Anda di halaman 1dari 19

Volume V JURNAL

Nomor 1
April 2016
Komunikasi
ISSN 2301-9816 Indonesia

Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye


Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan: Studi
Eksperimental Isu Korupsi Kandidat di Indonesia
Fitri Hari

Abstrak/Abstract
Studi ini dilatarbelakangi oleh kasus-kasus kandidat yang terlibat isu negatif terpilih/terpilih kembali dalam pemilihan. Apa-
kah pemilih tidak mempercayai kampanye negatif? Ketidakpercayaan ini apakah disebabkan adanya perbedaan saluran
atau narasumber yang mempengaruhi tingkat kepercayaan pesan kepada pemilih. Kajian kampanye negatif belum banyak
yang mengkaji saluran dan narasumber. Studi ini membahas bagaimana pengaruh saluran (iklan, flyer dan blog) dan nara-
sumber (kandidat, partai politik, dan kelompok kepentingan) kampanye negatif terhadap kepercayaan isi pesan kepada
pemilih. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukan
bahwa saluran kampanye negatif tidak mempengaruhi kepercayaan isi pesan. Sedangkan narasumber kampanye negatif
memberikan pengaruh kepercayaan isi pesan. Keduanya, antara saluran dan narasumber tidak memberikan interaksi
kepada kepercayaan isi pesan.

The study is motivated by the many cases of election or reelection of candidates despite the negative issues plaguing
them. Do voters not buy negative campaign or is the distrust caused by different channel and sources that influence the
voters’ level of trus? Studies on negative campaign have rarely explored medium/channel. This study discuses how chan-
nels (ads, flyer, and blog) and sources (candidate, political parties, and interest group) of negative campaign influence
voters’ trust in the content of the message. This study uses a quantitative approach with the experimental method. The
results show that the channels do not affect the people’s confidence in the message, but sources of negative campaign do.

Kata kunci/Keywords:

Kampanye negatif, kepercayaan, narasumber, saluran, sinisme politik

Negative Campaign, trust, resources, channel, political cynicism

Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Jalan Pendahuluan


Pemuda Raya, Banyaknya kasus kepala daerah terpilih (terpilih
Pulo Gadung, Jakarta Timur 13220 kembali) setelah sebelumnya terkena kasus dan isu
negatif menjadi latar belakang dilakukan studi ini. Ban-
fitrihari@gmail.com yak pendekatan yang bisa menjawab hal tersebut, na-
mun fenomena menarik untuk diteliti dari pendekatan
kampanye politik. Kampanye politik merupakan proses
yang penting karena kampanye politik merupakan salah
satu sumber menyedia informasi tentang kandidat. Da-
lam kasus terpilih kembali “bad guy” membuktikan
bahwa meskipun kandidat terlibat dalam kasus negatif
negatif tidak mempengaruhi pemilihnya untuk member-
ikan dukungan. Ini memperlihatkan ada permasalahan,
Apakah pemilih tidak mempercayai kampanye negatif?
Atau penyampaian kampanye negatif yang tidak efektif
sehingga tidak dipercaya oleh pemilih?
Dalam penyampaian pesan kampanye, banyak faktor
yang bisa menjelaskan mengapa kampanye negatif tidak
mempengaruhi pemilih. Salah satunya dari efektifitas
kampanye negatif. Bisa saja dalam beberapa kasus, ban-

48
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

yak pemilih tidak menerima pesan kampanye negatif se- nya berdasarkan kampanye yang ditampilkan oleh suatu
cara efektif sehingga pemilih tidak mempercayai isu atau partai politik, kemasan serta endorser dalam iklan terse-
pesan negatif tersebut. Atau pemilih tidak mempercayai but, menjadi penilaian keseluruhan akan partai tersebut
kampanye negatif karena adanya perbedaaan medium dan menjadi dasar keputusan memilih partai/kandidat
atau saluran pesan dan narasumber yang mempengaruhi individu tertentu.
tingkat kepercayaan pesan kepada pemilih. Selain itu, kajian penelitian tentang kampanye nega-
Penelitian yang mengkaji tentang efektifitas pesan tif masih jarang menggunakan metode eksperimen. Ke-
kampanye negatif masih jarang dilakukan. Padahal pe- banyakan studi mengenai kampanye negatif di Indonesia
nelitian tentang efektifitas kampanye negatif dalam men- lebih banyak berkisar pada studi dampak yang berbasis
gubah persepsi dan kepercayaan pemilih dinilai penting, pada penelitian menggunakan metode survei. Inilah yang
agar pemilih yang bisa menggunakan pesan tersebut un- dapat dijadikan kontribusi teoritis bagi kajian komunika-
tuk mengubah persepsi dirinya terhadap kandidat. Selain si politik di Indonesia.
itu, kepercayaan terhadap isi pesan kampanye penting Untuk meneliti efek kepercayaan isi pesan di dalam
karena akan mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih. saluran dan narasumber pesan kampanye negative, pene-
Setelah pemilih memiliki pesan yang berisi informasi litian ini mengangkat isu korupsi yang dilakukan kandi-
tentang kandidat secara menyeluruh termasuk isu nega- dat. Ini dilatarbelakangi berbagai alasan. Pertama, rela-
tif tentang kandidat maka pemilih bisa memilih dengan si antara korupsi dan politik dinilai erat. Elliott (1997)
pertimbangan rasional baik aspek positif maupun aspek mengatakan bahwa korupsi mempengaruhi politik dan
negatif kandidat. Ini penting, karena dalam pemilih di politik juga mempengaruhi korupsi, karena orang men-
era demokrasi keterpilihan harus mengetahui aspek posi- cari atau mempertahankan posisi yang menguntungkan.
tif dan aspek negatif kandidatnya. Mill, Locke. Tocque- Kedua, isu korupsi merupakan isu populer yang selalu
ville dan penulis lain melihat bahwa kondisi publik yang muncul dalam setiap Pemilu / Pemilukada di Indonesia.
demikian itulah yang menjadi “prasyarat utama” keber- Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Da-
hasilan sebuah sistem demokrasi. Oleh karenanya, warga lam Negeri (Kemendagri) selama 2005-2014 ada 328 pe-
negara harus memiliki informasi memadai jika pemilih jabat yang tersangkut kasus hukum dimana 80% masuk
berkeinginan untuk mempengaruhi dan mengendalikan penjara lantaran kasus korupsi (Sindo, 2015). Menurut
perilaku para wakil rakyat (Dalton & Wattenberg, 1993: lembaga pemantau pemilu Konstitusi dan Demokrasi
193). Selain itu, dari beberapa hasil penelitian yang (Kode) Inisiatif, terdapat 14 bakal calon kepala daerah
menyimpulkan bahwa kampanye negatif penting untuk pada Pilkada 2015. yang memiliki latar belakang sebagai
diketahui pemilih karena berefek positif. Kampanye terpidana kasus korupsi. Dan dari 188 bakal calon kepala
negatif dinilai mampu memberikan informasi yang ber- daerah yang diduga terlibat dalam berbagai kasus hukum
guna dalam menentukan pilihan mereka, seperti dalam (Kompas, 2015).
penelitian Garramone, et.al (1990); Joslyn (1980); Surlin Isu dugaan korupsi kandidat selalu dimunculkan
& Gordon (1977). kembali oleh kandidat lawan. Hal ini karena isu korupsi
Begitu strategisnya kampanye negatif banyak kajian dinilai juga sebagai isu yang sulit ditolerir oleh pemilih di
tentang kampanye negatif. Namun, tema tentang efektif- Indonesia karena besarnya kerugian dan anggapan mas-
itas penyampaian kampanye negatif belum banyak dikaji yarakat bahwa isu korupsi menjadi musuh utama bangsa
di studi-studi sebelumnya. Kebanyakan studi kampanye ini melekat dalam persepsi pemilih. Penilaian ini karena
negatif berorientasi pada dampak dan efek kampanye dalam kontes pemilihan di Indonesia banyak pemimpin
negatif pada pemilih. Padahal, efektifitas kampanye yang sudah terpilih terlibat dalam kasus korupsi.
negatif bisa diteliti dari beberapa pendekatan baik dari Penelitian ini ingn mengetahui bagaimana pen-
perbedaan karakter medium atau saluran dan narasum- garuh saluran pesan (melalui iklan, selebaran dan inter-
ber kampanye negatif. Efektifitas ini penting karena pada net) terhadap kepercayaan isi pesan kampanye negatif.
akhirnya akan mempengaruhi kepercayaan si penerima Penelitian juga ingin melihat bagaimana pengaruh nara-
pesan kampanye negatif. Dengan mengetahui saluran sumber kandidat (kelompok kepentingan dan partai poli-
dan narasumber mana yang dipakai secara efektif, maka tik) terhadap kepercayaan isi pesan kampanye negatif.
bisa merubah pemilih agar percaya isi pesan kampanye
negatif yang disampaikan. Selanjutnya pesan tersebut Kampanye Negatif
akan dipertimbangkan untuk melakukan evaluasi kepada Kampanye merupakan momen kunci dalam politik
kandidat dalam pemberian suara di pemilihan umum. (Sides, Lipstiz &Grossman 2007), karena dalam kam-
Kepercayaan merupakan elemen penting dalam ko- panye mendekatkan pemilih dengan kandidat yang akan
munikasi dan interaksi sosial. Dalam konteks komuni- menjadi perwakilan politik pemilih. Nimmo (1989: 199),
kasi politik, Falkowski & Cwalina (1999) menyebut- seorang ahli komunikasi politik mengartikan kampanye
kan kepercayaan terhadap kampanye (iklan kampanye) politik adalah penciptaan ulang dan pengalihan lam-
menjadi dasar pemilih memutuskan keputusan pilihan bang signifikan secara sinambung melalui komunikasi.
politik (Newman, 1999: 287-289). Dalam pengambilan Menurut Sides, Lipstiz &Grossman (2007: 1), kampanye
keputusan politik, Firmanzah (2008) menyatakan produk politik merupakan salah satu momen penting dalam ke-
politik atau kandidat individu adalah produk tidak nya- hidupan politik karena membawa warga negara dan para
ta yang sangat kompleks, tidak mungkin dianalisis se- pemimpin lebih dekat.
cara keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan Dalam kampanye politik dikenal jenis kampanye
pemilih menggunakan penilaian terhadap keseluruhan negatif. Kampanye negatif menurut Mark (2007:2)
konsep dan pesan yang diterima. Penilaian ini diantara- berkenaan dengan tindakan-tindakan kandidat yang ingin

49
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

memenangkan pemilihan umum dengan cara menyerang away & Weber, 2011: 98-127).
lawan daripada menekankan sisi positif lawan dan kebi- Saluran atau channel secara sederhana diartikan se-
jakannya. Bentuk kampanye negatif berupa mencerita- bagai sarana fisik yang digunakan untuk mentransmis-
kan sejarah buruk lawan secara berlebihan dan bisa juga ikan sinyal. Biasanya channel berupa saluran utama ada-
menguraikan kejanggalan atau kesalahan lawan dengan lah gelombang cahaya, gelombang suara, kabel telepon,
bahasa verbal maupun fisik. Kampanye negatif berbeda sistem saraf, dan sejenisnya (Fiske, 1982: 18). Trent &
dengan trik kotor, penipuan atau berbuat curang. Kam- Friendenberg (2010: 326-345) membagi iklan politik
panye negatif dalam kajian ini tidak termasuk dalam kat- menjadi delapan medium yang digunakan dalam kampa-
egori tersebut. nye politik. Dalam penelitian ini ingin mengetahui me-
dium kampanye negatif dari media iklan, selebaran dan
Saluran dan Narasumber Pesan dalam Kampanye internet (blog). Media iklan dan selebaran termasuk me-
Untuk memahami saluran dan narasumber proses dia iklan jenis above the line dan below the line (Jefkin,
komunikasi dalam kampanye politik sebenarnya dapat 1995: 86). Untuk media blog yang dimaksud adalah blog
dijelaskan dengan proses komunikasi sederhana, yakni politik. Blog politik adalah blog yang berisi informasi
terdapat setidaknya empat unsur dari model kounikasi tentang politik, baik profil, kampanye politik, maupun
model SMCR (Sender-Massage-Channel-Receiving) propaganda (Suryana & Studio, 2008: 2-5).
atau model pengirim-pesan-saluran pesan-penerima.
Pengirim (source) atau narasumber adalah pengirim pe- Kepercayaan Isi Pesan
san. Narasumber bisa terdiri dari satu orang, tapi juga Dalam penelitian ini, kepercayaan isi pesan kampanye
dalam bentuk kelompok atau group, misalnya organisa- negatif diadopsi dari penelitian Soh (2006). Ia mengem-
si, partai atau lembaga (Cangara; 2006: 24-28). Infor- bangkan pengukuran kepercayaan isi pesan yang disebut
masi kampanye negatif datang dari beberapa sumber, dengan ADTRUST. ADTRUST memiliki empat dimen-
tidak hanya kandidat atau partai politik saja (Andreoli si. Pertama, reliability atau reliabilitas. Dimensi ini diar-
&Worchel, 1978). Selain dari kandidat, kampanye nega- tikan sebagai integritas (tidak berbohong) dan diartikan
tif bisa melalui kelompok kepentingan yang wujudnya sebagai sesuatu yang menjaga janji. Reliabilitas juga ter-
bisa menjadi sponsor kampanye (Garramone, 1985; masuk kualitas informasi yang disampaikan, diantaran-
Devlin; 1989). Ketiga narasumber ini menjadi aktor uta- ya: faktual, akurat, jelas dan lengkap. Semua komponen
ma kampanye. ini mencerminkan adanya evaluasi dari si penerima in-
Narasumber mempengaruhi efektifitas pesan dengan formasi terhadap kualitas informasi yang diterimanya.
kata lain pesan akan diinterpretasi secara berbeda ter- Kedua, usefulness atau kegunaan. Dimensi ini men-
gantung kepada siapa yang membuat pernyataan terse- gacu pada perasaan penerima pesan bagaimana pesan
but (Kaid, 2006). Pemilih akan mempersepsikan keper- yang disampaikan berrelasi pada proses pengambilan
cayaan yang berbeda karena masig-masing narasumber keputusan. Jika reliabilitas mengacu pada standar etika
memiliki sumber kredibilitas yang berbeda. Penelitian dan kualitas informasi yang disampaikan, maka dimensi
ini akan mengambil tiga narasumber. Pertama, kandidat. kegunaan mengacu pada penilaian penerima pesan apa-
Kandidat merupakan individu yang mengikuti kompeti- kah pesan yang diterima memiliki nilai praktis dari kred-
si politik dalam pemilihan umum untuk dipilih. Ketika ibilitas dan reliabilitas informasi yang bisa mengoptimal-
kandidat menyampaikan pesan negatif, pemilih akan kan proses pengambilan keputusan. Dimensi ini berelasi
memisahkan pesan dengan kandidat yang bersangkutan. dengan kompetensi. Kompetensi diartikan sebagai ke-
Pemilih akan menanyakan apa motivasi kandidat men- mampuan seseorang untuk dipercayakan mengerjakan
yampaikan pesan negatif. Motif ini akan mengkaitkan pekerjaan dan bagaimana seseorang itu menyelesaikan
pemilih sehingga dapat menginterpretasikan pesan den- pekerjaan yang diberikan.
gan aksi atau pilihan pemilih. Ketiga, affect, atau afeksi. Dimensi ini terkait den-
Kedua, partai politik. Partai, menurut Surbakti gan perasaan kesukaan kepada pesan yang disampaikan.
(1992: 114-115) berusaha memperoleh dan mem- Tingkat kesukaan ini termasuk pada, daya ketertarikan
pertahankan kekuasaan dalam pemerintahan, memi- pesan, kesukaan, kesenangan, dan afeksi positif. Afeksi
liki landasan ideologi dan program. Dalam kaitan- adalah satu komponen kepercayaan yang menginden-
nya dengan kampanye, partai politik menjadi aktor tifikasikan perasaan suka dan secara konseptual meng-
utama sebagai agen penyalur komunikasi politik kaitkan aspek kognisi dan emosi sebagai basis bentuk
dan sosialisasi politik. partai politik menjadi pro- dari kepercayaan. Keempat, willingness to rely on atau
motor ideologi, program, visi misi dan kandidat kemauan untuk mengandalkan. Para ahli berpendapat
yang diusung dalam pemilihan. Ketiga, kelompok bahwa kemauan untuk mengandalkan tidak dapat dipi-
kepentingan. Kelompok kepentingan adalah sekelom- sahkan dari aspek untuk mengambil resiko atau tinda-
pok manusia yang mengadakan persekutuan yang di- kan yang akan diambil berdasarkan informasi yang telah
dorong oleh kepentingan-kepentingan tertentu (Bam- diterimanya.
bang & Sugianto, 2007: 176). Kelompok kepentingan
ikut menyebarkan pesan kampanye diluar kandidat dan Hipotesis penelitian
partai politik. Garramone (1985) berpendapat bahwa pe-
san yang disampaikan oleh kelompok kepentingan lebih
persuasif dibandingkan dengan pesan kandidat, pesan
yang disampaikan kandidat dinilai kurang terpercaya
dan secara langsung diinterpretasikan hanya membawa
kepentingan kandidat yang bersangkutan (Johnson, Dun-

50
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

H1: Terdapat pengaruh saluran pesan kampanye Pada jenis ini tidak ada kelompok kontrol dan hanya satu
negatif terhadap kepercayaan isi pesan kelompok yang diukur dan diamati gejala-gejala yang
Penelitian Soh (2006) membuktikan pengaruh peng- muncul setelah diberikan perlakuan (Emzir, 2009).
gunaan variasi saluran media bisa mempengaruhi keper- Tabel. 2. Experiment Factorial Design 3x3
cayaan isi pesan. Sho menggunakan lima varian media,
yakni iklan televisi, koran, radio, majalah dan internet.
Studi Soh menunjukan bahwa kepercayaan iklan dinilai
paling rendah dibandingkan dengan iklan yang ada di
media lain. Dalam penelitiannya juga ditemukan bahwa
kredibilitas media secara konsisten berhubungan dengan
media yang diukur. Ini membuktikan bahwa medium dan
kepercayaan dalam iklan sangat berhubungan.

H2: Terdapat pengaruh narasumber pesan kam-
panye negatif terhadap kepercayaan isi pesan Menurut Sugiyono (2012), jumlah subyek penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson, Dunaway & dalam eksperimen berjumlah antara 10 sampai dengan
Weber (2011) membuktikan narasumber mempengaruhi 20 orang per kelompok sel. Karena penelitian ini meng-
aspek evaluasi pemilih kepada kandidat. Mereka mene- gunakan sembilan kelompok sel, maka jumlah partisipan
mukan bahwa variasi narasumber kandidat, partai poli- yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 9 sel
tik dan media dalam menyampaikan isi pesan mempen- x 20 orang partisipan = 180 orang. Sampel yang diam-
garuhi pilihan pemilih kepada kandidat. Teven (2008) bil tergolong homogen. Artinya memiliki karakter de-
mengemukan pentingnya kredibilitas komunikator poli- mografi yang sama, baik dari segi usia, pendidikan, dan
tik. Menurutnya kredibilitas komunikator politik menen- pendapatan. Ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya
tukan sukses gagalnya kampanye di mata pemilih. Da- selection bias. Peserta atau partisipan dalam eksperimen
lam kampanye politik, komunikator kampanye dituntut ini dilakukan secara open recruitment (rekruitmen terbu-
memiliki kredibilitas yang tinggi, agar dapat pesan yang ka). Sistem penarikan sampelnya menggunakan teknik
disampaikan efektif dan dapat mempengaruhi pemilih. randomisasi atau random assigment. Randomisasi atau
Efektifitas pesan dapat memberikan citra positif dan citra random assigment menurut Babbie (2008: 251) adalah
negatif di mata pemilih Makin tinggi kredibilitas sumber teknik memilih partisipan eksperimen dan kelompok
makin terpercaya pesan yang disampaikan dan diterima kontrol secara random. Teknisnya adalah dengan me-
oleh pemilih. masukan subjek penelitian secara acak ke dalam mas-
ing-masing kelompok penelitian (kelompok eksperimen-
Metode Penelitian tal) (Seniati, et.al, 2015: 28).
Penelitian ini menggunakan paradigma penelitian Penelitian ini memakai desain between subject. Bax-
positivistik. Pendekatan penelitiannya menggunakan ter & Babbie (2003: 213) menyebutkan desain tersebut
pendekatan kuantitatif dengan tujuan mengamati dan adalah partisipan atau kelompok group hanya diberikan
mengeneralisasi pola dari fenomena sosial. Metode pe- satu kali eksperimental. Dari sembilan kelompok I, II,
nelitian yang dipakai adalah metode eksperimen. Metode III, IV, V, VI, VII, VIII dan IX akan diminta penilaian ke-
eksperimen dengan menggunakan teknik eksperimen percayaan terhadap isi pesan. masing-masing kelompok
laboratorium. Eksperimen laboratorium menurut Wim- hanya diberikan satu perlakuan. Lebih jelas bentuk per-
mer & Dominick (2006) adalah jenis eksperimen yang lakuan yang diterima setiap kelompok sebagai berikut,
dilakukan didalam ruangan, peserta eksperimen dikum- lihat dalam tabel 3 berikut.
pulkan atau ditempatkan dalam suatu ruangan dan diber- Tabel. 3. Tabel Perlakuan Per Kelompok
ikan perlakuan (treatment).
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen fak-
tororial. Menurut Neuman (2013: 323), desain faktorial
adalah rancangan percobaan yang mempertimbangkan
dampak dari beberapa variabel independen secara bersa-
maan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial dua
faktor (two-factor factorial desain), karena dalam pe-
nelitian ini menggunakan dua variabel independen dan
satu variabel dependen. Dua variabel independen yang
digunakan adalah narasumber dan saluran pesan. vari-
abel independen pertama, narasumber memiliki variasi
tiga variabel, yaitu, kandidat, kelompok kepentingan Atribut manipulasi akan diberikan kepada
dan partai politik. Untuk mengakomodasi desain terse- partisipan secara serentak kepada masing-mas-
but maka penelitian ini memiliki desain faktorial 3x3. ing 9 kelompok. Partisipan diberikan waktu un-
Artinya dalam eksperimen terdapat variabel independen tuk membaca dan memahami atribut kampanye,
yang satu variabel independen memiliki tiga tingkat dan sekitar 10-20 menit. Setelah itu, partisipan akan
satunya memiliki tiga tingkat (Wimmer & Dominick, dibagikan kuesioner. Dengan bantuan asisten
2006 : 228-229). Jenis eksperimen yang dilakukan ada- peneliti, kuesioner dibagikan secara bersamaan
lah desain studi kasus sekali tes (one shot case study). untuk meminimalisir adanya interaksi antar
Jenis studi kasus ini adalah jenis design pre-eksperimen. partisan. Pengolahan data dalam penelitian ini

51
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

menggunakan analisa statistik ANOVA (Analy- Tabel. 5. Penilaian Rata-rata Penilaian Variabel Kepercayaan
sis of Variance) dengan analisis varians dua arah
(two-way analysis)

Hasil Penelitian
Sebelum menguraikan hasil penelitian, akan dijabar-
kan terlebih dahulu kelayakan data. Uji validitas meng-
gunakan Kaise-Mever-Oikir Measures of Sampling Ad-
equency atau KMO-Barlett Test of Sphericity. Hasilnya
diperoleh sebesar 0,882 lebih besar 0,5 dinyatakan baik
dengan angka variabel MSA diatas 0,05 diartikan analisa
indikator bisa dilanjutkan. Uji reliabilitas menggunakan
teknik Cronbach’s Coeffisien Alpha dengan perolehan
angka 0,915 lebih besar dari 0,5, maka uji variabel ke-
percayaan dianggap reliabel. Uji homogenitas menggu-
nakan Levene Asymp.sig sebesar 0,850 lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan data bersifat homogen. Uji
normalitas menggunakan uji normalitas dengan Kolm-
ogorov Smirnov Test diperoleh nilai KSZ sebesar 0,514 Tabel 6 menyajikan data ringkasan statistik deskrip-
dan Asymp.sig sebesar 0,954 lebih besar dari 0,05 maka tif mengenai kepercayaan pada kampanye negatif dari
dapat disimpulkan data berdistribusi normal. sembilan kelompok eksperimen. Kelompok-kelompok
Deskripsi karakteristik partisipan eksperien disajikan tersebut merupakan kombinasi dari variabel indepen-
dalam Tabel 4 berikut. den yakni saluran dan narasumber. Sembilan kelompok
Tabel 5 menyajikan data statistik deskriptif penilaian tersebut adalah: (1) Iklan-Kandidat, (2) Iklan-Partai Poli-
rata-rata kepercayaan isi pesan dari semua peserta eks- tik, (3) Iklan-Kelompok Kepentingan, (4) Flyer-Kan-
perimen. Tabel menunjukan hasil pengolahan data atas didat, (5) Flyer-Partai Politik, (6) Flyer-Kelompok
20 item pernyataan tentang kepercayaan pada kampa- Kepentingan, (7) Blog-Kandidat, (8) Blog-Partai Politik,
nye negatif yang dibagi menjadi empat dimensi yakni dan (9) Blog-Kelompok Kepentingan. Masing-masing
reliabilitas, kegunaan, afeksi, dan kemauan untuk men- kelompok memberikan penilaian atas 20 pernyataan dari
gandalkan. variabel dependen kepercayaan. Tabel menyajikan data
kelompok dengan nilai rata-rata/mean (M) tertinggi.
Tabel. 4. Karakter Demografi Perkelompok

52
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

Tabel 6. Penilaian Kelompok atas Pernyataan Variabel Kepercayaan Tabel. 7 Rangkuman Nilai Rata-rata (Mean/M) Ke-
percayaan Isi Pesan Per Kelompok

Tabel. 8. Rangkuman Hasil Pengolahan Data Pada


Variabel Saluran dan Narasumber dengan Variabel Ke-
percayaan Squared = .086 (Adjusted R Squared = .043)
Nilai Signifikan pada level p<0,05

Keterangan: Kelompok I-K= Iklan Kandidat, I-PP= Iklan-Partai Politik, I-KK= Iklan-Kelom-
pok Kepentingan, F-K= Flyer Kandidat, F-PP= Flyer-Partai Politik, F-KK= Flyer-Kelompok
Kepentingan, B-K= Blog Kandidat, B-PP= Blog-Partai Politik, B-KK= Blog-Kelompok
Kepentingan.

Dari Tabel 6 ini diketahui, kelompok yang paling ban- bedaan di saluran terhadap kepercayaan isi pesan.
yak memberikan penilaian nilai rata-rata tertinggi pada Interaksi antara saluran dan narasumber memiliki
pernyataan variabel kepercayaan terdapat pada kelom- probabilitas sebesar 0,720, dimana nilai tersebut lebih
pok Blog-Kelompok Kepentingan di 16 pernyataan. besar dari tingkat signifikansi sebesar 0,05. Maka Ho
Kemudian disusul kelompok Iklan-Kelompok Kepentin- diterima dan diputuskan tidak ada perbedaan keper-
gan di 4 pernyataan. Terakhir di kelompok Flyer-Kelom- cayaan isi pesan oleh interaksi saluran dan narasumber.
pok Kepentingan di dua pernyataan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya vari-
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan abel narasumber yang memiliki perbedaan nilai rata-rata
uji ANOVA. Setelah dilakukan eksperimen, didapat kepercayaan yang signifikan atau variabel narasumber
nilai mean rata-rata nilai kepercayaan perkelompok, se- merupakan variabel yang memberikan pengaruh utama
bagai berikut (Tabel 7). Dari tabel ini diketahui bahwa (main effect) atas variabel kepercayaan isi pesan.
nilai tertinggi rata-rata kepercayaan isi pesan terdapat Pengaruh interaksi (interaction effect) secara statis-
pada kelompok kelompok kepentingan baik di saluran tik akan terjadi ketika pengaruh dari satu variabel in-
iklan-kelompok kepentingan, flyer-kelompok kepentin- dependen pada perubahan variabel dependen tergantung
gan, blog-kelompok kepentingan dengan niai beturut- pada tingkat variabel independen lain. Dari perhitungan
turut 105.9, 100.45, dan 99.5. kemudian disusul oleh rata-rata diperoleh data sebagai berikut (Gambar 2). Di-
kelompok Flyer-Kelompok Kepentingan, Flyer-Partai agram pengaruh interaksi (interaction effect) berguna
Politik, Fyer-Kandidat, Iklan-Partai Politik, Iklan kan- untuk melihat apakah ada interaksi efek antar variabel.
didat dan terakhir Blog-Kandidat. Jika diamati secara Secara sederhana, mengartikan diagram tersebut dengan
variabel, pada variabel narasumber, kepercayaan paling melihat apabila garis-garis tidak menunjukan kesejajaran
paling besar secara berurutan adalah kelompok kepent- atau pola persilangan garis pada grafik, maka dicurigai
ingan, partai politik dan kandidat. Sedangkan pada vari- ada efek interaksi. Diagram diatas menunjukan ada keti-
abel saluran, kepercayaannya tersebar di antara sembilan daksejajaran garis atau perpotongan garis yang ditunju-
kelompok eksperimen. kan grafik saluran dan narasumber sehingga dicurigai
Dalam uji Anova dikenal istilah pengaruh utama tidak ada interaksi.
(main effect). Pengaruh utama diartikan Pengaruh dom-
inan (efek dominan) dari salah satu variabel independen
yang paling mempengaruhi variabel dependen, diband-
ingkan variabel independen lainnya. Hasilnya disajikan
dalam Tabel 8.
Dari hasil pengujian ANOVA, nilai rata-rata variabel,
diketahui beberapa temuan sebagai berikut. Nilai ra-
ta-rata variabel saluran terhadap kepercayaan memiliki
probabilitas 0,803, dimana nilai tersebut lebih besar dari
tingkat signifikansi sebesar 0,05. Maka Ho diterima dan
diputuskan tidak ada perbedaan di saluran terhadap ke-
percayaan isi pesan. Nilai rata-rata variabel narasumber Gambar 2. Pengaruh Interaksi Saluran dan Narasumber
terhadap kepercayaan memiliki probabilitas 0,002, di- Keterangan: Narasumber 1,2, dan3 berurutan: Kandidat,
mana nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikansi Partai Politik dan Kelmpok Kepentingan
sebesar 0,05. Maka Ho ditolak dan diputuskan ada per- Saluran 1,2, dan 3 berurutan : Koran, Flyer, dan Blog

53
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

sebagai dasar mengevaluasi pilihan politik dibandingkan


kandidat dan partai politik. Hasil penelitian ini meng-
konfirmasi studi-studi sebelumnya mengenai pentingnya
narasumber dalam mempengaruhi kepercayaan isi pe-
san. Efektifitas narasumber ditentukan oleh kredibilitas
narasumber dan kredibilitas komunikator politik menen-
tukan sukses gagalnya kampanye di mata pemilih (Te-
ven, 2008).
Mengapa saluran tidak memberikan pengaruh kepada
kepercayaan isi kampanye negatif? Untuk menjelaskan
Untuk mengetahui narasumber mana yang yang ber- temuan ini, bisa digunakan konsep sinisme politik (polit-
beda dan yang sama, maka dalam tes ini menggunakan ical cynicism). Schyns, Nuus & Dekker (2004: 3) men-
post hoc test. Variabel saluran tidak dianalisis karena sal- definiskan sinisme politik sebagai perilaku individu, yang
uran dianggap tidak memberikan perbedaan rata-rata ke- terdiri dari keyakinan yang mengakar terdapat kejahatan
pada kepercayaan berdasarkan analisa ANOVA sebelum- yang inheren pada politisi, institusi politik dan atau sistem
nya. Tabel 9 menyajikan data Berikut has post hoc test. politik secara keseluruhan. Lingkup sinisme politik luas,
Tabel. 9. Rangkuman Hasil Post Hoc Test PadaVariabel
Kelompok (Saluran dan Narasumber) dengan Variabel Keper- ada sinisme politik secara personal kepada aktor-aktor
cayaan politik, sinisme terhadap pemerintahan, bahkan sinisme
secara sistem politik. Sinisme politik berhubungan den-
gan ketidakpercayaan pada politisi karena politisi selalu
dipandang akan mengecewakan masyarakat (Jones, 2005:
126). Sinisme politik pada aktor politik tidak hanya di-
artikan tidak bermoral, tidak berintegritas tetapi juga leb-
ih jauh adanya keyakinan bahwa politisi tidak memiliki
kompetensi dan kebaikan (Dekker, 2006: 3).
Pesan kampanye yang disampaikan oleh kandidat
Dari tabel di atas memberikan hasil sebagai berikut. maupun partai politik dianggap tidak memberikan pen-
Narasumber Kandidat dan Kelompok Kepentingan, garuh juga bisa dipahami dari data latar belakang parti-
memiliki signifikansi 0,002 atau dibawah 0,05 maka Ho sipan atas kepercayaan pada aktor politik. Sebagai aki-
ditolak dan diputuskan kedua narasumber berbeda dan batnya, kepercayaan mayoritas partisipan terhadap aktor
terbukti signifikan. Narasumber Partai Politik dan Kan- politik rendah. Aktor yang paling kurang/tidak dipercaya
didat, memiliki signifikansi 0,684 atau diatas 0,05 maka adalah Partai politik (70%), kandidat (67,8%) dan kelom-
Ho diterima dan diputuskan kedua narasumber sama pok kepentingan (65,6%). Jika kita kaitkan dengan kon-
dan tidak terbukti signifikan. Narasumber Kelompok sep sinisme politik pada aktor politik, dapat disimpulkan
Kepentingan dan Kandidat, memiliki signifikansi 0,022 bahwa partisipan tidak mempercayai isi pesan kampanye
atau dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan diputuskan negatif karena mengetahui kredibilitas narasumbernya
kedua narasumber berbeda dan terbukti signifikan. berasal dari kandidat atau partai politik. Partisipan sudah
Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki background secara sadar maupun tidak sadar
paling berbeda atau yang memiliki nilai rata-rata pal- tidak mempercayai aktor politik. Mayoritas partisipan
ing berpengaruh dan signifikan terhadap kepercayaan, memilih sikap kurang percaya/tidak percaya sama sekali
maka digunakan juga post hoc test untuk melihat se- diatas 50%. Ketidakpercayaan ini mayoritas ditujukan
cara rinci. Dari hasil output ditemukan bahwa kelom- kepada partai politik (70,6%), kandidat (67,8%) dan
pok Blog-Kelompok Kepentingan (nilai sig. 0,042) dan kelompok kepentingan (65,6%).
Blog-Kandidat (Blog-Kandidat) merupakan dua kelom- Untuk konteks masyarakat di Indonesia, gambaran
pok yang memiliki nilai dibawah 0,05 maka Ho ditolak persepsi masyarakat Indonesia yang bersikap sinis kepa-
dan diputuskan kedua narasumber berbeda dan terbukti da aktor politik tidak bisa dilepaskan dari pengalaman
signifikan pada variabel kepercayaan. kehidupan politik di masa orde baru selama 30 tahun.
Pemerintah Orde Baru mendominasi atas nama stabili-
Diskusi tas ekonomi dan politik dengan sengaja maupun tidak
Penelitian menemukan ada pengaruh narasumber ter- sengaja menekan partisipasi, dan daya kritis masyarakat.
hadap kepercayaan isi kampanye negatif, dan tidak ada Pemerintah menjalankan secara dominan program secara
pengaruh saliran isi pesan terhadap kepercayaan pada isi birokratis oleh sekelompok golongan, semua keputu-
kampanye negatif. Hasil penelitian ini berbeda dengan san dan kebijakan politik dilakukan secara sentralistik,
penelitian Chaiken & Eagly (1983) dan Soh (2006). Da- berkembangnya ideologi pembangunan yang koruptif
lam kedua penelitian tersebut, penggunaan variasi sal- dengan didukung oleh menguatnya paham dwi-fungsi
uran media bisa mempengaruhi kepercayaan isi pesan. ABRI, praktik depolitisasi penyederhanaan partai poli-
Hasil penelitian ini memperlihatkan saluran kampanye tik sehingga hanya Partai Golkar saja yang dominan dan
negatif tidak mempengaruhi kepercayaan isi pesan. Pe- menghindari oposisi dari partai lain (Mas’oed, 1989).
nelitian ini mengkonfirmasi studi Johnson, Dunaway Akibatnya terjadi kesenjangan ekonomi, maraknya
& Weber (2011), yakni adanya perbedaan narasumber praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, kebebasan poli-
akan memberikan perbedaan respon evaluasi kandidat tik masyarakat dan pers hilang, banyaknya pelangga-
dari pemilih. Penelitian mereka menyebutkan media ran HAM (hak asasi manusia). Keadaan ini menjadikan
sebagai narasumber yang paling dipercaya dan dipakai masyarakat menjadi trauma dengan politik. Masyarakat

54
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

memiliki persepsi ketidakpercayaan, antipati dan alergi pernyataan tersebut. Berdasarkan uji statitistik ANOVA,
pada politisi, karena semua yang berhubungan dengan urutan narasumber yang paling dipercaya oleh partisipan
politik berkaitan erat dengan manipulasi, represi, korupsi adalah kelompok kepentingan, partai politik dan kandi-
dan kepentingan kelompok. dat.
Variabel saluran tidak memberikan pengaruh terha- Kedua, tidak ada pengaruh saluran pesan terhadap
dap kepercayaan isi pesan, karena partisipan sudah ti- kepercayaan isi kampanye negatif. Hal ini dikarenakan
dak mempercayai aktor politik, sehingga apa yang dis- partisipan tidak mempercayai aktor politik (kandidat
ampaikan atau dilakukan oleh aktor politik tidak akan dan partai politik), sehingga apa yang disampaikan atau
dipercaya. Ini sejalan dengan penelitian yang dilaku- dilakukan oleh aktor politik tidak akan dipercaya. Keti-
kan Dekker (2006) dan Schyns, Nuus & Dekker (2004) ga, tidak ada pengaruh interaksi antara narasumber dan
menunjukan bahwa sinisme politik berhubungan erat saluran terhadap kepercayaan isi kampanye negatif. Dari
dengan pandangan bahwa pernyataan yang diberikan kombinasi kesembilan kelompok ditemukan, Kelompok
politisi dalam institusi politik. Dalam penelitian tersebut blog-kelompok kepentingan dan blog kandidat merupa-
diuraikan bahwa aktor politik memberikan janji yang ti- kan kelompok yang memiliki pengaruh paling basar ter-
dak bisa dipenuhi (Dekker, 2006: 3). Dengan demikian hadap kepercayaan isi pesan. Temuan ini sejalan dengan
dapat dipahami mengapa pesan yang disampaikan di me- asumsi di atas bahwa kelompok kepentingan dianggap
dia saluran iklan, fyer maupun blog tidak akan dipercaya paling dipercaya ketika memberikan persuasi dibanding-
jika disampaikan oleh narasumber kandidat dan partai kan aktor lain karena dianggap tidak memiliki kepentin-
politik. Kelompok kepentingan mendapatkan sedikit ke- gan politik dalam waktu pendek.
percayaan dari partisipan. Terutama jika pesan yang dis- Implikasi praktis dari hasil penelitian ini, aktor poli-
ampaikan melalui media internet (blog), dibandingkan tik, praktisi politik dan konsultan politik harus memper-
dengan delapan kelompok lainnya. hatikan narasumber pesan dalam merancang kampanye
politik. Karena terbukti lewat penelitian ini, narasumber
Kesimpulan mempunyai penaruh terhadap terhadap kepercayaan isi
Dari penelitian ini ditemukan kesimpulan sebagai pesan kampanye negatif. Aktor politik jika ingin men-
berikut. Pertama, ada pengaruh narasumber terhadap girimkan pesan kampanye negatif, direkomendasikan
kepercayaan isi kampanye negatif. Pengaruh tersebut menggunakan narasumber kelompok kepentingan se-
dikaitkan dengan adanya kredibilitas narasumber. Kon- bagai komunikatornya. Temuan adanya persepsi sinisme
sep kredibilitas narasumber yang menyebutkan bahwa politik yang masih melekat kepada politik dan aktor poli-
bahwa kredibilitas komunikator mempengaruhi efektifit- tik, membuat para praktisi berhati-hati dalam menyam-
as pesan. Atau dengan kata lain pesan akan diinterpretasi paikan pesan kampanye negatif.
secara berbeda tergantung kepada siapa yang membuat

Daftar Pustaka
Ansolabehere, S., Iyengar, S., Valentino, N., Simon, A. (1994). Does at- Elliott, K.A. (1997). Corruption as an International Policy Problem: Over-
tack advertising demobilize the electorate?” The American Po- view and Recommendations. Dalam Elliott, K.A. (ed). Corrup-
litical Science Review, 88 (4). tion and the Global Economy (pp. 175-233). Washington D.C.:
Ansolabehere, S. & Iyengar, S. (1995). Going Negative: How Political Institute for International Economics.
Advertisements Shrink and Polarize the Electorate. New York: Emzir (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitat-
Free Press. if. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Andreoli, V & Worchell, S. (1978). Effects of Media, Communicator,and Falkowski, A. & Cwalina, W. (1999).   Methodology of Constructing Effec-
Message Position on Attitude Change. Public Opinion Quarter- tive Political Advertising: An Empirical Study of the Polish Pres-
ly, 42 (1). 59–70. idential Election in 1995. Dalam Newman, B.I (ed), Handbook
Barbie, E. (2008). The Basic of Social Research. New York: Thompson of Political Marketing (pp. 283-304). Thousand Oaks, CA: Sage
Wadsworth. Publications.
Baxter, L.A. & Babbie, E. (2003). The Basic of Communication Re- Firmanzah. (2008). Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor
search. Canada: Thomson Wadsworth. Fiske, J. (1982). Introduction To  Communication  Studies. London:
Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Methuen.
Persada Garramone, G. M. (1985). Effects of Negative Political Advertising: The
Chaiken, S., & Eagly, A. H. (1983). Communication modality as a deter- Roles of Sponsor and Rebuttal. Journal of Broadcasting & Elec-
minant of persuasion: The role of communicator salience. Jour- tronic Media, 29 (2), 147-159.
nal of Personality and Social Psychology, 45(2), 241-256. Garramore, G.M., Atkin. C.K., Pinkleton, B.E., Cole, R.T. (1990). Effects of
Dalton, R. J. & Wattenberg, M.P. (1993). The Not So Simple Act of Voting. Negative Political Advertising on the Political Process. Journal
Dalam Finifter, W. (ed), Political Science: The State of The Dis- of Broadcasting & Electronic Media, 34 (3), 299-311.
cipline. Washington,: American Political Science Association. Jefkins, F. (1995). Periklanan. Jakarta: Erlangga.
Dekker, P. (2006). Political Discontent And Detachment: An Attempt To Johnson, T., Dunaway, J. & Weber, C.R. (2011) Consider The Source:
Disentangle Support For ‘Political Cynicism’ In The Netherlands. Variations in The Effect of Negatif Campaign Messages. Journal
Makalah Presentasi dalam he 20th IPSA World Congress, Fu- of Integrated Social Sciences, 2(1), 98-127.
kuoka, 9 Juli 2006. Jones, K. (2005). Politician and Political Cynism More or Less? Australian
Devlin, P.L. (1989). Contrast in Presidential Campaign Commercial of Parlementary Review, 20(2), 116-129.
1988. American Behaviour Scientist,  40 (8), 1058-1084. Joslyn, R.A. (1980). The Content of Political Spot Ads. Journalism &
Earl Barbie, (2008). The Basic of Social Research. USA: Thompson Mass Communication Quarterly, 57 (1), 92-98
Wadsworth Kaid, L. L. (ed). (2004). Handbook of Political Communication Research.
Mahwah, New Jersey: Lawrene Erlbaum Associates.
Kaid, L. L. (2006). Political Advertising in United States. Dalam Kaid, L.L
& Holtz-Bacha, C (eds), Encyclopedia of Political Communica-
tion. California : Sage Publications.
55
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

Kompas (2015). KPU Disarankan Umumkan Latar Belakang Calon Sindo (2015). Catatan Kemendagri, 328 Kepala Daerah Tersangkut Per-
Kepala Daerah. Diakses dari http://nasional.kompas.com/ soalan Hukum. Diakses dari http://nasional.sindonews.com/
read/2015/08/20/19350601/KPU.Disarankan. Umumkan.Latar. read/901190/12/catatan-kemendagri-328-kepaladaerah-ter-
Belakang.Calon.Kepala.Daerah Diakses pada 15 Desember sangkut-persoalan-hukum-1410604072. Diakses pada 15 De-
2015. sember 2015.
Mark, D. (2007). Going Dirty: The Art of Negative Campaigning. Update Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Bandung: Remaja Rosda-
Edition. Maryland: Rowland & Littlefiled Publisher. karya.
McKnight, H.D., Choudhury, V & Kacmar, C. (2002). Developing and Surlin, S.H. & Gordon (1977), T.H. How Values Affect Attitudes toward
Validating Trust Measures for e-Commerce: An Integrative Ty- Direct Reference Political Advertising. Journalism Quarterly, 54,
pology Information Systems Research. Communication Behav- 89-98.
ioral Perspective, 13 (3).
Mas’oed, Mohtar (1989). Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966- Suryana, O. & Studio, M. (2008). Membangun Blog Wordpress. Jakar-
1971. Jakarta: LP3ES. ta: Elex Media Komputindo
Neuman, W. L. (2013). Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kuali- Bambang, S & Sugianto. (2007) .Pendidikan Kewarganegaraan. Sura-
tatif dan Kuantitatif . Jakarta: Indeks karta: Grahadi.
Newman, B.I. (ed). (1999). Handbook of Political Marketing. London: Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantittatif
Sage Publications. dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Nimmo, D. (1989). Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: Soh, H. (2006). Measuring Trust In Advertising: Development And Vali-
Remadja Rosdakarya dation Of The Adtrust Scale. Disertasi doctoral pada Faculty of
Schyns, P., Nuus, M. & Dekker, H. (2004). Political Cynicism: The Mea- The University of Georgia in Partial. Athena.
surability of a Disputed Concept. Makalah dipresentasikan Teven, J. (2008). An Examination of Perceived Credibility of the 2008
pada 27th ISPP Annual Scientific Meeting, Lund: 15-18 Juli Presidential Candidates: Relationships with Believability, Like-
2004. ability, and Deceptiveness. Human Communication, 11 (4):
Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi, B.N. (2015). Psikologi Eksperimen. Ja- 383– 400.
karta: Indeks. Trent, J.S, Friedenberg, R.F. & Denton, R. Jr. (2010). Political Campaign
Sides, J. & Lipsitz, K. & Grossmann, M. (2007). How Voter Evaluate Communication. New York: Preager Publisher.
Political Campaigns. Working Paper. USA: George Washington Wimmer, R..D & Dominick, J.R. (2006). Mass Media Research: An Intro-
University. duction. Canada: Thomson Wadsworth.

56
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

Lampiran 1
Narasi Eksperimen :

Pemilihan kepala daerah Kota Bekasi yang dilaksanakan pada 19 Februari 2017, akan diikuti oleh dua kandidat,
yakni Firmansyah dan Hasrudin. Keduanya memiliki program unggulan yang berbeda. Namun, diantara program
tersebut keduanya mengusung isu yang sama yakni pemberantasan isu korupsi. Praktik korupsi di Kota Bekasi
dinilai sudah merisaukan. Ini terlihat dari banyaknya kasus pejabat publik yang tertangkap KPK (Komisi Pember-
antasan Korupsi) sebanyak 500 kasus di tahun 2016. Oleh karena, mengangkat isu pemberantasan korupsi dalam
kampanye di pemilihan menjadi isu strategis.
Kandidat Hasrudin saat menjabat sebagai Wakil Walikota Bekasi saat ini sampai periode 2016. Selama menjabat
dirinya mengklaim bersih dari praktik korupsi. Selama proses berkampanye dirinya menyampaikan keberhasilan
kinerjanya. Selain itu, dirinya juga melakukan kampanye negatif kepada lawan politiknya, Firmansyah. Kampanye
negatifnya dilakukan dengan cara beriklan di koran nasional, yang berisi fakta dan data keterlibatan Firmansyah
dalam beberapa kasus hukum.
Firmansyah, kandidat calon walikota Bekasi yang saat ini menjadi sebagai anggota legislator di DPRD Bekasi.
Selama menjabat Firmansyah terlibat kasus korupsi. Saat mencalonkan diri dan berkampanye, dirinya sempat men-
jadi kontroversi karena masih terlibat beberapa kasus hukum. Namun demikian, dirinya tetap berkampanye bahwa
dirinya akan menjadi Kota Bekasi bebas dari korupsi.

Alat Eksperimen :
Alat Manipulasi Atribut Kampanye
Alat Jenis/Keterangan
Manipulasi
Iklan koran Kompas, Senin 23
Iklan
Mei 2016
Selebaran Flyer (A4)
Internet Blog
Kandidat Kandidat Hasrudin, MA
Kandidat Firmansyah, MA (yang
diilustrasikan koruptor)
Partai Politik Partai Sosial Indonesia
Kelompok
Gerakan Anti Korupsi (GEMASI)
Kepentingan

Atribut I Iklan-Kandidat
Atribut II Iklan-Partai Politik
Atribut III Iklan-Kelompok Kepentingan
Atribut IV Flyer-Kandidat
Atribut V Flyer-Partai Politik
Atribut VI Flyer-Kelompok Kepentingan
Atribut VII Blog-Kandidat
Atribut VIII Blog-Partai Politik
Atribut IX Blog-Kelompok Kepentingan

57
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

58
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

Lampiran 3: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut II (Koran-Partai Politik)

59
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

Lampiran 4: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut III (Koran-Kelompok Kepentingan)

Lampiran 5: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut IV (Flyer-Kandidat)

60
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

61
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

Lampiran 6: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut V (Flyer-Partai Politik)

62
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

Lampiran 7: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut VI (Flyer-Kelompok Kepentingan)

63
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

Lampiran 8: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut Atribut VII (Blog-Kandidat)

64
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume V, Nomor 1 , April 2016

Lampiran 9: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut Atribut VIII (Blog-Partai Politik)

65
Fitri Hari, Pengaruh Saluran dan Narasumber Kampanye Negatif terhadap Kepercayaan Isi Pesan

Lampiran 10: Manipulasi Alat Eksperimen Untuk Atribut IX (Blog-Kelompok Kepentingan)

66

Anda mungkin juga menyukai