Oleh :
Cahayu Arum Min T. 17080694078
S1 Akuntansi 2017 B
Dosen :
Mariana, S.Pd, M.Ak
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
2020
REUMSE
Makalah ini menganalisa praktek perbankan Syariah di Malaysia dalam pembiayaan
rumah. Bank Syariah di Malaysia menerapkan sistem tertentu yang dikenal dalam
pembiayaan rumah. Yang paling populer adalah Bay ' BI Thaman ' Aajil (BBA) dan
Musharakah Mutanaqisah (MM).
Musharakah Mutanaqisah (MM) II dianggap lebih nyaman, lebih baik sesuai dengan
peraturan Syari'at. Oleh karena itu, para ulama cenderung lebih memilih MM atas BBA. .
Musharakah Mutanaqisah adalah kontrak kemitraan antara dua pihak, di mana satu pasangan
secara bertahap membeli seluruh bagian properti. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif berdasarkan pada literatur modern, database dan situs resmi dari bank yang relevan
di Malaysia. Serta menggunakan metode analisis kritis untuk menganalisa praktek yang ada
dari Bank Islam di Malaysia dan untuk melihat secara kritis jika sesuai dengan prinsip
Syariah yang ketat. Hal ini juga mengikuti pendekatan komparatif karena membandingkan
pembiayaan rumah MM dengan praktik umum pembiayaan rumah di Malaysia dan di tempat
lain seperti BBA.
Musharakah Mutanaqisah kontrak ini adalah kombinasi dari kemitraan bisnis,
membeli dan menjual saham properti dan Leasing. (Kuwait Finance House, 2009). Terdapat
4 bank yang meyediakan pembiayaan rumah dengan akad musharakah mutanaqisah yaitu
RHB Islamic Bank, Kuwait Finance House (Malaysia), Maybank Islamic Berhad and
Citibank Malaysia. Dalam Maybank Islam, fitur operasional dari MM adalah sebagai berikut
Klien dan Bank membuat kemitraan antara mereka untuk mendapatkan modal untuk membeli
properti. Berikut langkah-langkahnya:
1. Pelanggan dan Bank menjadi pemilik properti berdasarkan rasio pembayaran dalam
membeli properti.
2. Bank sewa yang berbagi ke klien dan mengambil sewa bulanan untuk periode yang
telah ditentukan. Klien membeli Bank ‟ s berbagi langkah demi langkah.
3. Akhirnya, Bank ‟ s berbagi berakhir dan klien mendapatkan kepemilikan penuh dari
properti.
Prinsip Syariah untuk kontrak MM
Terdapat perbedaan pendapat antar ulama syariah dengan beberapa sarjana. Dimana
ulama menyepakati keabsahan kontrak penjualan yang dikombinasikan dengan kontrak sewa.
Namun beberapa sarjana tidak setuju dengan validitas kontrak MM. Bagi mereka, itu harus
dinyatakan tidak sah karena mengandung beberapa unsur keraguan. Akhirnya Namun, para
peneliti mengusulkan beberapa prinsip dan pedoman yang perlu diamati secara ketat,
sehingga kontrak ini tidak melebihi batas Syariah dan tidak mendapatkan berasimilasi dengan
kontrak berdasarkan bunga. Berikut prinsip dan pedoman kontrak MM:
1. Barang harus ada. Jadi, properti yang tidak hadir atau dipinjamkan tidak
diperbolehkan untuk bertransaksi.
2. Proporsi keuntungan harus ditentukan dan keuntungan akan sebanding dengan jumlah
uang.
3. Baik pemodal dan klien harus berbagi keuntungan dan kerugian properti.
4. Dewan Penasehat Shari'ah harus memiliki hak untuk memantau kontrak.
5. Kontrak kemitraan dan kontrak penjualan harus dilakukan secara terpisah, dan tidak
secara kolektif.
6. Janji yang mengikat dapat diambil dari satu pasangan untuk membeli pangsa mitra
lain secara bertahap.
Perbandingan antara BBA dan MM
BBA MM
Jenis utang pembiayaan yang mirip dengan Kepemilikan bersama dari properti
pinjaman konvensional.
Kembalinya BBA adalah harga jual tetap Kembalinya MM adalah sewa properti yang
yang tidak dapat diubah. dapat direvisi kapan saja.
Klien berkewajiban untuk membayar jumlah Pelanggan dapat menarik kontrak di tengah
yang tetap jika ia mendapat kesulitan
Klien memiliki rumah segera setelah Dalam MM ia menjadi pemilik rumah
kontrak setelah masa jabatan
BBA hanya diperbolehkan di Malaysia dan MM adalah kontrak yang diterima secara
negara-negara Asia Selatan global