PENDAHULUAN
Bab ini membahas sistem manajemen strategik. Pertama kali diuraikan latar belakang
mengapa di masa lalu personel memiliki kecenderungan untuk menempuh langkah-
langkah kecil dalam running the business1. Kemudian diuraikan sistem manajemen
strategik (strategic management system) yang menjanjikan dihasilkannya langkah-langkah
strategik untuk melipatgandakan kekayaan perusahaan. Sistem manajemen strategik
berbasis Balanced Scorecard (Balanced Scorecard based strategic management system)
merupakan inti pembahasan dalam bab ini.
LATAR BELAKANG
“I believe we have made a major mistake in our advocacy of the idea of continuous
improvement. Let me explain what I mean.
“Continuous improvement is exactly the right idea if you are the world leader in
everything you do. It is terrible idea if you are lagging in the world leadership
benchmark. It is probably a disastrous idea if you are far behind the world
standard.... we need rapid, quantum-leap improvement. ” (Paul O’Neill, Chairman
ALCOA)
1
Kata run the business sengaja saya gunakan untuk menggantikan frasa “menjalankan bisnis” yang biasa
kita pakai dalam bahasa Indonesia. Oleh karena run (lari) dengan jalan (walk) sangat berbeda kecepatannya,
maka hasilnya dalam pengelolaan bisnis akan sangat berbeda, karena pada hakikatnya kita berpikir dengan
bahasa. Dalam mengelola perusahaan, kita harus berpikir bahwa kita sedang running the business, bukan
menjalankan bisnis, agar dalam membawa perusahaan ke masa depan, kita lebih cepat daripada persaingan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 28
dan cemerlang (dalam pernyataan Paul O’Neill di atas disebut rapid, quantum-leap
improvement), tujuan untuk melipatgandakan kekayaan perusahaan tidak akan terwujud.
Visi perusahaan seringkali tidak terwujud karena adanya kecenderungan personel
perusahaan berfokus ke perspektif jangka pendek. Kecenderungan tersebut umumnya
timbul sebagai akibat sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan tidak
mengarahkan personel untuk merumuskan langkah-langkah cemerlang dan besar, namun
hanya langkah-langkah kecil dan berjangka pendek. Sistem manajemen yang
menimbulkan kecenderungan personel perusahaan tersebut adalah:
1. Sistem perencanaan yang hanya mengandalkan pada anggaran tahunan.
2. Perencanaan laba jangka panjang yang tidak bersistem.
3. Sistem perencanaan menyeluruh (total business planning) yang tidak koheren.
Batalion tentara yang ditugasi untuk membersihkan semak-semak hutan terdiri dari
tentara profesional dan berdedikasi terhadap tugasnya. Mereka membuat
perencanaan matang untuk melaksanakan tugas tersebut dan melaksanakan rencana
tersebut dengan kompetensi tinggi. Menjelang akhir tugas, komandan batalion
tersebut memanjat salah satu pohon. Sesampai di puncak pohon, komandan tersebut
berteriak ke anak buahnya: “kita membersihkan hutan yang salah!”
Apa yang dapat kita petik dari cerita tersebut adalah pentingnya manajemen
perusahaan untuk memiliki kemampuan melihat jauh ke masa depan dalam membangun
masa depan perusahaan. Sistem perencanaan yang hanya mengandalkan pada anggaran
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 29
Total business planning yang tidak koheren. Perusahaan seringkali telah melaksanakan
total business planning yang terdiri dari tiga tahap: (1) perumusan strategi, (2)
perencanaan strategik, dan (3) penyusunan anggaran (rencana laba jangka pendek).
Namun di antara ketiga tahap proses total business planning tersebut terdapat
ketidakkoherenan satu dengan lainnya. Perumusan strategi menghasilkan misi, visi, tujuan
(goals), keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi untuk mewujudkan visi perusahaan.
Perencanaan strategik menghasilkan rencana laba jangka panjang namun karena hanya
berfokus ke perspektif keuangan, rencana yang dihasilkan tidak koheren dengan visi
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 30
perusahaan. Rencana laba jangka panjang yang telah disusun tersebut kemudian hanya
disimpan dalam arsip, tidak dipakai sebagai acuan untuk penyusunan anggaran. Sebagai
akibatnya, kegiatan operasional yang didasarkan pada anggaran tidak merupakan
perwujudan langkah-langkah strategik yang tercantum dalam rencana laba jangka panjang.
Terdapat mata rantai yang hilang, yang seharusnya menghubungkan antara perumusan
strategi dengan anggaran, sehingga sebagai akibatnya visi perusahaan tidak dapat
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah operasional untuk mewujudkannya.
“But we learned that adopting companies used the Balanced Scorecard to solve a
much more important problem than how to measure performance in the information
era. That problem, of which we were frankly unaware when first proposing the
Balanced Scorecard, was how to implement new strategies.”1
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu kedua pencipta Balanced
Scorecard tersebut pertama kali menawarkan ide Balanced Scorecard, mereka tidak
menyadari bahwa sesungguhnya Balanced Scorecard dapat digunakan untuk
menyelesaikan banyak masalah, tidak hanya terbatas pada masalah pengukuran kinerja
eksekutif. Dalam perkembangan pengimplementasiannya, Balanced Scorecard
dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memecahkan masalah pengimplementasian
strategi. Dalam sistem manajemen strategik, strategi dirumuskan dalam suatu sistem yang
disebut sistem perumusan strategi. Keluaran yang dihasilkan oleh sistem perumusan
strategi adalah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi. Melalui sistem
perencanaan strategik, misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan nilai dasar, dan strategi
tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam sasaran dan inisiatif strategik. Balanced
Scorecard diterapkan dalam sistem perencanaan strategik untuk menerjemahkan misi, visi,
tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran dan inisiatif strategik
yang memiliki empat atribut: komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang. Dari
keempat atribut sasaran dan inisiatif strategik inilah Balanced Scorecard menjanjikan
pelipatgandaan kinerja keuangan berkesinambungan.
PERENCANAAN PERENCANAAN
ANGGARAN BERBASIS BERORIENTASI MANAJEMEN
TAHUNAN PRAKIRAAN KELUAR STRATEGIK
TUJUAN Memenuhi Memprediksi masa Berpikir secara Menciptakan masa
anggaran depan strategik depan
Review atas
kemajuan
Insentif untuk
menempuh
langkah strategik
Dilandasi falsafah:
“membangun
masa depan dari
masa depan”
Anggaran Tahunan
Perusahaan yang mengandalkan perencanaannya hanya pada anggaran tahunan
menggunakan jangka waktu setahun untuk merencanakan masa depannya. Oleh karena
pendeknya jangka waktu yang dipakai untuk membuat rencana, sasaran-sasaran yang
dipilih dalam perencanaan biasanya berupa sasaran yang diperkirakan dapat diselesaikan
dalam jangka waktu satu tahun. Sebagai akibatnya, langkah-langkah yang ditempuh dalam
tipe perencanaan dengan anggaran tahunan ini pun berupa langkah-langkah kecil. Di
samping itu, dalam tipe perencanaan ini, perusahaan membuat rencana berdasarkan
analisis intern terhadap fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan. Kekuatan dan
kelemahan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan dipakai sebagai titik tolak dalam
merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran.
Pengimplementasian anggaran ditujukan untuk memenuhi apa yang telah direncanakan
dalam anggaran. Tidak ada kegiatan untuk memantau perubahan lingkungan yang terjadi
selama tahun anggaran, sehingga revisi terhadap anggaran hampir tidak pernah dilakukan,
meskipun lingkungan bisnis kemungkinan memerlukan perubahan terhadap rencana yang
dicantumkan dalam anggaran.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 32
Manajemen Strategik
Untuk memasuki lingkungan bisnis kompetitif dan turbulen, perusahaan memerlukan tipe
perencanaan yang tidak sekadar untuk merespon perubahan yang diperkirakan akan terjadi
di masa depan, namun lebih dari itu. Perusahaan memerlukan tipe perencanaan untuk
menciptakan masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang dilaksanakan
sejak sekarang.
Jangka waktu yang dicakup dalam perencanaan masa depan perusahaan tidak hanya
meliputi beberapa tahun ke depan, namun mencakup jangka waktu panjang—cukup
panjang untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang dirumuskan.
Lingkungan bisnis kompetitif dan turbulen menyebabkan kompleksnya masa depan
yang akan dimasuki oleh perusahaan. Masa depan yang kompleks memerlukan berbagai
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 33
pemikiran dari sebagian besar anggota organisasi untuk menggambarkan secara jelas
kondisi masa depan yang akan diwujudkan oleh perusahaan. Diperlukan konsensus dari
berbagai personel yang dilibatkan untuk merumuskan berbagai sasaran yang akan dituju
perusahaan di masa depan.
Manajemen strategik terdiri dari empat langkah utama dalam menciptakan masa
depan perusahaan:
1. Perencanaan laba jangka panjang (long-range profit planning), yang terdiri dari tiga
langkah penting berikut ini:
a. Perumusan strategi (strategy formulation)
b. Perencanaan strategik (strategic planning)
c. Penyusunan program (programming)
2. Perencanaan laba jangka pendek (short-range profit planning)
3. Pengimplementasian (implementation)
4. Pemantauan (monitoring)
Tahap perencanaan laba jangka panjang digunakan untuk memotivasi personel
perusahaan untuk berpikir strategik. Hal-hal yang bersifat mendasar, besar, dan berdampak
jangka panjang ke depan dirumuskan pada tahap perumusan strategi. Pada tahap
perumusan strategi, hasil trendwatching terhadap lingkungan makro dan lingkungan
industri digunakan sebagai basis untuk melakukan SWOT analysis (strengths, weaknesses,
opportunities, and threats analysis). SWOT analysis digunakan sebagai basis untuk
merumuskan misi, visi, tujuan (goals), keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi. Pada
tahap perencanaan strategik, strategi yang telah dipilih untuk mewujudkan tujuan dan visi
perusahaan kemudian diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran strategik (strategic
objectives) beserta inisiatif strategik untuk mewujudkan berbagai sasaran tersebut. Dalam
kedua tahap ini—perumusan strategi dan perencanaan strategik—keluaran yang dihasilkan
masih bersifat kualitatif. Dalam penyusunan program, berbagai inisiatif strategik yang
telah dipilih dalam perencanaan strategik kemudian dijabarkan ke dalam program-program
jangka panjang untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan beserta
taksiran sumber daya yang diperlukan untuk dan akan diperoleh dari pelaksanaan program
tersebut. Mulai dari tahap penyusunan program ini sampai dengan perencanaan laba
jangka pendek, keluaran yang dihasilkan dari proses perencanaan sudah bersifat kualitatif
dan kuantitatif. Dengan proses perencanaan laba jangka panjang yang demikian
diharapkan terdapat kekoherenan di antara berbagai keluaran yang dihasilkan dari proses
perumusan strategi, perencanaan strategik dan penyusunan program.
Tahap perencanaan laba jangka pendek digunakan untuk menjabarkan program
jangka panjang ke dalam rencana laba jangka pendek (anggaran). Rencana laba jangka
pendek kemudian diimplementasikan dan dipantau untuk me-review kemajuan yang
dicapai dalam pengimplementasian anggaran dan program.
Manajemen strategik ini memberikan insentif bagi personel untuk menempuh
langkah-langkah strategik dalam menciptakan masa depan perusahaan. Dalam lingkungan
bisnis kompetitif dan turbulen, langkah-langkah kecil tidak akan menjanjikan hasil
memadai untuk membangun masa depan perusahaan. Dalam lingkungan seperti itu, masa
depan perusahaan hanya akan dapat dibangun secara efektif, jika personel perusahaan
menempuh langkah-langkah besar dan cerdas. Langkah-langkah besar dan cerdas hanya
dapat direncanakan dengan baik jika perusahaan memiliki sistem manajemen yang pas
dengan kebutuhan tersebut. Perencanaan dengan anggaran tidak memberikan insentif bagi
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 34
Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi perusahaan,
melalui misi.
Dari definisi tersebut terdapat empat frasa penting berikut ini:
1. Manajemen strategik merupakan suatu proses.
2. Proses digunakan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi.
3. Strategi digunakan dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi
perusahaan.
4. Manajer dan karyawan adalah pelaku manajemen strategik.
Manajer dan karyawan adalah pelaku manajemen strategik. Siapa yang terlibat dalam
manajemen strategik? Di dalam manajemen tradisional, manajemen strategik merupakan
tanggung jawab manajemen puncak. Dengan semakin ekstensifnya pemanfaatan teknologi
informasi dalam bisnis, perusahaan bergeser dari leadership from the top ke responsibility-
based organization—organisasi yang seluruh karyawannya bertanggung jawab atas
pengoperasian perusahaan. Information sharing memungkinkan karyawan melakukan
akses ke pusat informasi dan pemberdayaan karyawan memungkinkan karyawan
melakukan pengambilan keputusan yang bersifat strategik. Oleh karena itu, dalam
manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard, proses manajemen dilaksanakan oleh
semua manajer dan karyawan. Perumusan dan pengimplementasian strategi memerlukan
kontribusi dari seluruh manajer dan karyawan. Bahkan untuk membangun komitmen
karyawan dalam mengimplementasikan strategi, diperlukan leader yang dapat dipakai
sebagai contoh dan diperlukan pula partisipasi seluruh karyawan dalam perumusan
strategi.
Orientasi
Manajemen strategik tradisional tidak berfokus ke customer. Di dalam manajemen
tradisional, proses manajemen strategik mencoba menjawab empat pertanyaan utama
berikut ini: (1) Siapa kita? (2) Berada di mana kita sekarang? (3) Kemana kita akan
menuju? (4) Bagaimana kita menuju ke sana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut berorientasi
ke dalam perusahaan, tidak berorientasi ke customer. Strategi yang berorientasi ke dalam
menyebabkan perusahaan tidak mampu memantau perubahan kebutuhan customer.
Manajemen strategik dalam manajemen tradisional menggunakan pandangan luas
terhadap pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Semua pemangku kepentingan
pemangku kepentingan dipandang sama pentingnya bagi perusahaan dalam manajemen
strategik tradisional. Manajemen strategik dipacu oleh pesaing, bukan customer, sehingga
strategic initiatives pilihan lebih didominasi oleh langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengalahkan pesaing, bukan untuk memenangkan pilihan customer.
Manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard berorientasi ke customer.
Manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard dipacu oleh usaha untuk menghasilkan
value terbaik bagi customer, sehingga dikenal pula dengan nama customer value-based
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 37
model of strategic management.5 Tiga pertanyaan yang harus dicari jawabannya dalam
proses manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard adalah:
1. Untuk memenuhi kebutuhan customer apa kita berbisnis?
2. Bagaimana kita dapat menyediakan value terbaik untuk memuasi kebutuhan customer
tersebut?
3. Apa yang dapat kita peroleh dari penyediaan value tersebut?
Pertanyaan pertama menunjukkan bahwa proses manajemen strategik merupakan
customer-driven process—proses yang dipacu oleh usaha untuk memenuhi kebutuhan
tertentu customer; bukan proses yang dipacu oleh kebutuhan internal perusahaan,
sebagaimana proses manajemen strategik dalam manajemen tradisional. Oleh karena
dipacu oleh usaha untuk memenuhi kebutuhan customer, manajemen strategik menuntut
manajemen untuk melakukan eksplorasi ke lingkungan makro dan lingkungan industri
yang akan dijadikan tempat beroperasinya perusahaan. Hasil eksplorasi ini akan
menghasilkan misi yang menjawab tiga pertanyaan mendasar berikut ini: (1) what need do
we meet, (2) who is our customer? dan (3) what business are we in?
Pertanyaan kedua menuntut manajemen untuk mencari inisiatif strategik yang mampu
menghasilkan value terbaik untuk memuasi kebutuhan customer, kemudian menjabarkan
inisiatif tersebut ke dalam langkah-langkah tactical dan operational.
Pertanyaan ketiga menuntut manajemen untuk melipatgandakan laba perusahaan dari
hasil pemenuhan kebutuhan customer, agar perusahaan mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan bertumbuh.
Setelah ditetapkan kebutuhan yang akan dipenuhi, diidentifikasi customer yang akan
dilayani, dan dipilih bisnis yang akan dijalankan, manajemen kemudian merumuskan
kompetensi inti (core competence) yang diperlukan untuk running the business. Core
competence adalah kompetensi modal manusia perusahaan dalam memanfaatkan sumber
daya, yang sulit untuk ditandingi oleh pesaing dalam menghasilkan produk/jasa bagi
custom
Tahapan
Manajemen strategik tradisional terdiri dari empat tahap: perencanaan strategik,
penyusunan program, penyusunan anggaran, pengimplementasian, dan pengendalian.
Perencanaan dibagi menjadi dua: perencanaan laba jangka panjang dan perencanaan laba
jangka pendek. Dalam manajemen tradisional, perencanaan laba jangka panjang disusun
melalui dua tahap: (1) perencanaan strategik dan (2) penyusunan program. Perencanaan
strategik menghasilkan rencana laba jangka panjang yang berupa misi, visi, keyakinan
dasar, nilai dasar, tujuan, strategi, sasaran strategik, dan inisiatif strategik. Penyusunan
program merupakan proses penjabaran inisiatif strategik ke dalam program. Perencanaan
laba jangka pendek berupa penyusunan anggaran yang merupakan penjabaran program
yang akan dilaksanakan dalam tahun tertentu. Anggaran yang dihasilkan kemudian
dilaksanakan pada tahap pengimplementasian dan dikendalikan pada tahap pengendalian.
Manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard terdiri dari enam tahap: perumusan
strategi, perencanaan strategik, penyusunan program, penyusunan anggaran,
pengimplementasian, dan pemantauan. Perencanaan laba jangka panjang dalam
manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard dipecah ke dalam tiga tahap yang
terpisah: perumusan strategi, perencanaan strategik, dan penyusunan program.
Perencanaan laba jangka panjang dimulai dari langkah pertama berupa perumusan strategi
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 38
yang menghasilkan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi,
berdasarkan hasil trendwatching dan SWOT analysis. Langkah berikutnya adalah
perencanaan strategik yang berupa proses penerjemahan misi, visi, tujuan, keyakinan
dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran dan inisiatif strategik yang komprehensif,
koheren, terukur, dan berimbang. Langkah terakhir adalah penyusunan program berupa
proses penjabaran inisiatif strategik ke dalam program—rencana kegiatan jangka panjang
disertai dengan sumber daya yang diperoleh dari dan dikorbankan untuk perwujudan
sasaran-sasaran strategik. Pemisahan rencana laba jangka panjang ke dalam tiga tahap
tersebut disebabkan oleh pemanfaatan Balanced Scorecard pada tahap perencanaan
strategik untuk menjadikan sasaran strategik yang dihasilkan pada tahap tersebut memiliki
karakteristik: komprehensif, koheren, terukur, dan seimbang. Oleh karena tahap
perencanaan strategik dengan rerangka Balanced Scorecard harus dapat menghasilkan
rencana strategik yang memiliki empat karakteristik tersebut, maka tahap perencanaan
strategik harus dipisahkan sebagai langkah tersendiri yang terpisah dari tahap sebelumnya
(perumusan strategi) dan tahap sesudahnya (tahap penyusunan program). Dengan
dimanfaatkannya rerangka Balanced Scorecard dalam perencanaan strategik, perencanaan
laba jangka panjang dipecah menjadi tiga tahap terpisah dengan fungsi setiap tahap
sebagai berikut:
1. Tahap perumusan strategi berfungsi sebagai alat untuk trendwatching, SWOT analysis,
envisioning, dan pemilihan strategi. Sebagai alat trendwatching, tahap perumusan
strategi digunakan untuk memantau trend perubahan lingkungan makro dan lingkungan
industri. Hasil trendwatching digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman
serta untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan melalui SWOT analysis.
(strengths, weaknesses, opportunities, and threats). Sebagai alat envisioning, tahap
perumusan strategi ini digunakan untuk merumuskan misi, visi, tujuan, keyakinan
dasar, nilai dasar, dan strategi berdasarkan hasil SWOT analysis. Tahap ini juga
berfungsi sebagai alat pemilihan strategi berdasarkan hasil SWOT analysis.
2. Tahap perencanaan strategik berfungsi sebagai alat untuk menerjemahkan keluaran
yang dihasilkan oleh tahap perumusan strategi. Rerangka Balanced Scorecard
digunakan pada tahap perencanaan strategik sebagai penerjemah misi, visi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang
komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang. Setelah sasaran strategik yang
memiliki empat karakteristik tersebut dirumuskan, kemudian dipilih inisiatif strategik
untuk mewujudkan setiap sasaran strategik tersebut.
3. Tahap penyusunan program berfungsi sebagai:
a. Alat untuk menjabarkan inisiatif strategik ke dalam program
b. Alat untuk mengevaluasi ketercapaian sasaran strategik
c. Alat untuk mengevaluasi efektivitas inisiatif strategik dalam mewujudkan sasaran
strategik.
d. Alat untuk mengalokasikan sumber daya dalam jangka panjang (long-range
resource allocation tool).
Lingkup
Manajemen strategik tradisional mencakup lingkup yang sempit—hanya berfokus ke
perspektif keuangan. Di lain pihak, manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard
mencakup lingkup yang luas, melampaui perspektif keuangan. Dengan digunakannya
Balanced Scorecard sebagai alat penerjemah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai
dasar, dan strategi, perencanaan strategik menghasilkan sasaran strategik yang
komprehensif—mencakup perspektif keuangan, customer, proses bisnis intern, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan cakupan ke perspektif customer, proses bisnis
intern, serta pembelajaran dan pertumbuhan ini dimaksudkan untuk memfokuskan usaha
personel ke pemacu sesungguhnya kinerja keuangan perusahaan, sehingga perusahaan
mampu menjadi institusi pelipatganda kekayaan.
Koherensi
Dalam manajemen tradisional, koherensi keluaran yang dihasilkan oleh tahap perencanaan
strategik, penyusunan program, dan penyusunan anggaran tidak dipandang penting.
Sebagai akibatnya, perencanaan strategik hanya menghasilkan daftar sasaran-sasaran
strategik, dan di antara sasaran strategik yang satu dengan sasaran strategik yang lain tidak
dibangun hubungan sebab akibat. Bahkan di antara misi, visi, tujuan, keyakinan dasar,
nilai dasar, dan strategi tidak dibangun keterkaitan erat dengan sasaran strategik dan
inisiatif strategik.
Dalam manajemen strategik berbasis Balanced Scorecard, ada lima koherensi berikut
ini yang dengan sengaja dibangun:
1. Koherensi antara hasil trendwatching dan SWOT analysis dengan misi, visi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi.
2. Koherensi antara misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi yang
dirumuskan pada tahap perumusan strategi dengan sasaran-sasaran strategik yang
dirumuskan pada tahap perencanaan strategik.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 40
Pengimplementasian Pengimplementasian
Pengendalian Pemantauan
3. Koherensi antara inisiatif strategik yang dipilih pada tahap perencanaan strategik
dengan program yang dirumuskan pada tahap penyusunan program.
4. Koherensi antara program yang dipilih pada tahap penyusunan program dengan
anggaran yang dirumuskan pada tahap penyusunan anggaran.
5. Koherensi di antara sasaran strategik di berbagai perspektif: keuangan, customer,
proses bisnis intern, pembelajaran dan pertumbuhan (lihat Gambar 2.3 yang
memperlihatkan koherensi antara sasaran strategik di berbagai perspektif).
Perspektif Sustainable
Keuangan Outstanding
Financial Returns
Pertumbuhan Berkurangnya
Pendapatan Biaya
Perspektif
Customer
Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya
Kualitas Jasa Kualitas Hubungan Citra Rumah Sakit
dengan Customer
Perspektif
Proses Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya
Terintegrasikannya Kualitas Layanan
Bisnis/Intern Kualitas Proses Kecepatan Proses
Proses Layanan Masyarakat
Layanan kepada Inovasi Jasa
Intern Lingkungan
Customers
Perspektif
Sistem Informasi
Pembelajaran Karyawan yang Organisasi Nirbatas
yang Terintegrasi
dan Berdaya (Empowered (Boundaryless
(Integrated
Pertumbuhan Employees) Organization)
Information System)
Gambar 2.3 Koherensi yang Dibangun Di Antara Sasaran Strategik di Berbagai Perspektif
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 43
Keluaran perusahaan bersifat maya dan tidak terstruktur. Keluaran yang dihasilkan
oleh perusahaan bersifat kompleks dan tidak tampak, serta tidak terstruktur. Untuk
menghasilkan keluaran yang mempunyai sifat tersebut diperlukan sistem yang terstruktur,
agar perusahaan mampu mengerahkan seluruh sumber daya yang dikuasainya (dimiliki
sendiri atau dimiliki oleh perusahaan lain) untuk mewujudkan visi perusahaan.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 44
Gambar 2.4 Sistem Manajemen Strategik dan Keluarannya, serta Fungsi Setiap Sistem
yang Membentuknya
Dalam gambar tersebut terlihat ada enam sistem yang membentuk sistem manajemen
strategik: sistem perumusan strategi, sistem perencanaan strategik, sistem penyusunan
program, sistem penyusunan anggaran, sistem pengimplementasian, dan sistem
pemantauan. Di situ juga dilukiskan keluaran setiap sistem yang membentuk sistem
manajemen strategik. Sistem perumusan strategi menghasilkan dokumen yang berisi hasil
analisis lingkungan makro dan lingkungan industri, hasil SWOT analysis, misi, visi,
keyakinan dasar, nilai dasar, tujuan, dan strategi. Sistem perencanaan strategik
menghasilkan dokumen yang berisi sasaran strategik, target, dan inisiatif strategik. Sistem
penyusunan program menghasilkan program dan sistem penyusunan anggaran
menghasilkan anggaran atau rencana laba jangka pendek. Pada tahap physical creation,
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 46
dijabarkan program tertentu ke dalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam
tahun anggaran, ditunjuk manajer dan karyawan yang bertanggung jawab dan dialokasikan
sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tersebut serta diprakirakan sumber daya yang
akan diperoleh selama jangka waktu anggaran.
melukiskan tiga sistem yang membentuk sistem manajemen strategik berbasis Balanced
Scorecard
TACTICAL
Sistem Penyusunan Anggaran Resource
Management
Sistem Implementasi System
Gambar 2.5 Tiga Komponen Sistem yang Membentuk Sistem Manajemen Strategik
Berbasis Balanced Scorecard
Trendwatching
Hasil Analisis
Lingkungan Makro,
Lingkungan Industri,
dan Lingkungan
Persaingan
SWOT Analysis
Peluang, Ancaman,
Kekuatan, dan
Kelemahan
Envisioning
Pemilihan Strategi
Strategi
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 50
Gambar 2.6 Sistem Perumusan Strategi sebagai Sistem Trendwatching, SWOT analysis,
Envisioning, dan Pemilihan Strategi
PERUMUSAN STRATEGI
HasilTrendwatching
Analysis
SWOT
K C PB PP C PB PP
Gambar 2.7 Sistem Perencanaan Strategik dengan Rerangka Balanced Scorecard sebagai
Sistem Penerjemahan Misi, Visi, Tujuan, Keyakinan Dasar, Nilai Dasar, dan Strategi
Penerjemahan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan nilai dasar ke dalam sasaran-
sasaran strategik dilakukan berdasarkan strategi yang telah ditetapkan dalam sistem
perumusan strategi. Misalnya tim perencana perusahaan telah memilih differentiation
strategy untuk mewujudkan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan nilai dasar perusahaan.
Melalui sistem perencanaan strategik, tim perencana kemudian menerjemahkan misi, visi,
tujuan, keyakinan dasar, dan nilai dasar tersebut ke dalam sasaran-sasaran strategik yang
menjadikan perusahaan berbeda (distinct) dalam persaingan, sehingga sasaran-sasaran
strategik yang dipilih mampu mencerminkan differentiation strategy tersebut.
Di samping itu, sistem perencanaan strategik juga digunakan untuk menerjemahkan
strategi ke dalam inisiatif strategik. Setelah misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan nilai
dasar diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran strategik yang komprehensif dan koheren,
melalui sistem perencanaan strategik kemudian dipilih inisiatif strategik untuk
mewujudkan sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan. Pemilihan inisiatif strategik
ini dilakukan berdasarkan strategi yang telah ditetapkan dalam sistem perumusan strategi.
Misalnya tim perencana perusahaan telah memilih low cost strategy untuk mewujudkan
misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan nilai dasar perusahaan. Melalui sistem perencanaan
strategik, tim perencana kemudian menerjemahkan low cost strategy ke dalam inisiatif
strategik yang digunakan untuk mewujudkan sasaran-sasaran strategik. Penerjemahan
strategi ke dalam inisiatif strategik ini pada hakikatnya merupakan usaha untuk
membangun pola tindakan dalam mengerahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya
perusahaan ke perwujudan misi, visi, keyakinan dasar, dan nilai dasar perusahaan.
mewujudkan visi, tujuan, dan sasaran strategik perusahaan melalui strategi dan inisiatif
strategik yang telah dipilih. Melalui sistem pengimplementasian dan sistem pemantauan,
perusahaan mengimplementasikan rencana pemanfaatan berbagai sumber daya perusahaan
tersebut dan memantau pelaksanaannya. Sistem pengelolaan sumber daya menghasilkan
keluaran yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (baik keuangan maupun nonkeuangan).
Melalui sistem penyusunan program, perusahaan menjabarkan inisiatif strategik ke
dalam program—rencana pemanfaatan berbagai sumber daya perusahaan untuk
mewujudkan visi, tujuan, dan sasaran strategik perusahaan. Melalui sistem penyusunan
anggaran, perusahaan menjabarkan program ke dalam rencana pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk mencapai sasaran-sasaran jangka pendek perusahaan.
kemampuan yang sangat diperlukan oleh perusahaan untuk beroperasi dalam lingkungan
bisnis kompetitif.
karena adanya kesulitan dalam menetapkan ukuran pencapaiannya. Oleh karena perspektif
keuangan, customer, proses bisnis intern, pembelajaran dan pertumbuhan merupakan
perspektif yang dapat menjelaskan pencapaian perspektif keuangan, namun ketiga
perspektif tersebut tidak dirumuskan karena kesulitan penetapan ukuran pencapaiannya,
maka sasaran strategik yang dirumuskan tidak memiliki rationale. Ketiadaan rationale ini
dapat berakibat pada rendahnya komitmen pelaksana.
Sasaran strategik yang dipilih tidak seimbang. Sasaran strategik yang dipilih dalam
manajemen tradisional berfokus ke perspektif keuangan. Perspektif lain, seperti customer,
proses, dan pembelajaran dan pertumbuhan tidak mendapatkan perhatian memadai.
Sebagai akibatnya, hasil-hasil keuangan yang dicapai umumnya hanya bersifat jangka
pendek, karena tidak ditopang dengan kinerja perusahaan yang menjanjikan hasil
keuangan berkesinambungan (sustainable) seperti: product yang menghasilkan value
terbaik bagi customers, proses yang cost effective, dan personel yang produktif dan
berkomitmen.
Peran Balanced Scorecard pada tahap perumusan strategi. Pada tahap perumusan
strategi dilakukan pengamatan terhadap trend perubahan lingkungan makro dan
lingkungan industri. Hasil pengamatan trend ini digabungkan dengan hasil analisis intern
(analisis strengths, weaknesses, opportunities, dan threats atau SWOT analysis)
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan misi, visi, keyakinan dasar, dan nilai dasar
perusahaan. Masih pada tahap perumusan strategi ini, visi kemudian dijabarkan ke dalam
tujuan (goals) dan ditetapkan strategi untuk mewujudkan tujuan dan visi tersebut.
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam penafsiran dampak trend
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 58
perubahan lingkungan makro dan lingkungan industri. Di samping itu, Balanced Scorecard
juga memperluas perspektif yang dicakup dalam SWOT analysis. Dalam analisis
lingkungan makro dan lingkungan industri, trend perubahan kedua lingkungan tersebut
ditafsirkan dampaknya terhadap perusahaan melalui empat perspektif: keuangan,
customer, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam SWOT
analysis, peluang, dan ancaman yang terdapat dalam trend perubahan lingkungan bisnis
serta kekuatan dan kelemahan intern perusahaan dianalisis melalui empat perspektif:
keuangan, customer, proses bisnis intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Peran Balanced Scorecard pada tahap perencanaan strategik. Pada tahap perencanaan
strategik dengan rerangka Balanced Scorecard, misi, visi, tujuan (goals), keyakinan dasar,
nilai dasar, dan strategi kemudian diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran strategik di
empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis intern, pembelajaran dan
pertumbuhan. Pada tahap perencanaan strategik ini, untuk setiap sasaran strategik
kemudian ditetapkan berbagai inisiatif strategik untuk mewujudkan sasaran tersebut.
Balanced Scorecard berperan menjadikan komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang
sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan pada tahap perencanaan strategik.
Kekomprehensivan, kekoherenan, dan keseimbangan sasaran strategik ini menjanjikan
pelipatgandaan kinerja keuangan berkesinambungan (sustainable outstanding financial
performance). Keterukuran sasaran strategik menjanjikan ketercapaian sasaran tersebut.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 59
SISTEM MANAJEMEN
PERAN BALANCED KELUARAN
STRATEGIK
SCORECARD
Balanced Scorecard berperan dalam Hasil Analisis Lingkungan
memperluas perspektif yang Sistem Makro, Industri, dan
dicakup dalam penafsiran dampak Perumusan Persaingan, SWOT
trend perubahan lingkungan Strategi Analysis, Misi, Visi, Tujuan
makro, persaingan, dan industri (Goals), Keyakinan Dasar,
Nilai Dasar, dan Strategi
Balanced Scorecard berperan dalam
menjadikan komprehensif, Sistem Sasaran Strategik
koheren, terukur, dan berimbang Perencanaan Ukuran
sasaran dan insiatif strategik yang Strategik Target
dihasilkan dalam perencanaan Inisiatif Strategik
strategik
Sistem
Pelaksanaan Rencana
Pengimplemen-
Balanced Scorecard berperan tasian
dalam memperluas perspektif
yang diukur dan dievaluasi dalam
pengelolaan kinerja personel
Gambar 2.8 Peran Balanced Scorecard Pada Setiap Tahap Sistem Manajemen Strategik
komprehensif, maka rencana kegiatan jangka pendek yang dihasilkan pada tahap
penyusunan anggaran juga mencakup perspektif yang komprehensif. Di samping itu, oleh
karena anggaran disusun berdasarkan program, berbagai program disusun berdasarkan
inisiatif strategik, berbagai inisiatif strategik ditetapkan untuk mewujudkan sasaran
strategik, sasaran strategik merupakan penerjemahan visi, tujuan dan strategi, maka dari
visi sampai dengan rencana laba jangka pendek yang dituangkan dalam anggaran terdapat
kekoherenan. Kekoherenan ini menjanjikan tiga hal berikut ini: (1) terwujudnya visi
melalui kegiatan operasional yang direncanakan dalam anggaran, (2) tumbuhnya
komitmen personel yang mengimplementasikan rencana tersebut, karena adanya rationale
di antara komponen total business plan tersebut, dan (3) kecepatan daya tanggap
(responsiveness) perusahaan dalam menghadapi trend perubahan lingkungan makro dan
lingkungan industri yang diindera pada tahap perumusan strategi.
TAHAP KEDUA,
KETIGA, DAN KEEMPAT
SISTEM MANAJEMEN
STRATEGIK KELUARAN YANG RELEVAN DENGAN BALANCED SCORECARD
Perspektif
Perspektif Perspektif Pembelajaran &
Customer Proses Pertumbuhan
Sasaran
Strategik
(Strategic
Objectives)
Perencanaan
Strategik
Perspektif
Perspektif Perspektif Pembelajaran &
Customer Proses Pertumbuhan
Inistiatif
Strategik
(Strategic
Initiatives)
Perspektif
Perspektif Perspektif Pembelajaran &
Customer Proses Pertumbuhan
Penyusunan
Program Program
(Rencana
Laba Jangka
Panjang)
Perspektif
Perspektif Perspektif
Pembelajaran &
Customer Proses
Pertumbuhan
Penyusunan
Anggaran Anggaran
(Rencana
Laba Jangka
Pendek)
Gambar 2.9 Hubungan Antara Balanced Scorecard dengan Penyusunan Program dan
Penyusunan Anggaran
Strategik
Untuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan, personel perlu menempuh langkah-
langkah strategik berupa pembangunan tiga macam modal (capital): human capital,
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 62
information capital, dan organization capital. Tidak ada satu pun dari ketiga macam
modal tersebut yang dapat dibangun secara berhasil dalam jangka pendek. Diperlukan
langkah-langkah mendasar, besar, dan berjangka panjang untuk secara berhasil
membangun ketiga macam modal tersebut. Sistem manajemen strategik berbasis Balanced
Scorecard menuntut personel untuk merumuskan sasaran-sasaran yang bersifat strategik
pada tahap perencanaan strategik. Di samping itu, sistem tersebut juga menuntut personel
untuk mencari inisiatif-inisiatif strategik dalam mewujudkan sasaran-sasaran strategik
yang telah ditetapkan.
Dalam memasuki lingkungan bisnis kompetitif, langkah-langkah kecil tidak
menjanjikan keberhasilan perusahaan. Langkah-langkah kecil dan berjangka pendek juga
akan menurunkan daya saing perusahaan. Diperlukan sasaran strategik dan inisiatif
strategik untuk membangun daya saing perusahaan dalam jangka panjang.
Kemampuan Penginderaan
Melalui sistem perumusan strategi, sistem manajemen strategik berbasis Balanced
Scorecard memampukan personel perusahaan dalam melakukan penginderaan secara
terus-menerus trend perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis. Sistem tersebut cocok
untuk membawa perusahaan beroperasi dalam lingkungan bisnis turbulen dan kompetitif.
Daya Respons
Melalui sistem perencanaan strategik, sistem manajemen strategik berbasis Balanced
Scorecard memampukan personel merumuskan respons dengan cepat dan efektif terhadap
trend perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis. Respons dapat dilakukan dengan cepat
karena sistem perencanaan strategik difungsikan sebagai alat penerjemah misi, visi,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan. Respons juga dapat dilakukan secara
efektif karena sistem perencanaan strategik menggunakan rerangka Balanced Scorecard
untuk menghasilkan sasaran dan inisiatif strategik yang memiliki empat atribut:
komprehensif, koheren, terukur, dan berimbang. Kekomprehensivan mendorong personel
untuk meletakkan leverage pada intangible assets—yaitu assets yang menjadi pemacu
sesungguhnya kinerja keuangan. Kekoherenan mendorong personel untuk mengarahkan
semua sasaran dan inisiatif strategik, baik secara langsung maupun tidak langsung
bermuara di perspektif keuangan. Keterukuran memampukan personel untuk mewujudkan
sasaran-sasaran strategik yang dirumuskan, karena ukuran menjadikan semua sasaran
strategik dapat dikelola. Keseimbangan menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan
berkesinambungan melalui penyeimbangan kepentingan tiga pemangku kepentingan
utama perusahaan: investor, personel, dan customer.
RANGKUMAN
Lingkungan bisnis kompetitif dan kompleks menuntut kemampuan personel dalam
melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan. Usaha pelipatgandaan kinerja keuangan
perusahaan memerlukan sistem manajemen yang mampu memotivasi personel untuk
menempuh langkah-langkah strategik. Balanced Scorecard digunakan dalam setiap tahap
sistem manajemen strategik, mulai dari tahap perumusan strategi sampai dengan tahap
pemantauan. Manajemen strategik yang dilaksanakan secara bersistem dan yang
menggunakan Balanced Scorecard sebagai intinya disebut dengan balanced scorecard
based strategic management system.
Mulyadi, Universitas Gadjah Mada 63
END NOTES
1 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, The Strategy-Focused Organization: How
Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment (Boston:
Harvard Business School Press, 2001), p. viii.
2 Greg Bounds et al., Beyond Total Quality Management: Toward the Emerging
Paradigm (New York: McGraw-Hill, Inc., 1994), p. 211.
3 Peter Wright, Charles D. Pringle, dan Mark J. Kroll, Strategic Management: Text and
Cases (Boston: Allyn and Bacon, 1992), pp. 3-4.
4 Bounds et al, p. 214.
5 Bounds et al, p. 216.