PENDAHULUAN
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar
biasa secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial performance). Oleh
karena itu, Balanced Scorecard cocok digunakan untuk pengelolaan perusahaan, karena
pada dasarnya perusahaan merupakan institusi pencipta kekayaan. Bahkan di dalam
lingkungan bisnis kompetitif, perusahaan dituntut untuk menjadi institusi pelipatganda
kekayaan.
Bab ini mengupas keunggulan potensial Balanced Scorecard dalam pelipatgandaan
kinerja keuangan perusahaan. Pertama kali dibahas konsep Balanced Scorecard, kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan evolusi perkembangan pemanfaatan Balanced Scorecard
dalam pengelolaan. Keunggulan Balanced Scorecard dibahas untuk memungkinkan
pembelajar dapat memperoleh manfaat optimum dari pengimplementasian Balanced
Scorecard.
Balanced Scorecard
sebagai Rerangka
Perencanaan Strategik
2
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 3
3
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 4
KEUANGAN
EVA
CUSTOMER
Jumlah Customer Jumlah Peliputan
Jumlah Customer
yang Menjadi Baik Di Media
Baru
Non-customer Massa
PROSES
Cost Effectiveness of Cost Effectiveness of
Operation Management Jumlah Inovasi Social and Regulatory
Processes Management
Processes
PEMBELAJARAN
DAN
Readyness of
PERTUMBUHAN
Skill Coverage Information Technology Boundaaryless
Ratio Infrastructure as Index
Planned
Gambar 1.1 Pendekatan Balanced Scorecard untuk Perluasan Ukuran Kinerja Eksekutif ke
Perspektif Nonkeuangan: Customer, Proses, serta Pembelajaran dan Pertumbuhan
4
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 5
Sistem Perumusan
Strategi
Sistem Perencanaan
Strategik
Sistem Penyusunan
Program
Sistem Penyusunan
Anggaran
Pada tahap awal
perkembangannya
(1990-1992), Balanced
Scorecard diterapkan untuk
Sistem pengukuran secara
Pengimplementasian komprehensif kinerja
eksekutif
Sistem Pemantauan
Gambar 1.2 Peran Balanced Scorecard dalam Sistem Manajemen Strategik pada Tahap
Awal Perkembangannya
Sistem manajemen strategik terdiri dari dua tahap utama: (1) perencanaan dan (2)
pengimplementasian rencana. Tahap utama perencanaan terdiri dari empat tahap: (1)
perumusan strategi (strategy formulation), (2) perencanaan strategik (strategic planning),
(3) penyusunan program (programming), dan (4) penyusunan anggaran (budgeting).
Tahap utama pengimplementasian rencana terdiri dari dua tahap: (1) pengimplementasian
5
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 6
6
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 7
The real power of the Balanced Scorecard, however, occurs when it is transformed
from a measurement system to a management system.1 (Namun, kekuatan
sesungguhnya Balanced Scorecard terjadi pada saat Balanced Scorecard diubah dari
suatu sistem pengukuran kinerja menjadi sistem manajemen).
Pada tahun sama, kedua pencipta Balanced Scorecard tersebut menegaskan kembali
tentang perkembangan peran Balanced Scorecard yang tidak lagi sekadar sebagai sistem
pengukuran kinerja yang telah disempurnakan melalui pernyataan mereka berikut ini:
7
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 8
Sistem Penyusunan
Program
Sistem Penyusunan
Anggaran Pada tahap awal
perkembangannya
(1990-1992), Balanced
Scorecard diterapkan untuk
Sistem pengukuran secara
Pengimplementasian komprehensif kinerja
eksekutif
Sistem Pemantauan
Gambar 1.3 Perkembangan Peran Balanced Scorecard dalam Sistem Manajemen Strategik
Pada tahun 2004, banyak perusahaan yang menerapkan Balanced Scorecard sebagai
rerangka berpikir strategik dalam penyusunan peta strategi (strategy map). Contoh
strategy map dilukiskan pada Gambar 1.4.
8
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 9
Keuangan
Sustainable
Outstanding
Financial Returns
Pertumbuhan
Pendapatan Berkurangnya
Biaya
Customer Meningkatnya
Kualitas Hubungan
Meningkatnya Meningkatnya Citra
dengan Customer
Kualitas Jasa Organisasi
Proses
Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya
Terintegrasikannya Kualitas Proses Kualitas Layanan
Kecepatan Proses
Proses Layanan Layanan kepada Masyarakat
Inovasi Jasa
Intern Customer Lingkungan
Pembelajaran dan
Pertumbuhan Organisasi
Karyawan Sistem Informasi Nirbatas dan
Berdaya Terintegrasi Berkapabilitas
Balanced Scorecard tidak lagi mempunyai arti harafiah (tersurat) sebagai pengukur
kinerja, namun telah mempunyai makna yang bersifat tersirat sebagai rerangka berpikir
(framework of thinking) dalam pengembangan peta strategi. Rerangka berpikir Balanced
Scorecard yang dilukiskan pada Gambar 1.5 diuraikan sebagai berikut:
9
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 10
produk dan jasa (perspektif proses) dan membangun keberdayaan sumber daya
manusia melalui pembangunan modal manusia, modal informasi dan modal
organisasi (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan).
KEUANGAN
Kinerja Keuangan
Luar Biasa
Berkesinambungan
CUSTOMER
Customer Value
PROSES
Proses yang
Produktif dan Cost
Effective
PEMBELAJARAN DAN
PERTUMBUHAN Modal Manusia
Modal Informasi
Modal Organisasi
10
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 11
Balanced Scorecard tidak lagi hanya dimanfaatkan oleh eksekutif untuk mengelola
perusahaan, namun telah dimanfaatkan oleh seluruh personel perusahaan (manajemen dan
karyawan) untuk mengelola perusahaan. Balanced Scorecard memberikan rerangka yang
jelas dan masuk akal bagi seluruh personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui
perwujudan berbagai kinerja nonkeuangan. Dengan teknologi informasi, Balanced
Scorecard dikomunikasikan ke seluruh personel, dan dapat dilakukan koordinasi dalam
mewujudkan berbagai sasaran strategik perusahaan yang telah ditetapkan.
Mulai tahun 2007, Balanced Scorecard dikembangkan untuk mengintegrasikan dua
sistem: sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard dan sistem pengelolaan
kinerja personel. Jika pada tahap awal perkembangannya, Balanced Scorecard hanya
terbatas dimanfaatkan untuk memperbaiki pengukuran kinerja eksekutif, dalam
perkembangannya terkini, Balanced Scorecard sudah dimanfaatkan lebih luas sebagai
basis sistem terpadu pengelolaan kinerja seluruh personel (manajer dan karyawan).
Bagaimana sistem terpadu pengelolaan kinerja personel berbasis Balanced Scorecard
mengintegrasikan dua sistem (sistem manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard
dan sistem pengelolaan kinerja personel)? Dasar pikiran yang melandasi pengintegrasian
kedua sistem tersebut diuraikan berikut ini:
11
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 12
Perencanaan Kinerja
yang Hendak Dicapai
Sistem Perencanaan Perusahaan
Strategik Berbasis Balanced
Scorecard
Penetapan Peran dan
Kompetensi Inti Personel
Pendesainan Penghargaan
Berbasis Kinerja
Pengukuran dan
Sistem Pengimplementasian Penilaian Kinerja
Pendistribusian
Sistem Pemantauan Penghargaan Berdasarkan
Hasil Penilaian Kinerja
12
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 13
Pada kondisi tahun 2002, Balanced Scorecard telah dimanfaatkan oleh hampir
setengah jumlah perusahaan yang tergolong Fortune 1000 di U.S.A. Balanced Scorecard
yang pada awalnya dimanfaatkan oleh organisasi bermotif laba, dalam perkembangannya
terkini telah dimanfaatkan secara berhasil oleh organisasi nirlaba dan organisasi sektor
publik. Oleh Harvard Business Review, Balanced Scorecard dipilih sebagai salah satu dari
75 ide yang paling berpengaruh di Abad XX.3
13
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 14
Dari Gambar 1.7 tersebut dapat terlihat bahwa Balanced Scorecard dapat menjadikan
sistem manajemen strategik kontemporer memiliki karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik sistem manajemen strategik tradisional. Manajemen strategik tradisional
hanya berfokus ke sasaran-sasaran yang bersifat keuangan, sedangkan sistem manajemen
strategik kontemporer mencakup perspektif yang luas: keuangan, customer, proses, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem
manajemen strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai
sasaran strategik dalam sistem manajemen strategik kontemporer dirumuskan secara
koheren. Di samping itu, Balanced Scorecard bahkan menjadikan sistem manajemen
strategik kontemporer memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen
strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik keterukuran dan keseimbangan.
Keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan strategik
adalah pada kemampuan Balanced Scorecard dalam menghasilkan rencana strategik yang
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) komprehensif, (2) koheren, (3) berimbang, (4)
terukur
14
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 15
15
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 16
Process-Centric
Human Capital,
Information Capital, Customer Value
and Organization
Capital
Perspektif
Pembelajaran dan Perspektif Customer
Pertumbuhan
People-Centric
Dalam gambar tersebut terlihat dua garis pemisah keseimbangan: garis vertikal dan
garis horisontal. Garis vertikal digunakan untuk mengukur keseimbangan antara
pemusatan ke dalam (internal focus) dan pemusatan ke luar (external focus). Sasaran
strategik yang lebih difokuskan ke perspektif proses dan perspektif pembelajaran dan
16
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 17
Terukur. Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik
menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
Dalam Gambar 1.1 terlihat bahwa semua sasaran strategik ditentukan ukurannya, baik
untuk sasaran strategik di perspektif keuangan maupun sasaran strategik di perspektif
nonkeuangan. Semangat untuk menentukan ukuran dan untuk mengukur berbagai sasaran
strategik di keempat perspektif tersebut dilandasi oleh keyakinan berikut ini:
17
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 18
18
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 19
19
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 20
membangun skenario masa depan perusahaan. Masa depan perusahaan terlalu kompleks
untuk dipikirkan oleh sebagian kecil personel. Di samping itu, lingkungan bisnis
kompetitif menuntut kekohesivan seluruh personel dalam menghadapi lingkungan seperti
itu, sehingga perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu mengerahkan dan
memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh personel dalam membangun masa depan
perusahaan.
Tidak terdapat kekoherenan antara rencana laba jangka panjang (atau dikenal
dengan istilah corporate plan) dengan rencana laba jangka pendek dan
implementasinya. Banyak perusahaan telah menyusun rencana laba jangka panjang
(berupa corporate plan), namun jarang sekali rencana laba jangka panjang tersebut
diterjemahkan ke dalam rencana laba jangka pendek. Terdapat matarantai yang hilang,
yang seharusnya menghubungkan antara penyusunan rencana laba jangka panjang dengan
rencana laba jangka pendek. Sebetulnya sistem manajemen dalam perusahaan-perusahaan
ini lebih baik dibandingkan dengan sistem manajemen perusahaan-perusahaan yang hanya
mengandalkan pada anggaran tahunan untuk membangun masa depan mereka. Namun,
karena rencana laba jangka panjang tidak koheren dengan rencana laba jangka pendek,
pada dasarnya perusahaan-perusahaan ini juga hanya mengandalkan anggaran tahunan
untuk membangun masa depan mereka. Ketidakkoherenan antara rencana laba jangka
panjang dengan rencana laba jangka pendek ini menyebabkan perusahaan tidak responsif
terhadap perubahan lingkungan bisnis yang diprakirakan akan terjadi.
20
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 21
masa depan perusahaan dirumuskan oleh manajemen puncak dengan bantuan staf
perencanaan. Manajemen menengah dan bawah serta karyawan mengimplementasikan
rencana laba jangka panjang dan rencana laba jangka pendek yang telah dirumuskan oleh
manajemen puncak dan staff tersebut. Sistem manajemen seperti ini cocok untuk
lingkungan bisnis yang stabil, yang di dalamnya prediksi masih dapat diandalkan untuk
memperkirakan masa depan perusahaan. Untuk menghadapi lingkungan bisnis kompetitif
dan turbulen, masa depan perusahaan sangat sulit untuk diprediksikan. Dibutuhkan
penginderaan secara terus menerus terhadap trend perubahan yang terjadi dalam
lingkungan bisnis dan diperlukan kecepatan respon terhadap trend perubahan yang
teridentifikasi. Penginderaan secara terus menerus dan kecepatan respon terhadap trend
perubahan hanya dapat dilakukan oleh perusahaan jika perusahaan menggunakan sistem
manajemen yang melibatkan secara optimum seluruh personel dalam membangun masa
depan perusahaan.
1
Semestinya Balanced Scorecard adalah KPI yang merupakan indikator ketercapaian sasaran-sasaran strategik yang
hendak diwujudkan oleh perusahaan. Kinerja adalah keberhasilan personel dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik
perusahaan dan kinerja ini diukur dengan menggunakan KPI. Kinerja tidak sama dengan job description personel, karena
job description merupakan uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh personel untuk menghasilkan kinerja
(performance).
21
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 22
biasanya disusun terlepas dari strategi yang dipilih perusahaan untuk bersaing dalam
memperebutkan pilihan customer. Dengan pemberian penghargaan atas kinerja yang
ditetapkan berdasarkan job description, penghargaan tidak memotivasi personel dalam
mewujudkan strategi perusahaan, sehingga peluang terwujudnya strategi perusahaan
menjadi rendah. Dalam memasuki lingkungan bisnis kompetitif, strategi memegang
peran penting untuk mengerahkan dan mengarahkan seluruh kompetensi dan
komitmen personel dalam mewujudkan visi perusahaan. KPI ditetapkan pada proses
penyusunan anggaran, sehingga mencakup kinerja yang diharapkan dapat dihasilkan
oleh personel hanya untuk tahun anggaran yang akan datang. Sebagai akibatnya, KPI
yang dihasilkan tidak benar-benar bersifat kunci (key) karena hanya berupa kinerja
kecil yang dicapai dalam jangka pendek (setahun atau kurang).
3. Bahkan masih banyak perusahaan Indonesia yang memfokuskan ukuran kinerja
eksekutif mereka ke ukuran kinerja keuangan (rentabilitas, solvabilitas, dan likuiditas).
Ukuran kinerja ini memfokuskan perhatian dan usaha eksekutif ke pencapaian kinerja
jangka pendek, karena ukuran kinerja keuangan diambilkan dari informasi akuntansi
yang hanya menggunakan satu tahun sebagai periode laporannya. Sebagai akibatnya
eksekutif menjadi berpandangan jangka pendek dan mengabaikan pembangunan daya
saing perusahaan dalam jangka panjang. Sistem pengukuran kinerja eksekutif yang
berfokus ke kinerja keuangan ini tidak sejalan dengan sistem manajemen strategik
berbasis Balanced Scorecard.
22
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 23
Balanced Scorecard juga bukan panacea. Kapabilitas dan komitmen manajemen yang
rendah tidak dapat digantikan dengan Balanced Scorecard. Perpaduan antara kapabilitas
dan komitmen manajemen dan Balanced Scorecard sebagai alat yang powerful dalam
perencanaan strategik dan pengelolaan kinerja personel menjanjikan kinerja keuangan luar
biasa berkesinambungan.
Gaya manajemen ditentukan oleh tiga faktor: (1) toolset, (2) mindset dan (3) skillset.
Balanced Scorecard merupakan alat yang sangat powerful untuk menerjemahkan misi,
visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran-sasaran strategik
yang komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang. Dengan demikian Balanced
Scorecard dapat berfungsi sebagai alat perencanaan strategik yang mampu menghasilkan
action plans yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan berkesinambungan.
Namun, Balanced Scorecard sebagai toolset dalam perencanaan strategik hanya akan
efektif untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan jika dilandasi oleh mindset
dan skillset personel yang pas dengan alat tersebut. Balanced Scorecard harus dilandasi
oleh falsafah perencanaan creating the future from the future, leverage diletakkan pada
intangible assets, perencanaan merupakan kegiatan rule breaking, perencanaan berupa
multi-scenario planning, perencanaan dilaksanakan bersistem, terutama yang bersifat
strategik. Pelajari lebih lanjut tentang falsafah perencanaan ini di Bab 3 Konsep
Perencanaan dan Pergeseran Falsafah Perencanaan. Sebagai toolset, Balanced Scorecard
harus diisi dengan pengetahuan manajemen (management knowledge) yang dilandasi oleh
paradigma customer value strategy, continuous improvement, employee empowerment,
dan cross-functional team. Pelajari lebih lanjut tentang pengetahuan manajemen baru ini
di Bab 11 Pengetahuan Manajemen yang Diaplikasikan Ke Dalam Rencana Strategik
dengan Rerangka Balanced Scorecard.
Pengimplementasian Balanced Scorecard sebagai toolset (alat perencanaan strategik
dan sistem pengelola kinerja personel) yang dilandasi dengan falsafah perencanaan untuk
memasuki lingkungan bisnis kompetitif dan turbulen, serta diisi dengan pengetahuan
manajemen kontemporer akan menghasilkan gaya manajemen baru yang menjanjikan
pelipatgandaan kinerja keuangan berkesinambungan.
RANGKUMAN
Telah diuraikan dalam bab ini bahwa Balanced Scorecard merupakan hasil suatu
eksperimen di U.S.A. Pada awal perkembangannya eksperimen tersebut bertujuan untuk
mendongkrak kinerja eksekutif dengan memperluas ukuran kinerja eksekutif ke perspektif
nonkeuangan. Telah diuraikan pula dalam bab ini, bahwa keberhasilan eksperimen
tersebut kemudian memacu perusahaan-perusahaan di sana untuk menerapkan rerangka
Balanced Scorecard dalam menghasilkan rencana strategik yang komprehensif, koheren,
berimbang, dan terukur. Keseluruhan eksperimen tersebut memerlukan waktu lima tahun,
yang dimulai sejak awal tahun 1990-an.
Pada tahap perkembangan implementasi selanjutnya, rerangka Balanced Scorecard
telah dimanfaatkan sebagai inti sistem manajemen strategik, yang diterapkan dalam setiap
tahap sistem manajemen tersebut. Keberhasilan pengimplementasian Balanced Scorecard
ke semua tahap sistem manajemen strategik tersebut ditandai dengan peningkatan
signifikan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang.
Pada tahap perkembangannya terkini, Balanced Scorecard telah dimanfaatkan sebagai
basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel. Pada tahap perkembangan ini Balanced
23
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 24
24
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 25
Balanced Scorecard, dan persyaratan apa yang perlu dibangun untuk menjadikan
perusahaan Indonesia siap mengadopsi contemporary management tool tersebut.
Golongan kedua adalah orang yang menerima, namun masih ragu-ragu untuk
mengimplementasikan Balanced Scorecard dalam sistem manajemen perusahaan mereka.
Mereka ini mampu melihat manfaat yang dijanjikan oleh Balanced Scorecard untuk
melipatgandakan kinerja perusahaan, namun karena besarnya persyaratan yang dituntut
dalam mengimplementasikan secara berhasil Balanced Scorecard dalam sistem
manajemen, mereka gamang dalam mengadopsi Balanced Scorecard tersebut dalam
perusahaan mereka. Melalui komunikasi informasi tentang Balanced Scorecard dan
informasi keberhasilan perusahaan-perusahaan yang mengadopsi Balanced Scorecard,
golongan orang ini akan mampu menghilangkan keragu-raguan yang ada dalam diri
mereka. Golongan ini masih memiliki peluang untuk mengadopsi Balanced Scorecard,
karena mereka masih memiliki kemampuan untuk melihat “the bright side of everything.”
Golongan orang yang mencoba adalah orang yang memiliki semangat ”how to lead.”
Mereka melihat Balanced Scorecard sebagai suatu peluang untuk mendongkrak
kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kekayaan. Mereka mampu melihat “the
bright side” yang terkandung dalam contemporary management tool tersebut. Mereka
berani menanggung risiko untuk menghadapi kegagalan, karena mereka yakin pula bahwa
dibalik risiko tersebut terdapat peluang untuk memetik keberhasilan dari
pengimplementasian Balanced Scorecard. Mereka juga yakin bahwa pilihan apa pun yang
diputuskan selalu mengandung risiko, termasuk pilihan untuk tidak mengimplementasikan
Balanced Scorecard. Jika mereka tidak mencoba mengimplementasikan Balanced
Scorecard, mereka jelas tidak akan memperoleh manfaat yang dijanjikan oleh Balanced
Scorecard, yaitu pelipatgandaan kinerja keuangan perusahaan. Namun, jika mereka
mencoba menerapkan Balanced Scorecard, mereka memiliki peluang untuk
melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan. Mereka mampu melihat peluang yang
terkandung dalam Balanced Scorecard, karena mereka memiliki kemampuan dalam
melihat the bright side of everything. Bagi golongan ini, kegagalan adalah hal yang biasa
mengikuti suatu eksperimen, dan merupakan suatu yang bermanfaat untuk dipelajari
dalam meraih keberhasilan. Kegigihan orang ini merupakan kekuatan yang mampu
mengatasi setiap kegagalan yang mereka jumpai dalam perjalanan untuk
mengimplementasikan Balanced Scorecard. Orang-orang sukses mampu menghadirkan
hasil-hasil besar berkat keyakinan dasar berikut ini: “tidak ada kata gagal dalam hidup ini;
yang ada hanyalah hasil (there is no such thing as failure; there are only results).”5
END NOTES
1. Robert S. Kaplan dan David P. Norton, The Balanced Scorecard: Translating Strategy
Into Action (Boston: Harvard Business School Press, 1996), p. 19.
2. Paul R. Niven, Balanced Scorecard Step by Step: Maximizing Performance and
Maintaining Results, (New York: John Wiley & Sons, Inc., 2002), p.117
3. Paul R. Niven, Balanced Scorecard Step by Step: Maximizing Performance and
Maintaining Results, (New York: John Wiley & Sons, Inc., 2002), p. 12
4. James A. Brimson dan John Antos, Driving Value Using Activity-Based Budgeting
(New York: John Wiley & Sons, Inc. 1999), p. 8.
5. Anthony Robbins, Unlimited Power: The New Science of Personal Achievement (New
York: Free Press, 2003), p. 72
25
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 26
26