Anda di halaman 1dari 6

J. Akad. Kim.

5(2): 79-84 May 2016


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI UMBI TALAS (Colocasia esculenta [L]


Schott) MELALUI HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI

Producing Bioethanol From Taro (Colocasiaesculenta [L] Schott) Root Starch


Through Acidhydrolysis And Fermentation
*Mariskian M. Sadimo, Irwan Said, dan Kasmudin Mustapa
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 11 March 2016, Revised 11 April 2016, Accepted 10 May2016

Abstract
Taro plant containshigh enoughof carbohydrate, so it can be used as an alternative raw material for
producing bioethanol. This study aimed to determine the ratio of hydrochloric acid to taro root starch
and hydrolysis time of taro root starch for producing a high sugar content, as well as to determine the
bioethanol contentproduced from the fermentation of taro root starch using baker’s yeast. The results
showed the best ratio of hydrochloric acid 15%to the taro root starch was at 10:1 (v/w), resulted in a
total sugar content of 0.651%. The best hydrolysis time of taro root starch was 2.5 hours, resulted in
sugar content of 0.653%. The fermentation of sugar resulted in from hydrolysis was carried out at room
temperature for 5 days. The ethanol content obtained from the fermentation was 7.716%.
Keywords:Bioethanol, taro root, hydrolysis, fermentation
Pendahuluan
Bahan bakar minyak (BBM) dalam Peluang mengkonversi umbi-umbian
negeri menjadi semakin berkurang, bahkan termasuk umbi talas menjadi etanol sebagai
di beberapa tempat terpencil mengalami bahan bakar sangat rasional dan penting.
kelangkaan pasokan. Oleh karena itu, sudah Hal ini dipicu oleh keterbatasan cadangan
saatnya bangsa Indonesia mencari bahan bakar energi tak terbarukan. Sebaliknya kebutuhhan
alternatif yang sifatnya terbarukan. Sebagai energi semakin meningkat seiring dengan
negara agraris dan tropis, Indonesia telah pertumbuhan penduduk dan kemajuan
dianugerahi kekayaan alam yang melimpah teknologi. Pemilihan talas sebagai bahan
yang dapat digunakan sebagai bioenergi. Selain baku pembutan etanol karena talas termasuk
merupakan solusi menghadapi kelangkaan golongan umbi seperti halnya singkong yang
energi fosil pada masa mendatang, bioenergi memiliki kandungan pati sebanyak 66,8% dan
bersifat ramah lingkungan, dapat diperbaharui kadar air sebanyak 7,2% (Retno dkk., 2009).
(renewable), serta terjangkau masyarakat Tanaman talas merupakan tanaman
(Hambali dkk., 2007). penghasil karbohidrat yang memiliki peranan
Bioetanol merupakan salah satu bahan cukup strategis tidak hanya sebagai sumber
bakar alternatif yang berperan penting dalam bahan pangan, dan bahan baku industri tetapi
mengurangi dampak negatif pada pemakaian juga untuk pakan ternak. Talas mengandung
bahan bakar fosil (Cardona & Sanchez, 2007). banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari
Bioetanol dapat dibuat dari berbagai bahan metabolisme sekunder seperti alkaloid,
baku, seperti gas hidrokarbon, bahan-bahan glikosida, saponin, minyak essensial, resin,
yang mengandung sakarosa (tebu dan gula gula dan asam-asam organik. Umbi talas
biet), bahan-bahan yang mengandung pati (ubi mengandung pati yang mudah dicerna kira-
kayu, jagung, beras), maupun bahan-bahan kira sebanyak 18,2%, sukrosa serta gula
yang mengandung selulosa (kayu, limbah preduksinya 1,42% dan karbohidrat sebesar
pertanian, dan lain sebagainya) (Gusmarwani 23,7%. Kandungan karbohidrat yang cukup
dkk., 2010). tinggi pada talas sangat berpotensi sebagai salah
*Korespondensi: satu alternatif untuk bahan baku pembuatan
Mariskian M. Sadimo etanol (Setiasih, 2011).
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan Etanol adalah alkohol yang didapat dari
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: mariskianchem@gmail.com fermentasi bahan-bahan yang mengandung
© 2016 - Universitas Tadulako gula, pati atau selulosa. Etanol merupakan
79
Volume 5, No. 2, 2016: 79-84 Jurnal Akademika Kimia

bahan yang sangat penting karena merupakan dahulu menjadi gula sederhana yaitu dengan
bahan bakar cair dari sumber yang dapat hidrolisis pati menjadi unit-unit glukosa (Idral
diperbaharui (bioetanol). Bioetanol, tidak dkk., 2012).
seperti bensin, merupakan bahan bakar Tahap pertama dalam fermentasi glukosa
oksigenat yang mengandung 35% oksigen selalu terbentuk asam piruvat melalui jalur
yang dapat mereduksi partikulat dan emisi Embden Meyerhof Parnas (EMP) atau
NOx dari hasil pembakaran (Demirbas, 2005). glikolisis. Piruvat tersebut diubah menjadi
Bioetanol dapat digunakan sebagai pengganti alkohol melalui dua tahap yaitu pertama,
BBM tergantung dari tingkat kemurniannya. piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid
Bioetanol dengan kadar 95-99% dapat dipakai oleh piruvat dekarboksilase dengan melibatkan
sebagai bahan substitusi premium (bensin), tiamin pirofosfat dan tahap kedua asetaldehid
sedangkan kadar 40% dipakai sebagai bahan oleh alkohol dehidrogenase direduksi dengan
substitusi minyak tanah (Rahmawati, 2010). NADH2 menjadi alkohol (Idral dkk., 2012).
Hidrolisis pati menjadi glukosa (gula) Penelitian tentang pembuatan bioatanol dari
diperlukan asam, misalnya asam klorida (HCl), talas sebelumnya telah dilakukan oleh (Amin &
sedangkan untuk mengubah gula menjadi Empayus, 2014) yang meneliti tentang Faktor
etanol dipergunakan ragi Saccharomyces Ragi Roti dan Waktu Fermentasi Tepung Umbi
cereviceae (Gusmarwani dkk., 2010). Menurut Talas (Colocasia Esculenta [L] Schoot) Menjadi
Mastuti & Setyawardhani, 2010, proses Bioetanol. Proses hidrolisis pada penelitian ini
hidrolisis pati yaitu pengubahan molekul dilakukan dengan metode enzimatis dengan
pati menjadi monomernya atau unit-unit menggunakan enzim alpha amilase pada proses
penyusunnya seperti glukosa. Hidrolisis likuifikasi dan menggunakan enzim gluko
pati dapat dilakukan dengan bantuan asam amilase pada proses sakarifikasi. Gula reduksi
atau enzim pada suhu, pH, dan waktu reaksi hasil hidrolisis difermentasi dengan bantuan
tertentu. Metode kimiawi dilakukan dengan ragi roti 3 g/L, 4 g/L, dan 5 g/L (w/v) dan waktu
cara hidrolisis pati menggunakan asam-asam fermentasi 3, 5, dan 7 hari di dalam fermentor
organik. Asam yang sering digunakan pada berpengaduk pada suhu ruang dan pH 4,5-
proses hidrolisis dengan metode kimiawi adalah 4,8. Urea, NPK dan nutrien lain ditambahkan
H2SO4, HCl, dan HNO3. Menurut Badger untuk mempercepat pertumbuhan
pada dasarnya hidrolisis dapat berlangsung Saccharomyces cereviseae. Hasil penelitian
dengan dua cara, yakni cara kimiawi dan menunjukkan bahwa kualitas bioetanol yang
cara enzimatik. Hidrolisis secara kimiawi dihasilkan berdasarkan parameter titik nyala,
memiliki banyak keuntungan, yaitu biaya yang densitas, dan indeks bias sudah mendekati
dibutuhkan relatif murah dibandingkan dengan etanol standar. Kondisi optimum pada
cara enzimatik, sebab harga bahan kimia yang penelitian ini didapat pada fermentasi 5 hari
digunakan relatif lebih murah dibandingkan dan 7 hari dengan penambahan ragi 4 g/L dan
harga enzim. Selain itu, proses hidrolisis 5 g/L yang menghasilkan volume etanol 28,2L
dengan cara enzim membutuhkan waktu yang - 29,5L dengan kadar etanol 51,01%-54,80%.
relatif lebih lama dibandingkan cara kimiawi Selain dengan menggunakan enzim untuk
(Novianti dkk., 2013). melakukan hidrolisis pati menjadi glukosa
Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisa dapat pula digunakan metode kimiawi dengan
kemudian difermentasi dengan bantuan ragi menggunakan asam-asam organik seperti
atau yeast (Sacharomyces cereviseae) untuk H2SO4, HCl, dan HNO3. Oleh sebab itu, perlu
menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar
melalui reaksi sebagai berikut (Retno & Nuri, glukosa yang dihasilkan pada proses hidrolisis
2011): pati umbi talas menggunakan katalis asam.
Pati yang telah mengalami perlakukan
Saccharomyces cerevisiae
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 hidrolisis asam lebih mudah difermentasi
menjadi etanol. Semakin banyak hasil hidrolisis
pati menjadi glukosa diharapkan semakin
Fermentasi adalah proses penguraian banyak pula etanol yang dihasilkan melalui
karbohidrat menjadi etanol dan CO2 yang proses fermentasi (Putri & Sukandar, 2008).
dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
yang disebut khamir dalam keadaan anaerob rasio asam klorida terhadap pati umbi talas dan
(Osvaldo dkk., 2012). Karbohidrat dipecah waktu hidrolisis yang menghasilkan kadar gula

80
Mariskian M Pembuatan Bioetanol dari Pati Umbi ................

yang tinggi, serta menentukan kadar bioetanol didinginkan hingga mencapai suhu kamar.
yang dihasilkan pada fermentasi pati umbi talas Filtrat hasil penyaringan selanjutnya diukur
dengan menggunakan ragi roti. kadar gulanya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 630 nm.
Metode Hasil terbaik yakni yang memiliki kadar gula
Alat dan Bahan tertinggi dalam perlakuan ini digunakan untuk
Peralatan yang digunakan pada penelitian perlakuan lebih lanjut (Novianti dkk., 2013).
ini Peralatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah neraca analitik, Erlenmeyer, gelas kimia, Pengaruh Waktu Hidrolisis
labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, corong gelas, Perlakuan pengaruh waktu hidrolisis
penangas listrik, pH meter, batang pengaduk, terhadap kadar gula digunakan lima variasi
aluminium foil, kertas saring, ayakan 40 mesh, waktu hidrolisis yakni 0,5 jam, 1 jam, 1,5
magnet stirrer, spektrofotometer UV-Vis, jam, 2 jam, 2,5 jam dan 3 jam. Pada perlakuan
oven, blender, seperangkat alat evaporator dan ini digunakan rasio asam klorida 15% / pati
alkoholmeter. Bahan-bahan yang digunakan umbi talas halus yang terseleksi pada tahap
yaitu talas, larutan HCl (Merck), larutan sebelumnya. Tahap ini dilakukan pada suhu
NaOH (Merck), urea ((NH2)2CO) (Merck), yang sama dengan proses hidrolisis sebelumnya
ammonium sulfat ((NH4)2SO4) (Merck K GaA), yakni pada suhu 1000C. Pada tahap ini filtrat
padatan glukosa (C6H12O6) (Merck), reagen hasil hidrolisis selanjutnya diukur kadar gulanya
Anthrone (Merck), ragi roti (saccharomyces menggunakan spektrofotometer UV-Vis seperti
cereviseae) dan aquades (H2O). pada proses pengukuran kadar gula sebelumnya.
Filtrat hasil hidrolisis yang memiliki kadar gula
Cara Kerja paling tinggi digunakan untuk perlakuan lebih
Talas yang diambil di Kecamatan Bulagi lanjut (Novianti dkk., 2013).
Kabupaten Banggai Kepulauan dikupas
kulitnya kemudian dipotong-potong menjadi Tahap Fermentasi
bagian-bagian yang lebih kecil dan ditimbang Proses fermentasi dilakukan dengan
sebanyak 4 kg. Selanjutnya, mencuci talas menggunakan filtrat hasil hidrolisis yang
tersebut dengan air dan kemudian dikeringkan memiliki kadar gula paling tinggi. Filtrat
dengan bantuan sinar matahari hingga ditambahkan dengan larutan NaOH 6 M
kering. Talas yang sudah kering dihaluskan hingga pH-nya menjadi 5. Selanjutnya,
menggunakan blender. Setelah itu, talas hasil menambahkan 4 gram urea dan 4 gram
blender dikeringkan pada suhu 1000C selama ammonium sulfat dalam larutan dan
2 jam. Selanjutnya mengayak talas yang telah dipasteurisasi pada suhu 80°C selama 15 menit
dihaluskan dengan menggunakan ayakan 40 lalu didinginkan. Kemudian ditambahkan 8
mesh. gram ragi roti (Saccharomyces cereviseae) ke
dalam larutan dan mendiamkannya selama 5
Pengaruh Rasio Asam Klorida 15% Terhadap hari pada suhu ruang. Setelah mencapai waktu
Pati Umbi Talas yang ditentukan larutan tersebut disaring
Perlakuan pengaruh rasio asam klorida (Rohmadi & Nuria, 2010).
15% terhadap pati umbi talas menggunakan
sepuluh tingkatan rasio yang terdiri atas 4:1, Tahap Pemisahan
5:1, 6:1, 7:1, 8:1, 9:1 dan 10:1 atas dasar Tahap pemisahan dilakukan dengan
volume/berat (v/b). Dimana pada perlakuan memasukan filtrat hasil fermentasi ke
ini digunakan pati umbi talas yang telah dalam labu alas bulat dan dipasang pada
dihaluskan sebanyak 10 gram. Pada tahap ini rangkaian alat evaporator. Pada proses ini
dilakukan penimbangan 10 gram pati umbi dilakukan pemanasan pada suhu 800C untuk
talas halus sebanyak 7 kali. Selanjutnya, ke memisahkan etanol dari campurannya. Larutan
dalam masing-masing pati umbi talas halus hasil evaporasi selanjutnya ditentukan kadarnya
ditambahkan larutan asam klorida 15% sesuai dengan menggunakan alcoholmeter (Osvaldo
rasio masing-masing. Tahap selanjutnya pati dkk., 2012).
umbi talas dihidrolisis menggunakan asam Hasil dan Pembahasan
klorida 15% pada suhu 1000C selama 2,5 jam. Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar
Hasil hidrolisis selanjutnya disaring kemudian gula pada berbagai rasio asam klorida 15%

81
Volume 5, No. 2, 2016: 79-84 Jurnal Akademika Kimia

disajikan pada Tabel 1. katalisator dalam hal ini, bertujuan


Tabel 1 Kadar Gula pada Berbagai Rasio Asam memperbesar kecepatan reaksi. Hal serupa
dikemukakan oleh (Dewi dkk., 2014), semakin
Klorida 15% meningkat konsentrasi katalis maka semakin
meningkat juga laju hidrolisis karena konstanta
kecepatan reaksi hidrolisis berbanding lurus
dengan konsentrasi H+ dalam suasana asam.
Proses hidrolisis pati yaitu pengubahan
molekul pati menjadi monomernya atau unit-
unit penyusunnya seperti glukosa (Mastuti &
Setyawardhani, 2010). Glukosa adalah suatu
gula monosakarida yang merupakan salah
satu karbohidrat terpenting yang digunakan
Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh.
gula pada berbagai waktu hidrolisis disajikan Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis
pada Tabel 2 semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti
Tabel 2 Kadar Gula pada Berbagai Waktu glikogen, ribosa dan deoksiribosa dalam
Hidrolisis asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu,
dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan
proteoglikan (Devita dkk., 2015).
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa
kadar gula terus mengalami peningkatan seiring
dengan penambahan waktu hidrolisis dari
0,5 jam sampai 2,5 jam. Namun pada proses
hidrolisis selama 3 jam kadar gula cenderung
menurun. Dimana kadar gula tertinggi
ditemukan pada waktu reaksi selama 2,5 jam
Fermentasi pati umbi talas menggunakan dengan kadar gula yang dihasilkan sebesar
ragi roti dengan waktu fermentasi selama 5 hari 0,653%. Hasil yang diperoleh relatif sama pada
diperoleh kadar etanol sebesar 7,716% dengan penggunaan rasio asam klorida 15% terhadap
volume hasil evaporasi 119 mL. pati umbi talas 10:1, yakni 0,651% dengan
waktu hidrolisis selama 2,5 jam. Penurunan
Pembahasan kadar gula disebabkan karena glukosa akan
Salah satu proses hidrolisis yaitu hidrolisis terdegradasi menjadi hydroxymethylfurfural
asam, dimana katalisatornya menggunakan dan bereaksi lebih lanjut membentuk asam
asam. Asam berfungsi sebagai katalisator formiat, sehingga menyebabkan kadar glukosa
dengan mengaktifkan air. Asam yang dipakai menurun (Idral dkk., 2012). Pada hidrolisis
dalam industri adalah H2SO4 dan HCl. HCl dengan metode asam semakin lama proses
lebih menguntungkan karena lebih reaktif hidrolisis maka gula reduksi akan semakin
dibandingkan H2SO4. Hidrolisis asam dapat besar, namun jika terlalu lama maka akan
dikelompokkan menjadi dua yaitu hidrolisis terjadi penurunan kadar gula reduksi (Devita
asam kuat (H2SO4 pekat, HCl pekat, dan lain- dkk., 2015).
lain) dan hidrolisis asam encer (H2SO4 encer, Fermentasi alkohol adalah proses penguraian
HCl encer, dan lain-lain) (Groggins, 1992). karbohidrat menjadi etanol dan CO2 yang
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dihasilkan oleh aktivitas suatu jenis mikroba
semakin tinggi rasio asam klorida yang yang disebut khamir dalam keadaan anaerob.
digunakan untuk menghidrolisis pati umbi Perubahan dapat terjadi jika mikroba tersebut
talas kadar gula yang diperoleh semakin besar. bersentuhan dengan makanan yang sesuai
Sehingga diperoleh kadar gula tertinggi pada bagi pertumbuhannya. Pada proses fermentasi
rasio asam klorida 15% terhadap pati umbi biasanya tidak menimbulkan bau busuk dan
talas 10 : 1 atas dasar (v/b) dengan kadar gula biasanya menghasilkan gas karbondioksida.
sebesar 0,651%. Hasil yang diperoleh sesuai Hasil fermentasi dipengaruhi banyak faktor.
dengan yang dikemukanan (Groggins, 1992), Seperti, bahan pangan atau substrat, jenis
yakni semakin banyak jumlah katalisator yang mikroba dan kondisi sekitar (Osvaldo dkk.,
dipakai makin cepat reaksi hidrolisis terjadi 2012).
dan dalam waktu tertentu pati yang berubah Proses fermentasi pada penelititan ini
menjadi glukosa juga meningkat. Penambahan dilakukan selama 5 hari yang dilakukan pada suhu
82
Mariskian M Pembuatan Bioetanol dari Pati Umbi ................

ruang menggunakan ragi roti (saccharomyces Ariyani, E., Kusumo, E., & Supartono. (2013).
cereviseae) dengan menambahkan nutrisi Produksi bioetanol dari jerami padi (Oryza
seperti urea dan ammonium sulfat untuk sativa L). Jurnal Institut Teknologi Nasional,
pertumbuhan Saccharomyces cereviseae. 2(2), 168–172.
Saccharomyces cerevisiae memiliki kemampuan
untuk mengkonversi baik gula dari kelompok Azizah, N., A. N. Al-Baarri, & Mulyani,
monosakarida maupun dari kelompok S. (2012). Pengaruh lama fermentasi
disakarida. Jika gula yang tersedia dalam terhadap kadar alkohol, Ph, dan produksi
substrat merupakan gula disakarida maka gas pada proses fermentasi bioetanol dari
enzim invertase akan bekerja menghidrolisis whey dengan substitusi kulit nanas. Jurnal
disakarida menjadi monosakarida. Setelah itu, Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2), 72-77.
enzim zymase akan mengubah monosakarida Cardona, A., & Sanchez, O. J. (2007). Feul
tersebut menjadi alkohol dan CO2 (Azizah ethanol production. Process design trends
dkk., 2012). and integration opportunities. Bioresource
Hasil fermentasi pati umbi talas selanjutnya Technology, 98(12), 45-57.
dievaporasi untuk memisahkan etanol dari
campurannya pada suhu 80oC. Pada proses Demirbas, A. (2005). Bioethanol from
evaporasi senyawa yang menguap terlebih cellulosic material: A renewable motor fuel
dahulu adalah etanol karena memiliki titik from biomass. Energy Source, 27, 327–337.
didih yang rendah yaitu 78,3oC, dibandingkan
dengan pelarutnya seperti air yang memiliki Devita, C., Pratjojo, W., & Sedyawati, R. M.
titik didih 100oC (Ariyani dkk., 2013). Hasil S. (2015). Perbandingan metode hidrolisis
Evaporasi kemudian dilakukan pengukuran enzim dan asam dalam pembuatan sirup
kadar etanolnya dengan menggunakan alkohol glukosa ubi jalar ungu. Indonesian Journal
meter. Hasil pengukuran kadar etanol dengan of Chemical Science, 4(1), 15-19.
rentang waktu fermentasi selama 5 hari dan
kadar gula reduksi 0,653% diperoleh kadar Dewi, T. K., Monica, N., & Novalita, S.
etanol sebesar 7,716%. (2014). Pembuatan bioetanol dari keladi
liar (colocasia esculenta L schott var.
Kesimpulan antiquorum) melalui hidrolisis dengan
Rasio asam klorida 15% terhadap pati umbi katalis asam klorida dan fermentasi. Jurnal
talas yang menghasilkan kadar gula tertinggi Teknik Kimia, 4(20), 7-13.
diperoleh pada penggunaan rasio asam klorida Groggins, P. H. (1992) Unit process in organic
15%/pati umbi talas 10:1 atas dasar v/b dengan synthesis. New York: Mc Graw Hill Book
kadar gula yang diperoleh sebesar 0,651%. Company.
Lama waktu hidrolisis yang menghasilkan
kadar gula tertinggi adalah pada waktu Gusmarwani, S. R., Budi, M. S. P., Sediawan,
hidrolisis 2,5 jam dengan kadar gula yang W. B., & Hidayat, M. (2010). Pengaruh
diperoleh sebesar 0,653%. Kadar bioetanol perbandingan berat padatan dan waktu
yang dihasilkan pada fermentasi pati umbi talas reaksi terhadap gula pereduksi terbentuk
dengan menggunakan ragi roti selama 5 hari pada hidrolisis bonggol pisang. Jurnal
adalah 7,716%. Teknik Kimia Indonesia, 9(3), 77-82.

Ucapan Terima Kasih Hambali, E. S., Mujdalipah, A. H., Tambunan,


Penulis mengucapkan terimakasih kepada A. W., Pattiwiri, & Hendroko, R. (2007).
kepala laboran Agroteknologi FAPERTA dan Teknologi bioenergi. Jakarta: Agromedia.
semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian ini. Idral, D. D., Salim, M., & Mardiah, E.
(2012). Pembuatan bioetanol dari ampas
sagu dengan proses hidrolisis asam dan
Referensi menggunakan saccharomyces cerevisiae.
Amin, J. M., & Empayus. (2014). Faktor Jurnal Kimia Unand, 1(1), 34-39.
ragi roti dan waktu fermentasi tepung umbi Mastuti, E., & Setyawardhani, A. D. (2010).
talas (colocasia esculenta [L] schoot) menjadi Pengaruh variasi temperatur dan konsentrasi
bioetanol. Prosiding Seminar Nasional katalis pada kinetika reaksi hidrolisis tepung
Lahan Suboptimal 2014. Politeknik Negeri kulit ketela pohon. Ekuilibrium, 9(1), 23-
Sriwijaya. 27.

83
Volume 5, No. 2, 2016: 79-84 Jurnal Akademika Kimia

Novianti, Mappiratu, & Musafira. (2013). Retno, E. D., Kriswiyanti, E. A., & Nur, A.
Pemanfaatan limbah serbuk gergaji untuk (2009). Bioetanol fuel grade dari talas
produksi bioetanol menggunakan sel ragi (colocasia esculenta). Ekuilibrium, 8(1),
imobil secara berulang. Online Jurnal of
Natural Science, 2(3), 9-19. 1-6.

Osvaldo, Z. S., Panca, P. S., & Faisal, M. (2012). Retno, T. D., & Nuri, W. (2011). Pembuatan
Pengaruh konsentrasi asam dan waktu pada bioetanol dari kulit pisang. Prosiding Seminar
proses hidrolisis dan fermentasi pembuatan Nasional Teknik Kimia “Kejuangan”. FTI
bioetanol dari alang-alang. Jurnal Teknik
Kimia, 2(18), 52-62. UPN Veteran Yogyakarta.

Putri, L. S. E., & Sukandar, D. (2008). Rohmadi, N., & Nuria, A. S. (2010). Pembuatan
Konversi pati ganyong (canna edulis ker.) bioetanol dari ubi jalar putih (ipomea batatas
menjadi bioetanol melalui hidrolisis asam linneaus). Laporan Tugas Akhir Fakultas
dan fermentasi. Biodiversitas, 9(2), 112-116. Teknik, Program Studi Diploma III
Rahmawati, A. (2010). Pemanfaatan Limbah Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kulit Ubi Kayu (Manihot utilissima Pohl.) Setiasih, A. (2011). Pemanfaatan talas (colocasia
dan Kulit Nanas (Ananas comosus L.) pada esculenta L.schott) sebagai bahan baku
Produksi Bioetanol Menggunakan Aspergillus pembuatan bioetanol. Karya Tulis Ilmiah
Niger. Skripsi Jurusan Biologi, Fakultas Fakultas Teknik, Program Studi Diploma
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak III Teknik Kimia Universitas Diponegoro
diterbitkan. Semarang.

84

Anda mungkin juga menyukai