Anda di halaman 1dari 7

AMBULASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI

A. DEFINISI AMBULASI DINI


Ambulasi dini adalah tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan
mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien ( Roper, 2002).
B. TUJUAN AMBULASI DINI
1. Mempertahankan fungsi anggota gerak
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik.
4. Memperlancar keluaran urin
5. Mengembalikan aktifitas tertentu sehingga pasien dapat kembali mandiri.
C. MANFAAT AMBULASI
Menurut Craven dan Hirnle (2009) manfaat ambulasi adalah :
1. Pasien merasa lebih sehat dan kuat dengan ambulasi dni
2. Saluran cerna dan kandung kemih lebih baik
3. Mempercepat pemulihan luka pasca operasi
4. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
D. LATIHAN AMBULASI DINI PADA PASIEN POST OPERASI
a. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar pasien bisa melakukan latihan
pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan-miring kiri
b. Pada hari kedua, pasien diduduka selama 5 menit, disuruh latihan pernafasan dan
batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
c. Pada hari ke 3 – 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan di
sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar sendiri
E. KONTRAINDIKASI AMBULASI DINI
a. Pasien dengan kelainan jantung seperti Infark Miokard, disritmia jantung
b. Pasien dengan kelemahan dan tingkat energi kurang
c. Syok Sepsis
F. KERUGIAN BILA TIDAK MELAKUKAN AMBULASI DINI
1. Penyembuhan luka menjadi lama
2. Menambah rasa sakit
3. Sulit BAB dan BAK
4. Badan menjadi pegal dan kaku
5. Kulit menjadi lecet dan luka
6. Memperlama perawatan di Rumah Sakit
7.

FASE PENYEMBUHAN LUKA

1. Fase Inflamasi
Fase ini bermula sejak terjadinya luka dan badan menghentikan perdarahan lanjut
dengan proses koagulasi. Setelah perdarahan berhenti, tubuh secepatnya menghantar
cairan seperti plasma protein, sel darah, dan antibody pada area luka mengakibatkan area
luka membengkak, sakit, dan merah. Neutrofil dan makrofag juga dilepaskan pada area
luka untuk membersih, menghilangkan bakteri, dan mempersiappkan daerah luka un tuk
proses penyembuhan. Fase ini berlangsung selama 2 hingga 4 hari pasca luka. Area luka
akan bengkak dan terasa sakit akibat proses inflamasi, rasa sakit akan berkurang bila
proses inflamasi mereda secara natural

2. Fase Proliferasi

Fase ini tumpang tindih dengan akhir dari fase inflamasi selama sehari atau lebih
setelah inflamasi mereda, tubuh berusahah untuk menutup area luka. Fibroblast mula
masuk dan berkumpul di area luka sekitar 3 hari pasca luka. Ini merupakan petanda
bermulanya proses transisi dari fase inflamasi ke fase proliferasi. Proses granulasi pada
tisu akan mula tampak pada area luka pada akhir minggu pertama. Tisu granulasi ini akan
terus tumbuh sehingga luka sembuh. Tisu ini mengandungi pembuluh darah yang baru dan
komponen lain untul mengisi bagian tisu yang telah rosak. Tisu granulasi biasanya
berwarna merah terang, llembap. Lembut pada penekanan, dan menonjol. Fase ini berjalan
selama 8 minggu pada luka eksisi biasa yang terbuka dan 4 minggu pada luka yang dijahit.

Pada sekitar hari ke 5, eksudat akan terbentuk di dalam luka (sebagai produk
sampingan dari proses penyembuhan).

3. Fase Penyudahan (Remodelling)

Fase ini tumpang tindih pada akhir dari fase proliferasi. Ini adalah fase remodelling
dimana collagen mula terbentuk di fase ini. Hujung- hujnug saraf mula tumbuh dan tisu
mula tersusun sendiri, pada fase ini akan terasa bagian dalam dari luka tegang selama
beberapa lama sehingga tisu baru mengalami stabilisasi. Fase ini kontinu terjadi setelah 18
bulan penutupan luka terjadi.
TIPE-TIPE SAYATAN

1. Ekstirpasi.
Ekstirpasi adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya.
2. Eksisi.
Eksisi adalah pengangkatan seluruh masa tumor beserta jaringan sihat sekitarnya.
3. Insisi.
Insisi adalah pengangkatan seluruh masa tumor tanpa mengambil jaringan sihat
sekitarnya.
4. Debulking
Pengangkatan sejumlah besar lesi atau tumor untuk membantu proses penyembuhan
atau terapi adjuvant pada kemoterapi.

PATOGENESIS HEMANGIOMA.
Sampai saat ini, patogenesis terjadinya hemangioma masih belum diketahui.
Meskipun growth factor, hormonal, dan pengaruh mekanik di perkirakan menjadi penyebab
proliferasi abnormal pada jaringan hemangioma, tapi penyebab utama yang menimbulkan
defek pada hemangiogenesis masih belum jelas. Dan belum terbukti sampai saat ini tentang
pengaruh genetic.
Vaskularisasi kulit mulai terbentuk pada hari ke-35 gestasi, yang berlanjut sampai
beberapa bulan setelah lahir. Maturasi sistem vaskular terjadi pada bulan ke-4 setelah lahir.
Faktor angiogenik kemungkinan mempunyai peranan penting pada fase proliferasi
dan involusi hemangioma. Pertumbuhan endotel yang cepat pada hemangioma mempunyai
kemiripan dengan proliferasi kapiler pada tumor. Proliferasi endotel dipengaruhi oleh agen
angiogenik. Angiogenik bekerja melalui dua cara :
1. Secara langsung mempengaruhi mitosis endotel pembuluh darah,
2. Secara tidak langsung mempengaruhi makrofag, mast cell , dan sel T helper.

Heparin yang dilepaskan makrofag menstimuli migrasi sel endotel dan pertumbuhan
kapiler. Disamping heparin sendiri berperan sebagai agen angiogenesis. Efek angiogenesis ini
dihambat oleh adanya protamin, kartilago, dan beberapa kortikosteroid. Konsep inhibisi
kortikosteroid ini diterapkan untuk terapi pada beberapa jenis hemangioma pada fase
involusi. Angioplastin, salah fragmen internal dari plasminogen merupakan inhibitor potent
dan spesifik untuk proliferasi endotel.
Makrofag meghasilkan stimulator ataupun inhibitor angiogenesis. Pada fase
proliferasi, jaringan hemangioma di infiltrasi oleh makrofag dan mast cell, sedangkan pada
fase involusi terdapat infiltrasi monosit. Diperkirakan infiltrasi makrofag dipengaruhi oleh
Monocyte chemoattractant protein-1 (mcp-1), suatu glikoprotein yang berperan sebagai
kemotaksis mediator. Zat ini dihasilkan oleh sel otot polos pembuluh darah pada fase
proliferasi, tetapi tidak dihasilkan oleh hemangioma pada fase involusi ataupun malformasi
vaskuler. Keberadaan mcp-1 dapat di down-regulasi oleh deksametason dan interferon alfa.
Interferon alfa terbukti menghambat migrasi endotel yang disebabkan oleh stimulus
kemotaksis. Hal ini memberikan efek tambahan interferon alfa dalam menurunkan jumlah
dan aktifitas makrofag. Bukti-bukti diatas menjelaskan efek deksametason dan interferon alfa
pada hemangioma pada fase proliferasi (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010).

PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1. Persepsi kesehatan
Data Subyektif Data Obyektif

Alasan masuk RS Pengamatan umum


Obat obatan yg digunakan Bukti penggunaan obat ilegal
Riwayat medik dan sosial Hitung sel darah putih
Harapan pemberi perawatan Kemampuan menyusun tujuan
kesehatan Umur
Persepsi klien tentang status Bahaya kerja
kesehatan
Pengobatan yang telah / sedang
dilakukan

2. Nutrisi/metabolik
Data Subyektif Data Obyektif

Masukan makanan Diet yg dianjurkan


Masalah dg makanan atau alergi Presentase makanan yg dimakan
Gangguan menelan & pencernaan Kemampuan menelan
Perasaan mual Selang NGT
Penggunaan alkohol Masukan makanan
Makanan kesukaan & pola makan Muntah
Perubahan berat badan Masukan & keluaran
TB dan BB
Suhu, edema, lab albumin serum

3. Eliminasi
Subyektif Obyektif

Frekuensi BAK/BAB Jumlah urin, warna, bau


Karakteristik Kateter, kondom
Masalah BAK/BAB Kandung kemih / ginjal teraba
Pola masukan cairan Masukan dan keluaran
Infeksi saluran kencing Jumlah feses, warna, konsistensi
Penggunaan diuretik Abdomen lemas, nyeri tekan
Penggunaan laksatif Bising usus
Masalah konstipasi / diare Selang drainage
Frekuensi dan karakteristik feses Jenis diet
Masalah bau badan Diaforesis
Bau badan

4. Aktifitas/latihan
Subyektif Obyektif

Nafas pendek, nyeri saat latihan Frekuensi, kedalaman, irama


Riwayat asma, penyakit paru nafas
Bahaya kerja Bunyi nafas
Riwayat penyakit jantung Adanya batuk
AMI, stroke Penggunaan otot bantu nafas
Obat obatan yg digunakan TTV
Pola latihan yg bisa dilakukan Rentang gerak (ROM)
Penggunaan tongkat / walker Kekuatan, postur
Kecukupan energi Genggaman tangan, refleks
Aktifitas sejak sakit Masalah berjalan
Tidak adanya bagian tubuh
protese

5. Tidur/istirahat
Subyektif Obyektif

Kebiasaan lama tidur Waktu tidur/tidur siang


Istirahat utk aktifitas sehari hari Sering menguap
Keluhan ngantuk Lingkaran gelap dibawah mata
Mengeluh letih Ptosis kelopak mata
Waktu tidur rutin Rentang perhatian

6. Kognitif/perseptual
Subyektif Obyektif

Masalah sensori indera Kemampuan melihat, mendengar,


Bahasa yg digunakan meng hidu, merasakan
Persepsi nyeri & penanganan Aktifitas kejang
nyeri Bahasa yg diucapkan
Perubahan memori Kemampuan untuk mengikuti
Menilai skala nyeri Kemampuan mengambil
Pemakaian alat bantu dengar/lihat keputusan
Kehilangan bagian Tingkat kesadaran
tubuh/fungsinya Pemeriksaan neurologis
Orientasi terhadap waktu, tempat,
orang
Memperlihatkan kesadaran bagian
tubuh yang akurat

7. Persepsi diri/konsep diri


Subyektif Obyektif
Sikap tentang diri Postur tubuh
Dampak sakit terhadap diri Kontak mata
Keinginan untuk mengubah diri Asertif atau pasif
Gugup / rileks; nilai 1-5 Isyarat non verbal
Merasa tak berdaya Ekspresi wajah

8. Peran/hubungan
Subyektif Obyektif
Pekerjaan Interaksi yg diamati
Keefektifan hubungan dg orang Tingkah laku yg pasif/agresif
terdekat Masalah keuangan
Efek perubahan peran thd
hubungan
Tempat tinggal; tdk punya rumah

9. Seksualitas/reproduksi
Subyektif Obyektif

Dampak sakit terhadap Pemeriksaan payudara


seksualitas Pemeriksaan testis
Riwayat haid; anak-anak Pemeriksaan genetalia
Pemeriksaan payudara sendiri Drainage
Pruritus
Tindakan pengendalian kelahiran
Riwayat penyakit hubungan
seksual

10. Koping/toleransi stress


Subyektif Obyektif

Stressor pd tahun sebelumnya Interaksi dg orang terdekat


Metode koping yg biasa Pergerakan kinetik
digunakan Berjalan bolak balik
Sistem pendukung Tidak ada kontak mata
Penggunaan alkohol, obat ilegal Menangis, bersuara
Efek penyakit thd tingkat stress Cemas
Nada suara Ekspresi wajah

11. Nilai/kepercayaan
Subyektif Obyektif

Agama; spiritualitas Mencari bantuan spiritual


Kegiatan keagamaan dan budaya; berbagi Bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan
dg orang lain
Sikap terhadap masalah

Daftar Pustaka

Asmadi ,(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba medika

Brunner & Sudart (2010). Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Craven F.R & Hirnle J.C. (2009). Fundamentals of Nursing: Human, health and Function. (6 th
edition). USA. Lippincott Williams & Wilkins.

Lippincott Williams & Willkins (2012). Medical Surgical Nursing Certification.

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai