ASMA BRONCHIALE
Diajukan Kepada :
dr. Rr. Sri Wijayanti Sp.A
Disusun Oleh :
Dimas Pradanaputra
20184010158
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFLEKSI KASUS
ASMA BRONCHIALE
Oleh :
Dimas Pradanaputra
20184010158
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Anak
RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo
ILUSRASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. MK
Usia : 2 tahun
Alamat : Pangenrejo
Bangsal : Tulip
II. Anamnesis
Pasien pernah dirawat di rumah sakit 7 bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama.
Ibu pasien memiliki riwayat alergi seafood, ayah pasien (-), Saudara
kandung pasien (-)
- Personal Sosial
- Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, ibu pasien ibu rumah tangga.
- Lingkungan Rumah
Riwayat Pribadi
- Kehamilan dan Persalinan
Pasien merupakan anak laki-laki pertama yang lahir dari ibu G1POAO
dengan umur kehamilan 40 +1 minggu, lahir secara SC atas indikasi DKP.
Dan bayi langsung menangis kuat. Tidak ada riwayat ketuban pecah dini, air
ketuban jernih. Setelah lahir langsung menangis, kulit kemerahan. BBL 2810
gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan
atas ibu lupa.
Ibu pasien selalu memeriksakan kehamilan secara teratur di bidan desa
dan di rumah sakit. Ibu pasien tidak memiliki keluhan selama kehamilan, ibu
tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.
Kesan : Riwayat Kehamilan dan Persalinan Baik
- Nutrisi Anak
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Berdiri sendiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia
- Imunisasi
Sistem Saraf Pusat : demam (-), penurunan kesadaran (-), kejang (-)
Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)
Pernafasan : 18x/mnt
Suhu badan : 37,0 C
Data Antropometri
Pemeriksaan Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-) air
mata (+/+)
Telinga : secret (-/-), discharge (-/-)
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, kripta tidak melebar (-)
Mulut : sianosis (-), tremor (-), mukosa kering (-), perdarahan gusi (-)
Pemeriksaan Jantung
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan leher
Pemeriksaan Paru
Ronkhi (-)
Wheezing (+)
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior
oedem (-/-), tremor (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat , tonus
otot cukup
Inferior
Oedem (-/-), tremor (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat, tonus otot
cukup
Pemeriksaan Kulit
Turgor kulit baik (kembali cepat), CRT <2 detik, petechie (-)
III. DIAGNOSIS BANDING
Asma Bronchial
Faringitis Akut
DRO
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Normal
Hemoglobin 12,4 g/Dl 11.7 – 15.5
Leukosit 15,5 103/uL 4.5 – 13.0
Hematokrit 37 % 35 – 47
Eritrosit 4.8 106/uL 3.80 – 5.20
Trombosit 364 103 150 – 400
MCV 78 fL 80 – 100
MCH 26 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36
Netrofil 77,20 % 50 -70
Limfosit 12,20 % 25 – 40
Monosit 5,40 % 2–8
Eosinofil 5,00 % 2.00 – 4.00
Basofil 0.20 % 0 -1
Asma Bronchial
IX. RESUME
Pasien anak Laki-laki usia 7 tahun 7 bulan masuk ke RSUD dr.Tjitrowardojo Purworejo
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sesak dirasakan
pertama kali pada siang hari ketika sedang beraktifitas, Pasien lebih menyukai untuk duduk
dibandingkan dengan berbaring untuk mengurangi sesak nafas yang dialami, sensasi seperti
rasa dada tertekan. Biasanya Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek.
terakhir kali pasien mengalami sesak napas pada 7 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak
dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1 tahun ini dan jarak
antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan batuk berlendir sejak 3 hari lalu,
tidak disertai dengan flu.
Pasien tidak Demam dan tidak ada riwayat kejang, pasien mengalami mual dan muntah,
buang air kecil lancar dan buang air besar biasa.
X. RENCANA TERAPI
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling
tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperaktivitas jalan napas terhadap berbagai
rangsangan.
B. ETIOLOGI
Menurut The Lung Association ada 2 faktor yang menjadi pencetus asma (klinik citama,
2011):
a. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran pernafasn dan
mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi) tetapi tidak menyebabkan peradangan seperti :
a) Perubahan cuaca atau suhu udara
b) Rangsangan sesuatu yang bersifat alergen, misalnya asap rokok, serbuk sari, debu,
bulu binatang, asap, uap dingin dan olahraga, insektisida, polusi udara dan hewan
peliharaan
c) Infeksi saluran pernafasn
d) Gangguan emosi
e) Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan
b. Penyebab (inducer) yaitu sel mas di sepanjang bronchi melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrin sebagai respon terhadap benda asing (allergen) seperti serbuk
sari, debu halus yang terdapat dalam rumah atau bulu binatang yang menyebabkan
terjadinya :
a) Kontraksi otot polos
b) Peningkatan pembentukan lendir
c) Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronchi yang mengakibatkan peradangan
pada saluran pernafasan dimana hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
C. FAKTOR RISIKO
Berdasarkan kesepakatan para ahli maka diketahui bahwa serangan asma,
kejadian asma, keparahan asma dan kematian karena asma dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor- faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.15
1) Faktor pejamu
Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif saluran nafas, dan
status gizi.
2) Faktor lingkungan
Faktor dari luar diri pasien yang meliputi:
- Alergen dalam rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa,
jamur.
- Polusi udara : polutan luar rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara.
- Obat-obatan
D. PATOFISIOLOGI
1. Penyempitan Saluran Napas
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala
dan perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada
saluran napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mukus.
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap berbagai
mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah mekanisme dominan terhadap
penyempitan saluran napas dan prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator.
Edema pada saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini
penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan karena perubahan
struktural atau disebut juga ”remodelling”. Proses inflamasi kronik pada asma akan
menimbulkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses
penyembuhan (healing process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan
pergantian sel-sel yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan
menghasilkan perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway
remodelling
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan jaringan
yang menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi berulang-ulang. Proses
remodeling ini yang menyebabkan terjadinya asma. Namun, pada onset awal
terjadinya proses ini kadang-kadang sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik,
dikatakan proses remodeling ini dapat menyebabkan asma secara simultan. Proses dari
remodeling ini dikarakteristikan oleh peningkatan deposisi protein ekstraselular matrik
di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan peningkatan daripada ukuran sel atau
hipertropi dan peningkatan jumlah sel atau hiperplasia.
2. Hiperreaktivitas saluran napas
Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara klinis
paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap reaktivitas
yang berlebihan atau hiperaktivitas ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin
berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi
secara sekunder yang menyebabkan perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding
saluran respiratorik terutama daerah peribronkhial dapat memperberat penyempitan saluran
respiratorik selama kontraksi otot polos.
E. KLASIFIKASI ASMA
F. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Keluhan mengi dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas sebagai
titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak
nafas, rasa dada tertekan, produksi sputum. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan
untuk menegakan diagnosis asma. Karakteristik yang mengarah ke asma adalah gejala timbul
secara episodic atau berulang. Gejala timbul misalnya ada faktor pencetus misalny airitan, asap
obat nyamuk, udara dingin, makanan dan minuman dingin, aktifitas fisik. Seringkali ada riwayat
alergi pada pasien dan keluarganya. Biasanya gejala juga dapat lebih berat pada malam hari. Dari
hasil Anamnesis terhadap pasien :pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas
dirasakan sejak 1 hari. Sesak dirasakan pertama kali pada malam hari dan pasien mengeluhkan
susah tidur. Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek dan juga meminum air
dingin. Sesak nafas tidak dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali
selama 1 tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan adanya
batuk berlendir (+), orang tua pasien mengalami alergi seafood
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan stetoskop. Perlu dicari
gejala lain alergi pada pasien seperti dermatitis atopik atau rinitis alergi. Dari Pemeriksaan fisik
yang dilakukan, didapatkan pada pemeriksaan thorax terdengar suara nafas tambahan
wheezing (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ini untuk menunjukkan adanya variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi,
hiperreaktifitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien. Pemeriksaan
meliputi :
Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan variabilitas. Pada
fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter
Uji cukit kulit ( skin prickt tes), eosinophil total darah, IgE spesifik
Derajat asma berdasarkan derajat serangan dapat dikelompokkan menjadi :Intermitten, persisten
ringan, persisten sedang dan persisten berat.
Tujuan tata laksana asma adalah terkendalinya asma anak secara umum untuk mencapai kendali
asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih
rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah :
4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit mungkin terjadi, terutama
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak1 6
Apabila tujuan ini belum tercapai maka tata laksananya perlu dievaluasi kembali
2. Mengurangi hipoksemia
Klinik / IGD
Nilai derajat serangan
Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
nebulisasi ketiga + antikolinergik
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikolinergik)
Boleh pulang
Bekali obat -agonis
(hirupan / oral)
jika sudah ada obat
Ruang Rawat Sehari /observasi RuangRawatInap
pengendali, teruskan
jika infeksi virus sbg. Oksigen teruskan Oksigen teruskan
pencetus, dapat diberi berikan steroid oral Atasi dehidrasi dan asidosis
steroid oral nebulisasi tiap 2 jam jika ada
dalam 24-48 jam kon-trol ke bila dalam 12 jam perbaikan steroid IV tiap 6-8 jam
Klinik R. Jalan, untuk klinis stabil, boleh pulang, tetapi nebulisasi tiap 1-2 jam
reevaluasi jika klinis tetap belum membaik aminofilin IV awal, lanjutkan
atau meburuk, alih rawat ke rumatan
Ruang Rawat Inap jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, interval jadi 4-6
jam
jika dalam 24 jam perbaikan
klinis stabil, boleh pulang
jika dengan steroid dan
aminofilin parenteral tidak
Catatan: membaik, bahkan timbul
Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x Ancaman henti napas, alih
langsung dengan -agonis + antikolinergik rawat ke Ruang Rawat
Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang Rawat Intensif
Intensif
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin
subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali
DAFTAR
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen PUSTAKA
2-4 L/menit
diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
1. Bektiwibowo,S. 2015. Bogor Pediatric Update 2015. IDAI : Jakarta
6. Supriyatno, B. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak. Majalah
KedokteNran Indonesia, vol 55(3).
7. Rahajoe N, dkk. Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi, PP IDAI, 2004