sumbatan. Peningkatan akitivitas peristaltik otot polos tersebut akan
meningkatkan tekanan intraluminal sehingga terjadi peningkatan peregangan saraf
terminal (di ginjal pada T10, ureter pada L2-L4, vesica urinari pada S2-S3) yang
menyebabkan spasme pada otot organ. Spasme ini dapat merangsang reseptor nyeri yang
bersifat mekanosensitif, dan menekan pembuluh darah menyebabkan iskemia. Spasme ini
juga meningkatkan kecepatan metabolisme dalam jaringan otot, sehingga relatif
memperberat keadaan iskemia, menyebabkan kondisi yang ideal untuk pelepasan bahan
kimiawi pemicu timbulnya nyeri sehingga terjadi nyeri hebat.2
Hilang timbul yang dirasakan sesuai dengan gerakan peristaltic, dimulai dari
daerah sudut costo vertebrae ke dinding abdomen ke regio inguinal menuju ke kemaluan.
Hilangnya rasa nyeri dapat diakibatkan karena menurunnya spasme otot polos setelah
kontraksi maksimal.Sedangkan keluhan selama 3 hari dan dirasakan ±15 menit
menunjukkan bahwa nyeri yang dialami bersifat akut.3
Rujukan
1. Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku Ajar
Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
2. Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A
text and colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp. 286-
309.
3. diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia, USA, pp. 186-194.
4. Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.
5. Dorland, W. A. Newman. 2010. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary, 31th Ed, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
7. Guyton dan Hall, E. Hall, Ph.D., John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC