Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

MATA KULIAH

HUKUM TATA RUANG

MAHESWARA PERBAWA 1704551091

KADEK GENTA MAHADEWA 1704551135

I DEWA AGUNG GD RAJA B 1704551147

CHRISTIAN DAVID SIANIPAR 1704551137

JOSHUA HABINSARANNI 1704551122

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
1. Presepektif Kemanfaatan Tata Ruang dan Solusinya Tentang Geothermal di Bedugul
Berdasarkan Perda Tata Ruang dan Undang- Undang Tata Ruang.
 Undang-Undang nomer 26 Tahun 2007
Pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Bedugul, Bali yang dikembangkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan
Bali Energy Ltd sampai saat ini masih belum jelas seiring banyaknya masalah yang
menyelimuti proyek tersebut. Proyek yang dikerjakan dengan skema Kontrak
Operasi Bersama (KOB) tersebut tidak digarap lagi sejak tahun 2005.
Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta mengatakan, masyarakat di wilayah
Bedugul telah menolak pembangunan PLTP sejak tahun 1997. Pasalnya, WKP
yang diduduki Pertamina merupakan area yang disakralkan warga sekitar. Padahal,
izin eksplorasi sudah keluar tahun 1996 dan izin pengeboran bagi enam sumur pun
dilakukan sejak tahun 1997. Bahkan, tiga sumur panas bumi pun telah dieksploitasi.
Akibatnya, mau tidak mau proyek itu dibiarkan mangkrak. Jadi hal ini diakibatkan
karena permasalahan budaya kepercayaan masyarakat namun jika dilihat dari sudut
pandang hukum tata ruang hal ini sangat di mungkin dilakukan.
Karena adanya Pro dan kontra ini menyebabkan terhentinya proyek ini
sampai sekarang. Jika dilihat dari Presepektif Tata Ruang dapat dilihat pada
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di jelaskan disana
dalam Negara Indonesia penataan ruang yang ada di laksanakan berdasarkan asas -
asas tata ruang. Dapat dikaitkan pasal-pasal dan asas-asas Tata Ruang dengan
Proyek Geothermal ini maka :
 Pasal 2 Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007
1) Keterpaduan
Asas keterpaduan dalam Tata Ruang erat kaitan nya dengan
penyelenggaraan Tata Ruang yang dilakukan dengan adanya
pengintegrasian berbagai kepentingan dari para pemangku kepentingan
sehingga harus adanya keselarasan antara pihak-pihak terkait yaitu
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Pada kasus PLTP
Bedugul Pemerintah Daerah membangun PLTP Bedugul dengan
memanfaatkan tenaga energy Geothermal dengan harapan dapat
memenuhi pasokan listrik di bali dan dapat mengurangi pengeluaran
pemerintah daerah di Bali. Karena sejauh ini Bali masih mengambil
pasokan listrik dari pulau Jawa. Namun pada pelaksanaan nya pada saat
pemerintah daerah sudah membangun PLTP tersebut dan sedang dalam
tahap melakukan uji coba terhadap PLTP tersebut masyarakat bedugul
menentang keras keberlanjutan dari proyek PLTP bedugul. Hal ini
dikarenakan masyarakat di sana menggangap bahwa Bedugul
merupakan daerah sakral yang dianggap merupakan kepala dari pulau
Bali yang dimana apabila kepala tersebut di bor demi mewujudkan
PLTP Bedugul akan menyebabkan ketidakseimbangan antara mahluk
hidup dengan alam yang ada. Oleh karena nya hal ini harus disepakati
terlebih dahulu antara para pihak terkait demi mewujudkan
penyelenggaraan Tata Ruang yang terintegrasi.
2) Keserasian, Keselarasan dan keseimbangan
Dalam pembangunan Geothermal di Bedugul ini harus lah
memperhatikan lingkungan sekitar dimana proyek tersebut akan di
bangun. Dimana pemerintah juga harus mempertimbangkan bagaimana
pas atau tidaknya membangun Geothermal yang dimana Bedugul juga
merupakan cagar alam yang dilindungi, apabila pembangunan
Geotermal dibangun dampak apa yang akan ditimbulkan bagi
masyarakat sekitar. Pemerintah juga harus sejalan dengan kepentingan
masyarakatnya sehingga tidak menimbulkan keuntungan sebelah pihak
saja. Keseimbangan antara pemanfaatan panas bumi ini harus diimbangi
dengan pengawasan agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan yang
melebihi kebutuhan yang diperlukan sehingga menyebabkan rusaknya
lingkungan sekitar.
3) Keberlanjutan
Berdasarkan penjelasan dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007, Yang dimaksud dengan “keberlanjutan” adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan
kepentingan generasi mendatang. Pembangunan Proyek PLTP Bedugul
sebenarnya dapat memberikan manfaat bagi kepentingan generasi
mendatang dimana PLTP Bedugul ini akan menjamin kebutuhan
pasokan listrik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun disisi lain
Penolakan yang dilakukan oleh masyarakat bedugul diakibatkan karena
mereka menganggap apabila proyek PLTP Bedugul ini terus dilanjutkan
maka akan berdampak pada terjadinya ketidakserasian antara mahluk
hidup dan lingkungan alam sekitar yang dianggap akan berdampak
buruk bagi kehidupan dimasa mendatang sehingga akan juga
berdampak bagi kepentingan generasi mendatang
4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
Penjelasan dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Yang
dimaksud dengan “keberdayagunaan dan keberhasilgunaan” adalah
bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan
manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya serta
menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas. Pemerintah daerah
Bali melihat potensi Panas Bumi (Geotermal) yang ada di daerah
Bedugul dan dapat dikembangkan bagi masyarakat Bali. Pemerintah
tenaga Geotermal ini di optimalkan akan mendatangkan manfaat yang
pada nantinya akan berguna bagi masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan
ini harus digunakan sebaik mungkin sehingga terjadi pemerataan di
seluruh Bali.
5) Keterbukaan
Berdasarkan penjelasan dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007, Yang dimaksud dengan “keterbukaan” adalah bahwa penataan
ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas-luasnya
kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penataan ruang. Pemerintah disini memberikan akses kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai proyek
Geothermal ini dari perancangan, sehingga masyakarat dapat ikut serta
untuk memberikan masukan masukan kepada pemerintah agar dapat
mengambil keputusan yang tepat. Dengan dilibatkannya masyarakat
dalam menyusun tata ruang sehingga apa yang di cita-citakan oleh
Negara untuk pemerintahan yang transparan.
6) Kebersamaan dan kemitraan
Pemerintah Bali dapat melanjutkan proyek PLTP Bedugul apabila
proyek tersebut diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pihak
terkait. Hal ini akan terjadi dengan baik apabila semua pihak yang
berkepentingan saling merasa membutuhkan, Untuk itu perlu
melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam merumuskan dan
segala aktifitas ketata ruangan. Sehingga dalam menjalankan proyek
PLTP Bedugul pemerintah daerah perlu merangkul masyarakat Bedugul
dengan mengedepankan asas kebersamaan agar tidak ada yang merasa
di rugikan dalam menjalankan proyek PLTP Bedugul tersebut dengan
tetap memperhatikan aspek kebudayaan dan kepercayaan yang ada.

7) Perlindungan dan kepentingan umum


Pemerintah daerah Bali dapat menjalankan proyek PLTP Bedugul
selama pemerintah daerah Bali selama proyek tersebut diselenggarakan
dengan mengutamakan kepentingan masyarakat sekitar dengan
menghormati nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada pada
masyarakat itu sendiri, serta pemerintah daerah Bali harus menjamin
perlindungan terhadap masyarakat yang ada disana selama proyek
PLTP Bedugul tersebut dijalankan.
8) Kepastian hukum dan keadilan
Proyek PLTP Bedugul oleh pemerintah daerah harus
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang ada dan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan
kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum
agar masyarakat Bedugul tidak merasa dirugikan dengan adanya proyek
PLTP Bedugul tersebut.
9) Akuntibilitas
Proyek pemerintah ini haruslah dilakukan dengan baik dan hati hati,
semua perencanaan harus dilakukan dengan tanggung jawab, semua
terencana dengan baik sehingga pemanfaatan dapat disesuaikan dengan
pembiayan yang tepat dan dapat mengoptimalkan biaya dan hasilnya
sesuai dengan rencana awal. Pemerintah harus tetap berpedoman
memanfaatkan potesi alam sesuai dengan UUD 1945.
 Pasal 8 ayat 4 Undang-Undang 26 tahun 2007

“Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan


strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d dapat
dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan.”

 Pasal 32 ayat 1 dan 2, bagian kedua, pemanfaatan ruang

“ (1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan


ruang beserta pembiayaannya.”

“ (2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun
pemanfaatan ruang di dalam bumi.”

 Pasal 52 ayat 1 Undang-Undang 26 tahun 2007

“Pemanfaatan ruang kawasan pedesaan yang merupakan bagian wilayah


kabupaten merupakan bagian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.”

Jadi dari beberapa pasal di Undang-Undang 26 tahun 2007 yang disebutkan di atas
dapat kita simpulkan bahwa PLTP bedugul sangat mungkin di laksanakan selain PLTP
tergolong ramah lingkungan PLTP ini juga dapat menambah sumber daya listrik khususnya
dapat dinikmati oleh masyarakat bali. Selain itu, hal ini sangat memungkinkan karena
didukung dengan Undang-Undang 26 tahun 2007 contoh nya pasal 8 ayat 4 yang
memberikan hak pada pemerintah daerah untuk melakukan pemanfaatan ruang namun
tentunya harus sesuai dengan prosedur dan program perencanaan tata ruang yang benar hal
ini diatur juga dalam pasal 32 ayat 1.

Selain itu, dalam pasal 32 ayat 2 juga mengatur bahwa pemanfaatan ruang dapat
dilaksanakan secara vertical ataupun pemanfaatan ruang di dalam bumi yang artinya PLTP
yang berupa pemanfaatan ruang di dalam bumi dapat dilaksanakan dan menjadi bagian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten seperti yang diatur pada pasal 52 ayat 1 Undang-
Undang 26 tahun 2007. Selain itu juga, PLTP bedugul ini sudah masuk kedalam Rancangan
Peratuan Presiden tentang Rencana tata ruang pulau jawa bali pasal 46 yang memasukan
PLTP Bedugul sebagai indikasi program pengembangan sistem jaringan energi dan tenaga
listrik yang diperioritaskan penanganannya. Yang berarti PLTP Bedugul ini telah melalui
perencanaan ruang yang matang sehingga sangatlah memungkinkan untuk dilaksanakan.

Dalam PERDA BALI Nomor 16 tahun 2009 terdapat juga asas-asas dalam
pengaturan mengenai Rancangan Ruang menjadi acuan dalam pembangunan Tata Ruang
terhadap Geotermal di Bedugul. Asas-asas yang terkandung dalam Perda Bali Nomor 16
Tahun 2009 memiliki kesamaan dalam beberapa poin tetapi erdapat 2 poin tambahan
mengenai asas Tri Hita Karana dan Asas Sad Kertih. Tri Hita Karana adalah falsafah hidup
yang memuat tiga unsur yang membangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
lingkungannya yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi
kehidupan manusia. Diluar sudut pandang agama hindu. Konsep Tri Hita Karana ini sangat
baik diaplikasikan apa tidak hanya untuk masyarakat bali. Hal ini perlu dilakukan atau
diaplikasikan dalam pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam. Hal ini
dimaksudkan agar terwujudnya pembangunan berkelanjutan serta terwujudnya
kesejahteraan masyarakat. Menjaga hubungan keseimbangan antara tuhan, sesama, dan
lingkungan sangatlah diperlukan agar pembangunan yang dilakukan tidak merugikan dan
membuat dampak buruk bagi masyarakat sekitar
2.

Anda mungkin juga menyukai