Anda di halaman 1dari 59

Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 1

BAB 1
ANATOMI DAN FISIOLOGI

SISTEM SKELETAL

Struktur tulang dan jaringan menyusun kurang lebih 25% berat badan, sedangkan
otot menyusun kurang lebih 50% berat badan. Struktur tulang manusia berfungsi
untuk memberikan perlindungan terhadap organ vital, termasuk diantaranya otak,
jantung dan paru.
Tubuh manusia terdiri dari 206 tulang yang terbagi dalam 4 kategori, yaitu
tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tidak beraturan.

GAMBAR 1.1●Sistem Skeletal Manusia Tampak Depan dan Belakang.

Tulang Panjang
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 2

Tulang panjang terdiri dari bagian silindris yang sempit dan panjang seperti batang.
Pada bagian tengah (diafisis) yang bergabung ke dalam leher tulang (metafisis)
menuju ujungnya yang berbentuk bulat (epifisis).Contohnya :

[a] [b]

GAMBAR 1.2 ●[a] Femur; dan [b] Humerus.

Tulang Pendek

Tulang pendek hampir sama bentuknya dengan tulang panjang, serta berukuran
pendek dan kecil. Tulang pendek terdiri dari tulang spongiosa yang ditutupi lapisan
tipis tulang kompak.Contohnya :

GAMBAR 1.3 ●Tulang pergelangan tangan dan Tulang pergelangan kaki.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 3

Tulang Pipih

Tulang pipih berbentuk gepeng (pipih). Salah satu fungsi dari tulang pipih yaitu
melindungi organ vital dan lunak yang berada didalamnya. Contohnya :

GAMBAR 1.4a ●Tulang Dada (sternum).

GAMBAR 1.4b ●Tulang Belikat (scapula).

Tulang Tidak Beraturan

Tulang tidak beraturan mempunyai berbagai bentuk serta memiliki segmen tipis
(yang terdiri dari dua lempeng tulang kompak dengan tulang spongiosa diantara
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 4

kedua lempeng tersebut) dan tebal (yang terdiri dari tulang spongiosa yang dikelilingi
lapisan tulang kompak). Contohnya :

[a] [b] [c]

GAMBAR 1.5 ●Tulang Belakang. [a] Tampak belakang; [b] Tampak depan; dan

[c] Tampak samping.

PEMBENTUKAN TULANG

Proses pembentukan tulang telah dimulai sejak masih dalam kandungan saat stem
cell mesenkim mulai berdiferensiasi ke dalam kondrosit. Proses tersebut dinamakan
osifikasi yaitu proses saat matriks tulang terbentuk dan terjadi pergeseran mineral,
kemudianditimbun pada serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif.
Proses osifikasi terdiri dari dua bentuk, yaitu secara endokondral dan
intramembrane.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 5

STRUKTUR TULANG

Tulang terdiri dari dua jenis jaringan tulang yaitu kompak (cortical) dan spongiosa
(cancellous). Tulang kompak secara makroskopis terlihat padat, sedangkan
spongiosa berbentuk seprti spons.
Jika tulang kompak diperiksa secara mikroskopis, maka akan terlihat system
Haversian, yang terdiri dari:
 Sebuah kanal pusat yaitu kanal Haversian.
 Lapisan konsentris dari matriks tulang yang disebut lamella.
 Ruang kecil antara lamella (lacuna).
 Sel tulang (osteosit) di dalam lacuna.
 Saluran atau kanal kecil (kanalikuli).

GAMBAR 1.6 ●Struktur Tulang.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 6

PERTUMBUHAN DAN METABOLISME

Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan


hormone, diantaranya :

 Kalsium dan fosfor


 Kalsitonin
 Vitamin D
 Hormone paratiroid (parathyroid hormone, PTH)
 Hormone prtumbuhan (growth hormone, GH)
 Hormone glukokortikoid (glucocorticoid hormone)
 Hormone seksual.

PERSENDIAN

Sendi merupakan hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang
memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu
sama lain.
Jenis-jenis sendi :
 Sinartrosis, yaitu sendi yang tidak dapat digerakkan : tulang tengkorak, antara
gigi dan rahang, dan antara radius dan ulna.
 Amfiartrosis, yaitu sendi yang pergerakannya terbatas : tulang vertebra,
pubis, dan sakroiliaka.
 Diartrosis, yaitu sendi yang mampu digerakkan secara bebas, yang terdiri dari
:
- Sendi peluru (sendi panggul dan bahu)
- Sendi engsel (siku, sendi diantara ruas jari, dan lutut)
- Sendi pelana (ibu jari/metacarpal)
- Sendi putar (sendi antara radius dan ulna)
- Sendi geser (tulang karpal dipergelangan tangan).
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 7

GAMBAR 1.7 ●Jenis-jenis Sendi

OTOT

Tabel 1 ●Jenis Otot

Jenis Otot Karakteristik


Otot Polos Dipersarafi oleh system saraf otonom dimana kontraksinya di
luar control motoric system saraf pusat. Contohnya yaitu otot
yang terdapat pada saluran cerna, saluran kemih, dan
pembuluh darah.

GAMBAR 1.8 ● Otot Polos


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 8

Otot Rangka Otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk, mulai dari panjang,
(otot lurik) tipis, sampai lebar dan datar.

GAMBAR 1.9 ● Otot Lurik


Otot Jantung Hanya pada jantung dan kontraksinya diluar control motoric system
saraf pusat atau diluar keinginan (pengendalian).

GAMBAR 1.10 ● Otot Jantung

Fungsi Otot

Yaitu mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan


panas. Otot, tulang, dan sendi terintegrasi menghasilkan pergerakan tubuh,
misalnya berjalan dan berlari.

Table 2 ●Sifat Sel Otot

Sifat Sel Otot Defenisi


Eksitabilitas Kemampuan sel untuk menerima dan merespon stimulus,
sehingga tubuh dapat merespons perubahan lingkungan
eksternal maupun internal.
Kontraktibilitas Kemampuan sel untuk memendek saat menerima stimulus.
Ekstensibilitas Kemampuan sel untuk memanjang atau relaksasi
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 9

Kemampuan sel untuk kembali ke keadaan semula setelah


Elastisitas
berkontraksi.

GAMBAR 1.11 ●Struktur Otot Manusia


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 10

BAB 2
PEMERIKSAAN FISIK DAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN FISIK

Bertujuan untuk memperoleh data dasar mengenai otot, tulang, persendian, serta
untuk mengetahui mobilitas, kekuatan, atau adanya gangguan pada bagian tertentu.
Bagian yang dikaji pada saat pemeriksaan fisik system musculoskeletal :

Table 2.1 ●Pemeriksaan Fisik Sistem Muskuloskeletal.

Pemeriksaan Fisik Bagian Yang Dikaji


Mengkaji system  Adanya deformitas dan kesimetrisan.
skelet tubuh  Pemendekan ekstremitas, amputasi dan non
simetris.
 Angulasi abnormal pada tulang panjang.
 Suara berderik pada titik gerak abnormal.
 Gerakan fregmen tulang.
Mengkaji tulang  Deformitas tulang belakang
belakang - Scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang
belakang).

GAMBAR 2.1 ●Tulang Belakang yang Mengalami Skoliosis


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 11

- Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang


bagian toraks).

GAMBAR 2.2 ●Tulang Belakang yang Mengalami Kifosis

- Lordosis (kurvatura tulang belakang bagian


punggung yang berlebihan).

GAMBAR 2.3 ●Tulang Belakang yang Mengalami Lordosis

 Kesimetrisan bahu dan panggul serta kelurusan


tulang belakang.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 12

Mengkaji system  Memeriksa rentang gerak deformitas, stabilitas dan


persendian adanya benjolan.
 Rentang gerak dievaluasi secara aktif maupun pasif
dengan goniometer.
 Jaringan disekitar sendi diperiksa untuk menemukan
adanya benjolan.
Mengkaji system  Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
otot kordinasi, serta ukuran masing-masing otot.
 Palpasi tonus otot
Mengkaji gaya  Perhatikan gaya berjalan klien, normal atau
berjalan abnormal
 Berbagai kondisi neurologis yang berhubungan
dengan gaya berjalan abnormal, misalnya gaya
berjalan bergetar (Parkinson).
Mengkaji kulit dan  Palpasi kulit untuk mengetahui adanya suhu lebih
system perifer panas, lebih dingin, dan edema
 Denyut nadi perifer, warna, suhu tubuh, dan waktu
pengisian kapiler
 Adanya luka, memar,perubahan suhu tubuh, dan
warna kulit.

Table 2.2 ●Skala Kekuatan Otot (Lovett)

Tingkat Fungsi Otot Nilai Skala Lovett

Tidak ada bukti kontraktilitas 0 0 (Nol)


Sedikit kontraktilitas, tidak ada gerakan 1 T (Trace/sedikit)
Rentang gerak penuh, tidak ada gravitasi 2 P (Poor/buruk)
Rentang gerak penuh dengan gravitasi 3 F (Fair/sedang)
Rentang gerak penuh melawan gravitasi, beberapa 4 G (Good/baik)
resistensi
Rentang gerak penuh melawan gravitasi, resistensi 5 N (Normal)
penuh
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 13

Table 2.3 ●Langkah-Langkah Untuk Memeriksa Kekuatan Otot

Kelompok Otot Manuver

M. 1. Letakkan tangan dengan mantap pada rahang


Sternocleidomastoideus atas klien
2. Minta klien memiringkan kepala melawan
tahanan tersebut.
M. Trapezius 1. Letakkan tangan diatas garis tengah bahu
klien
2. Berikan tekanan.
3. Minta klien untuk mengangkat bahunya
melawan tekanan tersebut.
M. Biceps brachii 1. Fleksikan siku klien 90⁰
(menahan fleksi siku) 2. Tempatkan satu tangan dibawah olecranon
untuk menopang dan minta klien untuk
menahan saat anda berupaya untuk menarik
lengan bawah klien untuk ekstensi.
M. Triceps brachii 1. Fleksikan siku klien 90⁰
(menahan ekstensi siku) 2. Minta klien untuk menahan saat anda
memberikan tekanan pada pergelangan
tangan dan berusaha untuk mendorong lengan
bawah kearah M. Biceps brachii.
M. Quadriceps 1. Pada saat klien dalam posisi duduk, berikan
tekanan kebawah pada paha
2. Minta klien untuk melawan tekanan dengan
mengangkat tungkai.
M. Gastrocnemius 1. Minta klien untuk duduk menahan garis tungkai
yang fleksi
2. Minta klien untuk mengencangkan tungkai
melawan tekanan tersebut.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 14

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan lab yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap, yang meliputi
kadar hemoglobin dan hitung sel darah putih. Sebelum dilakukan pembedahan,
pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan untuk mendeteksi kecenderungan
karena tulang merupakan jaringan yang sangat vascular. Pemeriksaan darah dan
urin dapat memberikan informasi tentang infeksi dan acuan pemberian terapi
antikoagulan.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 15

BAB 3
OSTEOMIELITIS

DEFENISI

Osteomielitis merupakan suatu istilah yang merujuk pada inflamasi tulang yang
disebabkan oleh infeksi. Penyembuhan jenis infeksi ini lebih sulit jika di bandingkan
dengan infeksi jaringan lunak karena :

 Sifat tulang yang tidak parmeabel terhadap sel dan biokimia sistem imun.
 Terbatasnya kemampuan penggantian tulang yang dihancurkan karena
infeksi.
 Mikrosirkulasi tulang yang sangat rentan terhadap kerusakan oleh toksin
bakteri.

GAMBAR 3.1 ●Perbandingan antara tulang yang normal dengan tulang


yang mengalami osteomyelitis.

ETIOLOGI
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 16

Penyebab dari osteomielitis terdiri dari endogen dan eksogen. Endogen


(hematogen) disebabkan oleh patogen yang dibawa dalam darah dari tempat infeksi
dimana pun diseluruh tubuh. Eksogen disebabkan oleh infeksi yang masuk dari luar
tubuh, misalnya fraktur terbuka, luka tusuk, atau prosedur operasi.

GAMBAR 3.2 ●Organisme pathogen penyebab osteomyelitis.

KLASIFIKASI
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 17

Menurut tempat kejadiannya, osteomielitis terbagi menjadi 2 macam :

Osteomielitis
Osteomielitis mencapai tulang
Primer secara langsung
melalui luka.

Osteomielitis mencapai
Osteomielitis tulang melalui aliran darah
dari suatu infeksi di tempat
Sekunder
lain (misalnya infeksi
saluran napas dan infeksi
genitourinarial).

GAMBAR 3.3 ●Klasifikasi Osteomielitis.

TABEL 3.1 ● Jenis Osteomielitis menurut waktu kejadiannya.

Jenis Osteomielitis Gejala


Osteomielitis akut  Nyeri pada area lesi.
 Demam, menggigil, malaise, pembesaran
kelenjar limfe regional.
 Sering kali terdapat riwayat infeksi sebelumnya
atau terdapat luka.
 Pembengkakan lokal dan Kemerahan
 Suhu tubuh teraba hangat
 Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
adanya anemia dan leukositosis.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 18

Osteomielitis Kronis  Terdapat luka, bernanah, berbau busuk, dan nyeri


 Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan LED.

PATOFISIOLOGI

infeksi

Trombosis
pembuluh darah

Abses tulang

Iskemia dengan Membentuk area jaringan tulang


nekrosis mati (sequestrum)

Pertumbuhan tulang baru


(involukrum) mengelilingi
sequestrum

Menyebar ke jaringan
lunak/sendi di sekitarnya

GAMBAR 3.4 ●Patofisiologi Osteomielitis.

MANIFESTASI KLINIS
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 19

TABEL 3.2 ● Gejala yang Muncul pada Osteomielitis.

GEJALA OSTEOMIELITIS
1. Demam, limfadenopati, nyeri lokal, dan bengkak.

2. Nyeri tekan klien menggambarkan nyeri konstan berdenyut semakin


memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul.

3. Gejala yang muncul secara mendadak misalnya menggigil, demam tinggi,


denyut nadi cepat, anoreksia, dan malaise.

4. Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal.

5. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, maka akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak serta bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri dan bengkak.

6. Terlihat pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
nyeri berulang, pembengkakan, dan pengeluaran pus.

KPEMERIKSAAN PENUNJANG

TABEL 3.3 ● Pemeriksaan Penunjang Osteomielitis.

Jenis Jenis
Kegunaan
Osteomielitis Pemeriksaan
Foto rotgen  Menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak.
 Terdapat daerah dekalsifikasi
iregular dan nekrosis tulang
baru.
Osteomielitis akut Bone scan dan MRI Membantu diagnosis definitif awal.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 20

Pemeriksaan darah Memperlihatkan peningkatan leukosit


dan peningkatan laju endap darah.

Kultur darah dan Menentukan jenis antibiotik yang


kultur abses sesuai.

Foto rotgen Memperlihatkan :


 Ukuran yang besar
 Kavitas ireguler
 Peningkatan periosteum.
 Sequestrum atau pembentukan
tulang padat.
Osteomielitis kronis Bone scan dan MRI Mengidentifikasi area infeksi.
Pemeriksaan darah  Laju endap darah dan jumlah
leukosit biasanya normal.
 Jika hasil menunjukkan
anemia, maka hal ini dikaitkan
dengan infeksi kronis.
Kultur darah dan Menentukan organisme infektif dan
kultur abses terapi antibiotik yang tepat.

PENATALAKSANAAN

Sejumlah contoh terapi yang dapat diberikan di antaranya :


 Pemberian terapi antibiotik intravena.
 Pembedahan.

BAB 4
ARTRITIS REUMATOID
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 21

DEFENISI

Artritis reumatoid merupakan penyebab paling sering dari penyakit radang sendi
kronis. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh perempuan, yang sering kali
ditemukan pada dekade 40-50 tahunan.

GAMBAR 4.1 ● Artritis Reumatoid pada Lutut.

ETIOLOGI

Penyebab (etiologi) dari Artritis reumatoid yaitu :


 Faktor kerentanan genetik (HLA-DR4)
 Reaksi imunologi (antigen asing yang berfokus pada jaringan sinovial).
 Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon
 Faktor reumatoid dalam darah dan cairan sinovial.
 Proses inflamasi yang berkepanjangan.
 Kerusakan kartilago artikular.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 22

PATOFISIOLOGI

Inflamasi pada
sendi

Edema Kongesti Eksudat fibrin Infiltrasi

Sinovial menjadi Pada sendi


tebal artikular kartilago

Persendian
meradang

Jaringan granulasi
(pannus)

Pannus meluas ke
tulang

Gangguan pada
nutrisi kartilago Kartilago nekrosis
artikular

GAMBAR 4.2 ●Patofisiologi Artritis Reumatoid.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Jika


kerusakan kertilago sangat luas, maka akan terjadi adhesi di antara permukaan
sendi, dimana jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis) (gambar 4.2).
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 23

kerusakan kartilago dan tulang dapat menyebabkan tendon dan ligamen menjadi
lemah, serta dapat menimbulkan subluksasi osteoporosis setempat.

DTANDA DAN GEJALA

Tabel 4.1 ●Tanda dan Gejala Artritis Reumatoid.

Tanda dan gejala setempat : Tanda dan gejala sistemik :

 Sakit persendian disertai kaku  Lemas, demam, berat badanturun,


terutama pada pagi hari (morning anemia, anoreksia, sertabadan
stiffness) dan gerakan terasa nyeri dan kaku.
terbatas,kekakuan berlangsung  Artritis reumatoid terbagi menjadi
tidak lebih dari 30 menit dan dapat tiga stadium, yaitu:
berlanjut sampai berjam-jam 1) Stadium sinovitis
dalam sehari. Kekakuan ini Pada stadium ini terjadi perubahan
berbeda dengankekakuan dini pada jaringan sinovial yang
osteoartritis yang biasanya tidak ditandai adanya hiperemi, edema
berlangsung lama. karena kongesti, nyeri pada
 Lambat laun membengkak,panas saatistirahat maupun saat bergerak,
merah, lemah bengkak, dan kekakuan.
 Poliartritis simetris sendi perifer : 2) Stadium destruksi
Semua sendi bisa Pada stadium ini selain terjadi
terserang,panggul, lutut, kerusakan pada jaringan sinovial
pergelangan tangan, siku, rahang terjadi juga pada jaringan sekitarnya
dan bahu. Paling sering mengenai yang ditandai adanya kontraksi
sendi kecil tangan, kaki, tendon. Selain tanda dan gejala
pergelangan tangan, meskipun tersebut diatasterjadi pulaperubahan
sendi yanglebih besar seringkali bentuk pada tangan yaitu bentuk jari
terkena juga swan-neck.
 Artritis erosif à sifat radiologis 3) Stadium deformitas
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 24

penyakit ini. Peradangan Pada stadium ini terjadi perubahan


sendiyang kronik menyebabkan secara progresif dan berulang kali,
erosi pada pinggir tulang dan ini deformitas dan ganggguan fungsi
dapat dilihat pada penyinaran secara menetap. Perubahan pada
sinar X. sendi diawali adanya sinovitis,
berlanjut pada pembentukanpannus,
ankilosis fibrosa, dan terakhir
ankilosis tulang

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien dengan artritis reumatoid


meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan aspirasi cairan
sinovial.

1. Pemeriksaan laboratorium
 Laju endap darah meningkat
 Protein C-reaktif meningkat
 Terjadi anemia dan leukositosis
 Tes serologi faktor reumatoid positif (80% penderita).
2. Pemeriksaan radiologi
 Ciri sinovitis: pembengkakan jaringan lunak dan osteoporosis peri-
artikular.
3. Aspirasi cairan sinovial
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses inflamasi (jumlah sel darah putih
>2000/µL). Pemeriksaan cairan sendi meliputi pewarnaan Gram,
pemeriksaan jumlah sel darah, kultur dan gambaran makroskopis.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 25

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi yaitu :

 Mengontrol peradangan secepat mungkin dan meringankan nyeri.


 Mempertahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal
klien.
 Mencegah atau memperbaiki deformitas.

Program terapi dasar sebagai sarana pembantu untuk mencapai tujuan tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.3.

TABELl 4.2 ●Program Terapi Dasar.

Program Terapi Dasar


Nonfarmakologi  Istirahat.
 Latihan fisik.
 Nutrisi : pola makan untuk penurunan berat badan yang
berlebih.

farmakologi  Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)


 Disease-modifying antirheumatic drug (DMARD)
 Kortikosteroid.
 Terapi biologi.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 26

BAB 5
GOUT

DEFENISI

Gout merupakan peradangan pada sendi akibat adanya endapan Kristal asam urat
pada sendi.

GAMBAR 5.1 ● Perbedaan Antara Sendi Normal dengan Sendi yang Mengalami Gout.

GAMBAR 5.2 ● Gout pada Kaki dan Tangan.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 27

Gout berkaitan langsung dengan hiperurisemia ( asam urat serum tinggi).gout dibagi
menjadi gout primer atau gout sekunder.

Gout Gout
Tanpa adanya penyebab
Primer yang jelas dan dapat Sekunder Kondisi
disebabkan oleh hiperurisemia lama
pembentukan asam urat yang disebabkan
tub;uh yang berlebihan kelainan tertentu
atau akibat penurunan atau pemakaian obat
ekskresi asam urat tertentu.
(paling sering).

GAMBAR5.3 ●Jenis-Jenis Gout.

GAMBAR5.4 ●Struktur Kimia Asam Urat.

Endapan Kristal yang terdapat dalam sendi atau saluran kemih diakibatkan oleh
asam urat yang memiliki daya larut rendah dan akibat dari garam – garamnya .
asam urat yang berlebihan dan garam tersebut keluar dari serum serta urin .
kemudian masing – masing mengendap dalam sendi dan saluran kemih.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 28

GAMBAR 5.5 ●Metabolisme Purin.

GAMBARAN KLINIS

Gout Akut Gout Kronis

• Rasa nyeri yang hebat dan • Timbul dalam jangka waktu


beberapa tahun.
peradangan lokal
• Ditandai deangan rasa nyeri ,
• Demam dan jumlah sel kaku , dan pegal.
darah putih meningkat • Terjadi peradangan kronis
• Mula - mula yang terserang akibat adanya kristal urat.
yaitu ibu jari kaki.setelah itu • Terbentuk nodular akibat
menyerang sendi jari ,lutut, sendi yang bergerak karena
pergelangan tangan , gout kronis yang membesar.
pergelangan kaki ,dan siku.
• Gejala berkurang setelah 10
- 14 hari walaupun tanpa
pengobatan.

GAMBAR 5.6 ●Tanda dan Gejala Gout Akut serta Gout Kronis.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 29

KRITERIA DIAGNOSA

Setelah diperkirakan diagnosis gout ,maka dapat dipastikan dengan dua metode :

 Mencerminkan urat dalam endapan tofi.


 Aspirasi cairan synovial untuk menentukan Kristal asam urat dalam cairan
synovial.
 Gout dipertimbangkan pada pasien dengan gejala klinis dan temuan fisik
yang ada.
 Peningkatan kadar asam urat serum.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN

Peningkatan kadar asam keton ( molekul yang mengandung gugus karboksil dan
senyawa keton ) akibat puasa yang berkepanjangan,dan asam keton ini
mengganggu ekskresi asam urat oleh ginjal.

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI DAN


NONFARMAKOLOGI

Diet tinggi
purin

FAKTOR
Gizi kurang YANG
Peningkatan
dan asupan BERPERAN kadar asam
etil alkohol yang
keton
berlebihan

GAMBAR 5.7 ●Faktor yang Berperan sebagai Penyebab Hiperurisemia.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 30

TABEL 5.1 ●Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi.

Penatalaksanaan

Farmakologi Kolkisin
 Biasanya digunakan untuk mengobati serangan gout
akut dan mencegah gout akut di kemudian hari.
Fenilbutazon
 Suatu agen antiradang dan juga dapat digunakan
untuk mengobati arthritis gout akut .akan tetapi
,karena fenibutazon menimbulkan efek samping,maka
kolkisin digunakan sebagian terapi pencegahan.
Allopurinol
 Dapar mengurangi pembentukan asam urat
Probenesid & sulfinpirazon
 Merupakan agen urikosuria yang dapat menghambat
proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal sehingga
meningkatkan ekskresi asam urat.
Nonfarmakologi Dianjurkan unuk menghindari makanan yang mengandung
kadar purin yang tinggi, di antaranya jeroan, hati, ginjal, otak,
dan roti manis .sarden dan anchovy.

(a) (b)
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 31

(c) (d)

GAMBAR 5.8 ●Makanan yang Mengandung Kadar Purin Tinggi .


( a ) Ikan Anchovy; ( b ) Sarden; ( c ) Roti; dan ( d ) Jeroan.

GAMBAR 5.9 ● Buah-Buahan yang Baik untuk Penderita Gout.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 32

BAB 6
TUMOR TULANG

DEFENISI

Tumor tulang merupakan pertumbuhan jaringan baru yang terjadi terus menerus
secara cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali.

KLASIFIKASI TUMOR TULANG

Tumor Tulang Benigna

Biasanya tumbuh lambat dan berbatas tegas. Gejalanya sedikit dan tidak
menyebabkan kematian. Meliputi osteoma, osteoid, osteokondroma, endokondroma,
serta kista tulang.

TABEL6.1 ●Jenis Tumor Tulang Benigna.

Jenis Tumor Deskripsi

Osteokondroma Merupakan tumor tulang jenis begina yang paling sering


ditemukan dan biasanya dimulai sebagai pertumbuhan yang
berlebihan dari kartilago pada ujung lempeng fisis dan
berlambang sebagai osifikasi endokondral ke dalam
protuberantia tulang, yang terjadi sebagai tonjolan tulang
besar oada ujung tulang panjang.
Endosarkoma Merupakan tumor tulang yang ringan dan sering kali terjadi
pada kartilago hialin yang tumbuh di tangan, rusuk,femur
tibia, humerus, dan pelvis, serta dapat terjadi fraktur
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 33

patologis.
Osteoid Osteoma Tumor tulang kecil berukuran < 1 cm menyebabkan nyeri
yang persistem. Klien biasanya berusia di bawah 30 tahun
dan lebih banyak ditemukan pada laki – laki.
Tumor Sel Merupakan tumor tulang benigna selama beberapa waktu,
Raksasa tetapi dapat menginvasi jaringan local dan mengakibatkan
(Osteoklastoma) rekonstruksi.

Tumor Tulang Maligna

Tumor musculoskeletal maligna prima relatif jarang terjadi. Tumor ini tumbuh dari sel
jaringan ikat dan penyokong (sarcoma atau dari elemen sumsum tlang myeloma).
Tumor maligna meliputi osteosarcoma, kondrosarkoma, sarcoma Ewing, dan
fibrosarkoma.

TABEL 6.2 ●Jenis Tumor Tulang Maligna.

Jenis Tumor Deskripsi


Sarcoma Merupakan tumor tualng primer ganas yang paling sering
Osteogenik ditemukan dan yang paling fatal .karena sering kali klien
(Osteosarkoma) meninggal akibat metastasis hematogen ke paru . gejala
yang paling seing ditemukan yaitu nyeri ,terutama nyeri saat
aktivitas . massa tulang dapat teraba nyeri dan hangat ,
serta tulang akan sulit digerakkan jika melibatkan sendi.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 34

GAMBAR 6.1 ● Osteosarkoma.


Tumor Maligna Tumor ini dinamakan kondrosarkoma dan merupakan tumor
Kartilago Hialin besar. Tumor ini tumbuh lambat dan mengenai orang
dewasa (lebih sering terjadi pada laki-laki). Lokasi tumor
yang paling sering terjadi yaitu pada area pelvis, rusuk,
femur, humerus, vertebra, scapula, dan tibia.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 35

PATOFISIOLOGI

Keganasan pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang ( myeloma ) dari jaringan
sel tulang ( sarcoma atau tumor tulang ). Sel tulang akan berada pada nodul limfe,
hati, serta limfe dan ginjal. Sel plasma yang belum atau tidak matang akan terus
membelah. Akibatnya , terjadi penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Sebagian kondisi ini tidak akan menimbulkan masalah, sedangkan sebagiannya lagi
akan mengancam jiwa. Tumor ganas terjadi berawal dari distruksi tulang .untuk
tumor jinak, pertumbuhan akan terjadi terus-menerus yang mendorong dan
menekan jaringan tulang normal di sekitarnya sehingga melemahkan struktur tulang
yang pada akhirnya menyebabkan fraktur patologi.

MANIFESTASI KLINIS

Berat badan menurun


Kecatatan yang
(Kehilangan berat Fraktur patologis
bervariasi
badan)

Gejala neurologis Pembengkakan atau


(parestesia atau Nyeri progresif dan
tidak membaik gambaran benjolan
kesemutan)

GAMBAR 6.2 ●Manifestasi Klinis Tumor Tulang.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 36

PEMERIKSAAN PENUNJANG

TABEL 6.3 ●Pemeriksaan Penunjang Tumor Tulang.

Pemeriksaan Tujuan
CT Scan Melihat secara akurat perluasan tumor
di dalam dan luar tulang.
Foto Rontgen Melihat lesi tumor dan jenisnya .
Magnetic Resonance Imaging (MRI) Menilai penyebaran tumor di dalam
tulang sendi di sekitarnya, dan ke dalam
jaringan lunak.
Pemeriksaan Laboratorium Darah Menyingkirkan kondisi lain , misalnya
Lengkap infeksi / kelainan metabolic.
Pemindaian Tulang (bone scan) Menunjukkan tempat tumor kecil yang
tidak terlihat jelas pada rontgen.

PENATALAKSANAAN

 Kemoterapi.
 Analgesic Narkotik.
 Mencegah hiperkalsium dan hiperurisemia.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 37

BAB 7
FRAKTUR

DEFENISI

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang pada umumnya


yang dibedakan oleh tekanan atau trauma, selai itu fraktur merupakan rusaknya
kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih
besar dibandingkan dengan yang dapat diserap oleh tulang.

ETIOLOGI

Fraktur disebabkan oleh sejumlah hal, yaitu trauma ( kekerasan langsung dan
kekerasan tidak langsung), stress berulang, serta tulang yang lemah secara
abnormal.

TABEL 7.1 ●Etiologi Fraktur.

Berdasarkan penyebab Keterangan


Trauma Kekerasan Kekerasan langsung penyebab patah tulang
langsung pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur
demikian sering kali bersifat fraktur terbuka
dengan garis patahan melintang atau miring .
Kekerasan tidak Kekrasan tidak langsung menyebabkan
langsung patah tulang di tempat yang jauh dari tempat
terjadinya kekerasan. Bagian yang patah
biasanya merupakan bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 38

kekerasan.

Stress berulang _ _
Tulang yang _ _
lemah secara
aabnormal

PATOFISIOLOGI

fraktur

Periosteum, pembuluh darah, dan


jaringan lunak pembungkus tulang
rusak

pendarahan

Hematoma di rongga
medula tulang

Vasolidasi, edukasi plasma dan


Jaringan tulang berdekatan ke leukosit serta infiltrasi sel darah
tulang yang patah putih

Respons inflamasi
Dasar proses
penyembuhan tulang

GAMBAR 7.1●Patofisiologi Fraktur.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 39

Klasifikasi, Tanda, dan Gejala Fraktur

TABEL 7.2 ●Klasifikasi Fraktur.

Kelompok Fraktur Jenis fraktur Deskripsi


Berdasarkan sifat Fraktur tertutup(clossed) Jika kulit yang menutupi
fraktur (luka yang tulang masih Intak ( utuh).
ditimbulkan)

GAMBAR 7.2 ●Fraktur Tertutup


.
Fraktur terbuka (open/compound) Jika kulit yang menutupi
tulang tidak intak

GAMBAR 7.3 ● Fraktur Terbuka.

Berdasarkan Fraktur komplet Jika seluruh garis patah


komplet atau melalui seluruh
inkomplet fraktur. penampangan tulang atau
melalui kedua korteks tuang,
misalnya yang terlihat pada
foto rontgen.

GAMBAR 7.4 ● Fraktur Komplet.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 40

Fraktur inkomplet Jika garis patah tidak melalui


seluruh penampang tulang
dan periosteum tetap intak:
 Hairline fracture (fraktur
garis rambut).

GAMBAR 7.5 ● Hairline


Fracture.

 Buckle atau torus


fracture.

GAMBAR 7.6 ● Buckle atau


Torus Fracture.

 Greenstick fracture.

GAMBAR 7.7 ●Greenstick


Fracture.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 41

Berdasarkan bentuk Fraktur transversal Garis tegak lurus dengan


garis patah sumbu panjang tulang.

GAMBAR 7.8 ●Fraktur


Transversal.

Fraktur oblik Garis fraktur membentuk


suatu sudut dari sumbuh
panjang tulang.

GAMBAR 7.9 ● Fraktur Oblik. (a)


Tidak terpisah; dan (b) Terpisah
Fraktur spiral Garis fraktur mengelilingi
tulang (berbentuk spiral).

GAMBAR 7.10 ● Fraktur Spiral.


Fraktur kompresi Fraktur yang menekan pada
satu sisi tulang.
Fraktur avulsi Fragmen tulang yang
terhubung ligamen /tendon
robek dari tulang utama

GAMBAR 7.11 ● Fraktur Avulsi.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 42

Berdasarkan jumlah Fraktur kominutif (comminuted Fraktur dimna garis patah


garis patah fracture) lebih dari dua fragmen (
fragmen tulang multupel)

GAMBAR 7.12 ● Fraktur


Kominutif.
Fraktur segmental Fraktur dimna garis patah
lebih dari satu, tetapi tidak
berhubungan.

GAMBAR 7.13 ● Fraktur


Segmental.
Berdasarkan Fraktur undisplace (tidak Garis patah lengkap, tetapi
pergeseran fragmen bergeser) kedua fragmen tidak
tulang bergeser dan periosteum
masih utuh.

Fraktur displace (bergeser) Terjadi pergeseran fragmen


tulang yang disebut juga
dengan lokasi fragmen.

Berdasarkan bagian Tulang terbagi menjadi tiga


tulang yang bagian :
megalami fraktur.  Proksimal

GAMBAR 7.14 ●Fraktur


Proksimal.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 43

 Medial

GAMBAR 7.15 ● Fraktur


Medial.
 Distal

GAMBAR 7.16 ● Fraktur


Distal.

TANDA DAN GEJALA FRAKTUR

Deformitas

Pergerakan Bengkak/edema
abnormal

GEJALA DAN TANDA


Krepitasi Ekimosis
FRAKTUR (memar)

9)

Kekurangan/hila
Spasme otot
ng sensasi
Nyeri
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 44

GAMBAR 7.17● Tanda dan Gejala Fraktur.

PENATALAKSANAAN

Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi
kontaminasi oleh bakteri dan disertai dengan pendarahan yang hebat. Sebelum
kuman meresap terlalu jauh, sebaiknya dilakukan :
 Pembersihan luka
 Eksisi ( pengangkatan jaringan)
 Hecting situasi ( jahitan sesuatu)
 Antibiotik

Seluruh Fraktur
 Rekognisi/pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosis dan tindakan
selanjutnya.
 Reduksi/ manupulasi/ reposisi
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk
mereduksi fraktur.

Hold Reduction
Pembatasan pergerakan dibutuhkan untuk mendorong penyembuhan jaringan lunak
dan memungkinkan gerakan bebas dari bagian yang tidak terkena. Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi
kesejajaran yang benar sehingga terjadi penyatuan tulang.

Rehabilitasi
Status neurovaskular perlu dipantau dan segera memberi tahu ahli bedah ortopedi
jika terdapat tanda gangguan neurovaskular. Latihan isometrik terhadap kekuatan
otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse syndrome dan meningkatkan
peredaran darah.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 45

Perawatan Klien Fraktur Tertutup


1. Klien dengan fraktur tertutup (sederhana) harus diusahakan untuk dapat
kembali ke aktivitas sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan
pengmbalian kekuatan penuh, serta mobilitas dibutuhkan waktu sampai
berbulan-bulan.
2. klien diajarkan bagaimana mengontrol pembengkakan dan nyeri sehubungan
dengan fraktur, serta trauma jaringan lunak.
3. Klien didorong untuk aktif dalam batas imobilitas fraktur. Tirah baring
diusahakan seminimal mungkin.
4. Latihan segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak
cedera, serta meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk
pemindahan dan menggunakan alat bantu(misalnya tongkat dan walker).
5. Klien diajarkan tentang bagaimna menggunakan alat tersebut dengan aman.

Perawatan Klien Fraktur Terbuka


Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka memanjang sampai
permukaan kulit dan area cedera tulang) terdapat resiko infeksi, misalnya
osteomielitis, gas gangren , dan tetanus.
Tujuan penanganan pada klien yang mengalami fraktur terbuka yaitu meminimalkan
kemungkinan infeksi pada luka jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat
penyembuhan.

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Tulang dapat beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk meyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru di antara ujung patah tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel tulang. Sejumlah tahapan dalam penyembuhan tulang yaitu inflamasi,
proliferasi sel, pembentukan kalus , osifikasi, dan memodeling menjadi tulan
dewasa.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 46

GAMBAR 7.18● Proses Penyembuhan Tulang Panjang.

GAMBAR 7.19● Fase Remodeling.

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur

Tingkat nutrisi kalsium fosfor

protein Vitamin D Penurunan estrogen

Penyakit sistemik yang


terkait vaskular karena
dapat menurunkan
suplai darah pada saat
penyembuhan
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 47

GAMBAR 7.20● Faktor yang Berhubungan dengan Proses Menua yang


Pempengaruhi Penyembuhan Fraktur.

Proses penyembuhan tulang dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan faktor
sistemik.

Faktor lokal Faktor sistemik

Lokasi terjadinya trauma


Keadaan umum klien

Jenis tulang yang


mengalami trauma

Usia
Reposisi anatomis dan
imobilisasi yang stabil

Adanya kontak
antarfragmen Status nutrisi

Adanya infeksi atau tidak

Penyakit sistemik
Tingkatan dari trauma

GAMBAR 7.21 ● Faktor-Faktor Proses Penyembuhan Tulang.

KOMPLIKASI FRAKTUR

 Kerusakan vaskular.
 Sindrom kompartemen.
 Fat embolism syndrome.
 Infeksi.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 48

 Syok.
 Avaskular nekrosis.

Komplikasi dalam Waktu Lama


 Delayed union merupakankegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung
 Non-union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat,dan stabil setelah 6-9 bulan, jika tidak
dilakukan intervensi.
 Mal-union merupakan penggabungan fragmen tulang dalam posisi yang tidak
memuaskan (agulasi, rotasi, atau pemendakan).
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 49

BAB 8
OSTEOPOROSIS

DEFENISI

Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang yang disebabkan


ketidakseimbangan resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Pada oseteoporosis
terjadi peningkatan resorpsi tulang atau penurunan pembentukan tulang. Selain itu,
osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh reduksi
kepadatan tulang sehingga mudah fraktur.

GAMBAR 8.1 ●Osteoporosis pada tulang panggul dan Tahapan Osteoporosis.

GAMBAR 8.2 ●TahapanOsteoporosis.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 50

ETIOLOGI

TABEL 8.1 ●Faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis.

Fakor Penyebab Keterangan

Defisiensi Kalsium Dapat disebabkan oleh:


 Asupan kalsium dalam makanan
yang tidak adekuat .
 Penambahan usia yaitu dengan
berkurangnya absorpsi kalsium.
 Tidak adekuatnya asupan vitamin D.
 Penggunaan obat tertentu
Kurangnya latihan yang teratur Mobilitas dapat menyebabkan proses
menurunya massa tulang, sedangkan
olahraga yang teratur dapat mencegah
penurunan massa tulang.
Perbedaan jenis kelamin Kekuatan tulang dipengaruhi oleh
hormon reproduksi. Hormone reproduksi
yang dimaksud yaitu estrogen. Hal ini
menyebabkan resorpsi tulang yang
berlebihan tanpa disertai pembentukan
tulang yang cukup. Oleh karena itu,
perempuan lebih cepat mengalami
osteoporosis dibandingkan dengan laki-
laki.

Faktor yang mempengaruhi penurunan massa tulang:


 Faktor genetic.
 Faktor mekanis.
 Faktor makanan dan hormone.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 51

PATOGENESIS

Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun akan
mempengaruhi massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Bahan katabolik
androgen dan eksogen juga dapat:
 Menyebabkan osteoporosis
 Keadaan medis penyerta (misalnya sindrom malabsorpsi intoleransi laktosa,
penyalagunaan alkohol, gagal ginjal, gagal hati, dan gangguan endokrin)
mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis.
 Obat-obatan (misalnya isoniazid, heparin, tetrasiklin, antasida yang
mengandung aluminium, furosemida, antikonvulsan, kortikosteroid, dan
supleman tiroid) mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium.

MANIFESTASI KLINIS

Osteoporosis sering kali baru ditemukan pada oroang yang mengalamimfraktur.


Jenis fraktur yang berbada memiliki gejala yang berbeda pada tempat yang berbeda.
Contohnya deformitas vertebra torakalismenyebabkan penurunan tinggi badan dan
juga nyeri dengan atau anpa fraktur yang nyata.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan sinar X.
 CT scan densitas tulang.
 Rontgen.
 Pemeriksaan laboratorium.
 Penilaian massa tulang.

PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 52

Penatalaksanaan farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu:


 Meningkatkan pembentukan tulang. Obat- obatan dapat meningkatkan
pembentukan tulang, misalnya steroid anabolik.
 Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat menghambat resorpsi
tulang yaitu estrogen, kalsitonin, difosfonat, dan modulator reseptor estrogen
selektif. Seluruh pengobatan ini harus ditambah dengan komsumsi kalsium
dan viamin D yang cukup.
Pencegahan
 Mengkomsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.
 Latihan /olahraga secara teratur setiap hari
 Mengkomsumsi protein hewani
 Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis, misalnya
merokok, alkohol, dan kafein.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 53

BAB 9
PEMBIDAIAN

DEFENISI DAN TUJUAN

Pembidaian merupakan alat imobilisasi eksternal yang kaku dan dicetak sesuai
kontur tubuh di mana bidai dipasang. Pada umumnya, bidai digunakan untuk trauma
berupa fraktur tulang panjang, tetapi tidak dianjurkan untuk di gunakan pada fraktur
terbuka.

Tujuan pemakaian bidai yaitu sebagai fiksasi eksterna, sarana untuk imobilisasi,
mencegah kecacatan, dan meredakan nyeri.

JENIS-JENIS BIDAI

TABEL 9.1 ●Jenis Bidai yang Umum Digunakan.

Jenis Bidai Deskripsi


Lengan pendek Memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan dan melingkar erat di dasar ibu jari, jika ibu jari
dimasukkan, maka di namakan spika ibu jari atau bidau
gauntlet.
Lengan panjang Memanjang dari setinggi lipat ketiak sampai di sebelah
proksimal lipatan telapak tangan dan siku biasanya di
imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
Tungkai pendek Memanjang dari bawah lutut samapai dasar jari kaki.
Posisi kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral.
Tungkai panjang Memanjang dari pembatasan sepertiga atas dan tengah
paha sampai dasar jari kaki. Pada pemakaian jenis ini,
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 54

lutut harus sedikit fleksi.


Berjalan Bidai tungkai panjang atau tungkai pendek yang di buat
lebih kuat dan dapat di sertai telapak kaki untuk
berjalan
Spika Melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua
ektrenitas ( biai spika tunggal atau ganda)
Spika bahu Melingkari batang tubuh dan bahu, Serta siku.
Tubuh Melingkar di batang tubuh.
Spika panggul Melingkari batang tubuh dan satu ekstrenitas.

[a]

[b]

GAMBAR 9.1 ●[a] Bidai pada lengan; dan [b] Bidai pada tungkai.

PROSES KEPERAWATAN
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 55

Sebelum bidai dipasang, perawat harus melakukan:


 Pengkajian kesehatan umum klien.
 Memeriksa tanda dan gejala yang muncul, serta status emosional.
 Memberikan pemahaman tentang perlunya pemasangan bidai

Pengkajian fisik yang di lakukan pada bagian tubuh yang harus di imobilisasi
melibatkan pengkajian status neurovascular, derajat dan lokasi pembengkakan,
memar, serta adanya abrasi kulit.

 Intervensi keperawatan
 Memahami program pengobatan
 Penigkatan mobilitas
 Mencapai perawatan diri maksimal.
 Memantau dan menangani kompilkasi potensial
 Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Pembengkakan( edema) dapat menurunkan perfusi jaringan. Keadaan ini
dapat menimbulkan perubahan warna pada bagian yang mengalami
gangguan perfusi jaringan.

GAMBAR 9.2 ●Sianosis pada Jari Tangan.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 56

KOMPLIKASI

Sindrom
kompartemen

Komplikasi
Sindrom Luka Tekan
disuse [dekubitus]

GAMBAR 9.3 ●Komplikasi yang Muncul pada Pemasangan Bidai.

SINDROM PEMBIDAIAN
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 57

Peningkatan
frekuensi
pernapasan

Peningkatan
tekanan Diaforesis
darah
Respon
Otonomik

Peningkatan Pelebaran
denyut pupil
jantung

GAMBAR 9.4 ●Respons Otonomik pada Reaksi Ansietas Akut Klien.

PERAWATAN BIDAI SECARA UMUM

TABEL 9.2 ●Perawatan Bidai.


No. Langkah-Langkah Perawatan Bidai

Periksa warna, suhu tubuh, serta sensasi seluruh jari tangan atau jari kaki
1.
sebanyak 2 kali sehari dan buang sisa bidai.
2. Tinggikan tungkai atau lengan.
3. Jangan mengubah arah bidai.
4. Perhatikan kebersihan dan kekeringan bidai.
5. Siapkan gunting bidai jika bidai terlalu ketat.
6. Latih gerakan sendi diatas dan dibawah bidai sebanyak 4 kali dalam sehari.
7. Latih ekstremitas yang sehat.
Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 58

Beritahu dokter jika:


a. Demam
b. Bidai longgar
c. Bau busuk dari bidai
8.
d. Adanya drainase dari bidai
e. Jari teraba dingin, baal, pucat, tidak dapat digerakkan
f. Nyeri dan panas di area bidai.
g. Kulit disekitar bidai terkelupas.
9. Cegah decubitus.

Decubitus memiliki sejumlah tahapan :

GAMBAR 9.5 ●Kulit yang mengalami decubitus.


Bab 1 Anatomi dan Fisiologi 59

[a]

[b]

GAMBAR 9.6 ●[a] Bagian tubuh yang sering kali mengalami decubitus; dan

[b] Kasur decubitus.

Anda mungkin juga menyukai