Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Penyakit demam thypoid dikenal dengan nama typhus abdomenalis,
thypoid fever, atau enteric fever, penyakit yang disebabkan infeksi salmonella
typhi. Penularan penyakit ini biasanya terjadi karena kontaminasi makanan
dan minuman dengan rute fekal-oral. Penyakit ini banyak terjadi pada
masyarakat di daerah kumuh, lingkungan padat, penyediaan air bersih tidak
adekuat, sanitasi buruk dan hygine masing-masing penduduk yang kurang
memadai serta tidak memenui syarat kesehatan (Marni, 2016)
Penyakit ini mudah menular dan dapat menyerang banyak orang dari
dewasa maupun anak – anak sehingga dapat menimbulkan wabah. Demam
tifoid mulai dikenali sebagai penyakit menular disebabkan oleh bacillus (
Salmonella) pada tahun 1880 di Amerika serikat (filio, et al,.2013)
Agar anak tidak menderita demam tifoid, maka perlu peran serta orang tua
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tersebut. Tujuan penelitihan
ini ialah untuk menganalisa gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang
penularan demam typoid pada anak. Munculnya demam typoid yaitu
kurangnya perhatian orang tua mengenai kebiasaan buruk anak karena makan
– makanan yang tercemar oleh bakteri maupun kontak langsung dengan
penderita typoid.
Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia dengan angka
kejadian yang masih tinggi serta merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan dan sanitasi yang buruk.
Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular penyebab kematian di
indonesia (6% dengan n = 1.080). khususnya pada kelompok usia 5-14 tahun
tifoid merupakan 13% penyebab kematian pada kelompok tersebut (Retnosari
& Tumbelaka, 2000; Depkes RI, 2008; Ahmad, et al., 2016)
Penderita demam thypoid di Indonesia cenderung meningkat setiap
tahunnya pada tahun 2017 dengan rata-rata 800 per 1000.000 penduduk
dengan kematian diperkirakan sekitar 0,6-5% (Purba, dkk, 2017)

1
Demam tifoid terjadi diseluruh dunia, terutama pada negara berkembang
dengan sanitasi yang buruk. Delapan puluh persen kasus tifoid di dunia
berasal dari Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal, Pakistan.
Demam tifoid menginfeksi setiap tahunnya 21,6 juta orang (3,6/1000
populasi) dengan angka kematiam 200.000/tahun (Date, et al., 2014; Widodo,
2015)
Penyebab Demam typoid yang sering terjadi yaitu penderita itu sendiri dan
carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman
Salmonella thypi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan.
Debu yang berasal dari tanah yang mengering, membawa bahan-bahan
makanan yang mengandung kuman penyakit yang dapat mencemari makanan
yang dijual di pinggir jalan. Bila makanan dan minuman tersebut dikonsumsi
oleh orang sehat terutama anak-anak sekolah yang sering jajan sembarangan
maka rawan tertular penyakit infeksi demam typoid. Infeksi demam tifoid
juga dapat tertular melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman yang
dibawa oleh lalat (Muliawan, 2013).
Mengingat tingginya angka terjadinya demam tifoid serta akibat yang
ditimbulkan jika penyakit ini tidak segera ditangani akan sangat
membahayakan bagi masyarakat maka kami sebagai tenaga kesehatan akan
melaksanakan progam untuk mengurangi masalah tersebut seperti :
Melaksanakan advokasi dan sosialisasi termasuk komunikasi, informasi, dan
Edukasi (KIE) pada masyarakat, Melaksanakan deteksi dini tifoid untuk
menghindari penularan atau kontak langsung pada pnderita tifoid,
Memperkuat Sumber Daya Manusia agar lebih menjaga kebersihan
lingkungan dan membatasi anak untuk memakan – makanan dipinggir jalan,
Melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan.

2
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit demam thypoid pada anak adalah kontaminasi yang
disebabkan oleh bakteri salmonellathypi. Peran orang tua sangat penting
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tersebut. Sehingga peneliti
hanya mencari tahu tentang bagaimana pengetahuan orang tua tentang
penularan penyakit demam thypoid pada anak.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan di atas rumusan masalah
penelitihan ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan orang tua
tentang penularan penyakit demam thypoid pada anak?”

D. Tujuan Penelitihan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang penularan
penyakit demam thypoid pada anak.
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang penularan penyakit
demam thypoid pada anak
2. Mengidentifikasi penanganan orang tua terhadap penularan penyakit
demam thypoid pada anak
3. Menganalisis gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang
penularan penyakit demam thypoid pada anak.

E. Manfaat Penelitihan
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan,
pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitihan tentang
gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang penularan penyakit
demam thypoid pada anak.

3
2. Bagi Intistusi Pendidikan
Hasil penelitihan ini dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan yang bermanfaat bagi masyarakat khususnya orang tua agar
dapat melakukan pencegahan dan penanganan terhadap penularan
penyakit demam thypoid pada anak.
3. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitihan ini dapat memberikan informasi dan
menambah wawasan yang bermanfaat pada masyarakat sehingga dapat
mengurangi amgka terjadinya penyakit demam thypoid.

4
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar pengetahuan


1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil dari pengindraan manusia terhadap
objek tertentu melalui indra yang dimilikinya. Pengetahuan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh insensitas perhatian terhadap objek.
Pengetahuan merupakan domain penting untuk terbentuknya suatu
tindakan seseorang. (Notoatmojo, 2010) menurut Mubarak et at
(2007), pengetahuan merupakan hasil dari mengingat kembali kejadian
yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak snegaja setelah
dilakukan pengamatan pada suatu obyek.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan
dengan pemahaman dan poteni yang menindaki yang lantas melekat
dibenak seseorang. Pada umunya pengetahuan memiliki kemampuan
prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.
Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk
mnginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka
kemampuan untuk mengarahkan tindakan inilah yang disebut potensi
untuk menindaki (Meliono, 2008)
2. Kategori pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76%-100%
diseluruh pertanyaan.
b. Cukup : bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75%
dari seluruh pertanyaan
c. Kurang : bila subyek mampu menjawab dengan benar 55% dari
seluruh pertanyaan

5
3. Tingkat pengetahuan
Menurut Potter dan Perry (2009), pengetahuan seseorang terhadap
objek memiliki tingkat yang berbeda, tingkatan pengetahuan dibagi
menjadi enam, yaitu :
a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali (recall)
terhadap suatu rangsangan yang telah diterima. Tahu (know)
merupaka tingkat pengetahuan yang paling rendah. Cara mengukur
bahwa orang tahu tantang apa yang dipelajari meliputi
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension). Seseorang yang paham terhadap
objek atau materi mampu menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang telah dipelahari.
Menurut Mubarak et at (2007) memahami (comprehension)
diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara luas.
c. Aplikasi ( application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi
yang sebenarnya.
d. Analisi (analysis), merupakan suatu kemapuan untuk menjabarkan
materi yang telah dipelajari dalam komponen – komponen tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut yang berkaitan
satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis), menunjukkan suatu kemampuan untuk
menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi.

6
4. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmojo (2008)
a. Cara tradisional
1) Cara coba – coba salah (trial and error)
Dipakai sebelum adanya peradapan kebudayaan yang
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan bila kemungkinan tidak berhasil
dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
diselesaikan.
2) Cara kekuasaan atau otoriter
Umber pengetahuan dari pemimpin – pemimpin
masyarakat baik formal maupun informasi, ahli agama,
pemegang pemerintahan dan sebagainya. Prinsipnya orang lain
menerima pendapat dari orang yang mempunyai otoritas.
3) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan sumber pengetahuan
dengan cara mengulangi kembali pengalaman yang telah
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan
manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui
induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan
oemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan –
pertanyaan yang dikemukakan, dicari hubungan sehingga dapat
dibuat suatu kesimpulan.
b. Cara modern
Metode penelitian ilmiah atau lebih popular metodologi penelitian

7
5. Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmojo
(2010) yaitu :
a. Faktor internal
1) Minat
Suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba
dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang dalam terutama pada pencegahan penularan
penyakit kusta
2) Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami
perubahan aspek fisik dan psikologi (mental). Secara garis
besar pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan
yaitu perubahan ukuran, perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologi atau mental,
taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa
(Mubarak,2008). (Notoatmojo,2008) semakin cukup umur
seseorang, tingkat kematangan hal ini akibat dari pengalaman
dan kematangan jiwa. Teori Feldman (2008) adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah usia, dengan
bertambahnya usia seseorang akan terjadi perubahan aspek
perkembangan fisik, kognitif, dn psikologi.
3) Pendidikan
Pendidikan berartu bimbingan yang diberikan seorang
pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat
memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya
makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya
jika seseorang tingkat pendidikannya rendah akan menghambat

8
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi
dan nilai – nilai yang bari diperkenalkan.
4) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan yang kurang baik seseorang akan berusaha
untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek
tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul
kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi
kejiwaan dan akhirnya dapat pula membentuk sikap dalam
kehidupannya.
5) Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang
harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai
dengan jabatan atau profesi masing – masing. Dengan adanya
pekerjaan akan memerlukan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan pekerjaannya sehingga hanya memiliki waktu
yang sedikit untuk memperoleh informasi sehigga status
pekerjaan sering mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang.
b. Faktor eksternal
1) Informasi
Kemudahan untuk memeproleh suatu informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memeproleh
pengetahuan baru. Informasi memrikan pengaruh pada
seseorang meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang
rendah. Tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik daro
berbagai media, maka hal ini akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Begitu pula sebaiknya, jika informasi
yang diperoleh salah maka akan berdampak pada pengetahuan
dan perilaku orang tersebut.

9
2) Lingkungan
Lingkungan memerikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang (Notoatmojo, 2008). Seseorang memeproleh suatu
kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain.
3) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang (Notoatmojo, 2008). Seseorang memperoleh suatu
kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain.
6. Cara mengukur pengetahuan
Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau anget yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui atau kita ukur disesuaikan dengan tingkat – tingkat
pengetahuan (Notoatmojo,2009)

Cara menghitung pengetahuan presentase pengetahuan dari responden


dengan menggunakan rumus :
P=f x 100%
n
Dimana : P = presentase (%)
f = jumlah jawaban yang benar
n = jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar
(Arikunto,2009)
Setelah presentase diketahui lalu diklarifikasi menurut kriteria sebagai
berikut :
Kode 3 : tingkat pengetahuan baik (76-100%)
Kode 2 : tingkat pengetahuan cukup (56-75%)
Kode 1 : tingkat pengetahuan kurang (55%) (Nursalam, 2009)

10
11

Anda mungkin juga menyukai