Anda di halaman 1dari 34

KELAINAN EREKSI DAN

KELAINAN EJAKULASI

dr. Fadhli Hasan, Sp.U

Sub Bagian Urologi Bagian Ilmu Bedah


Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Lhokseumawe
2016
KELAINAN EREKSI DAN
EJAKULASI
Kelainan Ereksi
Disfungsi ereksi
Priapismus

Kelainan Ejakulasi
Ejakulasi Dini
Ejakulasi Retrograde
Hematospermia
DEFINISI DAN INSIDENSI

Definisi
Disfungsi ereksi (DE) didefinisikan sebagai ketidakmampuan
menetap untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis
yang cukup untuk kinerja seksual yang memuaskan
Angka Kejadian
Diperkirakan pada 1995, terdapat lebih dari 152 juta pria di
seluruh dunia yang menderita DE. Proyeksi pada 2025
menunjukkan prevalensi sekira 322 juta pria, artinya akan
terjadi penambahan sebanyak 170 juta penderita DE dalam
kurun waktu 30 tahun.
ANATOMI PENIS

Penis adalah organ seks utama


mulai dari arcus pubis menonjol ke
depan berbentuk bulat panjang
Panjang penis adalah sekitar 9
sampai 12 cm
Pada saat ereksi yang penuh, penis
akan memanjang dan membesar
sehingga menjadi sekitar 10 cm
sampai 14 cm
Pada bangsa caucasia lebih panjang
dan lebih besar yakni sekitar 12,2 cm
sampai 15,4 cm
FISIOLOGI EREKSI

Hemodinamika Ereksi

Fase 0. Fase Flaksid


Penis kondisi lemas, otot polos arteriola ujung dan
otot polos kavernosum berkontraksi
Arus darah ke korpus kavernosum minimal hanya
untuk keperluan nutrisi
Kegiatan listrik otot polos kaverne menunjukkan
bahwa otot polos tersebut berkontraksi
Arus darah vena terjadi secara bebas dari vena
subtunika ke vena emisaria.
Hemodinamika Ereksi

Fase 1. Fase Pengisian Laten


Setelah terjadi perangsangan seks, sistem saraf
parasimpatik mendominan, terjadi peningkatan
aliran darah melalui arteri pudenda interna dan
arteri kavernosa tanpa ada perubahan tekanan arteri
sistemik.
Tahanan perifer menurun karena arteri helisin dan
arteri kavernosa dilatasi
Penis memanjang, tetapi tekanan intrakavernosa
tidak berubah
Hemodinamika Ereksi

Fase 2. Fase Tumesens (mengembang)


Pada orang dewasa muda yang normal, peningkatan
yang sangat cepat arus masuk (influks) dari fase
flasid dapat mencapai 25 60 kali
Tekanan intrakavernosa meningkat sangat cepat
Karena relaksasi otot polos trabekula, daya tampung
kaverne meningkat sangat nyata menyebabkan
pengembangan dan ereksi penis
Pada akhir fase ini, arus arteri berkurang
Hemodinamika Ereksi

Fase 3. Fase Ereksi penuh


Trabekula yang melemas akan mengembang dan
bersamaan dengan meningkatnya jumlah darah akan
menyebabkan tertekannya pleksus venula subtunika ke
arah tunika albuginea sehingga menimbulkan venoklusi

Fase 4. Fase Ereksi Kaku (rigid erection)


Tekanan intakaverne meningkat melebih tekanan sistol
sebagai akibat kontrasi volunter ataupun karena refleks
otot iskiokavernosus dan otot bulbokavernosus
menyebabkan ereksi yang kaku
Pada fase ini tidak ada aliran darah melalui arteri
kavernosus
Hemodinamika Ereksi

Fase 5. Fase Transisi


Terjadi peningkatan kegiatan sistem saraf simpatik,
mengakibatkan meningkatnya tonus otot polos
pembuluh helisin dan kontraksi otot polos trabekula
Arus darah arteri kembali menurun dan mekanisme
venoklusi masih tetap diaktifkan
Fase 6. Fase awal Detumesens
Terjadi sedikit penurunan tekanan intrakaverne yang
menunjukkan pembukaan kembali saluran arus vena
dan penurunan arus darah arteri.
Hemodinamika Ereksi

Fase 7. Fase Detumesens cepat


Tekanan intrakaverne menurun dengan cepat,
mekanisme venoklusi diinaktifkan, arus darah arteri
menurun kembali seperti sebelum perangsangan, dan
penis kembali ke keadaan flaksid
FISIOLOGI EJAKULASI

Proses ejakulasi melibatkan dua tahap yaitu emisi dan ejakulasi


Emisi terdiri dari pengendapan cairan dari kelenjar peri-uretra,
vesikula seminalis, dan prostat serta sperma dari vas deferens ke
dalam uretra posterior
Akumulasi cairan ini mendahului ejakulasi 1 - 2 detik dan
memberikan sensasi ejakulasi tak terhindarkan
Emisi berada di bawah kendali simpatik saraf presakral dan
hipogastrikus yang berasal dari T10-L2
Ejakulasi proyektil melibatkan penutupan terkontrol simpatik dari
leher vesika urinaria, pembukaan sfingter uretra eksternal, dan
kontraksi dari otot bulbo-uretra untuk propulsi dari ejakulasi.
Orgasme dapat terjadi walaupun terjadi kerusakan pada ganglia
simpatiK
ETIOLOGI DE
PATOFISIOLOGI DE

Perilaku seksual dan ereksi penis dikendalikan oleh


hipotalamus, sistem limbik, dan korteks serebral
Stimulasi dan inhibisi pesan disampaikan ke pusat-pusat
ereksi di medula spinal untuk atau menghambat ereksi
Dua mekanisme yang dapat menjelaskan penghambatan ereksi
pada disfungsi psikogenik: inhibisi langsung yang berlebihan
dari pusat ereksi spinal oleh otak dari penghambatan
suprasacral dan outflow simpatis berlebihan atau peningkatan
kadar katekolamin perifer, yang dapat meningkatkan tonus
otot polos penis untuk mencegah relaksasi yang diperlukan
nya.
FAKTOR RESIKO DISFUNGSI EREKSI

Hipogonadisme merupakan temuan yang tidak jarang pada


pasien impoten. Androgen mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan saluran reproduksi pria dan karakteristik seks
sekunder dan berpengaruh terhadap libido dan perilaku
seksual saat dewasa.
Hiperprolaktinemia, baik dari adenoma hipofisis atau obat,
mengakibatkan disfungsi kedua reproduksi dan seksual.
Gejala berupa kehilangan libido, disfungsi ereksi, galaktorea,
ginekomastia, dan infertilitas.
Diabetes mellitus, meskipun gangguan endokrinologik paling
umum, menyebabkan DE melalui vaskuler, komplikasi
neurologis, endotel, dan psikogenik bukan melalui
kekurangan hormon semata
FAKTOR RESIKO DISFUNGSI EREKSI

Penyakit vaskular dan jantung (terutama yang berhubungan


dengan hiperlipidemia, diabetes, dan hipertensi) berkaitan erat
dengan disfungsi ereksi.
Permasalahan hormonal dan metabolik lainnya :
hipogonadisme primer dan sekunder, hipotiroidisme, gagal
ginjal kronis, dan gagal hati
Penyalahgunaan zat : intake alkohol, penggunaan obat-obatan
Merokok merupakan salah satu penyebab arterio oklusive
disease
Psikogenik disorder termasuk depresi, disforia dan kondisi
kecemasan juga berhubungan dengan peningkatan kejadian
disfungsi seksual multipel termasuk kesulitan ereksi
FAKTOR RESIKO DISFUNGSI EREKSI

Cedera tulang belakang, tindakan bedah pelvis dan


prostat dan trauma pelvis merupakan penyebab DE yang
kurang umum
DE iatrogenik dapat disebabkan oleh gangguan saraf
pelvis atau pembedahan prostat, kekurangan glisemik,
tekanan darah, kontrol lipid dan banyak medikasi yang
umum, digunakan dalam pelayanan primer.
Obat anti hipertensi khususnya diuretik dan central
acting agents dapat menyebabkan DE. Begitu pula
digoksin psikofarmakologic agents termasuk beberapa
antidepresan dan anti testosteron hormon.
KLASIFIKASI DE
DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS
Gangguan ereksi dan gangguan dorongan seksual
Ejakulasi, orgasme dan nyeri kelamin
Fungsi seksual pasangan
Faktor gaya hidup : merokok, alkohol yang berlebihan
dan penyalahgunaan narkotika
Penyakit kronis
Trauma dan operasi daerah pelvis/perineum/penis
Radioterapi daerah penis
Penggunaan obat obatan
Penyakit saraf dan hormonal
Penyakit psikiatrik dan status psikologik
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanda-tanda hipogonadisme
Pemeriksaan DRE
Pemeriksaan Nadi perifer

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
kadar testosteron serum, glukosa, lipid, darah lengkap,
fungsi ginjal
GRADING EREKSI
GRADING EREKSI

Grade 1 : Penis membesar saat ereksi, namun tidak


kuat untuk melakukan penetrasi
Grade 2 : Penis berereksi cukup keras namun tidak
cukup keras untuk melakukan penetrasi
Grade 3 : Penis bererksi cukup keras, namun tidak
sepenuhnya keras sehingga masih dapat melakukan
hubungan seksual, namun tidak maksimal
Grade 4 : Penis dapat bereksi secara baik dan dapat
melakukan hubungan seksual dengan pasangan secara
optimal
PENATALAKSANAAN DE
PENATALAKSANAAN DE

1. Terapi Lini Pertama


Terapi lini pertama yaitu memberi oral pada pasien.
Sildenafil (viagra)
Tadalafil (Cialis)
Vardenafil (Levitra)

Ketiga jenis obat ini merupakan obat untuk menghambat


enzim Phosphodiesterase-5 (PDE-5), suatu enzim yang
terdapat di organ penis dan berfungsi untuk
menyelesaikan ereksi penis.
PENATALAKSANAAN DE

Sildenafil
preparat erektogenik golongan PDE-5 yang pertama kali
ditemukan
Mula kerja Sildenafil antara jam 1 jam, Sedangkan masa
kerjanya berkisar 5-10 jam
Sildenafil tidak begitu selektif dalam menghambat PDE-5, zat
ini juga menghambat PDE-6, jenis enzim yang letaknya di
mata. Kondisi ini menyebabkan penglihatan mata menjadi biru
(blue vision)
Obat ini juga tidak bisa diminum berbarengan dengan
makanan karena absorsi akan terganggu jika lambung dalam
kondisi penuh
PENATALAKSANAAN DE

Sildenafil - Efek samping

1. Efek vasodilatasi : sakit kepala, flushing, rhinitis, dizziness,


hipotensi dan hipotensi postural
2. Efek pada saluran cerna : dispepsi dan rasa panas di epigastrium
3. Efek gangguan visual : penglihatan berwarna kebiru-biruan,
silau, penglihatan kabur, gejala ini berlangsung 1-5 jam (terjadi
pada dosis tinggi)
4. Gangguan otot rangka :mialgia, pada multiple daily dose
PENATALAKSANAAN DE

Vandenafil
Vandenafil, lebih selektif dalam menghambat PDE-5 dosisnya
kecil antara 10mg-20mg
Mula kerjanya lebih cepat 10 menit 1jam, masa kerja 5-10 jam
Absorsinya tidak dipengaruhi oleh makanan
Kelemahannya, akan terjadi vasodilatasi (pelebaran pembuluh
darah di hidung sehingga menyebabkan hidung tersumbat)
Pasien yang baru mengkobsumsi verdenafil akan
menyebabkan pening
PENATALAKSANAAN DE

Tadalafil
Tadalafil, masa kerjanya ebih panjang 36 jam
Mula kerjanya sekitar 1 jam, tidak dipengaruhi oleh makanan
Kekurangannya, obat ini juga menghambat PDE-11 enzim
sehingga pasien yang mengkonsumsi akan mengalami rasa
sakit di pinggang
PENATALAKSANAAN DE

2. Terapi Lini Kedua


Terapi lini kedua berupa suntikan intravernosa dan
pemberian alprostadil melalui uretra
Suntikan intrakarvenosa yang digunakan adalah
penghambat adrenoreseptor dan prostaglandin
Prinsip kerja obat ini adalah dapat menyebabkan
relakasasi otot polos pembuluh darah dan karvenosa
yang dapat menyebabkan ereksi
Pengobatan secara intrauretra yang memasukkan gel
alprostadil ke dalam uretra. Pasien dapat melakukan
sendiri cara ini setelah dilatih oleh dokter
PENATALAKSANAAN DE

3. Terapi Lini Ketiga


Implantasi prosthesis pada penisdilakukan pada kasus
gagal terapi dengan medikamentosa atau pada pasien
yang menginginkan solusi permanen untuk
masalah disfungsi ereksi
Terdapat 2 tipe prosthesis yaitu semirigid dan inflatable.
Tindakan ini sudah banyak dilakukan di luar negeri
namun di Indonesia belum ada
EFEK SAMPING OBAT

PRIAPISMUS
Priapismus adalah suatu keadaan yang jarang terjadi dimana
penis terus menerus ereksi dan sangat sakit.
Priapismus adalah keadaan medis yang sangat nyeri dan
berbahaya dimana penis yang ereksi tidak kembali ke fase
flaksid, meskipun tidak ada rangsangan fisik dan psikologis,
dalam waktu 4 jam. Priapismus dipertimbangkan sebagai
kegawatdaruratan medis yang harus segera ditangani.
TERAPI BEDAH

Pilihan terapi bedah untuk menkoreki DE dibagikan menurut


tiga kategori, yaitu:

1. Implantasi protesa penis


2. Revaskularisasi penis
3. Pembedahan untuk Corporal Veno-occlusive Dysfunction (CVOD)
PROGNOSIS

Disfungsi ereksi temporer sering terjadi dan biasanya bukan


masalah yang serius, tetapi jika DE menjadi persisten, efek
psikologis menjadi signifikan
DE dapat menyebabkan gangguan hubungan antara suami
istri dan dapat menyebabkan terjadinya depresi
DE yang persisten dapat merupakan suatu gejala dari kondisi
medis yang serius seperti diabetes, penyakit jantung,
hipertensi, ganggan tidur, atau masalah sirkulasi.

Anda mungkin juga menyukai