Anda di halaman 1dari 4

Tantangan Perubahan Kemampuan Literasi

Generasi Era Milenial

Perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari pada era
ini. Perkembangan teknologi telah memberikan manfaat positif bagi kehidupan
manusia pada segala aspek kehidupan. Dalam perkembangannya muncul inovasi-
inovasi baru untuk memudahkan aktivitas manusia. Pada saat ini, bisa dibilang kita
hidup di era globalisasi atau era millenial. Dalam era sekarang ini, teknologi
dijadikan sebagai kebutuhan dasar setiap orang. Dari anak-anak hingga orang
dewasa telah merasakan kemudahan teknologi. Bahkan, pada daerah pedesaan
perkembangan teknologi sudah terasa.

Kemudahan yang didapat saat menggunakan teknologi akan berdampak


pada perubahan perilaku dan sikap manusia. Salah satunya contohnya yaitu dalam
bidang literasi. Bidang literasi sudah mulai mengalami perubahan. Sebagian besar
masyarakat sudah tidak lagi memegang dan membaca buku. Mereka lebih memilih
memegang gadgetnya. Pemakaian gadget oleh generasi muda akan berdampak
pada penurunan kualitas sumber daya manusia. Hal ini akan berpengaruh pada
kemjuan suatu negara. Negara tersebut akan tertinggal dari negara-negara lainnya
karena salah satu aspek yang dapat memajukan suatu negara adalah sumber daya
manusia.

Pada sekolah-sekolah umum telah ditanamkan budaya literasi kepada para


generasi muda. Generasi muda diwajibkan untuk membaca buku fiksi maupun non
fiksi sebelum pembelajaran dimulai. Hal ini bertujuan agar generasi muda dapat
memahami pentingnya literasi dan mengisi waktu mereka dengan hal-hal yang
lebih bermanfaat daripada waktu untuk memegang gadget . Namun, sejauh ini
belum diketahui bahwa budaya literasi ini mampu meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia dan mampu menghapuskan kebiasaan bermain gawai. Kendati
demikian, timbul sebuah pertanyaan ‘’Seberapa besar pengaruh gadget terhadap
penurunan kemampuan literasi ?’’
1. Pengertian Gadget
Menurut Syamsul Arifin (2015) Gadget adalah alat komunikasi yang
mempunyai banyak fitur. Gadget dapat memuat kebutuhan apapun. Gadget
dianggap lebih lengkap dari pada alat elektronik lainnya karena fungsi dan
sifatnya yang berbeda. Sampai sekarang ini, gadget selalu di perbaharui untuk
meningkatkan stabilitasnya. Gadget sudah tersebar luas ke seluruh dunia.
Gadget dijadikan sebagai kebutuhan dasar masyarakat. Hampir sebagian besar
masyarakat telah memiliki gadget. Gadget mempunyai pengaruh besar
terhadap orang di sekitarnya.

Kita ketahui bahwa dalam gadget tidak hanya memuat e-book untuk dibaca
saja. Berbagai jenis aplikasi dan berbagai jenis aplikasi dan fitur-fitur telah
dimuat di gadget sehingga gawai tidak hanya digunakan untuk mengakses e-
book melainkan juga sebagai media hiburan (gaming, music, video, dll), media
komunikasi dalam sosial (whatsApp, Facebook, twitter, Instagram, Line, dll),
media pembelajaran dan lainnya.

Oleh karena itu, berbagai hal inilah yang menjadi tantangan dalam budaya
membaca. Jika seseorang memegang buku maka fokusnya hanya satu yaitu
untuk membaca isi buku tersebut.Sedangkan seseorang yang memegang gawai,
tidak 100 persen dipastikan bertujuan untuk membaca e-book. Bahkan kita bisa
lihat realita masa kini bahwa masyarakat menggunakan gawai lebih cenderung
untuk surfing di media sosial dan hiburan semata (paling banyak gaming bagi
para kaum muda).

Hal ini menjadi tantangan yang besar dan akan menjadi masalah serius
menurunnya minat baca dalam budaya membaca (dunia literasi) pada generasi
milenial.

2. Pengertian Kemampuan Literasi


Menurut Akhmat Sudrajat (2007) kemampuan adalah kecakapan yang
dimiliki oleh setiap individu dalam melakukan suatu tindakan, kecakapan
tersebut berbeda-beda dan mempengaruhi potensi yang ada di dalam diri
individu tersebut. Sedangkan menurut Cordon (2003) literasi adalah sumber
ilmu pengetahuan yang menyenangkan yang mampu membangun imajinasi
ilmuan lainnya untuk menjelajah dunia dan ilmu pengetahuan secara luas.
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi adalah kecakapan yang dimiliki
oleh setiap individu untuk mengkaji sumber ilmu pengetahuan yang
menyenangkan.

Melihat kenyataan yang ada bahwa masyarakat Indonesia memiliki tingkat


literasi yang masih rendah maka diperlukan sebuah perubahan. Perubahan
disini dapat kita mulai dari dimensi pendidikan. Seperti dengan mengadakan
program literasi di sekolah-sekolah sasaran kegiatan mengajak semua pihak
untuk terlibat dalam upaya penyadaran literasi yakni: Sekolah, sebagai
lembaga terlaksananya program. Guru sebagai tenaga pendidik, teladan dan
motivator bagi peserta didik. Siswa sebagai sasaran utama program.
Pemerintah daerah (dinas pendidikan) dan yayasan penyelenggara pendidikan
sebagai pembuat kebijakan.

Pengelola perpustakaan sebagai pusat kegiatan baca-tulis. Perusahaan


sebagai supplier buku melalui program CSR dan media massa sebagai saluran
informasi. Kegiatan yang akan dilakukan dalam program penyadaran literasi
melalui sekolah ini misalnya dengan membiasakan anak-anak didik terampil
membaca setiap hari, mendekatkan siswa
kepada perpustakaan melalui kegiatan perpustakaan kelas, lomba literasi pada
bulan bahasa atau hari-hari besar yang diperingati secara nasional, jumpa
penulis dan bedah buku, pameran buku, pelatihan menulis, pemberian
penghargaan melalui kegiatan bertajuk Literacy Award hingga memasukkan
literasi karakter ke dalam kurikulum
tersembunyi sebuah sekolah.

Oleh karena itu, untuk tetap menjaga agar minat baca dalam budaya literasi
tidak memudar maka sebagai pengguna gawai harus lebih bijak dalam
menggunakannya. Pengunaannya pun harus sesuai dengan porsinya, dan paling
penting dan perlu dipahami bahwa gawai tidak boleh menggantikan peranan
buku. Keduanya tetap harus digunakan atau dikolaborasikan dalam menunjang
kebutuhan kita masing-masing. Budaya literasi harus digalakkan. Bukan hanya
sekolah yang harus menggalakkan ,namun juga pemerintah menyusun program
kerja budaya literasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia.

Anda mungkin juga menyukai