NIFAS/POSTPARTUM
Nama :
Nim :
Prodi :
10. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan perineum (dengan
menggunakan handscoon dan memasang perlak):
Memposisikan pasien litotomi.
Melakukan vulva hygine.
Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
13. Pasien dirapikan dan membereskan alat.
14. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk yang bersih.
15. Mendokumentasikan hasil tindakan.
STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL (SPO)
PENCEGAHAN PENDARAHAN PADA KALA NIFAS DINI
Nomor Dokumen :
Nonor Revisi :
Halaman :
Pengertian
Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas dini yaitu perdaralran
lebilr dari 500 cc setelah plasenta lahir sampai 24 jam pertarna setelah persalinan.
Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala nifas dini yaitu
Tujuan perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir sampai 24 jam pertama setelah
persalinan.
1. INDIKASI
Prosedur
Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc sejak plasenta
lahir.
2. Petunjuk :
Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal atau meresap
dalam kain)
Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam formula Giesecke
3. Penatalaksanaan
Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui drip, dengan 20 – 30 unit
oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan
menganjurkan pemberian oksitosin 10 – 20 unit RL 5000 cc/jam disertai massege
bimanual kemudian intermitten fundal massege selama 10 – 20 merit dilakukan
selama beberapa jam sampai kontraksi uterus cukup keras tanpa stimuli.
Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan tidak berhasil dapat
diberikan derifat ergot atau prostagladin.
Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat dipertimbangkan tindakan operatif yang
ligasi arteria hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak atau histerektomi bila
sudah tidak menginginkan.
1. ETIOLOGI
Prosedur
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :
2. JENIS/TINGKAT
Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum sedikit.
Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selanput lendir
vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sphinter
ani.
Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-
otot sphinfer ani.
Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir vagina dijahit dengan
catgut secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari
puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang sutera secara
terputus-putus.
Tujuan
Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.
Antibiotik
Analgesik
Roborantia
Laxantia
Mobilisasi bertahap
Pengertian
Suatu tindakan untuk merawat Pasien 2 jam pasca persalinan.
Tujuan
Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan bersalin
1. Memeriksa
Prosedur
Tinggi fundus uteri.
Kontraksi uterus.
Perdarahan pervaginaan.
1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3 (tiga) hari.
Pengertian
Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.
Tujuan
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara benar.
Berbaring
Berdiri
2. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
3. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam vagina untuk
pemeriksaan ginekologi.
Tujuan Sebagai pedoman untu.k pemeriksaan vaginal dibidang Ginekologi, agar pasien
mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.
2. Persiapan Tindakan
Syarat :
Indikasi
Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga berasal dari organ genitalis.
Indikasi Kontra
Masih virgin
Pasien disiapkan pada tempat tidur atau meja yang memungkinkan posisi litotomi dan
kedua paha terbuka.
Peralatan: Kapas yang direndam cairan antiseptik, spekulum, cunam, tampon, kasa
tekan; kasa tampon.
3. Tindakan Pemeriksaan
Vulva dan sekitarnya dibersihkan yang telah direndam dengan cairan antiseptik.
Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, vulva dibuka sehingga introitus vagina
tampak.
Genetalia eksterna diperiksa dengan teliti untuk melihat adanya kelainan maupun
anatomik, misalnya tanda-tanda keradangan, besar klitoris, bentuk himen,
pembesaran kelenjar bartholin, adanya eksudat purulen dari arifisium uretra
dengan melakukan stripping bagian distal uretra.
Dilihat apakah pada serviks uteri terdapat perubahan seperti: polip, erosi, eversi, kista
retensi, tumor atau keganasan. Dicatat sifat, jumlah, dan sumber flour albus atau
darah. Dilihat pula perubahan-perubahan pada mukosa vagina.
Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan ligarnen
sakrouterium dan rongga douglas menonjol.
Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga douglas, kadangkala
dilakukan pula pemeriksaan rektovaginal. Jari telunjuk dimasukkan vagina dan jari
tengah dimasukkan rectum.
4. Tindak Lanjut
Menetapkan diagnosa.