Anda di halaman 1dari 8

Hudzaifah ibnul Yaman

Hudzaifah Ibnul Yaman


Pemegang rahasia Rasulullah SAW
Oleh : Saifuddin Zuhri

Silsilah Keturunan

B
eliau adalah Hudzaifah bin Husail bin Jabir Al 'Absi Al Yamani, Abu Abdillah.1 Al
Yaman, ayah Hudzaifah, adalah Hisl, dikatakan Husail, orang Makkah dari bani 'Abbas. Oleh
karena hutang darah dalam kaumnya, ia terpaksa menyingkir dari Makkah ke Yatsrib
(Madinah). Di sana dia minta perlindungan pada Bani 'Abd Asyhal dan bersumpah setia pada
mereka untuk menjadi keluarga dalam persukuan Bani 'Abd Asyhal. Kemudian ia kawin
dengan perempuan suku Asyhal. Dari perkawinannya itu lahirlah anaknya, Hudzaifah. Maka
hilanglah halangan yang menghambat Al Yaman untuk memasuki kota Makkah. Sejak itu dia
bebas pulang pergi antara Makkah dan Madinah. Namun begitu, dia lebih banyak tinggal dan
menetap di Madinah.2 Nama Al Yaman adalah penamaan dari kaumnya, karena sumpahnya
untuk orang-orang Yaman, sedang mereka adalah kaum ansor.3

Awal Keislamannya

Ketika Islam memancarkan cahayanya ke Jazirah Arab, Al Yaman termasuk salah


seorang dari sepuluh orang Bani 'Abbas untuk menemui Rosulullah SAW dan menyatakan
Islam dihadapan beliau.. Semua itu terjadi sebelum hijrah Rosulullah ke Madinah. Sesuai
dengan garis keturunan yang berlaku di negeri Arab, yaitu menurut garis keturunan
bapak(patriachal), maka Hudzaifah adalah orang Makkah yang lahir dan dibesarkan di
Madinah.
Hudaifah Ibnul Yaman lahir di rumah tangga muslim, dipelihara dan dibesarkan dalam
pangkuan kedua ibu bapaknya yang telah memeluk agama Allah, sebagai rombongan
pertama. Karena itu Hudzaifah telah Islam sebelum ia bertemu muka dengan Rosulullah
SAW.4
Periwayatan Hadits

Para sahabat yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah : Abu Wail, Zir bin Hubaisy,
Zaid bin Wahab, Rib'i bin Hirosy, Silah bin Zufir, Tsa'labah bin Zahdam, Abu 'Aliyah Ar
Riyayi, Abdurrahman bin Abi Laila, Muslim bin Nuzair Abu Idris Al Khoulani, Qois bin
Ubad, Abul Bakhtari, Na'im bin Abi Hindi, Hammam bin Harits.
Jumlah hadits yang diriwayatkan olehnya dalam shohihain adalah 12 hadits. Sedangkan
dalam shohih bukhori 8 hadits, Muslim 17 hadits.5

Keistimewaan Hudzaifah Ibnul Yaman


1
Imam Az Zahabi, Siyar A'lam An Nubala, 4 / 30
2
Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya, Shuwaratum min Hayatis Shahabah, 3 / 53
3
Imam Az Zahabi, Siyar A'lam An Nubala, 4 / 31
4
Ibid 4 / 34
5
Imam Az Zahabi, Siyar A'lam An Nubala, 4 / 31.

1
Hudzaifah ibnul Yaman

Rasulullah SAW menilai, dalam pribadi Hudzaifah Ibnul Yaman terdapat tiga
keistimewaan yang menonjol :
Pertama : cerdas tiada bandingan, sehingga ia dapat meloloskan diri dalam situasi
yang serba sulit.
Kedua : cepat tanggap, berpikir cepat, tepat dan jitu, yang dapat dilakukannya
setiap diperlukan.
Ketiga : memegang rahasia, dan berdisiplin tinggi, sehingga tak seorangpun dapat
mengorek yang dirahasiakannya
Sudah menjadi salah satu kebijaksanaan Rosulullah, berusaha menyingkap
keistimewaan para sahabatnya, dan menyalurkannya sesuai dengan bakat dan kesanggupan
yang terpendam dalam pribadi masing-masing mereka. Yakni menempatkan seseorang pada
tempat yang selaras.
Kesulitan terbesar yang dihadapi kaum muslimin di Madinah adalah kehadiran
kaumYahudi munafik dan sekutu mereka, yang selalu membuat isu-isu dan muslihat jahat,
yang dilancarkan mereka terhadap Rasulullah dan para sahabatnya. Maka dalam menghadapi
kesulitan itu Rosulullah mempercayakan suatu yang sangat rahasia kepada Hudzaifah Ibnul
Yaman, dengan memberikan daftar nama orang munafik itu kepadanya. Itulah suatu rahasia
yang tidak pernah bocor kepada siapa pun hingga sekarang, baik kepada para sahabat yang
lain atau kepada siapa saja. Dengan mempercayakan hal yang sangat rahasia itu, Rosulullah
menugaskan Hudzaifah memonitor setiap gerak-gerik dan kegiatan mereka, untuk mencegah
bahaya yang mungkin dilontarkan mereka terhadap Islam dan kaum muslimin. Dan karena
itu, Hudzaifah Ibnul Yaman digelari oleh para sahabat dengan " Shohibu sirri Rosululloh"
(Pemegang rahasia Rosululloh).
Pada suatu ketika, Rosulullah memerintahkan Hudzaifah melaksanakan suatu tugas yang
amat berbahaya, dan membutuhkan ketrampilan luar biasa untuk mengatasinya. Karena itulah
beliau memilih orang yang cerdas, tanggap dan disiplin tinggi. Peristiwa itu terjadi pada
puncak peperangan Khondak. Kaum muslimin telah lama dikepung rapat oleh musuh,
sehingga mereka merasakan ujian yang berat, menahan penderitaan yang hampir tak
tertanggungkan, serta kesulitan-kesulitan yang tak teratasi. Semakin hari situasi semakin
gawat, sehingga menggoyahkan hati yang lemah. Bahkan menjadikan sementara kaum
muslimin berprasangka yang tidak wajar terhadap Allah SWT.
Namun begitu, pada saat kaum muslimin mengalami ujian berat dan menentukan itu,
kaum Quraisy dan sekutunya yang terdiri dari kaum musyrik, tidak lebih baik keadaannya
dari pada yang dialami kaum muslimin. Karena murka Nya, maka Allah azza wa jalla
menimpakan bencana kepada mereka dan melemahkan kekuatannya. Allah meniupkan angin
topan yang amat dahsyat, sehingga menerbangkan kemah-kemah mereka, membalikkan
periuk, kuali dan belanga, memadamkan api, menyiram muka mereka dengan pasir dan
menutup mata dan hidung mereka dengan tanah.
Pada situasi genting dalam sejarah setiap peperangan, pihak yang kalah adalah yang
lebih dahulu mengeluh dan pihak yang menang ialah yang dapat bertahan menguasai diri
melebihi lawannya. Maka dalam detik-detik seperti itu, amat diperlukan informasi secepatnya
mengenai kondisi musuh, untuk menetapkan penilaian dan landasan dalam mengambil
putusan melalui musyawarah.
Ketika itulah Rasulullah membutuhkan ketrampilan Hudzaifah Ibnul Yaman, untuk
mendapatkan info-info yang tepat dan pasti. Maka beliau memutuskan untuk mengirim
Hudzaifah ke jantung pertahanan musuh, dalam kegelapan malam yang hitam pekat.
Hudzaifah bercerita : "Malam itu kami (tentara muslim) duduk berbaris, Abu Sofyan
dengan dua baris pasukannya kaum musyrikin Makkah mengepung kami sebelah atas. Orang-
orang Yahudi Bani Quraidhoh berada disebelah bawah. Yang kami kuatirkan ialah serangan
mereka terhadap para wanita dan anak-anak kami. Malam sangat gelap. Belum pernah kami
alami gelap malam yang sepekat itu, sehingga tidak dapat melihat anak jari sendiri. Angin

2
Hudzaifah ibnul Yaman
bertiup sangat kencang, sehingga desirnya menimbulkan suara bising yang memekakkan.
Orang-orang lemah iman, dan orang-orang munafik minta izin pulang kepada Rasulullah,
dengan alasan rumah mereka tidak terkunci. Padahal sebenarnya rumah mereka terkunci.
Setiap orang yang minta izin pulang, diberi izin oleh Rosululloh, tidak ada yang dilarang
atau di tahan beliau. Semuanya pergi dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kami yang tetap
bertahan, hanya tinggal 300 orang.
Rosululloh berdiri dan berjalan memeriksa kami satu persatu. Setelah beliau sampai ke
dekatku, aku sedang meringkuk kedinginan. Tidak ada yang melindungi tubuhku dari udara
dingin yang menusuk-nusuk, selain sehelai sarung butut kepunyaan istriku, yang hanya dapat
menutupi hingga lutut. Beliau mendekatiku yang sedang menggigil, seraya bertanya, " Siapa
ini ?"
" Hudzaifah ! " jawabku.
"Hudzaifah! Tanya Rosulullah minta kepastian. Aku merapat ke tanah, sulit berdiri
karena sangat lapar dan dingin.
" Betul, ya Rosululloh!" jawabku.
"Ada beberapa peristiwa yang dialami musuh, pergilah engkau ke sana dengan
sembunyi-sembunyi untuk mendapatkan data-data yang pasti, dan laporkan kepadaku
segera…..!" kata beliau memerintah.
Aku bangun dengan ketakutan dan kedinginan yang sangat menusuk. Maka mendo'a
Rosululloh, "Wahai Allah! Lindungilah dia, dari hadapan, dari belakang, kanan, kiri, atas dan
dari bawah."
Demi Allah! Sesudah Rosululloh selesai mendo'a, ketakutan yang menghantui dalam
dadaku, dan kedinginan yang menusuk tubuhku hilang seketika, sehingga aku merasa segar
dan perkasa. Tatkala aku memalingkan diriku dari Rosululloh, beliau memanggilku dan
berkata," Hai, Hudzaifah! Sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka
sampai tugasmu selesai,dan kembali melapor kepadaku!"
Jawabku, " Saya siap, ya Rosululloh!"
Lalu aku pergi dengan sembunyi-sembunyi dan hati-hati sekali, dalam kegelapan malam
yang hitam kelam. Aku berhasil menyusuf ke jantung pertahanan musuh dengan berlagak
seolah-olah aku anggota pasukan mereka. Belum lama aku berada di tengah-tengah mereka,
tiba-tiba terdengar Abu Sufyan memberi komando.
Katanya, " Hai, pasukan Quraisy! Dengarkanlah aku berbicara kepada kamu sekalian.
Aku sangat kuatir, hendaknya pembicaraanku ini jangan sampai terdangar oleh Muhammad.
Karena itu telitilah lebih dahulu setiap orang yang berada di samping kalian masing-masing!"
Mendengar ucapan Abu Sufyan itu, aku segera memegang tangan orang yang di
sampingku seraya bertanya, "Siapa kamu?"
Jawabnya, "Aku si Anu, anak si Anu!"
Sesudah dirasanya aman, Abu Sufyan melanjutkan bicaranya, " Hai, pasukan Quraisy!
Demi Tuhan! Sesungguhnya kita tidak dapat bertahan di sini lebih lama lagi. Hewan-hewan
kendaraan kita telah banyak yang mati. Bani Quraidzah berkhianat meninggalkan kita. Angin
topan menyerang kita dengan ganas seperti kalian rasakan. Karena itu berangkatlah kalian
sekarang, dan tinggalkan tempat ini. Sesungguhnya aku sendiri akan berangkat."
Selesai berkata begitu, Abu Sufyan langsung mendekati untanya, dilepaskannya tali
penambat, lalu dinaiki dan dipukulnya. Unta itu bangun dan Abu Sufyan langsung berangkat.
Seandainya Rosululloh tidak melarangku melakukan sesuatu tindakan di luar perintah
sebelum datang melapor kepada beliau, sungguh telah kubunuh Abu Sufyan dengan
pedangku.
Aku kembali ke pos komando menemui Rosululloh. Kudapati beliau sedang sholat di
tikar kulit, milik salah seorang istrinya. Tatkala beliau melihatku, didekatkannya kakinya
kepadaku dan diulurkannya ujung tikar menyuruhku duduk di dekatnya. Lalu ku laporkan
kepada beliau segala kejadian yang kulihat dan kudengar. Beliau sangat senang dan bersuka
cita, serta mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT.

3
Hudzaifah ibnul Yaman
Hudzaifah sangat cermat dan teguh memegang segala rahasia mengenai orang-orang
muafik selama hidupnya. Sehingga kepada para kholifah sekalipun, yang mencoba mengorek
rahasia tersebut tidak pernah bocor olehnya. Sampai-sampai kholifah Umar bin Khottob RA,
apabila ada orang muslim yang meninggal, dia bertanya, "Apakah Hudzaifah turut
menyolatkan jenazah orang itu?" Jika mereka jawab, ada, beliau turut menyolatkannya. Bila
mereka katakan tidak, beliau enggan menyolatkannya.
Pada suatu ketika, Kholifah 'Umar pernah bertanya kepada Hudzaifah dengan cerdik,
"Adakah diantara pegawai-pegawaiku orang munafik?"
Jawab Hudzaifah, "Ada seorang!"
Kata 'Umar, "Tolong tunjukkan kepadaku, siapa?"
Jawab Hudzaifah, "Ma'af Kholifah, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."
"Seandainya Aku tunjukkan, tentu Kholifah akan langsung memecat pegawai yang
bersangkutan." kata Hudzaifah bercerita.6
Rosulullah SAW pernah bertanya kepada Hudzaifah, " Tulislah untukku jumlah manusia
yang telah melafalkan keislamannya!" Maka kami menulis untuknya ( bahwa jumlah mereka )
seribu lima ratus orang.7
Hudzaifah juga juga termasuk tokoh yang memprakarsai keseragaman mushaf Al
Qur'an, sesudah Kitabullah itu beraneka ragam coraknya di tangan kaum muslimin. Dan
Hudzaifah hamba Allah yang sangat takut kepada Allah. Dia takut melanggar perintah dan
larangan Allah, dan sangat takut akan siksa Nya.

Kepemimpinan dan Jihad Hudzaifah

Hudzaifah menjadi gubernur Madain pada saat kepemerintahan Umar, sampai


terbunuhnya Utsman. Saat beliau datang ke Madain, mereka berduyun-duyun keluar untuk
menyambut kedatangan wali negeri mereka yang baru diangkat serta dipilih oleh Amirul
Mukminin Umar r.a.
Mereka pergi menyambutnya, karena lamalah sudah hati mereka rindu untuk bertemu
muka dengan sahabat nabi yang mulia ini, yang telah banyak mereka dengar mengenai
kesholehan dan ketaqwaannya, begitu pula tentang jasa-jasanya dalam membebaskan tanah
Irak.
Ketika mereka sedang menunggu rombongan yang hendak datang, tiba-tiba muncullah
di hadapan mereka seorang laki-laki dengan wajah berseri-seri. Ia mengendarai seekor keledai
yang beralaskan kain usang, sedang kedua kakinya teruntai ke bawah, kedua tangannya
memegang roti serta garam sedang mulutnya sedang mengunyah…!
Demi ia berada ditengah-tengah orang banyak dan mereka tahu bahwa orang itu tidak
lain Hudzaifah Ibnul Yaman, maka mereka jadi bingung dan hampir-hampir tak percaya.
Tetapi apa yang akan diherankan…? Corak kepemimpinan bagaimana yang mereka nantikan
sebagai pilihan Umar? Hal itu dapat difahami, karena baik di masa kerajaan Persi yang
terkenal itu atau sebelumnya, tak pernah diketahui adanya corak pemimpin semulia ini.
Hudzaifah meneruskan perjalanan sedang orang - orang berkerumunan dan
mengelilinginya. Dan ketika dilihat bahwa mereka menatapnya seolah-olah menunggu
amanat, diperhatikannya air muka mereka, lalu katanya, "Jauhilah oleh kalian tempat-tempat
fitnah!
Ujar mereka : "Di manakah tempat-tempat fitnah itu wahai Abu Abdillah?
Ujarnya : "Pintu rumah pembesar! Seorang di antara kalian masuk menemui mereka dan
mengiakan ucapan palsu serta memuji perbuatan baik yang tak pernah mereka lakukan !"
Suatu pernyataan yang luar biasa disamping sangat menakjubkan! Dari ucapan yang
mereka dengar dari wali negeri yang baru ini, orang-orang segera beroleh kesimpulan bahwa
6
Dr.Abdurrahman Ra'fat Basya, Shuwaratum min Hayatis Shahabah, 3 / 4 – 64. Khalid Muhammad Khalid,
Rijal haula Rasul, 238-239
7
HR. Ahmad, Musnad, 9 / 23319

4
Hudzaifah ibnul Yaman
tak ada yang lebih dibencinya tentang apa saja yang terdapat di dunia ini, begitu pun yang
lebih hina dalam pandangan matanya dari pada kemunafikan. Dan pernyataan ini sekaligus
merupakan ungkapan yang paling tepat terhadap kepribadian wali negeri baru ini, serta sistem
yang akan ditempuhnya dalam pemerintahan.8
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan
seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya,
kecuali pada perang Badar. Karena saat itu beliau sedang pergi sama bapaknya keluar kota
madinah. Dalam perjalanan pulang, mereka ditangkap oleh orang kafir Quraisy. Tanya
mereka, "Hendak ke mana kalian ?"
Jawab kami, "Ke madinah!"
Tanya mereka, "Kalian hendak menemui Muhammad ?"
Jawab kami, "Kami hendak pulang ke rumah kami Madinah !"
Mereka tidak bersedia membebaskan kami, kecuali dengan perjanjian bahwa kami tidak
akan membantu Muhammad, dan tidak akan memerangi mereka. Sesudah itu barulah mereka
dibebaskan.
Dalam perang Uhud, Hudzaifah turut memerangi kaum kafir bersama ayahnya, Al
Yaman. Dalam peristiwa itu Hudzaifah mendapat cobaan besar. Dia pulang dengan selamat,
tetapi ayahnya syahid di tangan kaum muslimin sendiri, bukan oleh kaum musyrikin.9
Cukuplah sebagai bukti, ia merupakan orang ketiga atau kelima dalam deretan tokoh-
tokoh terpenting pada pembebasan seluruh wilayah Irak. Kota-kota Hamdan, Rai, dan
Dainawar, selesai pembebasannya di bawah komando Hudzaifah.
Dalam pertempuran besar Nahawand, orang-orang Persi berhasil menghimpun 150.000
tentara. Amirul Mukminin Umar memilih Nu'man bin Muqorrin sebagai panglima Islam,
sedang kepada Hudzaifah dikirimnya surat agar ia menuju tempat itu sebagai komandan
tentara Kufah.
Kepada para pejuang itu Umar kirim surat, yang isinya : "Jika kaum muslimin telah
berkumpul, maka masing-masing panglima hendaklah mengepalai anak buahnya, sedang yang
akan menjadi panglima besar adalah Nu'man bin Muqorrin. Seandainya ia tewas, maka panji-
panji komando hendaklah dipegang oleh Hudzaifah, kalau ia tewas pula, diganti Jarir bin
Abdillah…"
Amirul Mu'minin masih menyebutkan beberapa nama lagi, ada tujuh orang yang
memegang kepemimpinan secara berurutan.
Kedua pasukan pun berhadapanlah…. Pasukan Persi berjumlah 150 ribu tentara, sedang
kaum muslimin 30 ribu pejuang. Perang pun berkobar, suatu pertempuran yang tak ada tolak
bandingnya, perang terdahsyat dan paling sengit dikenal oleh sejarah…!
Panglima besar kaum muslimin gugur sebagai syahid, tapi sebelum bendera menyentuh
tanah, panglima yang baru telah menyambutnya dengan tangan kanannya, dan angin
kemenanganpun meniup dan menggiring tentara maju ke muka dengan semangat penuh dan
keberanian luar biasa. Panglima baru itu tiada lain Hudzaifah ibnul Yaman.
Bendera segera disambutnya, dan dipesankannya agar kematian Nu'man tidak disiarkan
sebelum peperangan selesai. Setelah Hudzaifah memegang bendera, ia menerjang pasukan
Persi sambil menyerukan :
"Allahu Akbar, Ia telah menepati janjiNya, Allahu Akbar, telah dibela tentara Nya"
Lalu diputarlah kekang kudanya ke arah anak buahnya, dan berseru :
"Hai Umat Muhammad, pintu-pintu surga telah terbuka lebar, siapa sedia menyambut
kedatangan tuan-tuan….! Jangan biarkan ia menunggu lebih lama….! Ayuhlah wahai
pahlawan-pahlawan Badar…! Majulah pejuang-pejuangUhud, Khondak dan Tabuk…!"
Dengan ucapan-ucapannya itu, Hudzaifah telah memelihara semangat tempur dan
ketahanan anak buahnya. Sehingga perang berahir dengan kekalahan pahit bagi pasukan Persi,
suatu kekalahan yang jarang ditemukan bandingannya.
8
Khalid Muhammad Khalid, Rijal haula Rosul, hal 231-232
9
Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya, Shuwaratum min Hayatis Shahabah, 3 / 55-56

5
Hudzaifah ibnul Yaman
Dialah seorang pahlawan di bidang hikmat, ketika sedang tenggelam dalam renungan,
pahlawan di medan juang, ketika berada di medan laga. Pendeknya ia seorang tokoh dalam
urusan apa juga yang dipikulkan atas pundaknya, dalam setiap persoalan yang membutuhkan
pertimbangannya.10

Kesempurnaan Fikiran dan Jiwanya

Sungguh Hudzaifah telah dikaruniai fikiran jernih, menyebabkannya sampai pada suatu
kesimpulan, bahwa dalam kehidupan ini sesuatu yang baik itu adalah yang jelas dan
gamblang, yakni bagi orang yang betul-betul menginginkannya. Sebaliknya yang jelek ialah
yang gelap atau samar-samar, dan karena itu orang yang bijaksana hendaklah mempelajari
sumber-sumber kejahatan ini dan kemungkinan-kemungkinannya.
Demikianlah Hudzaifah RA. terus menerus mempelajari kejahatan dan orang-orang
jahat, kemunafikan dan orang-orang munafik. Berkatalah ia : "Orang-orang menanyakan
kepada Rosulullah saw, tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang
kejahatan, karena takut akan terlibat di dalamnya."
Pernah bertanya :"Wahai Rasululloh, dulu kita berada dalam kejahiliyahan dan diliputi
kejahatan, lalu Allah mendatangkan kepada kita kebaikan ini, apakah dibalik kebaikan ini
ada kejahatan?" "Ada" ujarnya."Kemudian apakah setelah kejahatan masih ada lagi
kebaikan?, tanyaku pula. "Memang, tetapi kabur dan bahaya." "Apa bahaya itu ?"."Yaitu
segolongan umat mengikuti sunnah bukan sunahku, dan mengikuti petunjuk bukan
petunjukku. Kenalilah mereka olehmu dan laranglah!" "Kemudian setelah kebaikan tersebut
masihkah ada lagi kejahatan ?" tanyaku pula. "Masih", ujar Nabi, "yakni para tukang seru di
pintu neraka. Barang siapa menyambut seruan mereka, akan mereka lemparkan ke dalam
neraka !
Lalu kutanyakan pada Rasululloh : "Ya Rasulullah, apa yang harus saya perbuat bila
saya menghadapi hal demikian…?" Ujar Rasulullah: "Senantiasa mengikuti jama'ah kaum
Muslimin dan pemimpin mereka !" "Bagaimana kalau mereka tidak punya jama'ah dan tidak
pula pemimpin ?" "Hendaklah kamu tinggalkan golongan-golongan itu semua, walaupun
kamu akan tinggal di rumpun kayu sampai kamu menemui ajal dalam keadaan demikian."
Nah, tidakkah anda perhatikan ucapannya : "Orang-orang menanyakan kepada
Rosulullah saw, tentang kebaikan, tetapi saya menanyakan kepadanya tentang kejahatan,
karena takut akan terlibat di dalamnya…!
Hudzaifah juga pernah berkata : "Sungguh saya akan membeli agamaku sebagian
dengan sebagian yang lain, karena saya takut akan hilang semuanya."11
Hudzaifah Ibnul Yaman menempuh kehidupan ini dengan mata terbuka dan hati
waspada terhadap sumber-sumber fitnah dan liku-likunya demi menjaga diri dan
memperingatkan manusia terhadap bahayanya. Dengan demikian ia menganalisa kehidupan
dunia ini dan mengkaji pribadi orang serta meraba situasi.
Pengalaman Hudzaifah yang luas tentang kejahatan dan ketekunannya untuk melawan
dan menentangnya, menyebabkan lidah dan kata-katanya menjadi tajam dan pedas. Hal ini
diakuinya kepada kita secara ksatria, katanya : "Saya datang menemui Rasulullah saw, kataku
padanya :"Wahai Rasulullah, lidahku agak tajam terhadap keluargaku, dan saya kuatir
kalau-kalau hal itu akan menyebabkan saya masuk neraka." Maka ujar Rasulullah saw :
"kenapa kamu tidak beristighfar ?" "Sungguh saya beristighfar kepada Allah tiap hari
seratus kali."
Hudzaifah adalah sahabat yang imannya teguh dan kecintaanya mendalam. Disaksikan
bapaknya yang telah beragama Islam tewas di perang Uhud, di tangan srikandi Islam sendiri,
yang melakukan kekhilafan karena menyangka, sebagai orang musyrik! Hudzaifah melihat

10
Khalid Muhammad Khalid, Rijal haula Rasul, 240-241
11
Dinukil dari Abu Na'im, Haliyatul Auliya, 1 / 278

6
Hudzaifah ibnul Yaman
dari jauh pedang sedang dihujamkan kepada ayahnya, ia berteriak, "Ayahku … ayahku …..
jangan ia ayahku…" Tapi qadha Allah telah tiba.
Ketika kaum muslimin tahu hal itu, merekapun diliputi suasana duka dan membisu.
Tetapi sambil memandangi mereka dengan sikap kasih sayang dan penuh pengampunan,
katanya, "Semoga Allah mengampunu tuan-tuan, Ia adalah sebaik-baik Penyayang."
Kemudian dengan pedang terhunus ia maju ke daerah tempat berkecamuknya
pertempuran dan membaktikan tenaga serta menunaikan tugas kewajibannya. Akhirnya
peperangan pun usailah, dan berita tersebut sampai ke telinga Rasulullah SAW. Maka
disuruhnya membayar diyat atas terbunuhnya ayahanda Hudzaifah (Husail bin Yabir) yang
ternyata ditolak oleh Hudzaifah, dan disuruh membagikannya kepada kaum muslimin. Hal itu
menambah sayang dan tingginya penilaian Rasulullah terhadap dirinya.12

Kisah Wafatnya

Ketika Hudzaifah sakit keras menjelang ajalnya tiba, beberapa orang sahabat datang
mengunjunginya tengah malam.
Hudzaifah bertanya kepada mereka,"Pukul berapa sekarang?"
Jawab mereka,"Sudah dekat Subuh,"
Kata Hudzaifah,"Aku berlindung kepada Allah, dari Subuh yang menyebabkan aku
masuk neraka."
Kemudian dia bertanya,"Adakah tuan-tuan membawa kain kafan?"
Jawab mereka,"Ada.!"
Kata Hudzaifah,"Tidak perlu kafan yang mahal. Jika diriku baik dalam penilaian Allah,
Dia akan menggantinya umtukku dengan kafan yang lebih baik. Dan jika aku tidak baik
dalampandangan Allah, Dia akan menanggalkan kafan itu dari tubuhku."
Sesudah itu dia mendo'a,"Wahai Allah! Sesungguhnya engkau tahu, bahwa aku lebih
suka fakir dari pada kaya, aku lebih suka sederhana dari pada mewah, dan aku lebih suka mati
dari pada hidup."
Sesudah mendo'a begitu ruhnya berangkat. Seorang kekasih Allah kembali kepada Allah
dalam kerinduan.Semoga Allah melimpahkam rahmatNya. Beliau menghadap illahi di
Madain setelah kematian Utsman pada tahun 36 hijriyah.13

Referensi :

1. DR.Abdurrahman Ra'fat Basya, Kepahlawanan Generasi Sahabat Rasulullah shalallahu


'alai wa salam ( Shuwaratum min Hayatis Shahabah ), Media Dakwah
2. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman Az Zahabi, Siyar A'lam An Nubala,
Darul Fikr,Cet.Pertama, 1417 H / 1997 M.
3. Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah ( Rijal haular
Rosul ), CV.DIPONEGORO Bandung, Cet.XI, 1995

WASSALAM….

Bekasi, 17 Ramadhan 1426 H


12
Khalid Muhammad Khalid, Rijal haula Rasul, 232-237
13
Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya, Shuwaratum min Hayatis Shahabah, 3 / 64-65. Khalid Muhammad Khalid,
Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah, 242-243. Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin
'Utsman Az Zahabi, Siyar A'lam An Nubala, 4 / 35.

7
Hudzaifah ibnul Yaman
20 Oktober 2005 M

Anda mungkin juga menyukai