TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing
Menurut Arens et al (2012:24) definisi auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the
information and extablishedcriteria. Auditing should be done by a competent,
independent person”.
Maksud dari kutipan diatas, audit didefinisikan sebagai suatu proses
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit harus dilakukan oleh orang yang independen.
Definisi menurut Agoes (2012:4) adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Audit harus dilakukan oleh orang yang independen dan
berpengalaman.Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan setidaknya harus berpengalaman untuk dapat mengevaluasi bukti serta
menyampaikan hasilnya dengan baik. Auditor juga harus memiliki sikap mental
indpenden yang berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2010).
Auditing adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi itu dan
kriteria yang telah ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten
dan indpenden.(Islahuzzaman, 2012:47).
7
8
audit atas laporan keuangan historis atau laporan keuangan prospektif dan
menyediakan jasa audit dan jasa lainnya atas dasar standar auditing yang
tercantum dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP).
b. Auditor Intern (Internal Auditor)
Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan untuk mengaudit bagi
kepentingan direksi dan/atau komisaris.
c. Auditor Pemerintah
Auditor yang bekerja bagi pemerintah, bisa yang bekerja di BEPEKA,
BPKP, atau Inspektorat Jendral.
2.1.3 Jenis Opini Auditor
Di dalam penyajian laporan keuangan, salah satu hal terpenting yang
mempengaruhi kualitas dari laporan keuangan adalah pernyataan atau pendapat
auditor mengenai simpulan dari sisi laporan keuangan tersebut dimana pendapat
tersebut menggambarkan keadaan dan hasil-hasil yang diperoleh selama pelaksanaan
audit berlangsung. Pernyataan atau pendapat auditor atas pelaksanaan dan hasil audit
tertuang pada paragraf ketiga di dalam laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
yang bersangkutan. Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor
tentang kewajaran penyajian laporan keuangan lembaga/perusahaan tempat auditor
melakukan audit (Sukrisno Aguoes, 2012:74).
Menurut Mulyadi (2010) ada lima tipe pokok laporan audit yang diterbitkan
oleh auditor:
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika teradi
pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang
signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima
umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip
akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam
laporan keuangan. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak,
baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
b. Laporan Yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report With Explanatory
Language)
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan
keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah
dengan bahasa penjelasan.
c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit.
1. Lingkup audit dibatasi oleh klien
2. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak
dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang
berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
3. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
4. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian.Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor
memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup auditnya,
sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk
mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak
wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam lapran
keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai
oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
e. Peryataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan,
maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion
report). Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat adalah:
1. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
2. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Berikut adalah kutipan ISA 700 yang relevan dengan perumusan opini audit,
yaitu:
Tabel 2.1
ISA 700 – Perumusan Opini Auditor
ISA Pokok Bahasan Penjelasan
Auditor wajib merumuskan opini mengenai apakah laporan
Sesuai Kerangka
700.10 keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai
Pelaporan
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku umum.
Untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan
mengenai apakah auditor telah memperoleh asurans yang
memadai/wajar tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari salah saji material, apakah karena
Kesimpulan kecurangan atau kesalahan. Kesimpulan ini akan
Untuk memperhitungkan:
700.11 a) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 330, apakah bukti audit
Merumuskan
Opini yang cukup dan tepat telah diperoleh
b) Kesimpulan auditor, sesuai ISA 450, apakah salah saji
yang belum dikoreksi, secara terpisah atau tergabung,
adalah material.
c) Evaluasi atas laporan keuangan.
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan
dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan
Evaluasi Atas ketentuan/persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang
700.12 Laporan berlaku. Evaluasi ini harus meliputi pertimbangan mengenai
Keuangan aspek kualitatif dari praktik akuntansi entitas itu, termasuk
indikator mengenai kemungkinan bias dalam pandangan dan
pemikiran manajemen.
Secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah, dengan
mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku:
a) Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan
akuntansi yang signifikan yang dipilih dan diterapkan.
b) Kebijakan akuntansi yang dipilih dan yang diterapkan
Pertimbangan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang
Persyaratan berlaku dan memang tepat.
700.13 Dalam Kerangka c) Estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar.
Pelaporan d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
Keuangan relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
e) Laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang
memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi
dan peristiwa yang material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan.\
f) Terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul
setiap laporan keuangan, sudah tepat.
Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka
penyajian yang wajar (fair presentation framework), evaluasi
yang diwajibkan pada alinea 12-13 juga termasuk apakah
laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar.
Apakah Laporan Evaluasi auditor mengenai apakah laporan keuangan
Keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar akan meliputi
700.14 Memenuhi Syarat pertimbangan mengenai:
Penyajian Yang a) Presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari
Wajar? laporan keuangan.
b) Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan mencerminkan transaksi dan peristiwa yang
mendasarinya, dengan cara yang mencapai penyajian
yang wajar.
Merujuk Auditor wajib mnegevaluasi apakah laporan keuangan
Kerangka merujuk atau menjelaskan dengan cukup, kerangka
700.15
Pelaporan Yang pelaporan keuangan yang berlaku.
Berlaku?
Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi
(WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan
700.16 WTP
keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Jika auditor:
a) Menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari
salah saji yang material; atau
b) Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan
700.17 Bukan WTP
tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material;
c) Auditor wajib memodifikasi opini (artinya memberikan
opini yang bukan WTP) dalam laporan auditor sesuai
dengan ISA 705.
Jika laporan keuanga dibuat sesuai dengan kerangka
penyajian yang wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar,
Perlu Modifikasi auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan,
700.18 Opini Sesuai ISA tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan keuangan
705 yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan,
auditor wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini
dalam laporan auditor sesuai ISA 705.
Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka
kepatuhan (compliance framework), auditor tidak harus
mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian
Laporan
yang wajar. Namun, jika dalam situasi yang sangat jarang,
700.19 Keuangan
auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan,
Menyesatkan
tergantung pada bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor
wajib menentukan apakah dan bagaimana
mengkomunikasikannya dalam laporan auditor.
Standards on Auditing
ISA/IS
QC 1
ISQC 1 Kontrol mutu untuk perusahaan yang melakukan audit dan review atas
laporan keuangan dan jaminan lainnya dan jasa terkait.
200 Tujuan keseluruhan auditor independen dan pelaksanaan suatu audit
berdasarkan standar audit
210 Persetujuan syarat-syarat perikatan audit
220 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan
230 Dokumen audit
240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas
laporan keuangan
250 Pertimbangan atas peraturan perundang-undangan dalam audit laporan
keuangan
260 Komunikasi dengan pihak yang bertangungjawab atas tata kelola
265 Pengomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal kepada pihak
yang bertanggungjawab atas tata kelola dan manajemen
300 Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan
315 Pengidentifikasian dan penilaian risiko salah saji material melalui
pemahaman atas entitas dan lingkungannya
320 Materialitas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan audit
330 Respons auditor terhadap risiko yang dinilai
402 Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu
organisasi jasa
450 Pengevaluasian atas kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit
500 Bukti audit
501 Bukti audit – pertimbangan spesifik atas unsur pilihan
505 Konfirmasi eksternal
510 Perikatan audit tahun pertama – saldo awal
520 Prosedur analitis
530 Sampling audit
540 Audit atas estimasi akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar dan
pengungkapan yang bersangkutan
550 Pihak relasi
560 Peristiwa kemudian
570 Kelangsungan usaha
580 Representasi tertulis
600 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan grup (termasuk
pekerjaan auditor komponen)
610 Penggunaan pekerjaan auditor eksternal
620 Penggunaan pekerjaan seorang pakar auditor
700 Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan
705 Modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen
710 Informas kompratif – dalam laporan keuangan kompratif
720 Tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam laporan auditor
independen
800 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan kerangka bertujuan khusus
805 Pertimbangan khusus – audit atas laporan keuangan tunggal dan unsur,
akun, atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan
810 Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan
Standar-standar diatas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling
tergantung satu sama lain. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan
dipenuhi atau tidaknya suatu standar dapat berlaku juga untuk standar yang lain.
2.1.6 Prosedur Audit
International Standards on Auditing (ISA) dalam Tuanakotta (2013)
menyebutkan ada tiga tahap dalam prosedur audit, yaitu:
A. Tahap 1: Penilaian Risiko (Risk Assessment)
a) Memutuskan untuk menerima (jika ini merupakan penugasan atau
perikatan audit yang pertama), melanjutkan (jika ini merupakan
penugasan atau perikatan audit ulangan), atau menolak penugasan atau
perikatan audit.
b) Merencanakan audit: menentukan materialitas, melakukan pertemuan
dengan tim audit dalam rangka perencanaan, dan merumuskan strategi
audit yang menyeluruh.
c) Melaksanakan prosedur penilaian risiko, yang bertujuan untuk menilai
risiko salah saji (karena kecurangan dan / atau kesalahan) ditingkat
laporan keuangan dan tingkat asersi. Menentukan dan menilai risiko
bawaan, menentukan dan menilai risiko pengendalian, dan
mengkomunikasikan kelemahan dan kekurangan yang ditemukan
sebagai hasil pelaksanaan prosedur penilaian risiko.
d) Dokumentasi temuan dan segala perubahan atas rencana audit semula.
B. Tahap 2: Menanggapi Risiko (Risk Responses)
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
mengenai risiko yang dinilai (assessed risk). Hal ini dapat dicapai dengan
merancang dan mengimplementasi tanggapan yang tepat (appropriate
responses) terhadap risiko salah saji material uang dinilai, pada tingkat lapran
keuangan maupun tingkat asersi. Auditor dapat melakukannya dengan cara
sebagai berikut:
20
Tahap terakhir proses audit ini terdiri atas dua bagian utama, yakni
mengevaluasi bukti audit yang sudah dikumpulkan dan membuat laporan
auditor. Mengevaluasi Bukti Audit:
2.2 Independensi
Independensi (independence), bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak bergantung pada pihak lain. Auditor yang independen adalah auditor
yang tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang yang dijumpainya dalam audit.Independensi
lebih banyak ditentukan oleh faktor di luar diri auditor. (Islahuzzaman 2012:179).
Menurut Standar Auditing Seksi 220.1 SPAP (2011) menyebutkan bahwa:
“auditor harus bersikap independence, artinya tidak mudah dipengaruhi,
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.”
Dengan demikian ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,
sebab bagaimanapun seumpamanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertimbangkan
kebebasan pendapatnya.
Menurut Arens et al. (2012:111) independensi dalam auditing adalah:
“A member in public practice shall be independence in the performance a
professional service as require by standards promulgated by bodies
designated by a council.”
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga
berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam diri mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan fakta tanpa
ada pengaruh dari luar.
International Standard on Auditing (ISA) (200, alinea 14) dalam Tuanakotta
(2013) mengatakan:
“auditor wajib mematuhi kewajiban etika yang relevan, termasuk yang
berkenaan dengan independensi, sehubungan dengan penugasan audit atas laporan
keuangan.”
Tuanakotta (2013) Code of ethics mengklarifikasi ketentuan, kewajiban, dan
persyaratan dan secara signifikan memperketat ketentuan mengenai independensi,
sebagai berikut:
1. Memperluas ketentuan mengenai independensi untuk audit listed entities
(perusahaan yang terdaftar di pasar modal) kesemua PIE (Public-Interest
Entities atau entitas dengan kepentingan umum).
2. Mengharuskan adanya “periode pembekuan” (cooling-off period) sebelum
“orang” tertendtu dalam KAP bergabung dengan public-interest audit
clients dalam posisi tertentu.
3. Memperluas kewajiban partner-rotation untuk semua key audit partners.
audit clients, seperti tax planning dan jasa konsultasi lain. Beberapa
(audit untuk entitas dengan yang tidak ada kepentingan umum) untuk tax
interest clients audit melampaui 15% total fees dari KAP tersebut untuk
2.3 Kompetensi
Kompetensi menurut Gondodiyoto (2007:35) artinya yang bersangkutan
terlatih (melalui suatu pendidikan formal) untuk mengerjakan dan keterampilan
tinggi.
Mulyadi (2010) mengatakan bahwa:
“kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu
tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota
untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.”
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi auditor
adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan
yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama.
Maka, audit yang dilaksanakan dengan objektif, cermat, dan seksama akan
menghasilkan audit yang berkualitas tinggi.
Standar umum pertama menurut SA seksi 201 SPAP (2011) menyebutkan
bahwa audit harus dilaksanak oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Prinsip-prinsip fundamental IFAC menyebutkan bahwa:
“seorang akuntan professional mempunyai kewajiban untuk memelihara
pengetahuan dan keterampilan professional secara berkelanjutan pada tingkat
yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan perkembangan
praktik, legislasi, dan teknik.”
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) (2000) mengemukakan bahwa
kompetensi adalah sebagai kewenangan (kekuasaan) yang dimaksud dalam
pengertian tersebut muncul karena akuntan tersebut memiliki kemampuan keahlian
dan pengetahuan yang bersumber dari pendidikan formal dan pendidikan
berkelanjutan, pengalaman yang memadai, serta di dukung dengan disiplin ilmu yang
sesuai.
2.3.1 Jenis-jenis Kompetensi
Menurut De Angelo (1981) dalam Tjun Tjun et al (2012) komptensi dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang yakni sudut pandang auditor individual, audit tim
dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Masing-masing sudut pandang akan dibahas lebih
mendetail berikut ini:
sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu
auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks.
Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan Khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan,
akuntansi dan perusahaan.
Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang
auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu:
a. pengetahuan umum;
b. pengetahuan area fungsional;
c. pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru;
d. pengetahuan mengenai industri khusus;
e. pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah.
2. Pengalaman
Pengalaman seseorang ditunjukan dengan telah dilakukannya berbagai
pekerjaan atau lamanya seseorang dalam bekerja untuk mendapatkan ilmu yang
sebenarnya selain dari pendidikan formal. Semakin lama masa kerja dan pengalaman
yang dimiliki oleh auditor maka akan semakin baik dan meningkatkan kualitas audit
yang dihasilkan. Auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian dan
kemampuan yang aik dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Pada waktu menentukan kompetensi auditor, auditor harus memperoleh
atau memutakhirkan informasi dari audit tahun sebelumnya mengenai faktor-faktor
berikut:
Berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Singgih, Muliani dan
Bawono (2010), bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas audit
mungkin disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitiannya adalah
auditor yang menjabat sebagai junior dan masa kerjanya tidak lebih dari 3 tahun
sehingga respon para responden untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan
variabel pengalaman cenderung menghasilkan jawaban tidak bernilai positif.
3. Keahlian khusus
Keahlian berasal dari kata ahli yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah orang yang mahir, paham sekali di suatu ilmu sedangkan
khusus memiliki arti tidak umum.Jadi keahlian khusus merupakan kemahiran
seseorang dalam suatu ilmu dalam bidang tertentu/tidak umum.
Di dalam SPAP seksi 210 PSA No.04 (2001:210.1) yang tercantum dalam
standar umum pertama berbunyi : “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”. Standar
umum pertama ini menegaskan bahwa betapapun kemampuan seseorang dalam
bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat
memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
2.3.3 Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi auditor adalah auditor dengan pengetahuan dan pengalamannya
yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.
Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam
sistem akuntansi klian dan melaporkannya dalam laporan keuangan klien, dimana
dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan
kode etik akuntan publik yang relevan. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalman yang memadai akan lebih
memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih
mudah dalam mengikuti perkembangan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi
pula kualitas audit yang dihasilkan.
Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan
kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang
diaudit kemudian auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
serta kemampuan dalam menganalisis permasalahan. Alim et al (2007) dan
Christiawan (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi auditor akan
semakin baik kualitas hasil pemeriksanya.
4. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebeas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan kehati-hatian professional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional.
6. Kerahasiaan
setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
7. Perilaku professional.
Setiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya pada standar
teknis dan standar profeional yang relevan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Professional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik (IAI) dalam hal
ini adalah standar auditing.
Menurut Singgih dkk (2010) auditor yang kompeten adalah auditor yang
“mampu” menemukan adanya pelanggaran sedangkan auditor yang independen
adalah auditor yang “mau” mengungkapkan pelanggaran tersebut.
Auditor harus memiliki kualitas audit yang memadai sehingga dapat
mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang
saham, karena pengguna laporan keunagan terutama pemegang saham akan
mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah diaudit oleh auditor.
Dari pengertian tentang kualitas audit diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas audit merupakan kemungkinan auditor menemukan pelanggaran dalam
sistem akuntansi dan pencatatannya pada laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Dan auditor mampu mengungkapkan atas pelanggaran tersebut dalam
laporan keuangan auditan demi mempertahankan indpendensinya, dalam hal ini
auditor berpedoman kepada standar auditing dankode etik akuntan publik yang
relevan.
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi.
Kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
akuntan publik secara memadai dibidang auditing dan akuntansi.Sedangkan,
independensi suatu prinsip etika yang harus dijaga dan diterapkan oleh akuntan
publik. Independen berarti tidak memihak siapapun, tidak mudah dipengaruhi, tetapi
mengungkapkan kejujuran sesuai dengan fakta, karena ia dalam melaksanakan
pekerjaannya demi kepentingan umum.
sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam laopran auditan jika
terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya.Maka kompetensi dan
independensi memiliki pengaruh dakam menghasilkan audit yang berkualitas baik itu
proses maupun output-nya.
Independensi berarti adanya kejujuran dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang objektif, tidak
memihak dalam diri akuntan dalam meurumuskan dan mengungkapkan
pendapatnya.Sedangkan kompetensi dalam praktik akuntan publik menyangkut
masalah kualitas teknik dari anggota dan stafnya serta kemampuan untuk mengawasi
dan menilai mutu tugas yang telah dikerjakan. Dalam menjalankan praktiknya sehari-
hari, auditor independen menghadapi berbagai situasi dan kondisi yang berbeda
dalam mengaudit kliennya, karena kemungkinan ada manajemn perusahaan yang
memberikan data yang tidak sebenarnya terjadi, karena itu auditor diminta untuk
melakukan audit dan memberikan kualitas audit yang baik terhadap perusahaan klien
yang diauditnya karena melalui :pendidikan; pelatihan; pengalaman; dan
profesionalnya auditor menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing,
serta memiliki kemampuan untuk menilai secara objektif dan menggunakan
pertimbangan yang tidak memihak terhadap informasi yang diungkapkan melalui
auditnya.
Adanya konflik kepentingan antara pihak internal dan eksternal perusahaan
menuntut akuntan publik untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang
dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Selain itu, dengan menjamurnya skandal
keuangan baik domestik maupun manca negara, sebagaian besar bertolak dari laporan
keuangan yang pernah dipublikasikan oleh perusahaan ke laporan keuangan yang
sudah diaudit oleh akuntan publik dikarenakan laporan yang sudah diaudit akan
menghasilkan laporan audit yang akurat dan dapat dipercaya. Berbagai penelitian
tentang kualitas audit sudah pernah dilakukan dan menghasilkan temuan yang
berbeda mengenai faktor pembentuk kualitas audit. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas, seorang akuntan
publik yang bekerja dalam suatu tim audit dituntut untuk memiliki kompetensi yang
cukup dan independensi yang tinggi.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang kualitas audit adalah sebagai berikut:
1. Nur Samsi (2013), pada penelitian ini peneliti meneliti Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Penelitian ini
menghasilkan bahwa pengalaman kerja, independensi, dan kompetensi
terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial.
2. Indra Agustia Saputra (2013) penelitian ini meneliti mengenai Pengaruh
Pengalaman dan Etika Profesi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Secara
garis besar berdasarkan penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan
bahwa adanya pengaruh positif secara simultan antara pengalaman etika
profesi auditor terhadap kualitas audit.
3. Tjun Tjun et al (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi dan Independens Auditor Terhadap Kualitas Audit”.
Penelitian ini mengambil sampel para auditor kantor akuntan publik
(KAP) di Jakarta pusat. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kompetensi
dimana diproksikan dengan 2 sub variabel yaitu pengalaman dan
pengetahuan. Dan pada independensi diproaksikan 4 sub variabel yaitu
lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor,
jasa non audit. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa, kompetensi auditor
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan
independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit, dan kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit. Hal ini dilihat dari hasil pengujian regresi.
4. Ilmiyati dan Suhardjo (2012)Mengangkat judul “Pengaruh Akuntanbilitas
dan Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik di Bandung)”. Dalam penelitiannya sampel yang
digunakan untuk penyebaran kuisioner ke 52 responden dan berdasarkan
analisis penelitiannya dapat disimpulkan bahwa akuntanbilitas dan
kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Motivasi
dan implementasi pertanggungjawaban sosial dalam diri auditor yang
lebih besar serta kompetensi yang terdri dari pengalaman dan pengetahuan
seorang auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit yang
dihasilkan.
5. Sari (2012) judul penelitianyaitu “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit”. Populasi dalam penelitannya adalah
auditor yang bekerja di kantor akuntan publik di semarang, dengan sampel
penelitian menggunakan teknik purposive sampling sebganyak 42 auditor
dan alat uji hipotesisnya adalah regresi berganda. Hasil kesimpulan dari
penelitiannya bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Pengaruh Pengalaman kerja,
Pengalaman Kerja, Variabel independen: independensi, dan
Independensi, Dan pengalaman kerja, kompetensi
Nur Samsi Kompetensi independensi, dan berpengaruh
1
(2013) Terhadap Kualitas kompetensi. terhadap kualitas
Audit: Etika Auditor Variabel dependen: audit baik secara
Sebagai Variabel kualitas audit simultan maupun
Pemoderisasi parsial.
Pengalaman dan
etika profesi auditor
Pengaruh Variabel independen: terhadap kualitas
Indra Agustia Pengalaman Dan pengalaman, etika audit secara
2. Saputra Etika Profesi profesi. simultan
(2013) Auditor Terhadap Variabel dependen: berpengaruh positif
Kualitas Audit kualitas audit. dan signifikan
terhadap kualitas
audit.
Pelaksanaan tugas
audit memang harus
senantiasa
Variabel independen:
meningkatkan
kompetensi yang
pengetahuan yang
diproksikan dalam 2
telah dimiliki dan
sub variabel:
pengalaman yang
pengetahuan dan
cukup agar
pengalaman,
Pengaruh penerapannya dapat
sedangkan
Kompetensi Dan maksimal dalam
Tjun Tjun et independensi
3. Independensi praktiknya.
al (2012) diproksikan dalam 4
Auditor Terhadap Independensi tidak
sub variabel: lama
Kualitas Audit mempunyai
hubungan dengan
hubungan dengan
klien, tekanan dari
kualitas audit,
klien, telaah dari rekan
disebbkan ketika
auditor, jasa non audit.
mengukur
Variabel dependen:
independensi auditor
kualitas audit
tidak diturunkan
dari sikap auditor.
Semakin tinggi
Variabel independen: motivasi yang
akuntan bilitas yang dimiliki auditor dan
diproksikan dalam 2 kewajiban sosial
sub variabel: motivasi maka akan semakin
Pengaruh
dan kewajiban sosial, baik kualitas audit
Ilmiyati dan Akuntanbilitas Dan
dan kompetensi yang dihasilkannya.
4. Suhardjo Kompetensi Auditor
diproksikan dalam 2 Dan semakin dalam
(2012) Terhadap Kualitas
sub variabel yaitu: pengetahuan auditor
Audit
pengetahuan dan dan juga
pelaman kerja. berpengalaman
Variabel dependen: maka akan semakin
kualitas audit baik kualitas audit
yang dihasilkan.
Pengaruh Variabel independensi: Kompetensi dan
Kompetensi Dan kompetensi dan independensi auditor
5. Sari (2012) Independensi independensi. berpengaruh
Auditor Terhadap Variabel dependen: terhadap kualitas
Kualitas Audit kualitas audit audit
2.6 kerangka Pemikiran
Kualitas audit sangat dipengaruhi oleh pengalaman auditor. Auditor harus
memiliki kualiifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompenten
untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Arens, 2011)
kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor
menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak
(independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar
Profeional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum
pemeriksaan akuntan publik.
Manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat
dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.Laporan keuangan yang telah
diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan
laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit.Audit harus dilakukan oleh orang
yang kompeten dan independen (Arens et al, 2012). Independensi munurut Mulyadi
(2010) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Sedangkan kompetensi menurut
Tuanakotta (2011) yaitu keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan,
pengalaman, pelatihan.Setiap auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk
menjadi auditor.
Dengan mempertanyakan dan selalu melakukan evaluasi secara kritis terhadap
bukti audit, hasil audit yang dihasilkan pun akan lebih bisa di pertanggung jawabkan
karena semua keputusan yang diambil dipertimbangkan berdasarkan data dan bukti
audit yang ditemukan sehingga auditor dapat menghasilkan laporan audit yang
berkualitas tinggi.
Untuk mengukur kualitas audit maka diperlukan suatu kriteria. Standar
auditing merupakan salah satu ukuran ukuran kualitas audit. Standar ini dapat
diterapkan tanpa memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis,
jenis industri maupun sifat organisasi.
Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan sikap independensi
karena dengan sikao tersebut auditor dapat terbebas dari pengaruh eksternal saat
kegiatan audit berlangsung. Kemudian dengan kompentesi auditor akan lebih mampu
mendeteksi kesalahan maupun kecurangan yang terjadi. Sehingga berdasarkan logika
diatas maka independensi auditor, dan kompetensi auditor memilik pengaruh terhadap
kualitas audit dan dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
INDEPENDENSI
Intimdasi
Advokasi
KUALITAS AUDIT
Kekerabatan
H1
Riview diri Kesesuaian
Kepentingan diri pemeriksaan dengan standar audit
Kualitas Laporan hasil pemeriksaan audit
KOMPETENSI H2
Pengetahuan
Pengalaman
Keahlian Khusus
H3
Keteragan:
: hubungan parsial
: hubungan simultan
Berdassarkan kerangka pemikiran di atas. Maka penulis merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : independensi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit
H2 : kompetensi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit
H3 : independensi dan kompetensi secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas audit.