NIM : K1B020016
Tugas 1
Kelemahan
Pelaksanaan sistem ini semakin rumit bila, perusahaan menggunakan beberapa jenis
persediaan, yang saat pemesanannya tidak sama dan biaya pengawasan persediaan
yang relatif tinggi.
Kelemahan :
Waktu Pemesanan
1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach)
2. Pendekatan tinjauan periodic (periodic review approach)
3. Pendekatan rencana kebutuhan material (material requirement planning approach)
Reorder Point adalah suatu titik dimana harus diadakan pemesanan lagi sehingga kedatangan
atau penerimaan material yang dipesan tepat waktu. Reorder point harus dilakukan secara
tepat dalam jumlah persediaan yang tetap. Reorder point terjadi apabila jumlah persediaan
berkurang secara terus menerus sehingga harus ditetapkan batas minimal persediaan.
Unsur-unsur Reorder Point
1. Waktu pemesanan
2. Jumlah safety stock
3. Kebutuhan bahan baku setiap waktu
Faktor-faktor dalam menentukan reorder point
1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang
2. Besarnya safety stock
Siklus inventory dimulai pada kuantitas persediaan Q yang akan berkurang seiring
berjalannya waktu. Kita harus memastikan bahwa pemesanan akan tiba seiring dengan
habisnya persediaan yang ada dengan lead time yang terkait. Pada saat inventory mencapai
titik dimana cukup untuk memenuhi permintaan yang ada selama lead time maka titik
tersebut dinamakan reorder point. Lalu, ketika pengiriman berikutnya tiba setelah inventory
habis pada pesanan sebelumnya maka siklus dimulai kembali. Diasumsikan tidak ada
kepastian pola permintaan dengan permintaan selama lead time. Jika inventory habis lebih
cepat sebelum mencapai titik reorder point maka akan dilakukan pemesanan berikutnya.
Namun, selama lead time kita tidak memiliki persediaan yang cukup untuk melayani
permintaan. Sehingga perlu ditingkatkan reorder point untuk mengatasi ketidakpastian selama
lead time. Apabila terdapat penundaan dalam pengiriman maka akan ditingkatkan kembali
reoder point dan diperlukan mekanisme untuk memberi tahu tingkat persediaan turun ke
reoder point. Sistem itu disebut Continuous Cycle System. Sistem tersebut akan memantau
tingkat persediaan barang untuk setiap item yang dipesan. Namun, sistem ini dilakukan
selama terus menerus. Alternatif lain adalah Periodic Review System. Dimana pemantauan
dilakukan dalam suatu kurun waktu tertentu. Harus tahu persis banyak persediaan yang
dimiliki dan cukup waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan kembali. Pada sistem ini
dibutuhkan safety stock yang jauh lebih besar dibandingkan periodic cycle system.
Dalam berbagai situasi dapat dilakukan Visual Inventory System dengan menggabungkan
Continuous Cycle Systemdan Periodic Cycle System untuk mengetahui tingkat inventaris
yang tepat di setiap titik waktu. Terdapat dua jenis sistem didalamnya yaitu Single Bin
System dan Two Bin System. Single Bin System adalah sistem pengendalian persediaan
sederhana yang bergantung pada pengisian kembali persediaan pada interval waktu yang
tetap dan bukan pada tingkat persediaan minimum. Sedangkan Two Bin System adalah
sistem yang digunakan untuk menentukan kapan item atau bahan yang digunakan dalam
produksi harus diisi ulang. Ketika item di bin pertama telah habis, pesanan dilakukan untuk
mengisi ulang atau menggantinya. Bin kedua seharusnya memiliki cukup barang untuk
bertahan sampai pesanan tempat sampah pertama tiba. Singkatnya, bin pertama memiliki stok
kerja minimum, dan bin kedua menyimpan stok cadangan atau bahan yang tersisa
Safety stock adalah persediaan minimum yang harus selalu ada dan selalu siap tersedia
didalam gudang untuk mengantisipasi bila sewaktu-waktu perusahaan mengalami kekurangan
barang atau bahan baku, sehingga proses (retail atau produksi) dapat berjalan dengan lancar.
Tujuan: mempertahankan persediaan barang (atau bahan baku dasar) guna menjamin
keberlanjutan proses retail (atau produksi) dan menghindari terjadinya kekurangan barang
(atau bahan baku dasar)
Economic Order Quantity adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya
unit minimal. Terdapat 3 biaya yang diminimalkan yaitu biata material, biaya pemesanan,
dan biaya pemeliharaan. Biaya tersebut diatur dengan mengatur kuantitas dan frekuensi
pembelian. Terdapat 2 fokus utama dalam metode EOQ yaitu
1. Biaya Pemesanan
Berbanding lurus dengan frekuensi pemesanan.
2. Biaya Pemeliharaan
Berbanding lurus dengan waktu penyimpanan di Gudang.
Jika kedua biaya tersebut dijumlahkan maka akan menjadi total biaya persediaan. Terdapat
beberapa asumsi dalam metode EOQ
Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan
Item yang dipesan independen dengan item yang lain
Pesanan diterima dengan segera dan pasti
Tidak terjadi stock out
Harga item konstan
Terdapat beberapa istilah dalam melakukan perhitungan EOQ
TAC : Total annual inventory cost (total biaya persediaan tahunan)
TOC : Total ordering cost (total biaya pesan)
TCC : Total carrying cost (total biaya simpan)
R : Jumlah pembelian (permintaan) selama satu periode
C : Biaya simpan tahunan dalam rupiah/unit
S : Biaya setiap kali pesan
Q : Kuantitas pemesanan (unit/order)
Q* : Kuantitas pemesanan optimum (EOQ)
TC : Minimum total inventory cost (total biaya persediaan minimum)
Rumus-rumus dalam perhitungan EOQ
1. Total biaya persediaan tahunan (TAC)
Adalah penjumlahan total biaya pesan (TOC) dan total biaya simpan (TCC)
TAC = TOC + TCC
Dapat juga ditulis
TAC = (R/Q) x S + (Q/2) x C
2. Total biaya pesan
Didapat dari Frekuensi pemesanan tahunan (R/Q) dikalikan dengan biaya setiap kali
pemesanan (S)
TOC = (R/Q) x S
3. Frekuensi pemesanan /tahun
Didapat dari jumlah pembelian (R) dibagi frekuensi pemesanan (Q)
Frekuensi= R/Q
4. Total biaya simpan tahunan (TCC )
Didapat dari Rata-rata persediaan (Q/2) dikalikan dengan biaya simpan tahunan dlm
rupiah/unit
TCC = (Q/2) x C
5. Rata-rata persediaan
Didapat dari kuantitas pemesanan (Q) dibagi 2
Rata-rata = (Q/2)
biaya
T biaya
C pesan
biaya
simpan
Frekuensi
EOQ atau Q* tercapai pada saat TOC = TCC
Rumus EOQ
EOQ = Q* 2R
= S
C