Tugas Sbak Kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


 Kesimpulan..................................................................................................
 Saran............................................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tungkai dan Persendian (Artikulasio)
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penuisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada mata
kuliah Anatomi dan Fisiologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi wawasan
tentang Tungkai dan Persendian (Artikulasio) pada manusia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengcapkan terimakasih kepada Bu Linda Yanti S.ST.,M.Keb selaku dosen bidang
matakuliah Anatomi dan Fisiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menabah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Saya juga megucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam
suatu kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits


dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas maka rumusan masalah yang
akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari norma sosial dan bagaimana terjadinya norma sosial?
2. Ciri-ciri apa yang terdapat dalam norma sosial dan bagaimana fungsinya?

3. Tujuan Penelitian

Kita dapat mengetahui seluk beluk norma sosial dimana norma sosial merupakan
norma yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Norma juga merupakan
suatu aturan yang ada dalam masyarakat. Tanpa norma tidak aka nada satu kesatuan
dalam masyarakat itu dan Mengetahui bentuk-bentuk norma sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

NORMA SOSIAL YANG DITERAPKAN DIMASYARAKAT

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan.

Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah
laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa yang
mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.

Norma merupakan hasil buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini
dibentuk secara tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara
sadar. Norma dalam masyarakat berisis tata tertib, aturan, dan petunjuk standar perilaku yang
pantas atau wajar.
BERIKUT NORMA NORMA YANG DITERAPKAN

1. Norma agama

Norma agama adalah petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan melalui
utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan anjuran-anjuran. Contoh-contoh norma agama
ialah:

a. Rajin beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan, berdoa sebelum makan, sebelum
tidur, sebelum perjalanan, sebelum belajar, sebelum memasuki tempat ibadah, dll.
b. Mencegah dan tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama.
c. Mengimani adanya Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Pelanggar norma agama dalam penetapan sangsinya ada 2 macam

1. Mendapatkan sanksi secara tidak langsung, artinya pelanggarnya baru akan menerima
sanksinya nanti di akhirat berupa siksaan di neraka.
2. Mendapat sangsi langsung: artinya jika seseorang telah melanggar norma agama. baik
mengakui sendiri di depann mufti atau hakim, atau kedapatan/tertangkap basah
melakukan pelanggaran agama, dikenakan hukuman sesuai dengan pelanggarannya.

2. Norma Hukum

Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya
pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku
sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri. Pelanggaran terhadap norma ini berupa
sanksi denda sampai hukuman fisik (dipenjara, hukuman mati)

A. Proses terbentuknya norma hukum

Dalam bermasyarakat, walaupun telah ada norma untuk menjaga keseimbangan, tetapi
norma sebagai pedomanperilaku kerap dilanggar atau tidak diikuti. Karena itu dibuatlah norma
hukum sebagai peraturan/ kesepakatan tertulis yang memiliki sanksi dan alat penegaknya.
B. Perbedaan antara norma hukum dan norma sosial
1. Norma hukum

a. Aturannya pasti (tertulis) biasanya adalam bentuk UU atau pasal-pasal


b. Mengikat semua orang
c. Memiliki alat penegak aturan
d. Dibuat oleh lembaga yang berwenang seperti lembaga penegak hukum
e. Bersifat memaksa
f. Sanksinya berat

2. Norma sosial

a. Kadang aturannya tidak pasti dan tidak tertulis


b. Ada atau tidaknya alat penegak tidak pasti (kadang ada, kadang tidak ada)
c. Dibuat oleh masyarakat
d. Bersifat tidak terlalu memaksa
e. Sanksinya ringan

3. Norma sopan santun

Norma sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok
itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan
berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu.

Contoh-contoh norma sopan santun ialah:

a. Menghormati orang yang lebih tua.


b. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
c. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
d. Tidak meludah di sembarang tempat.
e. Tidak menyela pembicaraan.
f. Berpakaian dengan sopan dan santun
Norma sopan santun sangat penting untuk diterapkan, terutama dalam bermasyarakat,
karena norma ini sangat erat kaitannya terhadap masyarakat. Sekali saja ada pelanggaran
terhadap norma kesopanan, pelanggar akan mendapat sanksi dari masyarakat, semisal
cemoohan.kesopanan merupakan tuntutan dalam hidup bersama. Ada norma yang harus dipenuhi
supaya diterima secara sosial.

Sedangkan perilaku tidak sopan atau tidak tahu sopan santun istilahnya disebut kurang ajar.

Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan adalah tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh
masyarakat, yang berupa cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dan diasingkan dari
pergaulan serta di permalukan.

4. Norma kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi, dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan
dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosial-budaya
ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan


orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-
nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Tiongkok.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan


pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

A.Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,


norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,


yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut M.Selamet Riyadi, Budaya adalah suatu bentuk rasa cinta dari nenek moyang
kita yang diwariskan kepada seluruh keturunannya

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, dan tindakan


hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia


sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang semuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

B. Unsur-Unsur

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c. keluarga
d. kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan 4 unsur pokok kebudayaan meliputi:

a. sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga
adalah lembaga pendidikan utama)
d. organisasi kekuatan (politik)

3. C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal


categories of culture) yaitu:

a. bahasa
b. sistem pengetahuan
c. sistem teknologi, dan peralatan
d. sistem kesenian
e. sistem mata pencarian hidup
f. sistem religi
g. sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan

5. Penyimpangan sosial

Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut
pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada
makhluk sosial.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan
norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1]

Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma)
untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat.
Namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa
menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi
(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian
(deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya
seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang
individu (faktor objektif), yaitu :

1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup


menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat
membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang
retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan
sempurna, maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota
keluarga.
2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang
karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu
merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang. Karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang
terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara
kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang,
sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa
kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media
massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang.
A. Faktor penyebab

Faktor-faktor penyebab penyimpangan sosial

1. Faktor dari dalam adalah intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin dan
kedudukan seseorang dalam keluarga. Misalnya: seseorang yang tidak normal dan
pertambahan usia.
2. Faktor dari luar adalah kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di sekolah,
pergaulan dan media massa. Misalnya: seorang anak yang sering melihat orang tuanya
bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan atau narkoba. Pergaulan individu yang
berhubungan teman-temannya, media massa, media cetak, media elektronik.

B. Bentuk

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

1. a.Berdasarkan sifat

Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

A. Penyimpangan bersifat positif

Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap
sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan
seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan
zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita
karier.

B. Penyimpangan bersifat negatif

Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai


sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian,
perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan.

Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:


C. Penyimpangan primer (primary deviation)

Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya


bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk
sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena
alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali
melanggar rambu-rambu lalu lintas.

D. Penyimpangan sekunder (secondary deviation)

Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi,
sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa
minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.

6. Konflik

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

2. Mengembangkan kemampuan sesorang dalam berkomunikasi secara efektif. Dengan


sosialisasi, individu dapat dengan terbiasa untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan
masyarakat.

3. Mengembangkan fungsi-fungsi organik seseorang melalui introspeksi yang tepat. Dengan


bersosialisasi, fungsi organik dalam tubuh/jiwa seseorang akan dapat terlatih dengan baik,
sehingga individu tersebut dapat dengan mudah untuk berkumpul pada masyarakat. Serta,
dengan komunikasi yang baik, maka individu tersebut dapat dengan mudah untuk hidup
berdampingan di masyarakat.

4. Menanamkan nilai-nilai dan kepercayaan kepada seseorang yang mempunyai tugas pokok
dalam masyarakat. Dengan sosialisasi, individu dapat dengan mudah untuk mendapatkan
kepercayaan diri karena mereka memiliki komunikasi yang baik di masyarakat. Dengan adanya
kepercayaan dan komunikasi tersebut maka individu dapat dengan mudah untuk bersosialisasi
pada masyarakat.
7. Pola sosialisasi

Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi
partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan
hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada
penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua.
Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan
sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai
significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana
anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.
Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan
komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak.
Keluarga menjadi generalized other.

8. Sosialisme

Sosialisme adalah serangkaian sistem ekonomi dan sosial yang ditandai dengan
kepemilikan sosial atas alat-alat produksi dan manajemen mandiri pekerja, serta teori-teori dan
gerakan politik yang terkait dengannya. Kepemilikan sosial dapat berupa kepemilikan negara,
kolektif, koperasi, atau kepemilikan sosial atas ekuitas. Ada banyak varian sosialisme dan tidak
ada definisi tunggal yang merangkum semuanya, dengan kepemilikan sosial menjadi elemen
umum yang dimiliki berbagai variannya. Sosialis merujuk pada orang yang menganut paham
sosialisme.

Sistem sosialis dibagi menjadi dua, dalam bentuk nonpasar dan pasar Sosialisme
nonpasar melibatkan penggantian pasar faktor dan uang dengan kriteria teknis berdasarkan
perhitungan yang dilakukan dalam bentuk barang, dan dengan demikian menghasilkan
mekanisme ekonomi yang berfungsi sesuai dengan hukum ekonomi yang berbeda dari
kapitalisme. Sosialisme nonpasar bertujuan untuk menghindari ketidakefisienan dan krisis yang
secara tradisional diasosiasikan dengan akumulasi kapital dan sistem profit. Sebaliknya,
sosialisme pasar mempertahankan penggunaan harga moneter, pasar faktor; dan dalam beberapa
kasus, motif profit, sehubungan dengan operasi perusahaan yang dimiliki secara sosial dan
alokasi barang modal di antara mereka. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan ini akan
dikelola secara langsung oleh tenaga kerja dari masing-masing perusahaan, atau diberikan ke
masyarakat luas dalam bentuk dividen sosial. Perdebatan kalkulasi sosialis memperhatikan
kelayakan dan metode alokasi sumber daya bagi sistem sosialis.

Politik sosialis berorientasi baik internasionalis dan nasionalis; diorganisir melalui partai
politik dan menentang politik partai, di satu waktu tumpang tindih dengan serikat pekerja, pada
waktu lain independen dan kritis terhadap serikat, serta ada di negara terindustrialisasi dan
berkembang. Berasal dari gerakan sosialis, demokrasi sosial telah merangkul ekonomi campuran
dengan pasar yang mencakup intervensi negara yang substantif dalam bentuk redistribusi
pendapatan, regulasi, dan negara kesejahteraan. Demokrasi ekonomi mengusulkan semacam
sosialisme pasar di mana terdapat kontrol yang lebih terdesentralisasi atas perusahaan, mata
uang, investasi, dan sumber daya alam.

Gerakan politik sosialis mencakup serangkaian filsafat politik yang berasal dari gerakan
revolusioner pertengahan hingga akhir abad ke-18, dan karena adanya kepedulian terhadap
masalah sosial yang terkait dengan kapitalisme. Pada akhir abad ke-19, setelah karya Karl Marx
dan kolaboratornya Friedrich Engels, sosialisme telah menjadi oposisi terhadap kapitalisme dan
menganjurkan sistem pascakapitalis yang didasarkan pada suatu bentuk kepemilikan sosial atas
alat produksi. Pada 1920-an, demokrasi sosial dan komunisme menjadi dua kecenderungan
politik dominan di gerakan sosialis internasional. Pada masa tersebut sosialisme muncul sebagai
"gerakan sekuler paling berpengaruh pada abad ke-20 di seluruh dunia. Sosialisme adalah
ideologi politik (atau pandangan dunia), gerakan politik yang luas dan terpecah-pecah" dan
ketika kebangkitan Uni Soviet sebagai negara sosialis nominal pertama di dunia menyebabkan
menyebarnya asosisasi sosialisme dengan model ekonomi Soviet, beberapa ekonom dan
intelektual berpendapat bahwa dalam praktinya model tersebut berfungsi sebagai bentuk
kapitalisme negara, administrasi tidak terencana atau ekonomi komando. Partai dan gagasan
sosialis tetap menjadi kekuatan politik dengan berbagai tingkat kekuatan dan pengaruh di semua
benua, serta memimpin pemerintahan nasional di banyak negara di dunia. Saat ini, beberapa
sosialis juga mengadopsi prinsip dari gerakan sosial lain, seperti lingkungan, feminisme dan
progresivisme.

9. Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, sedangkan Logos
berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam
buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857).
Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat. Para sarjana, praktisi, atau ahli di bidang sosiologi disebut
sosiolog.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki


kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku
masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang
dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang
tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau
umum.

Kelompok tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,
ekonomi, sosial.
10. Etika politik

Etika politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia, atau
cabang filsafat yang membahasa prinsip-prinsip moralitas politik. Etika politik sebagai ilmu dan
cabang filsafat lahir di Yunani pada saat struktur-struktur politik tradisional mulai ambruk.

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Ethes” yang berarti kesediaan jiwa akan
kesusilaan, atau dapat diartikan kumpulan peraturan tentang kesusilaan.

Dengan kata lain, etika politik merupakan prinsip moral tentang baik-buruk dalam
tindakan atau perilaku dalam berpolitik. Etika politik juga dapat diartikan sebagai tata susila
(kesusilaan), tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan politik.

Dalam praktiknya, etika politik menuntut agar segala klaim atas hak untuk menata
masyarakat dipertanggungjawabkan pada prinsip-prinsip moral dasar. Untuk itu, etika politik
berusaha membantu masyarakat untuk mengejawantahkan ideologi negara yang luhur ke dalam
realitas politik yang nyata.Suseno.

11. Kelompok sosial

Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok
juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

A. Macam kelompok sosial

Sekolah merupakan salah satu contoh kelompok sosial

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada
tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian
membagi kelompok menjadi empat macam:

1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan
sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15
tahun di sebuah kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak
mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan
berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan
ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi,
para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki
ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan
kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial.
Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok
agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun
agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang
diharapkan.

SARAN

Makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari ibu/bapak dosen dan
teman-teman mahasiswa yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan
makalah kedepannya

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial

Anda mungkin juga menyukai