Anda di halaman 1dari 51

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup

perumahan, pembuangan kotoran, penyedian air bersih dan sebagainya

(Notoadmodjo,2007).Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dihadapi

dan sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.Kesehatan

lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan non

hayati dalam ekosistem.Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah elemennya,tapi

sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem tersebut.Perilaku yang

kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya

sejumlah masalah sanitasi.

2.1.1. Sanitasi Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi fisik, kimia,

dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan sehingga

memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.Persyaratan

kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib

di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di

perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan (Soedjadi,

2005).Persyaratan kesehatan lingkungan perumahan dan permukiman sangat di

perlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap

Universitas Sumatera Utara


peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.Sanitasi lingkungan

pemukiman meliputi: pengelolaan sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah,

dan jamban.

2.1.2 Pembuangan Sampah

Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai

akibat aktivitas manusia yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh

pemiliknya atau dibuang sebagai barang tidak berguna.

1. Gangguan yang ditimbulkan oleh sampah

a. Pencemaran lingkungan:Sampah yang dibuang sembarangan dalam kurun

waktu tertentu akan membusuk. Hasil penguraian sampah organik berupa cairan

dan gas akan mencemari tanah, air dan udara.Gas yang dihasilkan berbau

busuk menyengat akan mencemari udara.

b. Sampah merupakan sumber penyakit

Dengan timbulnya bau busuk akan mengundang lalat berkembang biak sehingga

populasi lalat meningkat. Populasi lalat yang meningkat akan memudahkan

membantu penularan penyakit seperti Diare. Typhus, Cholera, Disentri dll.

Selain lalat, binatang penular penyakit lainnya seperti kecoa, nyamuk, tikus dll

akan berkembang biak pada sampah yang tentunya akan menularkan penyakit

kepada kita yang tinggal disekitar sampah.

Universitas Sumatera Utara


c. Menimbulkan kecelakaan

Sampah berupa pecahan kaca, paku, duri dll dapat menyebabkan

kecelakaan.Sampah yang dibakar tanpa pengawasan tidak jarang menimbulkan

kebakaran.

d. Menimbulkan bencana

Sampah yang dibuang di parit, kali dan sungai lama kelamaan bertumpuk dan

menghambat aliran air pada waktu musim hujan, akibatnya air meluap dan terjadi

banjir yang dapat merusak sarana infra struktur seperti jalan, jembatan ,parit

draainase dll.Sampah yang dibiarkan menggunung dapat menimbulkan longsor

atau ledakan seperti yang terjadi di tempat pembuangan akhir Leuwi Gajah

Bandung

e. Mengganggu pemandangan

Sampah menimbulkan pemandangan yang tak sedap, jorok dll.

2. Pengelolaan sampah

Sampah sebaiknya dibuang di tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih

lanjut. Untuk sampai ke tempat pembuangan akhir tentunya perlu mekanisme

penanganan yang terpadu. Bermula dari sampah yang dikumpulkan di rumah

kemudian dibuang di tempat pembuangan sementara yang selanjutnya di angkut ke

tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih lanjut. Bagi permukiman yang dapat

dijangkau pelayanan Dinas Kebersihan setempat tidak menjadi masalah yang

Universitas Sumatera Utara


berarti, cukup membayar retribusi sampah dan kumpulkan sampah di TPS, maka

sampah akan sampai di tempat pembuangan akhir untuk dikelola lebih lanjut

Bagi permukiman yang belum dapat dijangkau oleh pelayanan Dinas

Kebersihan, sebaiknya agar pemukiman terhindar dari hal hal yang tak diharapkan

akibat dampak sampah, maka sudah saatnya memiliki layanan pembuangan sampah

sendiri. Hal ini tentunya dapat diusulkan ke Pemerintahan Desa/Kelurahan, yang

penting adanya potensi yang mendukung untuk lancarnya pengelolaan sampah yang

baik memenuhi syarat kesehatan. Dimulai dengan skala kecil, misalnya melayani

hanya beberapa wilayah RT atau RW yang penting ada komitmen antara warga dan

Pemerintahan setempat. Adapun potensi tersebut adalah :

1. Adanya petugas pelaksana

2. Sarana pengangkut : gerobak sampah atau mobil sampah.

3. Jalan yang memadai untuk angkutan gerobak sampah/mobil sampah.

4. Adanya komitmen antara warga dan pemerintahan setempat.

5. Sumber dana untuk operasional : Bisa dihimpun melalui iuran sampah.

6. Adanya lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir

7.Bila perlu lahan untuk Tempat Pengumpul Sementara

Pemusnahan sampah di tempat pembuangan akhir terdiri dari beberapa jenis

kegiatan :

1. Daur ulang : sampah yang masih bisa dimanfaatkan akan didaur ulang, biasanya

bahan plastik, botol, besi tua, kayu dll

Universitas Sumatera Utara


2. Komposting : pembuatan kompos diperuntukkan bagi sampah organik dengan

metode penguraian secara alami akan menghasilkan kompos yang berguna untuk

pertanian.

3. Dibakar : bagi sampah yang kering bisa dibakar

4. Dikubur dengan metode sanitary landfil (Kusnoputranto, 2005).

Jenis-jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu: sampah kering, sampah

basah, sampah berbahaya beracun ( Pansimas, 2011).

a. Sampah kering

Sampah kering yaitu: sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai seperti.

Gelas, besih plastik.

b. Sampah basah

Sampah basah yaitu: sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,

sayuran, daun, ranting, dan bangkai binatang

c. Sampah berbahaya beracun

Sampah berbahaya beracun yaitu: sampah yang karena sifatnya dapat

membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah

nuklir, batu baterai bekas.

2.1.3 Sarana Air Bersih


Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan; juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk

serta laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air.

Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepatnya

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan.Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan bersih menjadi

semangkin langka.Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992 menyatakan

bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi.Karena itu pengelolaan

sumber daya air menjadi sangat penting pengelolaannya sumber daya air ini

sebaiknya dilakukan secara terpadu, baik dalam pemanfaatannya maupun dalam

pengelolaan kualitas (Slamet, 2002).

Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.Sekitar

tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga digunakan

untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar

rumah.Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas

memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.Volume rata-rata kebutuhan air

setiap individu perhari sekitar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air

tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan

kebiasaan masyarakat (Chandra, 2007).

1. Sumber Air

Untuk kebutuhan sehari – hari, air dapat diperoleh dari beberapa sumber

diantaranya

a. Air Hujan

b. Air Permukaan

Universitas Sumatera Utara


c. Air Tanah

Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air menjadi air murni yang

ketika turun melalui udara akan melarutkan benda- benda yang terdapat didalam.

Diantaranya benda–benda yang larut diudara itu seperti gas, oksigen, karbondioksida,

nitrogen, jasad-jasad renik dan debu. Kelarutan gas karbondioksida didalam air hujan

akan membentuk asam karbonat yang menjadi air hujan menjadi asam. Beberapa

macam gas oksida dapat berada pula diudara, diantaranya yang penting ialah belerang

dan oksida nitrogen. Kedua oksida ini bersama- sama dengan air hujan akan

membentuk larutan asam nitrat dan asam sulfat. Setelah mencapai permukaaan bumi,

air hujan bukan merupakan air murni lagi.

Air permukaan merupakan salah satu sumber yang bisa dipakai untuk bahan

baku air bersih. Dalam penyediaan air bersih terutama untuk air minum dalam

sumbernya diperhatikan 3 (tiga) hal penting yaitu mutu air baku, dan kontiunitas air

baku. Di bandingkan dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang

paling tercemar. Hal ini terutama berlaku bagi tempat yang dekat dengan

tinggalpenduduk karena hamper semua buangan dan sisa kegiatan manusia

ditumpahkan kepada air atau dicuci kepada air yang pada waktunya akan dibuang

pada badan air. Agar air bersih tidak menyebabkan penyakit bagi manusia maka air

tersebut hendaknya diusahakan mendekati persyaratan–persyaratan kesehatan,

sekurang-kurangnya diusahakan mendekati persyaratan yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Key (1978), dalam pendapatnya menyebutkan bahwa air tersebut

tercemar apabila air itu berubah komposisinya atau keadaannya, secara langsung

ataupun tidak langsung sebagai akibat kegiatan manusia. Sehingga air itu menjadi

kurang berguna bagi kehidupan atau kebutuhan tertentu maupun semua kebutuhan

dibandingkan apabila air berada dalam keadaan alamiahnya semula (Slamet, 2002).

Selanjutnya menurut Pickford (1978), dalam pendapatnya menekankan bahwa

pencemaran air semata-mata disebabkan oleh kegiatan manusia sendiri saja

sedangkan tanah, tumbuh-tumbuhan, ganggang dan pengotor-pengotor alamiah lain

yang turut mengotor air hanya digolongkan kedalam kotoran (impurity). Air tanah

bisa dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dengan cara membuat sumber atau

pompa air (Slamet, 2002).

A. Tempat penampungan air

Tempat penampungan air adalah: tempat-tempat penampungan air di dalam dan

di luar rumah sekitar rumah. Nyamuk Ae. aegyptytidak berkembang biak di genangan

air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk

Ae.aegyptdapat di kelompokan sebagai berikut:

a. Tempat penampungan air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki

reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain

b. Tempat penampungan bukan keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung,

vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan

lain-lain).

Universitas Sumatera Utara


1). Tempat minum hewan peliharaan

Tempat minum hewan piaraan yang dimaksud adalah tempat-tempat minum

hewan piaraan yang dimiliki oleh responden yang berada di lingkungan sekitar

rumah baik di dalam rumah maupun di luar rumah, misalnya: tempat minum

burung, tempat minum ayam, dan hewan piaraan yang lain.

2).Barang-barang bekas

Barang-barang bekas yang dimaksud adalah barang-barang yang sudah tidak

terpakai yang dapat menampung air, yang berada di dalam maupun di luar

rumah responden. Barang-barang tersebut antara lain: kaleng, ban bekas, botol,

pecahan gelas, dll

a). Vas bunga

Vas bunga yang dimaksud adalah vas bunga yang berisi air yang terletak di

dalam rumah responden yang memungkinkan nyamuk Ae.aegyptiberkembang

biak di dalam vas bunga tersebut.

1. Perangkap semut

Perangkap semut yang di maksud adalah tempat perangkap semut yang berisi

air yang biasanya diletakkan dibawah kaki meja untuk mencegah semut-semut

naik keatas meja yang berisi makanan yang terletak di dalam rumah

responden

Universitas Sumatera Utara


2. Penampung air dispenser

Penampungan air dispenser yang dimaksud adalah tempat penampungan air

yang menyatu dengan dispenser yang terletak di bawah alat yang digunakan

untuk mengalirkan air di dalam wadah/galon dispenser, letaknya di dalam

rumah responden.

3. Pot tanaman air

Pot tanaman air yang dimaksud adalah pot-pot berisi air yang digunakan

sebagai media tanaman air untuk hidup, yang terletak di dalam maupun di luar

rumah responden.

c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung

kelapa, talang penampung air hujan (Surono, 2009 dan Soedarmo, 1998).

B. Peranan Air Dalam Penularan Penyakit

Air mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan. Ada 4 macam

klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit

yaitu :

a. Water borne diseaseyaitu penyakit penularan melalui air yang terkontaminasi

oleh bakteri dan patogen dari penderita atau carier. Bila air yang mengandung

kuman patogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan penyakit orang yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


b. Water based diseaseyaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui

persediaan air sebagai pejamu (host) perantara. Pejamu perantara ini hidup dalam

misalnya schistosomiasis.

c. Water washed desease yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui

persedian air sebagai pencuci atau pembersih.

d. Vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit vektornya

berkembang baik dalam air. Misalnya malaria, demam berdarah dan

trypanosomiasis (Entjang, 2000).

1. Masalah yang berkaitan dengan air

Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan air (Pansimas, 2011).

a. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan

sumber penularan penyakit

b. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga berasal

dari air sungai atau mata air yang tidak di lindungi

c. Sarana penampungan air hujan yang sudah retak, yang tidak dapat melindungi air

hujan yang disimpan di dalamnya agar tetap bersih, karena dinding yang retak

menjadi tempat perkembangbiakan lumut yang dapat mengotori air

d. Sumur pompa tangan yang tidak dilengkapi lantai kedap air menjadi sumur

tersebut tidak sehat, karena air bekas pakai dapat meresap air dalam sumur.

Universitas Sumatera Utara


2.1.4 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat mengalirkan air

limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah

dengan lancar tampa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan

tikus (Pamsimas, 2011)

Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya

saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi lingkungan sekitar rumah

menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebabkan bau tidak sedap

da dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk (Pamsimas,

2011).

Air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industri

atau tempat-tempat umum lainya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat

yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian

lingkungan hidup. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi

baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim,

disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black

water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya

Beberapa sumber air buangan :

a Air buang rumah tangga (domesrik waste water)

Universitas Sumatera Utara


Air buang dari pemukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri dari

ekskreta ( tinja dan urin), air bekas cucian, dapur dan kamar mandi, dimana

sebagian merupakan bahan –bahan organik.

b. Air buangan kotapraja (municipal waste water)

Air buang ini umumnya berasal dari daera perkotaan, perdangangan, selokan,

tempat ibadah dan tempat umum lainya.

c. Air buang industri (industrial waste water)

Air buangan yang berasal dari macam industri. Pada umumnya lebih sulit

pengelolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Zat-zat yang terkandung

didalamnya misalnya logam berat, zat pelarut, amoniak dan lain-lain.

Pengolahan Air Limbah dalam kehidupan sehari-hari pengolahan air limbah

dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Menyalurkan air limbah tersebut jauh dari tempat tinggal tanpa diolah tanpa

diolah sebelumnya

b. Menyalurkan air limbah setelah diolah sebelumnya dan kemudian dibuang ke

alam. Pengolahan air limbah ini dapat dilakukan secara pribadi ataupun terpusat.

Air buangan yang dibuang tidak saniter dapat menjadi media perkembangan

mikroorganisme patogen, larva nyamuk ataupun serangga yang dapat menjadi media

transmisi penyakit kolera, typus abdominalis, disentri baciler dan sebagainya.

Bila air limbah itu dibuang begitu saja tanpa diolah sebelumnya maka beberapa syarat

yang harus dipenuhi yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Tidak sampai mengotori sumber air minum

b. Tidak menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai bibit penyakit dan vektor

c. Tidak mengganggu estetika, misalnya dari segi pemandangan dan menimbulkan

bau.

d. Tidak mencemarkan alam sekitarnya, misalnya merusak tempat untuk rekreasi

berenang dan sebagainya (Notoadmodjo, 2007).

Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan tergenang

serta meresap ke tanah. jika jarak terlalu dekat dengan sumber air dapat mencemari

sumber air tersebut. Tempat penampungan air yang terbuka dapat menyebabkan

nyamuk bertelur (Pansimas, 2011).

2.2.Lingkungan Biologik

Lingkungan biologik yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah

banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban,

pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk

hinggap dan beristirahat (Soegijanto, 2003).

2.2.1 Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak.Pencahayaan alami ruangan rumah adalah penerangan yang bersumber

dari sinar matahari (alami), yaitu semua jalan yang memungkinkan untuk masuknya

cahaya matahari alamiah, misalnya melalui jendela atau genting kaca. Cahaya

berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Cahaya Alamiah

Cahaya alamiah yakni matahari, cahaya ini sangat penting karena dapat

menghambat pertumbuhan nyamuk Ae.aegyptidi dalam rumah. Oleh karena itu,

rumah yang cukup sehat harus mempunyai jalan masuk yang cukup (jendela), luasnya

sekurang-kurangnya 15%-20%. Perlu diperhatikan agar sinar matahari dapat

langsung ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela disini

selain sebagai ventilasi, juga sebagai jalan masuk cahaya.Selain itu jalan masuknya

cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.

b. Cahaya Buatan

Pencahayaan alam atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan juga

dapat membunuh kuman patogen, jika pencahayaan kurang sempurna mengakibatkan

ketegangan mata (Kepmenkes RI No. 829,1999).

2.2.2. Ventilasi

Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat memberikan dampak

yang buruk terhadap kesehatan para penghuni rumah tersebut, untuk itu pengaturan

sirkulasi udara sangat diperlukan. Fungsi ventilasi adalah untuk menyediakan udara

segar dan melenyapkan udara jenuh, tetapi tidak ada sangkut pautnya dengan

komposisi kimia, namun ia tetap menghubungkan dengan pencegahan terjadinya

akumulasi gas-gas beracun dan mikroorganisme diruangan. Ventilasinya tidak

memenuhi syarat kesehatan mengakibatkan perasaan sesak, pengap, cepat lelah dan

Universitas Sumatera Utara


keaktifan menurun. Hal ini diakibatkan peningkatan suhu udara yang dikeluarkan

oleh tubuh dan bertahan di dalam ruangan, tidak ada pergerakan udara serta

kelembaban yang tinggi akibat uap air yang dilepaskan paru-paru ( Entjang, 2000).

Pertukaran udara yang cukup menyebabkan hawa ruangan tetap segar. Dengan

demikian, setiap rumah harus memiliki jendela yang memadai.Luas jendela secara

keseluruhan kurang lebih 15% dari luas lantai.Susunan ruangan harus sedemikian

rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu terbuka (Chandra,

2007).Menurut Kepmenkes RI No. 829 (1999), kualitas udara di dalam rumah tidak

melebihi ketentuan sebagai berikut:

a. Suhu udara nyaman berkisar 18o-30oC.

b. Kelembaban udara berkisar antara 40%-70%.

c. Konsentrasi gas SO 2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam.

d. Pertukaran udara 5 kaki 3/menit/penghuni.

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

2.2.3. Kelembaban

Kelembaban sangat penting bagi perkembangbiakan nyamuk.Kelembaban

yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai untuk berkembangbiaknya nyamuk

Ae.aegypti. Penghuni rumah yang mempunyai kelembaban ruang keluarga lebih besar

dari 70% berisiko terkena DBD dibandingkan penduduk yang tinggal pada

perumahan yang memiliki kelembaban lebih kecil.Kelembaban merupakan sarana

perkembangbiakan nyamuk Ae.aegypti. Kelembaban berhubungan dengan kepadatan

Universitas Sumatera Utara


dan ventilasi.Kelembaban udara yang memenuhi syarat di dalam rumah berkisar

antara 40-70% (Achmadi, 2007).

2.3. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai

dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan

dapatmenyebabkan kematian, umumnya menyerang pada anak < 15 tahun, namun

tidaktertutup kemungkinan menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini

adalahdemam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah,

lesu,gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae),

lebam(echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah,

kesadaranmenurun atau renjatan (shock) (Depkes RI, 2003).

Menurut WHO dikenal penyakit Demam Dengue (DD), yaitu penyakit

akutyang disebabkan oleh virus dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, sakit pada

sendi,tulang dan otot.Sedangkan DBD ditunjukkan oleh 4 (empat) manifestasi klinis

yangutama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan

tanda-tandakegagalan sirkulasi darah (WHO, 1997).

2.3.1.Tanda dan Gejala Klinik

Menurut Soegijanto (2003) gejala klinik utama pada DBD adalah demam

danmanifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji

torniquet.Gejala klinik :

1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

Universitas Sumatera Utara


2. Manifestasi perdarahan

a. Uji torniquet positif

b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,perdarahan

gusi, hematemesis, melena.

3. Hepatomegali

4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) ataunadi tak

teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.

Menurut Depkes RI (2003), secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh

padaumumnya antara 39°C–40°C menetap antara 5–7 hari, pada fase awal

demamterdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya pada

fasepenyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan

kaki.Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak dilakukan uji tourniquet

positif.Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun

1997terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.Penggunaan kriteria ini

dimaksudkanuntuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit

DBD (overdiagnosis).

1) Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas

yangberlangsung 2–7 hari.Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandaidengan

uji tourniquet positif, petechiae, echymosis, pupura, perdarahanmukosa, epitaksis,

pendarahan gusi, hematemesis dan melena, pembesaranhati.Adanya syok yang

Universitas Sumatera Utara


ditandai dengan nadi cepat dan lemah sertapenurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki

dan tangan dingin, kulit lembabdan penderita tampak gelisah.

2) Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 sel/ml atau kurangdan

hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hemotokrit 20% atau lebih.

Dua kriteria klinis ditambah peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan

diagnosa klinis DBD.

WHO (1997) membagi derajat DBD dalam 4 (empat) tingkat, yaitu sebagai

berikut:

Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan ialah uji tourniquet positif.

Derajat II: Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain.

Derajat III: Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dam lembut,

tekanan nadi menurun (≤ 20 mm Hg) atau hipotensi disertai kulit yang

dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.

Derajat IV: Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah

yang tidak dapat diukur.

2.3.2 Mekanisme penularan

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam penularan infeksi virus

dengueyaitu manusia, vektor perantara dan lingkungan.Virus dengue ditularkan

kepada manusia melalui gigitan nyamuk Ae.aegypti. Nyamuk Aedes tersebut

mengandungvirus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami

Universitas Sumatera Utara


viremia.Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu

8–10hari (Extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada

manusia pada gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan

kepada telurnya (transavaria transmition) namun peranannya tidak penting (Suroso,

2000).

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk maka

nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infiektif). Dalam

tubuh manusia virus memerlukan waktu tunas 4-6 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit.Seseorang di dalam darahnya mengandung virus

dengue merupakan sumber penularan penyakit DBD.Virus dengue berada dalam

darah selama 4–7 hari setelah 1 sampai 2 hari baru mulai demam. Bila penderita

tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke

dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar

diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di dalam kelenjar liurnya. Penularan ini

dapat terjadi setiap nyamuk menusuk (menggigit), sebelum menghisap darah,

nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar

darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan

kepada orang lain (Depkes RI, 2004).

2.3.3. Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD

Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah :

Universitas Sumatera Utara


Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang

dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe

virus dengue cukup besar yaitu :

1. Sekolah

Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang

penyakit DBD.

2. Puskesmas/rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya orang datang dari

berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam

dengue (DD) atau carrier virus dengue.

3. Tempat-tempat umum lainnya :

a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat tempat

ibadah.

b. Wilayah rawan DBD (endemis)

c. Pemukiman baru di pinggir kota

Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang

kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus

dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. (Depkes RI, 2005).

2.4. Nyamuk Penular DBD

Di Indonesia nyamuk penular (Vektor) penyakit DBD yang penting adalah

Ae.aegypti, Ae.albopictusdan Ae.scutelluris, tetapi sampai saat ini yang menjadi

vektor utama penyakit DBD adalah Ae.aegypti(Soegijanto, 2003). Nyamuk

Universitas Sumatera Utara


Ae.aegyptibetina suka bertelur di permukaan air pada dinding vertikel bagian

dalamtempat-tempat yang berisi sedikit air, harus jernih dan terlindung dari

cahayamatahari langsung. Tempat air yang dipilih adalah tempat air di dalam rumah

dandekat rumah.Larva Ae.aegyptiumumnya ditemukan di drum, tempayan, tong atau

bakmandi di rumah keluarga yang kurang diperhatikan kebersihannya.

Besarnyakontainer dan lamanya air disimpan didalamnya mengakibatkan banyak

nyamuk yangdapat berasal dari drum itu (Soeroso, 2000).

Tempat air yang tertutup lebih disukai oleh nyamuk betina sebagai

tempatbertelur dibandingkan tempat air yang terbuka.Karena tutupnya jarang

dipasangsecara baik dan jarang dibuka, ruang didalamnya relatif lebih gelap

dibandingkantempat air yang terbuka. Telur Ae.aegyptiberwarna hitam seperti sarang

tawon,diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air

dalamjarak lebih kurang 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat

bertahansampai berbulan-bulan pada suhu -20C sampai 420C. Namun, bila

kelembabanterlampau rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam

keadaanoptimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung

selamasekurang-kurangnya 9-10 hari.Telur yang dihasilkan kurang lebih 10-100 butir

setiapkali bertelur dan biasanya pada interval 4-5 hari. Walaupun nyamuk betina

berumurkira-kira 9-10 hari, waktu itu cukup bagi nyamuk untuk makan, bagi virus

cukupuntuk berkembang biak dan selanjutnya menyebarkan virus ke manusia lain.

Nyamukbetina dapat terbang sejauh 2 km, tetapi kemampuan normalnya adalah kira-

Universitas Sumatera Utara


kira 40meter. Larva dan nyamuk dewasa banyak ditemukan sepanjang tahun di semua

kota di Indonesia. Dari penyelidikan intensif selama 2 (dua) musim dalam setahun

yang dilakukan di Jakarta, ternyata tidak terdapat pengaruh musim terhadap

kepadatan nyamuk (Soedarmo, 1998).

2.4.1 Bionomik Vektor

Bionomik vektor adalah tempat perindukan (breeding place), kebiasaan

menggigit (feeding habit), kebiasaan istirahat (resting habit) dan jarak terbang

(flightrange) (Soedarmo, 1998). Menurut Soegijanto (2003), tempat perindukan

utama adalah tempat-tempat penampungan air di dalam dan di sekitar rumah.

Biasanya tidak melebihi jarak 500 (lima ratus) meter dari rumah. Nyamuk

Ae.aegyptitidak berkembang biak pada genangan air yang langsung berhubungan

dengan tanah. Jenis-jenis tempat perkembangbiakan nyamuk Ae.aegyptidapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tempat Penampungan Air (TPA), untuk keperluan sehari-hari seperti drum, tangki

reservoir, tempayan, bak mandi, WC, ember dan lain-lain.

b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum

burung, vas bunga, perangkap semut, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,

plastik dan lain-lain).

c. Tempat penampungan air alamiah seperti lubang pohon, pelepah daun, tempurung

kelapa, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


Nyamuk Ae. aegyptidisebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai

dengan pita atau garis-garis putih keperakan diatas dasar hitam, yamuk ini sering

disebut nyamuk rumah. Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk

Ae.aegyptimengalami metamorfosa sempurna melalui 4 tahap yaitu telur, larva, pupa

dan dewasa.

Nyamuk dewasa

1-2 hari

Pupa Telur
(kepompong)

6-7 hari 1-2 hari

Jentik

Gambar 2. 1. Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti

Setiap bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir.

Telur berbentuk ellips atau oval memanjang, warna hitam, ukuran 0,5–0,8 mm,

permukaan poligonal, tidak memiliki alat pelampung, diletakkan satu per satu pada

benda–benda yang terapung pada dinding bagian dalam tempat penampungan air

yang berbatasan langsung dengan permukaan air. Jentik kecil berwarna transparan

dengan corong pernafasan berwarna hitam (siphon) yang menetas dari telur dan akan

tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,5–1 cm. Jentik akan selalu bergerak aktif

Universitas Sumatera Utara


dalam air dengan gerakan berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk

bernafas (mengambil udara), kemudian turun kembali ke bawah dan seterusnya.

Pada waktu istirahat posisi hampir tegak lurus dengan permukaan air.Biasanya

berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik akan

berubah menjadi kepompong. Kepompong berbentuk koma, geraknya lamban dan

sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk dewasa.

Nyamuk betina Ae.aegyptilebih menyukai darah manusia dari pada binatang

(antropophilik). Darahnya diperlukan untuk mematangkan telur jika dibuahi oleh

sperma nyamuk jantan sehingga dapat menetas.Waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisap darah sampai telur

dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari.Jangka waktu tersebut satu siklus

gonotropik.

Nyamuk betina biasanya mencari mangsa pada siang hari dengan 2 (dua)

puncak aktivitas yaitu pukul 09.00–10.00 dan pukul 16.00-17.00. Nyamuk

Ae.aegyptimempunyai kebiasaan menghisap berulang kali dalam satu siklus

gonotropik untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk

ini sangat efektif sebagai penular penyakit.Tempat yang disenangi nyamuk untuk

beristirahat selama menunggu waktu bertelur adalah tempat yang gelap, lembab, dan

sedikit angin.Nyamuk biasanya hinggap di dalam rumah pada benda-benda yang

bergantungan seperti pakaian, kelambu dan handuk.Pergerakan nyamuk dari tempat

perindukan ke tempat mencari mangsa dan ke tempat istirahat ditentukan oleh

Universitas Sumatera Utara


kemampuan terbang nyamuk betina, yaitu rata-rata 40-100 meter.Namun secara pasif

misalnya karena angin atau terbawa kenderaan, nyamuk ini dapat berpindah lebih

jauh. Untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuh nyamuk dari penguapan oleh

karena aktivitasnya, maka jarak terbang nyamuk terbatas, sehingga penyebarannya

tidak jauh dari tempat perindukan, tempat mencari mangsa dan tempat istirahat,

terutama di daerah yang padat penduduknya (Soeroso, 2000).

Waktu mencari makanan, selain terdorong oleh rasa lapar, nyamuk

Ae.aegyptijuga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau yang dipancarkan

olehinang, temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida (CO2) dan warna. Untuk

jarakyang lebih jauh faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan

denganfaktor lainnya.Kebiasaan istirahat lebih banyak di dalam rumah pada benda-

bendayang tergantung, berwarna gelap dan tempat-tempat lain yang terlindung

(Soegijanto,2003).

2.4.2. Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara vektor

dengan lingkungannya.Eksistensi nyamuk Ae.aegyptidipengaruhi oleh

lingkunganfisik maupun lingkungan biologik. Lingkungan merupakan tempat

interaksi vektor penular penyakit DBD dengan manusia yang dapat mengakibatkan

terjadinyapenyakit DBD. Lingkungan fisik mempengaruhi eksistensi nyamuk antara

lainketinggian tempat, curah hujan, temperatur dan kecepatan angin. Ketinggian

1000meter di atas permukaan laut tidak ditemukan nyamuk Ae.aegyptikarena

Universitas Sumatera Utara


padaketinggian tersebut suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi

kehidupannyamuk (Depkes RI, 1998).

a. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik ada bermacam-macam misalnya tata rumah, macam

kontainer,ketinggian tempat dan iklim (Depkes RI, 1998).

1. Jarak antara rumah

Jarak rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke rumahlain,

semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah nyamuk menyebar kerumah

sebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah, warnadinding dan

pengaturan barang-barang dalam rumah menyebabkan rumahtersebut disenangi

atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitianpenyakit menular

membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakandan kumuh

mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.

2. Macam kontainer

Termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan kontainer, letakkontainer,

bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air mempengaruhi nyamuk dalam

pemilihan tempat bertelur.

3. Ketinggian tempat

Pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis

yangdiperlukan oleh vektor penyakit di Indonesia nyamuk Ae.aegyptidan Ae.

Universitas Sumatera Utara


albopictusdapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter di

ataspermukaan laut.

4. Iklim

Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari :suhu,

udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin.

a. Suhu udara

Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenyamenurun

atau bahkan berhenti bila suhunya turun sampai di bawah suhukritis.Pada suhu

yang lebih tinggi dari 350C juga mengalami perubahandalam arti lebih lambatnya

proses-proses fisiologis, rata-rata suhuoptimum untuk pertumbuhan nyamuk

adalah 250C–270C. Pertumbuhannyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu

kurang 100C atau lebih dari400C.

b. Kelembaban nisbi

Menurut Gobler dalam Depkes RI, (1998) umur nyamuk dipengaruhi

olehkelembaban udara. Pada suhu 200C kelembaban nisbi 27% umur

nyamukbetina 101 hari dan umur nyamuk jantan 35 hari, kelembaban nisbi

55%umur nyamuk betina 88 hari dan nyamuk jantan 50 hari. Pada

kelembabankurang dari 60% umur nyamuk akan menjadi pendek, tidak bisa

menjadivektor, karena tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari

lambungkekelenjar ludah.

Universitas Sumatera Utara


c. Kecepatan angin

Kecepatan angin secara tidak langsung berpengaruh pada kelembaban dansuhu

udara, disamping itu angin berpengaruh terhadap arah penerbangannyamuk. Bila

kecepatan angin 11-10 meter atau 25-31 mil/jam akanmenghambat penerbangan

nyamuk.

d. Curah hujan

Hujan berpengaruh terhadap kelembaban nisbi.Kelembaban udara naikmaka

tempat perindukan nyamuk juga bertambah banyak.Dari hasilpengamatan

penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesiabahwa musim penularan

DBD pada umumnya terjadi pada musimpenghujan (Soeroso, 2000).

2.4.3 Pengamatan Kepadatan Vektor

Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan beberapa

survei yang dipilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei jentik, dan

survey perangkap telur. Survei jentik dilakukan dengan cara pemeriksaan terhadap

semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100 (seratus) rumah yang diperiksa

di suatu daerah dengan mata telanjang untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Dalam

pelaksanaan survai ada 2 (dua) metode yang meliputi : (Depkes RI, 1998)

1) Metode Single Survai

Survei ini dilakukan dengan mengambil satu jentik disetiap tempat genangan air

yang ditemukan ada jentiknya untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut jenis

jentiknya.

Universitas Sumatera Utara


2) Metode Visual

Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik disetiap tempat

genangan air tanpa melakukan pengambilan jentik. Dalam program pemberantasan

penyakit DBD, survei jentik yang biasa digunakan adalah cara visual dan ukuran

yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik yaitu :

a. Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka Bebas Jentik adalah persentase pemeriksaan jentik yang dilakukan di

semua desa/kelurahan setiap 3 (tiga) bulan oleh petugas puskesmas pada rumah–

rumah penduduk yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


x 100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

b. House Indeks (HI)

House Indeks (HI) adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan jentik yang

dilakukan di semua desa/kelurahan oleh petugas puskesmas setiap 3 (tiga) bulan

pada rumah-rumah yang diperiksa secara acak.

Jumlah rumah yang ditemukan jentik


x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa

Universitas Sumatera Utara


c. Container Indeks (CI)

Container Indeks (CI) adalah persentase pemeriksaan jumlah container yang

diperiksa ditemukan jentik pada container di rumah penduduk yang dipilih secara

acak.

Jumlah Container ditemukan jentik


x 100%
Jumlah container yang diperiksa

d. Breteau Indeks (BI)

Jumlah container yang terdapat jentik dalam 100 rumah.Angka Bebas Jentik dan

House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk di suatu

daerah.Tidak ada teori yang pasti Angka Bebas Jentik dan House Index yang

dipakai sebagai standard, hanya berdasarkan kesepakatan, disepakati House Index

minimal 1% yang berarti persentase rumah yang diperiksa jentiknya positif tidak

boleh melebihi 1% atau 99% rumah yang diperiksa jentiknya harus negatif.

Ukuran tersebut digunakan sebagai indikator keberhasilan pengendalian nyamuk

penularan DBD (Depkes RI, 1998).

2.5. Upaya Penanggulangan DBD

2.5.1. Penemuan Penderita

Selama hampir dua abad, penyakit dengue digolongkan sejajar dengandemam,

pilek atau diare.Penyakit ini dianggap sebagai penyesuaian diriseseorang terhadap

iklim tropis. Tetapi, hal ini berubah sejak timbulnya wabahdemam dengue di Manila

pada tahun 1953-1954, yang disertai renjatan (shock)dan perdarahan gastrointestinal

Universitas Sumatera Utara


yang berakhir dengan kematian penderita,menyebabkan pandangan ini berubah

(Soedarmo, 1988).Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak

spesifik.Olehkarena itu masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat

tanda/gejalayang mungkin merupakan awal perjalanan penyakit DBD (Depkes RI,

1992).

Apabila keluarga/masyarakat menemukan tanda/gejala di atas, maka

penderitasegera diberi obat penurun panas golongan parasetamol. Beri kompres

hangat danminum banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit dan lain-lain. Jika dalam

dua haripanas tidak turun atau timbul tanda/gejala lanjut seperti perdarahan kulit

(sepertigigitan nyamuk), muntah-muntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera

dibawaberobat ke dokter atau ke unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) atau

saranapelayanan kesehatan lain untuk segera mendapat pemeriksaan dan

pertolongan(Depkes RI, 2006).Dokter atau petugas kesehatan yang menentukan

penderita DBD maka wajibdilaporkan dalam 1 kali 24 jam ke Puskesmas sesuai

dengan tempat tinggalpenderita. Pelaporan resmi dilakukan dengan jalan mengirim

formulirpemeriksaan spesimen DBD atau tanpa spesimennya kepada Dinas

KesehatanKabupaten/Kota setempat.Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 4

Tahun1984 (Depkes RI, 1992).

Penanggulangan seperlunya adalah kegiatan untuk mencegah atau

membatasipenularan penyakit DBD di rumah penderita/tersangka DBD dan lokasi

sekitarnyayang diperkirakan dapat menjadi sumber penularan lebih lanjut.Jenis

Universitas Sumatera Utara


kegiatan yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologisebagai berikut

(Depkes RI, 1992):

a. Bila ditemukan penderita/tersangka DBD lainnya atau ditemukan satu ataulebih

penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik,

dilakukanpenyemprotan (fogging focus) di rumah penderita dan sekitarnya dalam

radius200 meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (siklus 1 untuk

mematikannyamuk Ae. aegypti yang ada dan siklus II untuk mematikan nyamuk

Ae.aegypti pada siklus 1 belum menjadi nyamuk atau masih berstadium

pupa),penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk Pemberantasan

SarangNyamuk.

b. Bila ditemukan penderita tetapi tidak ditemukan jentik, dilakukanpenggerakan

masyarakat PSN dan penyuluhan.

c. Bila tidak ditemukan penderita dan tidak ditemukan jentik dilakukanpenyuluhan

terhadap masyarakat.Penanggulangan lain yang dilakukan di desa/kelurahan rawan

dilaksanakanoleh petugas kesehatan dibantu masyarakat untuk mencegah

terjadinya KLB danmembatasi penyebaran penyakit ke wilayah lain. Jenis

kegiatan disesuaikandengan stratifikasi daerah rawan sebagai berikut (Soegijanto,

2004).

1. Desa/kelurahan rawan I (endemis) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhir

setiaptahun terjangkit DBD maka dilakukan:

Universitas Sumatera Utara


a. Penyemprotan massal sebelum musim penularan, yaitu penyemprotan

yangdilakukan di sebagian atau di seluruh wilayah Desa/Kelurahan rawan

Isebelum masa penularan untuk membatasi penularan dan mencegah KLB.

b. Pemeriksaan jentik berkala di rumah dan di tempat umum yaitu

pemeriksaantempat-tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan

nyamuk Ae. Aegypti yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur

sekurang-kurangnyatiga bulan sekali untuk mengetahui populasi jentik nyamuk

penularDBD dengan menggunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ).

c. Penyuluhan pada masyarakat.

2. Desa/kelurahan rawan II (sporadis) yaitu apabila dalam tiga tahun

terakhirterjangkit DBD tetapi tidak setiap tahun maka dilakukan:

a. Pemeriksaan jentik berkala.

b. Penyuluhan pada masyarakat.

3. Desa/Kelurahan rawan III (potensial) yaitu apabila dalam tiga tahun terakhirtidak

pernah terjangkit penyakit DBD tetapi penduduknya padat, mempunyaihubungan

transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase ditemukanjentik lebih

dari 5%, maka dilakukan:

a. Pemeriksaan Jentik Berkala di rumah dan tempat umum akan

tetapipemeriksaan di rumah di lakukan jika ada Desa/Kelurahan rawan I atau

IIdi kecamatan yang sama.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


4. Desa/Kelurahan bebas yaitu desa/kelurahan yang tidak pernah terjangkit

DBD,dan ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut atau

yangketinggiannya kurang dari 1000 meter tetapi persentase rumah yang

ditemukanjentik kurang dari 5% maka dilakukan:

a. Pemeriksaan jentik berkala di tempat umum.

b. Penyuluhan kepada masyarakat.

2.5.2. Penataan Lingkungan

Penataan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkutupaya

pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehinggamengurangi kontak

antara vektor dengan manusia adalah dengan melakukanpemberantasan sarang

nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasitempat perkembangbiakan

buatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Pencegahan perkembangbiakan

nyamuk penyebab DBD adalah dengancara modifikasi lingkungan yaitu (Depkes RI,

2003).

1. Perbaikan saluran air: apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanyatersedia

sedikit, maka harus diperhatikan kondisi penyimpanan air tersebutpada berbagai

jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkanperkembangbiakan Ae.aegypti.

2. Talang air/tangki air bawah tanah atau sumber air bawah tanah anti

nyamuk:perindukan jentik Ae.aegyptitermasuk di talang air/tangki air bawah

tanahbangunan dari batu (masonary), saluran pipa air, maka strukturnya

Universitas Sumatera Utara


harusdibuat anti nyamuk.Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan cara

(Depkes RI, 2003).

a. Mengeringkan instalasi penampungan air: genangan air/kebocoran di

ruangberdinding batu, pipa penyaluran, katup, katup pintu air, kotak keran

hidran,meteran air dan lain-lain, akan dapat menampung air dan menjadi

tempatperindukan jentik Ae.aegyptibila tidak dirawat.

b. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga: sumber

utamaperkembangbiakan Ae. aegyptisebagian besar adalah wadah-

wadahpenampungan air untuk keperluan rumah tangga, termasuk wadah

darikeramik, tanah liat dan bak semen, galon dan wadah-wadah yang lebih

kecilsebagai penampungan air bersih atau hujan. Wadah penampungan air

harusditutup dengan penutup rapat atau kasa.

c. Vas bunga dan perangkap semut: merupakan sumberperkembangbiakan

Ae.aegyptiyang banyak dijumpai. Semua harus dilubangisebagai lubang

pengeringan.Untuk vas bunga dapat diberi campuran pasir danair.Jambangan

bunga dari kuningan, bukan merupakan tempat perindukanlarva yang baik,

sehingga dapat digunakan sebagai pengganti wadah dari kaca.Perangkap semut

dapat dibubuhi garam atau minyak.

d. Diwadah tertentu lainnya: alat pendingin air, wadah kondensasi air di bawah

kulkas, dan pendingin ruangan harus secara teratur diperiksa, dikeringkan

dandibersihkan.

Universitas Sumatera Utara


e. Pembuangan sampah padat: sampah padat seperti kaleng, botol, ember

atausejenisnya yang tersebar di sekitar rumah harus dipindahkan dan dikuburdi

dalam tanah.

f. Pembuangan ban: ban bekas merupakan tempat perkembangbiakan utamaAedes.

Ban dapat didaur ulang untuk menghasilkan barang-barang.

g. Mengisi lubang pagar: pagar atau pembatas pagar yang terbuat dari

tanamanberlubang seperti bambu harus dipotong pada ruasnya dan pagar beton

harusdipenuhi dengan pasir, pecahan gelas, atau semen untuk

mengurangiperindukan Aedes.

h. Botol, kaca dan kaleng, semuanya merupakan wadah penampung air yangharus

dikubur di dalam tanah atau dihancurkan dan didaur-ulang untukkeperluan

industri.Pengawasan kualitas lingkungan adalah cara pemberantasan vektor

DBDmelalui pengawasan kebersihan lingkungan oleh masyarakat. Cara ini

bertujuanuntuk menghilangkan tempat perindukan nyamuk Ae.aegyptidari

daerahpemukiman penduduk. Kegiatan yang dilakukan adalah: (1)

Pengawasankebersihan lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-

tempat umum(TTU) dan tempat-tempat industri (TTI) oleh masyarakat seminggu

sekali, (2)Penyuluhan kebersihan lingkungan dan penggerakan masyarakat

dalamkebersihan lingkungan dan melaluigotong royong secara berkala, (3)

Pemantauan kualitas menggunakan indikator kebersihan dan indeks vektor DBD

(Chahaya, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.6.Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai ( DAS ) secara umum didefenisikan sebagai suatu

hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi ( punggung bukit )

yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur harta serta

mengalirkannya melalui anak – anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut

atau danau.Ritonga ( 2001 ) mendefinisikan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) sebagai

suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan

dan menghasilkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai yang bermuara ke

danau atau laut. Suatu Daerah Aliran Sungai ( DAS ) adalah kumpulan dari sub DAS

yang lebih kecil dengan ukuran maupun bentuk DAS yang berbeda dengan yang

lainnya.

Menurut Suwardji ( 2007 ), Daerah Aliran Sungai ( DAS ) adalah hamparan

pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di

hulu sungai kearah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan

sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya.

Agar manfaat DAS dapat diproleh secara optimal dan berkelanjutan maka

pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.

Batasan–batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi yaitu pertama DAS

bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan

kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan

dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (

Universitas Sumatera Utara


debit ), dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi

perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan

menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan

transportsedimen serta material terlarut dalam sistem aliran sungai.Dengan perkataan

lain, ekosistem DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap

keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh

karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat

dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilr mempunyai keterkaitan bifisik melalui daur

hidrologi.

Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai

yang di kelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan

ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kualitas air, kemampuan

menyalurkan air dan ketinggian muka air tanah serta terkait pada prasarana pengairan

seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau.

Ketiga DAS bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang

dikelolah untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,

yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,

ketingian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta

pengelolaan air limbah.

Dari uraian diatas secara umum dapat dipahami bahwa pengelolaan kawasan

sungai merupakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, yang dapat

Universitas Sumatera Utara


pulih (renewable) seperti air, tanah, dan vegetasi dalam sebuah kawasan sungai

dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan kawasan

sungai, agar dapat menghasilkan hasil air ( water yield ) untuk kepentingan pertanian,

kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan msyarakat yaitu air minum,

industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya. Namun dalam perkembangan

permasalahan selanjutnya ternyata penyebab kerusakan sumberdaya air menyangkut

berbagai tatanan kehidupan manusia dan pembangunan yang sanagat kompleks.

Sehingga semua aktors dan kegiatan pembangunan dalam satuan kawasan sungai

bersangkutan, bahkan keterkaitannya antara kawasan sungai satu dengan lainnya,

harusah menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan.

Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang

optimal dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mempu memberi manfaat

secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu,

pengelolaan DAS dipahami sebagai satu proses formulasi dan implementasi kegiatan

atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat

di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya

kerusakan sumber daya air dan tanah yang dalam hal ini termasuk identifikasi

keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu

dan hilir.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Manan ( 1978 ) seperti yang dikutip Ritonga ( 2001 ), ada 5 butir

perkembangan masyarakat sejalan dengan konsep pengelolaan DAS ( Daerah Aliran

Sungai ) yaitu :

1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan

perananya.

2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan terhadap

kebutuhan tanah dan air.

3. Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan meningkatnya

taraf hidup masyarakat.

4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dll.

5. Perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan manajemen

sumberdaya alam (Budiharso, 2008).

Untuk mewujudkan daerah aliran sungai yang baik dan sehat diperlukan

adanya pengelolaan terpadu. Salah satu konsep pengelolaan terpadu daerah aliran

sungai yang dianggap penting adalah peran serta masyarakat dalam pelestarian daerah

aliran sungai.

Permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan daerah aliran sungai antara

lain : (1) masih tumpang tindihnya peraturan antar sektor misalnya, (2) perbedaan

visi, misi, persepsi dan tujuan antar stakeholder, (3) ego sektoral, (4) tidak adanya

rencana induk pengelolaan sebagai rujukan, (5) penggunaan lahan tidak sesuai

peruntukan, (6) tidak adanya sistem pengelolaan informasi terpadu, (7) kurangnya

Universitas Sumatera Utara


peran serta msyarakat dalam mengaplikasikan teknik–teknik konservasi sumberdaya

dan rendahnya kondisi sosial ekonomi, dan (8) keterbatasan dana dalam pelaksanaan

konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan prasarana pengairan.

Sistem pengelolaan daerah aliran sungai terdiri atas :

1. Perencanaan, dalam bentuk pola rencana jangka panjang, rencana teknik lapangan

dalam jangka menengah untuk 5 tahun dan rencana tahunan.

2. Pelaksanaan, dalam bentuk kegiatan yakni pengaturan pemanfaatan lahan,

konservasi tanah dan air dan untuk peningkatan peran serta masyarkat.

3. Monitoring dan evaluasi, dilakukan baik pada kegiatan proyek di lapangan

maupun sasaran program pengelolaan daerah aliran sungai secara umum.

Agar pengelolaan daerah aliran sungai dapat dilakukan secara optimal, maka

perlu dilibatkan seluruh stakeholders dan direncanakan secara terpadu, menyeluruh,

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan daerah aliran sungai sebagai suatu

unit pengelolaan. Pelaksanaan yang ditunjang oleh peraturan perundangan dan sistem

pendanaan yang memungkinkan mekanisme kerjasama yang baik antar stakeholders,

antar sektor dan adanya pembagian biaya dan keuntungan antar bagian hulu dengan

bagaian hilir. Ini berarti aspek kelembagaan dalam pengelolaan darah aliran sungai

sangat penting untuk ditata (Respitory.ac.id, 2011).

Universitas Sumatera Utara


2.7.Pengelolaan Sanitasi Lingkungan di Daerah Aliran Sungai

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai sebagai bagian dari

pembangunan wilayah sampai saat ini menghadapi berbagai masalah yang kompleks

dan saling terkait, antara lain ditunjukkan dengan masih belum adanya keterpaduan

antar sektor, antar instansi dan antar daerah serta partisipasi masyarakat yang belum

optimal dalam pengelolaan DAS yang berujung pada kerusakan DAS yang semakin

mengkhawatirkan.

Budiharso ( 2008 ), mengemukakan DAS merupakan sumberdaya darat yang

sangat kompleks dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai peruntukan.

Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang sebagai suatu kesatuan

sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak hendaklah didasarkan pada

hubungan antar kebutuhan manusia dan ketersediaan sumberdaya untuk memenuhi

kebutuhan manusia tersebut. Perubahan kualitas dan kuantitas air sungai akibat

perubahan tutupan lahan berpengaruh terhadap resiko penyakit bawaan air terhadap

penduduk yang tinggal di sepanjang sungai DAS, dari hulu sampai ke hilir.

Perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak diikuti dengan pembangunan fasilitas

pengolahan air limbah yang memadai akan menyebabkan memburuknya kualitas air

sungai untuk keperuntukan sumber air minum, budidaya ikan air tawar, pertanian dan

pariwisata.

Degradasi kondisi DAS ditandai dengan semakin seringnya terjadi peristiwa

banjir, tanah longsor dan kekeringan diakibatkan oleh pesatnya pemanfaatan

Universitas Sumatera Utara


sumberdaya alam yang kurang terkoordinasi, telah menimbulkan keprihatinan banyak

pihak. Kecendrungan tersebut semakin meningkat pada era otonomi daerah,

menimbulkan kerugian nasional yang sangat besar berupa kerusakan infrastruktur

sosial ekonomi, rusaknya berbagai asset pembangunan dan pada gilirannya

menyebabkan terganggunya tata kehidupan msyarakat.Disisi lain, tidak bisa

dipungkiri dalam konteks kebijakan makro, lebih–lebih kecenderungan ini meningkat

pada era ekonomi daerah, pengelolaan sumberdaya alam pada DAS lebih

diorientasikan pada peran perkembangan ekonomi dan mengabaikan wawasan

lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan yang seharusnya tidak terjadi malah

menimbulkan kerusakan hutan dan lahan yang cukup parah pada daerah hulu dan

semakin meluasnya daerah kritis. Sementara itu, terjadinya pertambahan penduduk

dan meningkatkan berbagai aktivitas ekonomi dan sosial, telah menimbulkan dampak

yang tidak menguntungkan terhadap kualitas lingkungan. Kebutuhan terhadap lahan

untuk menampung segala aktivitas semakin bertambah dan eksploitasi kekayaan alam

semakin meningkat, kualitas dan kelanjutan sumberdaya air pada gilirannya

menyebabkan langkanya air pada beberapa daerah tempat dalam kawasan DAS

(Budiharso, 2008).

Pengelolaan sanitasi lingkungan di daerah aliran sungai pada dasarnya

ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah

dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan

bagi kesejahteran manusia. Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu

Universitas Sumatera Utara


proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi

sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat

produksi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang

dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tataguna lahan, tanah dan air,

dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS.

Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara

terpadu merupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan

menghadapi permasalahan sumberdaya air baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.

Kebijakan ini oleh karenanya merupakan bagian terintegrasi dari kebijakan

lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis, beragamnya kondisi

lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan ekonomi dan sosial sebagai

suatu keseluruhan dimana perkembangan daerah, dengan beragamnya kondisi, maka

beragam dan spesifik juga solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan

penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja.

Permasalahan pengelolaan DAS dapat dilakukan melalui suatu pengkajian

komponen komponen DAS dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling

berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak

hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama

kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Salah satu

persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang

Universitas Sumatera Utara


biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten

serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah–daerah

yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjdi

tanggung jawab bersama.

Pada dasarnya pengelolaan DAS merupakan upaya manusia untuk

mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya air bagi manusia secara

berkelanjutan. Hasil–hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa peran serta

masyarakat terhadap pengelolaan DAS belum optimal. Meskipun keberadaan DAS

secara hukum formal tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 33 tahun 1970 tentang

perencanaan hutan, akan tetapi pengelolaan DAS belum memberikan penyelesaian

yang menyeluruh atas konflik–konflik yang timbul sebagai konsekuensi dari tekanan

pertumbuhan populasi dan ekonomi dengan usaha–usaha perlindungan lingkungan.

Hal ini ditambah dengan belum jelasnya tata ruang secara menyeluruh juga telah

menambah beban atas berbagai konflik kepentingan. Konflik DAS sebagai unit

perencanaan dan pengelolaan saat ini belum dihubungkan dengan pembangunan

dalam arti luas. Hingga saat ini belum ada kelembagaan utuh atau forum tentang

pengelolaan DAS yang benar-benar mempunyai aksi nyata di lapangan.

Masih banyaknya kasus pembuangan limbah padat ke sungai menunjukkan

masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya tentang arti

penting DAS sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Karena itu masih diperlukan

kampanye penyadaran dan pendidikan tentang pentingnya penyelamatan dan

Universitas Sumatera Utara


pelestarian DAS.Mengkaji Daerah Aliran Sungai dewasa ini tidak mungkin hanya

didasarkan kepada satu atau beberapa undang-undang yang sejenis atau sebidang.

Daerah aliran sungai harus dipandang sebagai satu kesatuan wilayah yang utuh

menyeluruh yang terdiri dari pembuangan air limbah, daerah tangkapan air, sumber

sumber air, sungai, danau, dan waduk, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-

pisahkan.Pada kenyataannya, masih banyak muara bahkan disepanjang DAS tersebut

terdapat timbunan sampah yang sangat menganggu baik dalam hal nilai estetika

maupun dalam lingkup kesehatan masyarakat yang berada disepanjang DAS. Hal ini

akan berdampak pada menurunnya kualitas air sungai khususnya khususnya sungai.

Hal ini disebabkan antara lain karena :

a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami arti pentingnya sungai

sebagai sumber kehidupan.

b. Belum adanya peraturan yang tegas mengenai kompensasi bagi masyarakat

maupun pelaku ekonomi yang berada disepanjang DAS yang membuang sampah

di DAS

c. Kurangnya keberadaan / ketersediaan TPS bagi masyarakat yang berada di DAS.

2.8 Landasan Teori

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan

lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sector

lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu

Universitas Sumatera Utara


maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Demikian juga

dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan lingkungan.

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan oleh nyamuk Ae.aegyptinamun dapat juga ditularkan oleh nyamuk

Ae.albopictustetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil sekali,

karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004). Pada

prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi

menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen

dan lingkunan seperti gambar 2.2 berikut :

AGENT

VGV
NN
VEKTOR
HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.2. Model klasik kausal segitiga epidemiologi

Sumber : CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985
dalam Murti (2003).

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya analisis

dan pemahaman masing-masing komponen. Perubahan pada satu komponen akan

mengubah ketiga komponen lainnya, dengan akibat menaikan atau menurunkan

kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya penyakit DBD yaitu :

(1). Agent

Universitas Sumatera Utara


Agent penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang

termasuk kelompok B,Arthropoda Borne Virus (arboviroses).Anggota dari genus

Flavivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Ae.aegyptidan juga

nyamuk Ae.albopictusyang merupakan vektor infeksi DBD.

(2). Host (Penjamu)

Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent.

(3). Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agent

maupun penjamu, tetapi mampu menginteraksikan agent penjamu (Budiarto dan

anggraeni, 2001).Dalam penelitian ini yang berperan sebagai faktor lingkungan

meliputi lingkungan permukiman (sampah, air bersih, spal dan jamban).

Berdasarkan konsep penyebab penyakit menurut (Budiarto dan anggraeni,

2001) bahwa penyakit disebabkan olehagent, penjamu (host) dan lingkungan

(environment), maka pendekatan yang cocok untuk mengetahui penyebab penyakit

adalah model segitiga Epidemiologi (Triangle epidemiologi) yang dimodifikasi

sedemikian rupa dalam bentuk kerangka teori seperti pada gambar 2.3 berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


Habitat tempat Lingkungan kondusif
berkembang biak nyamuk nyamuk

• Lingkungan luar rumah


- Sampah
- SPAL Kepadatan nyamuk
• Lingkungan dalam rumah
- Tempat istirahat/berkem
bangbiaknya nyamuk Kontak dengan nyamuk
(TPA, Pencahayaan dan meningkat
Kelembaban)
- Kemudahan nyamuk
Masuk kerumah
(Ventilasi) Manusia terinfeksi
virus DBD

Kejadian DBD

Gambar 2.3. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


2.9 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori maka peneliti merumuskan kerangka

konseppenelitian sebagai berikut :

Lingkungan Pemukiman
• Lingkungan luar rumah:
1. Sampah
2. Saluran pembuangan air
limbah
3. Tempat perindukan
nyamuk Kejadian Demam
• Lingkungan dalam rumah: Berdarah Dengue (DBD)
1. Sarana air bersih
2. Pencahayaan
3. Ventilasi
4. Kelembaban

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai