Prebiotik Lokal
Latar Belakang: Dewasa ini pengembangan produk pangan berbasis ubi jalar cukup
meningkat. Ubi jalar merah diketahui memiliki senyawa beta karoten dan retinol yang
termasuk dalam golongan antioksidan. Ubi jalar ungu diketahui mengandung
antosianin yang dapat berperan sebagai antioksidan. Ubi jalar juga diketahui sebagai
sumber karbohidrat dan serat pangan.
Tujuan Penelitian: Berdasarkan karbohidrat dan serat pangan yang terkandung dalam
ubi jalar, maka penelitian ini bertujuan melihat kandungan serat pangan, pati tahan
cerna, dan profil oligosakarida tidak tercerna (inulin, FOS, rafinosa, dan verbaskosa)
pada ekstrak serat ubi jalar varietas Bestak dan pengaruh pemanasan terhadap
kandungan oligosakarida tidak tercerna.
Metodologi Penelitian: Ekstrak serat ubi jalar (ESU) merupakan hasil ekstraksi dari
ubi jalar varietas Bestak yang telah dikupas, dipotong dadu, dicuci, dikukus selama 30
menit, kemudian diekstrak dengan alkohol 80% pada suhu 60 oC, disaring, dikeringkan
50 oC, digiling dan diayak dengan ayakan berukuran 60 mesh. Pengujian serat pangan
dan pati tahan cerna menggunakan metode enzimatis. Profil oligosakarida tahan cerna
dianalisa dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ubi jalar varietas Bestak segar
mengandung serat pangan sebesar 25,43+0,32% yang terdiri dari serat tidak larut
7,11+0,02%; serat larut 6,62+0,00%; pati tahan cerna 11,70+0,30%, sedangkan ESU
varietas Bestak mengandung serat pangan sebesar 37,90+0,75% yang terdiri dari
serat tidak larut 12,17+0,16%; serat larut 3,50+0,48%; pati tahan cerna 22,23+0,42%.
Ekstrak serat ubi jalar varietas Bestak mengandung inulin, fruktooligosakarida (FOS),
rafinosa, dan verbaskosa. Proses pelarutan dan pemanasan ekstrak serat ubi jalar
pada suhu 100 oC dan 121 oC dapat meningkatkan kandungan beberapa komponen
prebiotik seperti FOS dan rafinosa.
Kesimpulan: Ekstrak serat ubi jalar varietas Bestak memiliki kandungan serat pangan
yang tinggi meliputi serat tidak larut, serat larut, dan pati tahan cerna. Kandungan
prebiotik yang banyak terdapat pada ekstrak serat ubi jalar yaitu FOS dan rafinosa.
Proses pelarutan dan pemanasan pada suhu suhu 100 oC dan 121 oC dapat
meningkatkan kandungan FOS dan rafinosa.
Kata Kunci : ubi jalar, prebiotik, FOS, rafinosa, pati tahan cerna, serat larut dan tak
larut
Ubi jalar termasuk dalam famili Cavalvuloceae, Ubi jalar sudah dikenal sejak
ribuan tahun yang lalu baik di benua Amerika, Afrika, dan Asia. Ubi jalar diketahui
dampak positif bagi yang mengkonsumsinya. Ubi jalar mengandung beta karoten
cukup tinggi yaitu 14185 IU/100 gram. Golongan senyawa antioksidan selain beta
karoten yaitu retinol, lutein dan zeaxantin. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar
antara lain vitamin C, vitamin B6, dan vitamin B1. Mineral yang terkandung dalam ubi
jalar antara lain Mn, K, Co, Mg, dan P. Selain itu, ubi jalar juga mengandung serat
oligosakarida tahan cerna (lebih dikenal juga dengan istilah prebiotik) yang dapat
Serat pangan (dietary fiber) didefinisikan sebagai bagian dari tumbuhan yang
dapat dimakan yang berupa polisakarida, lignin, dan senyawa yang resisten terhadap
hidrolisis oleh enzim pencernaan pada manusia. Komponen yang termasuk dalam
definisi ini adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, gum, selulosa termodifikasi, musilase,
komponen makanan yang tidak tercerna yang memberikan efek kesehatan bagi host
1. menguji kandungan zat gizi, serat larut, serat tak larut, pati resisten, dan komponen
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar varietas Bestak yang
diperoleh dari pengepul ubi jalar di Pasar Barakan, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.
Ubi jalar varietas Bestak diproses menjadi ekstrak serat ubi jalar dengan cara ubi jalar
yang telah dikupas, dipotong dadu, dicuci, dikukus selama 30 menit, kemudian
diekstrak dengan alkohol 80% pada suhu 60 oC, disaring, dikeringkan 50 oC, digiling
(Association of Official Analytical Chemists)4. Analisa serat larut dan tak larut mengacu
pada metode gravimetri enzimatik yang dijabarkan oleh Asp et al. (1983)5. Analisa pati
resisten mengacu pada metode Goni et al. (1996) dalam Kumari et al. (2007)6.
Kandungan FOS, rafinosa, verbaskosa dalam ekstrak serat ubi jalar ditentukan dengan
Pengujian kandungan zat gizi pada ubi jalar segar, tepung ubi jalar, dan ekstrak
serat ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 1. Pada ubi jalar yang diproses menjadi tepung
dan ekstrak serat ubi jalar terlihat adanya peningkatan kandungan zat gizi seperti
lemak, protein, abu, pati, dan karbohidrat totalnya. Hal ini disebabkan oleh adanya
pengurangan kadar air pada produk tepung dan ekstrak serat ubi jalar. Karbohidrat
Monosakarida terdiri dari glukosa dan fruktosa. Oligosakarida terdiri dari rafinosa dan
verbaskosa. Polisakarida ubi jalar terdiri dari pati, selulosa, pektin dan hemiselulosa.
Pengujian terhadap kandungan serat larut, serat tak larut dan pati resisten pada
ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2. Kandungan serat larut pada ekstrak serat ubi jalar
mengalami penurunan dibanding pada ubi jalar segar. Hal ini mungkin disebabkan oleh
terlarutnya sebagian serat pada waktu proses ekstraksi dengan etanol 80%.
Sementara itu, kandungan serat tidak larut pada ekstrak serat ubi jalar lebih tinggi
dibanding ubi jalar segar. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengurangan kadar air
pada proses penepungan ekstrak serat ubi jalar. Kandungan pati resisten pada ekstrak
serat ubi jalar juga meningkat, hal ini disebabkan proses pengolahan seperti
pengukusan dan pengeringan yang terjadi pada ekstrak serat ubi jalar dapat
Tabel 2. Kadar Serat Larut, Tidak Larut, dan Pati Resisten pada Ubi Jalar Segar dan
Ekstrak Serat Ubi Jalar (% berat basah)
Berdasarkan hasil analisa proksimat maka ubi jalar merupakan bahan makanan
kompleks ini dapat memberikan efek kesehatan yang cukup bagus bagi orang yang
yang dapat dicerna termasuk dalam definisi karbohidrat kompleks. Sementara itu, The
British Nutrition Foundation Report9 menyatakan bahwa pati dan polisakarida non pati
merupakan karbohidrat kompleks. Pada definisi kedua ini menyatakan bahwa serat
larut dan serat tidak larut. Yang termasuk dalam serat larut antara lain pectin dan
oligosakarida tahan cerna (misalnya FOS, inulin, dan rafinosa). Serat larut dari
polisakarida non pati tahan terhadap pencernaan di usus halus dan akan difermentasi
secara ekstensif oleh bakteri kolon menjadi short chain fatty acid (SCFA) seperti asam
asetat, propionate, dan butirat. Pati resisten mempunyai efek yang sama dengan
polisakarida non pati sehingga pati ini tahan terhadap pencernaan di usus halus dan
dalam serat tidak larut antara lain selulosa. Serat tidak larut ini dapat memberikan efek
kesehatan antara lain meningkatkan volume feses dan mempercepat waktu transit
sehingga dapat mengatasi konstipasi. Serat tidak larut juga dapat menurunkan
ekstrak serat ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan verbaskosa pada semua
sampel yang diuji berada di bawah limit deteksi yaitu < 0,27 ppm. Perlakuan pelarutan
bubuk ekstrak serat ubi jalar dapat meningkatkan kandungan FOS yang dikarenakan
Tabel 3. Kandungan FOS, Rafinosa, dan Verbaskosa Ekstrak Serat Ubi Jalar
berasal dari observasi terhadap atom C1 atau C2 dari unit monosakarida yang tahan
kategori NDO yang sudah dikembangkan adalah yang terdiri dari unit monosakarida
yang terdiri dari 3 unit monosakarida berupa fruktosa dan glukosa dengan rumus
(fruktosa)n-glukosa. Inulin dikenal juga sebagai FOS rantai panjang dengan derajat
polimerisasi sampai dengan 60. Rafinosa merupakan triosa yang terdiri dari 3 unit
Berdasarkan kandungan FOS dan rafinosa yang tinggi pada ekstrak serat ubi
jalar, maka bahan makanan ini berpotensi sebagai sumber prebiotik alami. Secara
umum, keunggulan prebiotik yang selama ini sudah dikonfirmasi antara lain adalah
tidak dapat dicerna dan nilai energinya rendah (1-1,5 kJ/g), meningkatkan volume
rafinosa. Hal ini disebabkan proses pelarutan dan pemanasan dapat menyebabkan
kontak antara pelarut dan prebiotik lebih ekstensif sehingga hasil analisa menunjukkan
angka yang lebih tinggi. Selain itu, kemungkinan kandungan inulin pada ubi jalar dapat
terpecah menjadi inulin dengan derajat polimerisasi yang lebih kecil yang dikenal
dengan FOS. Namun demikian, jika oligosakarida rantai pendek seperti FOS dan
sudah terpecah menjadi gula-gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Hal ini sejalan dengan penelitian Huebner et al. (2008)15 yang meneliti efek
1. Ubi jalar baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses menjadi tepung dan
ekstrak serat ubi jalar mengandung karbohidrat kompleks dalam bentuk pati, serat
2. Proses penepungan dapat meningkatkan kandungan zat gizi, serat larut, serat
3. Ekstrak serat ubi jalar mengandung komponen prebiotik seperti FOS dan rafinosa
Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah untuk menguji bagaimanakah aktivitas
prebiotik dari ekstrak serat ubi jalar dalam mendukung pertumbuhan Lactobacilli dan
Bifidobacteria baik secara in vitro maupun in vivo. Mengingat kandungan prebiotik yang
cukup tinggi pada ubi jalar ini, maka perlu adanya dukungan dari pemerintah untuk
telah membiayai penelitian ini melalui skema hibah dana penelitian untuk kandidat
doktor.