Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS

ASMA BRONCHIALE

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Ilmu Penyakit Anak RSUD dr.Tjitrowardojo Purworejo

Diajukan Kepada :
dr. Rr. Sri Wijayanti Sp.A

Disusun Oleh :
Dimas Pradanaputra
20184010158
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

LEMBAR PENGESAHAN

REFLEKSI KASUS
ASMA BRONCHIALE

Telah dipresentasikan pada:


Oktober 2019

Oleh :
Dimas Pradanaputra
20184010158

Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Anak
RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo

dr. Rr. Sri Wijayanti Sp.A


BAB I

ILUSRASI KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : An. MK

Usia : 2 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Pangenrejo

Tgl masuk RS : Senin, 7 Oktober 2019

Bangsal : Tulip

II. Anamnesis

Dilakukan Alloanamnesis pada tanggal 7 Oktober 2019

 Keluhan utama : Sesak Nafas

 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien anak Laki-laki usia 2 tahun masuk ke RSUD dr.Tjitrowardojo


Purworejo dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari yang
lalu. Sesak dirasakan pertama kali pada siang hari ketika sedang beraktifitas,
Pasien lebih menyukai untuk duduk, untuk mengurangi sesak nafas yang dialami,
sensasi seperti rasa dada tertekan. Biasanya Sesak nafas timbul pada saat pasien
merasa terlalu capek. terakhir kali pasien mengalami sesak napas pada 7 bulan
yang lalu. Sesak nafas tidak dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami
sudah 2 kali selama 1 tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga
mengeluhkan batuk berlendir sejak 3 hari lalu, tidak disertai dengan flu.
Pasien tidak Demam dan tidak ada riwayat kejang, pasien mengalami mual dan
muntah, buang air kecil lancar dan buang air besar biasa.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah dirawat di rumah sakit 7 bulan yang lalu dengan keluhan
yang sama.

 Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien memiliki riwayat alergi seafood, ayah pasien (-), Saudara
kandung pasien (-)

 Riwayat Personal Sosial

- Personal Sosial

Pasien tinggal bersama ayah, ibu dalam satu rumah

- Sosial Ekonomi

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta, ibu pasien ibu rumah tangga.

- Lingkungan Rumah

Pasien dan keluarga tinggal di rumah permanen sederhana milik pribadi.


Sumber air bersih dari sumur. Sumber air minum dari Aqua galon. Kebiasaan
menguras bak mandi 1 minggu sekali. Pasien mandi 2x sehari pagi dan sore.
Pasien mengkonsumsi susu menggunakan dot. Pasien menjaga kebersihan,
dengan sering mengganti dot setiap ganti dot. Kesan : higiene dan sanitasi
cukup baik

 Riwayat Pribadi
- Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak laki-laki pertama yang lahir dari ibu G1POAO
dengan umur kehamilan 40 +1 minggu, lahir secara SC atas indikasi DKP.
Dan bayi langsung menangis kuat. Tidak ada riwayat ketuban pecah dini, air
ketuban jernih. Setelah lahir langsung menangis, kulit kemerahan. BBL 2810
gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan
atas ibu lupa.
Ibu pasien selalu memeriksakan kehamilan secara teratur di bidan desa
dan di rumah sakit. Ibu pasien tidak memiliki keluhan selama kehamilan, ibu
tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil.
Kesan : Riwayat Kehamilan dan Persalinan Baik

- Nutrisi Anak

 ASI diberikan sampai usia 1 tahun 3 bulan

 Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa bubur SUN,


makanan rumah yang di lembutkan.

 Sejak usia 11 bulan diberikan nasi tim 1-3x sehari

 Sejak usia 1 tahun hingga sekarang diberikan makanan keluarga 2-3x


sehari berupa nasi dengan sayur-sayuran, dan lauk pauk seperti ayam
goreng, ikan goreng, tahu dan tempe goreng, dan buah-buahan.

Kesan : Anak mendapat ASI eksklusif, kualitas makanan dan minuman


baik

- Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Berdiri sendiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan

Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan

Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan

Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

- Imunisasi

 BCG : pernah, 1x usia 1 bulan

 Hepatitis B : pernah, 3x usia 0,2,4 bulan

 Polio : pernah, 4x usia 0,2,3,4 bulan

 DPT : pernah, 3x usia 2,3,4 bulan

 Campak : pernah, 1x usia 9 bulan

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

Anmnesis Review Sistem

 Sistem Saraf Pusat : demam (-), penurunan kesadaran (-), kejang (-)
 Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)

 Sistem Respirasi : sesak nafas (+), batuk (+), pilek (-)

 Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), mual (+), muntah (+)

 Sistem Urogenital : BAK nyeri (-), sering BAK (+)

 Sistem Muskuloskeletal : pegal-pegal (-), nyeri sendi (-)

 Sistem Integumentum : bengkak pada ekstremitas (-)

II. PEMERIKSAAN FISIK

 Kesan Umum : sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 Vital Sign : Nadi : 102x/mnt

Pernafasan : 18x/mnt
Suhu badan : 37,0 C

 Data Antropometri

Berat Badan : 17,5 kg


Menurut WHO Gowth cart, garis kurva BB terhadap usia, di garis 0.
Kesan : Gizi baik.
Tinggi Badan : - cm

 Pemeriksaan Kepala

Bentuk Normochepal, rambut berwana hitam, distribusi merata

 UUB sudah menutup.

 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-) air
mata (+/+)
 Telinga : secret (-/-), discharge (-/-)

 Hidung : secret (-/-), epistaksis (-/-), tidak ada deviasi sputum

 Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, kripta tidak melebar (-)

 Mulut : sianosis (-), tremor (-), mukosa kering (-), perdarahan gusi (-)

 Bibir : kering (-), sianonis (-)

 Pemeriksaan Jantung

 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat , jejas (-)

 Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga ke 5 line midclavicula

 Perkusi

Batas Jantung  Kanan atas : SIC II line para sternalis kanan


Kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri
Kanan bawah : SIC IV linea para sternalis kanan
Kiri bawah : SIC V linea midclavicularis kiri

 Auskultasi

Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

 Pemeriksaan leher

Tidak ada pembesaran limfonodi ataupun tiroid

 Pemeriksaan Paru

 Inspeksi Tampak simetris

Retraksi subcostalis (-)


Retraksi supraclavicularis (-)
Retraksi intercostalis (-)
Ketertinggalan gerak (-)
 Palpasi Deformitas (-)

Vocal fremitus dalam batas normal

 Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri

 Auskultasi Suara dasar vesicular (+)

Ronkhi (-)
Wheezing (+)

 Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi Distensi (-)

 Auskultasi Peristaltik (+) meningkat

 Palpasi Supel (+), NT (+) Turgor elastisitas kulit kembali cepat

 Perkusi Timpani pada seluruh lapang perut

 Pemeriksaan Ekstremitas

 Superior

oedem (-/-), tremor (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat , tonus
otot cukup

 Inferior

Oedem (-/-), tremor (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat, tonus otot
cukup

 Pemeriksaan Kulit

Turgor kulit baik (kembali cepat), CRT <2 detik, petechie (-)
III. DIAGNOSIS BANDING

Asma Bronchial

Faringitis Akut

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium : darah rutin otomatik

V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

DRO

Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan
Normal
Hemoglobin 12,4 g/Dl 11.7 – 15.5
Leukosit 15,5 103/uL 4.5 – 13.0
Hematokrit 37 % 35 – 47
Eritrosit 4.8 106/uL 3.80 – 5.20
Trombosit 364 103 150 – 400
MCV 78 fL 80 – 100
MCH 26 Pg 26 – 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36
Netrofil 77,20 % 50 -70
Limfosit 12,20 % 25 – 40
Monosit 5,40 % 2–8
Eosinofil 5,00 % 2.00 – 4.00
Basofil 0.20 % 0 -1

VIII. DIAGNOSIS KERJA

Asma Bronchial

IX. RESUME
Pasien anak Laki-laki usia 7 tahun 7 bulan masuk ke RSUD dr.Tjitrowardojo Purworejo
dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Sesak dirasakan
pertama kali pada siang hari ketika sedang beraktifitas, Pasien lebih menyukai untuk duduk
dibandingkan dengan berbaring untuk mengurangi sesak nafas yang dialami, sensasi seperti
rasa dada tertekan. Biasanya Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek.
terakhir kali pasien mengalami sesak napas pada 7 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak
dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali selama 1 tahun ini dan jarak
antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan batuk berlendir sejak 3 hari lalu,
tidak disertai dengan flu.
Pasien tidak Demam dan tidak ada riwayat kejang, pasien mengalami mual dan muntah,
buang air kecil lancar dan buang air besar biasa.

X. RENCANA TERAPI

- IVFD Ringer Asetat 18 gtt/m (makro)


- Paracetamol syr 3x1 cth
- Cetirizine syr 3x1 cth
- Dexametasone tab 3 x 1/2 mg.
- Nebulizer β2 agonist (salbutamol nebule 2.5 mg )
- ambroxol tab 1/2 mg
3x1 pulv
- Sanprima 1/2 mg
- Trifed tab 1/2 mg
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada orang yang
rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi, yang paling
tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan.
Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperaktivitas jalan napas terhadap berbagai
rangsangan.

B. ETIOLOGI
Menurut The Lung Association ada 2 faktor yang menjadi pencetus asma (klinik citama,
2011):
a. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran pernafasn dan
mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi) tetapi tidak menyebabkan peradangan seperti :
a) Perubahan cuaca atau suhu udara
b) Rangsangan sesuatu yang bersifat alergen, misalnya asap rokok, serbuk sari, debu,
bulu binatang, asap, uap dingin dan olahraga, insektisida, polusi udara dan hewan
peliharaan
c) Infeksi saluran pernafasn
d) Gangguan emosi
e) Kerja fisik atau olahraga yang berlebihan
b. Penyebab (inducer) yaitu sel mas di sepanjang bronchi melepaskan bahan seperti
histamin dan leukotrin sebagai respon terhadap benda asing (allergen) seperti serbuk
sari, debu halus yang terdapat dalam rumah atau bulu binatang yang menyebabkan
terjadinya :
a) Kontraksi otot polos
b) Peningkatan pembentukan lendir
c) Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronchi yang mengakibatkan peradangan
pada saluran pernafasan dimana hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

C. FAKTOR RISIKO
Berdasarkan kesepakatan para ahli maka diketahui bahwa serangan asma,
kejadian asma, keparahan asma dan kematian karena asma dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor- faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.15
1) Faktor pejamu
Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif saluran nafas, dan
status gizi.
2) Faktor lingkungan
Faktor dari luar diri pasien yang meliputi:
- Alergen dalam rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa,
jamur.

- Alergen luar : serbuk sari, jamur.

- Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak angkutan.

- Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif.

- Polusi udara : polutan luar rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara.

- Infeksi saluran nafas : infeksi virus, infeksi bakteri, infeksi parasit.

- Status sosial ekonomi rendah

- Obat-obatan

D. PATOFISIOLOGI
1. Penyempitan Saluran Napas
Penyempitan saluran napas merupakan hal yang mendasari timbulnya gejala
dan perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada
saluran napas, penebalan dinding saluran napas dan hipersekresi mukus.
Kontraksi otot polos saluran napas yang merupakan respon terhadap berbagai
mediator bronkokonstiktor dan neurotransmiter adalah mekanisme dominan terhadap
penyempitan saluran napas dan prosesnya dapat dikembalikan dengan bronkodilator.
Edema pada saluran napas disebabkan kerena adanya proses inflamasi. Hal ini
penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan karena perubahan
struktural atau disebut juga ”remodelling”. Proses inflamasi kronik pada asma akan
menimbulkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan diikuti oleh proses
penyembuhan (healing process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan
pergantian sel-sel yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru. Proses
penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis sel
parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan
menghasilkan perubahan struktur yang komplek yang dikenal dengan airway
remodelling
Inflamasi kronis yang terjadi pada bronkus menyebabkan kerusakan jaringan
yang menyebabkan proses perbaikan (repair) yang terjadi berulang-ulang. Proses
remodeling ini yang menyebabkan terjadinya asma. Namun, pada onset awal
terjadinya proses ini kadang-kadang sebelum disesbkan oleh inflamasi eosinofilik,
dikatakan proses remodeling ini dapat menyebabkan asma secara simultan. Proses dari
remodeling ini dikarakteristikan oleh peningkatan deposisi protein ekstraselular matrik
di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan peningkatan daripada ukuran sel atau
hipertropi dan peningkatan jumlah sel atau hiperplasia.
2. Hiperreaktivitas saluran napas
Penyempitan saluran respiratorik secara berlebihan merupakan patofisiologis yang secara klinis
paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap reaktivitas
yang berlebihan atau hiperaktivitas ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin
berhubungan dengan perubahan otot polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi
secara sekunder yang menyebabkan perubahan kontraktilitas. Selain itu, inflamasi dinding
saluran respiratorik terutama daerah peribronkhial dapat memperberat penyempitan saluran
respiratorik selama kontraksi otot polos.
E. KLASIFIKASI ASMA

Klasifkasi asma sangat diperlukan karena berhubungan dengan tatalaksana lanjutan


(jangka panjang). GINA membagi asma menjadi 4 klasifikasi yaitu asma intermiten, asma
persisten ringan, asma persisten sedang, dan asma persisten berat. Berbeda dengan GINA, PNAA
membagi asma menjadi 3 yaitu asma episodik ringan, asma episodik sedang, dan asma persisten.
Dasar pembagian ini karena pada asma anak kejadian episodik lebih sering dibanding persisten
(kronisitas). Dasar pembagian atau klasifikasi asma pada anak adalah frekuensi serangan,
lamanya serangan, aktivitas diluar serangan dan beberapa pemeriksaan penunjang.

F. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis asma ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaanfisik, dan


pemeriksaan penunjang. Anamnesis memegang peranan sangat penting mengingat diagnosis
asma pada anak sebagian besar ditegakkan secara klinis.

ANAMNESIS

Keluhan mengi dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima luas sebagai
titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak
nafas, rasa dada tertekan, produksi sputum. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan
untuk menegakan diagnosis asma. Karakteristik yang mengarah ke asma adalah gejala timbul
secara episodic atau berulang. Gejala timbul misalnya ada faktor pencetus misalny airitan, asap
obat nyamuk, udara dingin, makanan dan minuman dingin, aktifitas fisik. Seringkali ada riwayat
alergi pada pasien dan keluarganya. Biasanya gejala juga dapat lebih berat pada malam hari. Dari
hasil Anamnesis terhadap pasien :pasien datang dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas
dirasakan sejak 1 hari. Sesak dirasakan pertama kali pada malam hari dan pasien mengeluhkan
susah tidur. Sesak nafas timbul pada saat pasien merasa terlalu capek dan juga meminum air
dingin. Sesak nafas tidak dialami setiap bulan, dimana sesak nafas dialami sudah 2 kali
selama 1 tahun ini dan jarak antara sesak sekitar 7 bulan. Pasien juga mengeluhkan adanya
batuk berlendir (+), orang tua pasien mengalami alergi seafood
PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik pasien dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak dapat terdengar
wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan stetoskop. Perlu dicari
gejala lain alergi pada pasien seperti dermatitis atopik atau rinitis alergi. Dari Pemeriksaan fisik
yang dilakukan, didapatkan pada pemeriksaan thorax terdengar suara nafas tambahan
wheezing (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan ini untuk menunjukkan adanya variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi,
hiperreaktifitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien. Pemeriksaan
meliputi :

 Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan variabilitas. Pada
fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan dengan peak flow meter

 Uji cukit kulit ( skin prickt tes), eosinophil total darah, IgE spesifik

 Uji inflamasi respiratori :FeNO . eosinophil sputum

 Uji provokasi bronchus dengan exercise, metakolin, hipertoniksalin1

Klasifikasi derajat asma

Derajat asma berdasarkan derajat serangan dapat dikelompokkan menjadi :Intermitten, persisten
ringan, persisten sedang dan persisten berat.

N Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma


o
1 Intermitten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar
serangan>6 minggu
2 Persisten ringan Episode gejala asma>1x/bulan, <1x/minggu
3 Persisten sedang Episode gejala asma>1x/minggu, namun tidak setiap
hari
4 Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir setiap hari1

Klasifikasi derajat asma pada anak


Parameter klinis, Asma episodik Asma episodik Asma persisten
jarang sering
kebutuhan obat

dan faal paru asma

1 Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering


serangan
2 Lama serangan <1minggu >1minggu Hampir
sepanjang tahun,
tidak ada
periode bebas
serangan
3 Intensitas Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
serangan
4 Diantara Tanpa gejala Sering ada Gejala siang dan
serangan gejala malam
5 Tidurdanaktifit Tidaktergganggu Seringterggangg Sangatterggangg
as u u
6 Pemeriksaan Normal ( tidak Mungkin Tidak pernah
fisik diluar ditemukan tergganggu normal
serangan kelainan)
(ditemukan
kelainan)
7 Obat Tidak perlu Perlu Perlu
pengendali
(anti
inflamasi)
8 Uji faal PEF atau PEF atau PEV atau
paru(diluar FEV1>80% FEV1<60-80% FEV<60%
serangan)
9 Variabilitas Variabilitas>15% Variabilitas>30 Variabilitas 20-
faal paru(bila % 30%.
ada serangan)
Variabilitas>50
%
PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak), FEV 1=Forced
expiratory volume in second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)7

G. Tata laksana Asma

Tujuan tata laksana asma adalah terkendalinya asma anak secara umum untuk mencapai kendali
asma sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih
rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan berolahraga

2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari

3. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan

4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit mungkin terjadi, terutama
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak1 6

Apabila tujuan ini belum tercapai maka tata laksananya perlu dievaluasi kembali

Tujuan tata laksana serangan asma antara lain sebagai berikut :

1. Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin

2. Mengurangi hipoksemia

3. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya

4. Mengevaluasi dan memperbaharui tata laksana jangka panjang untuk mencegah


kekambuhan
Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak

Klinik / IGD
Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal
nebulisasi -agonis 1-3x, selang 20 menit (2)
nebulisasi ketiga + antikolinergik
jika serangan berat, nebulisasi. 1x (+antikolinergik)

Serangan ringan Serangan sedang Serangan berat


(nebulisasi 1-3x, respons (nebulisasi 1-3x, respons (nebulisasi 3x, respons
baik, gejala hilang) parsial) buruk)
observasi 2 jam Berikan oksigen(3) sejak awal berikan O2
jika efek bertahan, Nilai kembali derajat saat / di luar nebulisasi
boleh pulang serangan, jika sesuai dgn pasang jalur parenteral
jika gejala timbul lagi, serangan sedang, nilai ulang klinisnya, jika
perlakukan sebagai observasi di Ruang sesuai dengan serangan
serangan sedang Rawat Sehari/observasi berat, rawat di Ruang
Pasang jalur parenteral Rawat Inap
foto Rontgen toraks

Boleh pulang
Bekali obat -agonis
(hirupan / oral)
jika sudah ada obat
Ruang Rawat Sehari /observasi RuangRawatInap
pengendali, teruskan
jika infeksi virus sbg. Oksigen teruskan Oksigen teruskan
pencetus, dapat diberi berikan steroid oral Atasi dehidrasi dan asidosis
steroid oral nebulisasi tiap 2 jam jika ada
dalam 24-48 jam kon-trol ke bila dalam 12 jam perbaikan steroid IV tiap 6-8 jam
Klinik R. Jalan, untuk klinis stabil, boleh pulang, tetapi nebulisasi tiap 1-2 jam
reevaluasi jika klinis tetap belum membaik aminofilin IV awal, lanjutkan
atau meburuk, alih rawat ke rumatan
Ruang Rawat Inap jika membaik dalam 4-6x
nebulisasi, interval jadi 4-6
jam
jika dalam 24 jam perbaikan
klinis stabil, boleh pulang
jika dengan steroid dan
aminofilin parenteral tidak
Catatan: membaik, bahkan timbul
Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x Ancaman henti napas, alih
langsung dengan -agonis + antikolinergik rawat ke Ruang Rawat
Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang Rawat Intensif
Intensif
Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin
subkutan 0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali
DAFTAR
Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen PUSTAKA
2-4 L/menit
diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
1. Bektiwibowo,S. 2015. Bogor Pediatric Update 2015. IDAI : Jakarta

2. Kepmenkes 1023/MENKES/SK, 2008. Pedoman pengendalian penyakit asma. Menteri


Kesehatan RI. Indonesia

3. IDAI.2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta


4. Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi, IDAI. 2000. Konsensus Nasional Asma Anak. Sari
pediati vol 2(1).
5. IDAI. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta.

6. Supriyatno, B. 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak. Majalah
KedokteNran Indonesia, vol 55(3).
7. Rahajoe N, dkk. Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi, PP IDAI, 2004

Anda mungkin juga menyukai