Anda di halaman 1dari 16

MODEL PENGENDALIAN

PERSEDIAAN

OLEH:

1. FRIDOLIN LIRU S. RENDO


2. GREGORIUS OKTAVI
3. PAULISTA KORNELIA KOTAN

IV/A ADMINISTRASI BISNIS


FUNGSI PENGENDALIAN PERSEDIAAN

Fungsi utama pengendalian persediaan adalah "menyimpan" untuk melayani kebutuhan


perusahaan akan bahan mentah/barang jadi dari waktu ke waktu. Fungsi ini ditentukan
oleh berbagai kondisi seperti:
1) Apabila jangka waktu pengiriman bahan mentah relatif lama maka perusahaan
perlu persediaan bahan mentah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan selama jangka waktu pengiriman.
2) Seringkali jumlah yang dibeli atau diprodusir lebih besar daripada yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam jumlah
yang besar pada umumnya lebih ekonomis.
3) Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap
saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut dengan
membuat tingkat persediaannya ber-fluktuasi mengikuti fluktuasi permintaan.
4) Selain untuk memenuhi permintaan langganan, persediaan juga diperlukan apabila
biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan barang/bahan
(stockout cost) relatif besar.
KOMPONEN-KOMPONEN BIAYA
PERSEDIAAN

Masalah utama yang ingin dicapai oleh pengendalian persediaan adalah meminimumkan
biaya operasi total perusahaan. Jadi, ada dua keputusan yang perlu diambil dalam hal ini, yaitu
berapa jumlah yang harus dipesan setiap kali pemesanan, dan kapan pemesanan itu harus
dilakukan.
Dalam menentukan jumlah yang dipesan pada setiap kali pemesanan, pada dasarnya harus
dipertemukan dua titik ekstrim yaitu memesan dalam jumlah yang sebesar-besarnya untuk
memini- mumkan ordering cost, dan, memesan dalam jumlah yang sekecil- kecilnya untuk
meminimumkan carrying cost. Kedua titik ekstrim ini mempunyai pengaruh yang tidak
menguntungkan perusahaan. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan mempertemukan kedua-
nya. Berbagai macam biaya yang perlu diperhitungkan di saat meng- evaluasi masalah
persediaan. Di antara biaya-biaya tersebut, ada tiga kelompok utama, yakni:
 Ordering dan procurement cost.
 Holding cost atau carrying cost.
 Shortage cost.
TUJUAN DAN TUGAS WHO
Ordering dan procurement cost. Holding cost atau carrying cost.
Ordering dan procurement cost merupakan Holding cost atau carrying cost timbul
total biaya pemesanan dan pengadaan bahan karena perusahaan menyimpan persediaan.
sehingga siap untuk dipergunakan atau Biaya ini sebagian besar merupakan biaya
diproses lebih lanjut dengan kata lain, penyimpanan (secara fisik); di samping
mencakup pula biaya-biaya pengang- kutan, pajak dan asuransi barang yang disimpan
pengumpulan, pemilikan, penyusunan dan unsur penting (dan merupakan proporsi
penempatan di gudang, sampai kepada biaya- yang besar) dalam holding cost adalah
biaya manajerial dan klerikal yang
"opportunity cost" dan pada dana yang
berhubungan dengan pemesanan sampai
tertahan di dalam persediaan, yang
penempatan bahan/barang di gudang. Untuk
dapat membedakan secara tegas antara kedua
mungkin akan lebih menguntungkan bila
macam biaya tersebut (ordering cost dan ditanamkan/digunakan untuk keperluan
procurement cost) dapat dilihat dari sifat lain. Tentunya opportunity cost ini
"fixed-variable" biaya-biaya yang dikeluarkan tergantung pada berapa jumlah barang
pada waktu pemesanan. Seringkali total kedua yang disimpan sebagai persediaan dan
biaya tersebut bervariasi menurut jumlah berapa lama ia disimpan. Karena itu
barang yang dipesan, misalnya, apabila harga seringkali biaya penyimpanan dinyatakan
barang ditetapkan dengan "quantity discount". per satuan nilai persediaan.
Shortage cost.
Shortage cost timbul apabila ada permintaan terhadap
barang yang kebetulan sedang tidak tersedia di
gudang. Untuk barang-barang tertentu, langganan
dapat diminta untuk menunda pembeliannya atau
dengan kata lain langganan diminta untuk menunggu.
Dalam hal ini shortage cost yang timbul selain biaya
ekstra untuk membuat lagi barang yang dipesan, juga
berupa berkurangnya "goodwill" langganan, apabila
pesanannya terlambat dipenuhi. Tetapi, untuk barang
kebu- tuhan sehari-hari langganan tidak dapat
diminta untuk menunda pembe- liannya atau diminta
untuk "back order". Dalam hal ini perusahaan akan
kehilangan langganan karena ia akan segera mencari
barang yang dibutuhkannya di perusahaan lain.
Model-model pengendalian persediaan

1. EOQ MODEL
EOQ model merupakan model yang paling sederhana. Metode ini dapat
digunakan baik untuk persediaan barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi
sendiri. EOQ model digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang
optimal, yang meminimalkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya
pemesanan  persediaan.
Asumsi-asumsi yang digunakan pada model EOQ adalah :
 Permintaan barang diketahui dan bersifat konstan
 Harga per unit barang adalah konstan
 Barang yang dipesan dan disimpan hanya satu macam
 Biaya penyimpanan dan pemesanan konstan
  Lead time (jangka waktu pemesanan dengan barang diterima) adalah konstan
 Tidak ada back order
Penurunan Rumus :
Notasi-notasi yang digunakan :
- D = Penggunaan atau permintaan per periode (tahun)
- S = Biaya pemesanan per sekali pesan
- H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
- Q = Jumlah barang yang dipesan
2. EOQ Model dengan Quantity Discount
Dalam situasi ini supplier memberikan pengurangan harga kepada langganan dengan kuantitas yang
berbeda-beda , dan holding cost dinyatakan dalam persentase dari harga. Misalnya biaya simpan
sebesar 20 % dari harga jual. Dalam kasus ada potongan harga maka prosedur menemukan
pemesanan optimal adalah sebagai berikut :
 Hitung EOQ pada harga terendah. Bila EOQ layak (mungkin) pada harga itu, maka ini merupakan

jumlah pemesanan yang optimal, sehingga perhitungan lebih lanjut tidak diperlukan.
 Bila EOQ tidak layak pada harga itu, maka langkah selanjutnya adalah hitung  biaya total pada

kuantitas terendah yang layak pada harga itu.


 Kemudian hitung EOQ pada harga terendah berikutnya (kedua). Bila EOQ layak, maka hitung

biaya total pada harga yang layak tersebut. Kuantitas  pemesanan optimal adalah salah satu dari
kuantitas yang telah dihitung yang mempunyai biaya total terendah.
 Bila langkah kedua dan EOQ pada langkah kedua masih tidak layak, maka ulangi langkah kedua

dan ketiga sampai EOQ yang layak ditemukan dan  perhitungan selanjutnya tidak dimungkinkan
lagi. Pada model EOQ dengan quantity discount maka total biaya persediaan meliputi :
-Total biaya pemesanan (total ordering cost )
-Total biaya penyimpanan (total holding cost )
-Total biaya pembelian (total purchasing cost )
Sehingga : TC = ( D / Q ) S + ( Q / 2 ) H + P D , dimana
P = harga barang per unit
D = jumlah pembelian (permintaan) barang yang dibutuhkan per tahun
3. EOQ Model dengan Backorder
Model ini digunakan bila barang-barang yang dipasok terlambat datang ketika ada
pesanan., sehingga ada biaya “backorder ”. Asumsi=asumsi yang digunakan :
 Permintaan diketahui dan bersifat konstan
 Pelanggan mau menerima pesanan yang menyusul (backorder )
 Ada waktu (t1) dimana ada surplus persediaan (I)
 Ada waktu (t2) dimana ada kekurangan persediaan ( Q –  I )
 Setiap siklus memerlukan waktu yang sama (tc)  
 Biaya backorder per unit per tahun konstan ( B , Rp / unit / tahun)
 Backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Dengan meminimalkan TC terhadap Q dan I ( dTC / dQ dan dTC / dI)
maka akan diperoleh jumlah pemesanan optimal ( Q*) dan surplus
persediaan tahunan (I).
4. Production Order Quantity (POQ) Model
Model ini digunakan apabila perusahaan tidak melakukan pemesanan barang,
tetapi memproduksi sendiri baik sebagian atau seluruh komponen barang. Selama
proses produksi tersebut maka persediaan akan terus bertambah. Karena produsen
tidak melakukan pemesan maka dalam model ini tidak ada biaya pemesanan (ordering
cost ), tetapi yang ada adalah biaya penyiapan yang meliputi seluruh biaya untuk
memproduksi  barang tersebut (set up cost ). Adapun asumsi-asumsi yang digunakan
pada POQ model adalah :
  Hanya ada satu jenis barang
 Permintaan selama setahun diketahui dan konstan
 Persediaan secara terus-menerus mengalir atau dibuat dalam suatu proses waktu
tertentu setelah dipesan
 Unit persediaan diproduksi dan dijual secara bersamaan
 Tingkat produksi tetap
 Tidak ada potongan harga
Pernghitungan biaya pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :
1. Biaya penyimpanan per tahun (Total holding cost ) =
( Persediaan rata-rata ) x Biaya simpan per unit per tahun = ( Q / 2 ) x H
Tingkat persediaan rata-rata = Tingkat persediaan maksimum / 2 = ( I max ) / 2
Tingkat persediaan maksimum :
I max = (total produksi selama berjalannya operasi )  – (Total produksi yang terpakai)
I max = p t - d t ; dimana p t = Q = total produksi , maka t = Q / p
Sehingga:
I max = t p - t d atau I max = t (p - d) ;
I max = ( Q / p) . ( p  – d ) I max = ( Q p / p ) - ( Q d / p )
I max = Q ( 1 – d/p )
Dengan persediaan maksimum tersebut maka perediaan rata-rata ( I average) :
I average = ( I max ) / 2 atau :
I average = ( Q / 2 ) ( 1– d/p)
Dari perhitungan di atas maka total biaya penyimpanan per tahun :
( I max ) / 2 . H = Q/2 . ( 1 - d/p) . H = 1/2 . H . Q.( 1  –  d/p )
2. Total biaya penyiapan ( set up cost) = Frekuensi produksi x biaya per sekali produksi
= (D / Q) . S
3. Total biaya pengendalian persediaan
TC = total biaya penyiapan + total biaya penyimpanan
TC = (D / Q) . S + 1/2 . H . Q. ( 1 – d/p )
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai