Anda di halaman 1dari 37

HEMATOKRIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Disusun sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air


Tahun Akademik 2017/2018

Disusun oleh:
Kelompok 13 / Perikanan C

Andieny Rachmawati R 230110170120


Ayudya Primarini 230110170164
Firas Andhika P 230110170171

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
ii

2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum Hematokrit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Kelas Perikanan – C
Kelompok Nama NPM
13 1. Andieny Rachmawati R 230110170120
2. Ayudya Primarini 230110170164
3. Firas Andhika P 230110170171

Jatinangor, April 2018

Asisten Laboratorium

Rahmad Afdillah
NPM. 230110160154

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 201604 3 001

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam dan
segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sholawat dan taslim
senantiasa tercurah atas junjungan Nabiyullah Muhammad SAW. Berkat curahan
rahmat dan kasih sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir praktikum
sebagai tugas akhir praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Akhir yang berjudul
“Hematokrit pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio)” dapat diselesaikan pada
waktunya.
Proses penyusunan hingga penyelesaian makalah ini, diperoleh banyak
pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. Berkat bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak, Alhamdulillah laporan akhir praktikum ini dapat
diselesaikan. Atas semua bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan,
hanya Allah SWT saja yang dapat membalas semua kebaikan dan menggantinya
dengan sesuatu yang lebih baik.
Akhirnya, saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan demi
perbaikan laporan berikutnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
bimbingan, kemudahan kelancraan dan keberuntungan serta berkah bagi kita
semua, Aamiin ya rabbal’Alamin.

Jatinangor, April 2018

Kelompok 13

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ vi

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 2
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas .................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas ................................................................... 3
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas ...................................................................... 4
2.2 Sistem Peredaran Darah .............................................................. 4
2.2.1 Komponen Penyusun Darah ....................................................... 6
2.2.2 Jantung ........................................................................................ 9
2.2.3 Saluran Darah ............................................................................. 9
2.3 Hematokrit .................................................................................. 10
2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit ................................................. 10
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit ................. 11

III BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu ...................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 13
3.2.1 Alat.............................................................................................. 13
3.2.2 Bahan .......................................................................................... 13
3.3 Prosedur Praktikum..................................................................... 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Kelompok ........................................................................... 15
4.2 Data Angkatan ............................................................................ 16

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ................................................................................... 18
5.2 Saran ......................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 19


LAMPIRAN ........................................................................................ 21

iii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman

1 Alat Praktikum............................................................................... 13
2 Bahan Praktikum ............................................................................13
3 Data Kelompok ...............................................................................15

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Ikan Mas .......................................................................................... 4


2 Sistem Peredaran Darah................................................................... 5
3 Sel Darah Merah .............................................................................. 7
4 Sel Darah Putih ................................................................................ 8
5 Trombosit ........................................................................................ 9
6 Jantung Ikan Mas ............................................................................. 9
7 Saluran Darah Ikan Mas ................................................................ 10
8 Hematokrit ..................................................................................... 10
9 Sel Darah Merah ............................................................................ 12
10 Grafik Distribusi Nilai Hematokrit Ikan Mas ................................ 16
11 Grafik Hubungan Bobot dengan Nilai Hematokrit Ikan Mas ....... 16

v
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Alat Praktikum ................................................................................... 22


2 Bahan Praktikum................................................................................ 23
3 Prosedur ............................................................................................. 24
4 Kegiatan Praktikum ........................................................................... 25
5 Data Angkatan ................................................................................... 26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ikan mas merupakan jenis ikan air tawar yang banyak dikonsumsi. Ikan mas
merupakan ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan dan merupakan
komoditas perikanan budidaya air tawar tertua di Indonesia (Ghufran 2010).
Budidaya ikan mas di Indonesia banyak dilakukan, baik budidaya pembesaran di
kolam, sawah, waduk, maupun dalam keramba di perairan umum (Purwaningsih
2003).
Budidaya ikan yang dilaksanakan secara intensif yang berdampak negatif
terhadap usaha budidaya khususnya terhadap kesehatan ikan yang dipelihara.
Menebarkan ikan ke kolam dengan kepadatan tinggi yang melebihi daya dukung
perairan (carrying capacity) akan menimbulkan peningkatan persaingan antar
ikan. Oksigen terlarut ikan menjadi rendah, dan sisa metabolisme seperti ammonia
akan meningkat sehingga dapat menimbulkan stres dan menimbulkan penyakit.
Kondisi demikian menyebabkan kehadiran patogen akan menyebabkan ikan
mudah terserang penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan mas adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila (Maryani dan Rosita 2006).
Satus kesehatan ikan dapat dideteksi dari kualitas darah dengan parameter
darah yang mencakup hematokrit, jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, jumlah
leukosit, jumlah trombosit serta komponen penyusun struktur darah. Kadar
hematokrit, jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin merupakan indikator utama
untuk mengetahui perubahan aktivitas ikan (Hoar & Randall 1978). Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai indikator untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan. Ikan air tawar dikatakan sehat apabila kadar
hematokritnya berkisar antara 22-60%. Apabila hematokrit ikan kurang dari 22%
dinyatakan terjadinya anemia, sama halnya apabila nilai hematokrit lebih besar
dari 60% menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Tsuzuki et al. dalam
Winarni 1997).

1
2

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan menghitung nilai
hematokrit pada ikan mas.
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah dapat mengetahui dan memberikan
informasi bagaimana nilai hematokrit pada ikan mas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Ikan Mas


Budidaya ikan mas berkembang di banyak daerah sehingga terdapat macam-
macam strain pada ikan mas di Indonesia. Strain pada ikan mas ini memiliki
morfologi yang berbeda dengan strain ikan mas lainnya. Strain ikan mas
diantaranya Punten, Si Nyonya, Majalaya, Merah, Taiwan, Kumpay, Karper Kaca,
dan Kanera Domas.
Ikan mas yang ada di Indonesia menurut sejarahnya berasal dari daratan
China, Rusia (Santoso 1993) Eropa, Taiwan, dan jepang (Kementistek 2000). Ikan
mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Ikan mas di
indonesia mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di
Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan
dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia.
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan deras. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 meter di atas permukaan air laut
dan pada suhu 25-30° C. Ikan mas biasa hidup di perairan tawar yang airnya tidak
terlalu dalam dan deras seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat
hidup baik di daerah dengan ketinggian 15O-600 meter di atas permukaan air laut,
pada suhu 25-30° C DO >3, salinitas 0 dan pH air antara 7-8 (Khairuman dkk.
2008). Menurut Vonti (2008) Semakin tinggi suhu air, maka kandungan oksigen
terlarut akan semakin sedikit. Sebaliknya jika suhu air semakin rendah maka
kandungan oksigen terlarut akan semakin besar.

2.1.1. Klasifikasi Ikan Nilem


Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Class : Osteichthyes
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio

3
4

Gambar 1. Ikan mas


2.1.2. Fisiologi Ikas Mas
Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang
terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun, jantung teleostei
terdiri atas empat bagian. Namun pada kenyataanya mirip dengan satu silinder
atau pompa piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka
daerah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari
tekanan arteri, dan tekanan arteri lenih besar dari tekanan arterionale. Akibat
adanya perbedaan tekanan maka aliran darah dapat terjadi (Soewolo 2005).
Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta corpuscle
berwarna merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang
disebut trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organik
terlarut (Soewolo 2005). Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat,
cekung pada dua sisinya dan diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500
milimeter. Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti
berkeping banyak dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit
mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-sisa sel yang
mati.
Kadar hematokrit dalam ikan berkisar antara 22-60%. Apabila hematokrit
ikan kurang dari 22% dinyatakan terjadinya anemia, sama halnya apabila nilai
hematokrit lebih besar dari 60% menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress
(Winarni 1997).
5

2.2. Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran darah adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 dari perairan ke sel-sel tubuh yang membutuhkan, juga
mengangkut enzim, zat-zat nutrisi, garam-garam, hormon, dan anti bodi serta
mengangkut CO2 dari dalam usus, kelenjar-kelenjar, insang, dan sebagainya,

keluar tubuh.
Gambar 2. Sistem Peredaran Darah Ikan
(Sumber : Bahan Ajar Ichtiologi – 4)
Jenis energi yang disalurkan ke darah pada setiap kontraksi jantung, yaitu:
(1) energi kinetik yang menyebabkan darah mengalir dan (2) energi potensial
yang tersimpan dalam pembuluh darah dan menimbulkan tekanan darah. Sistem
peredaran darah ikan bersifat tunggal atau bersifat tertutup, artinya hanya terdapat
satu jalur sirkulasi peredaran darah. Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri
kedua disebut sistem vena. Darah ditekan mengalir keluar dari jantung melalui
pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah, kemudian dihisap
melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung (Fujaya 2004). Start dari jantung,
darah menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darah
dialirkan ke dorsal aorta dan terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui
saluran-saluran kecil. Selain itu, sebagian darah dari insang kadang langsung
kembali ke jantung. Hal ini terjadi bilamana tidak semua output cardiac
dibutuhkan untuk menuju ke dalam dorsal aorta dan pembuluh eferen yang lain.
6

Pada bagian lain, yaitu berawal dari insang pertama, sebelum dihubungkan ke
sistem vena. Peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk
sekresi gas ke cairan mata ( Soewolo 2005).
Dorsal aorta adalah sumber darah terbesar pada tubuh. Darah di suplai ke
kepala, otot badan, ginjal dan semua organ pencernaan melalui pembuluh kapiler.
Ada tiga rute pengembalian jantung, yakni pertama, dari otak, darah kembali ke
jantung melalui vena cardinal anterior yang berhubungan dengan vena cardinal
anterior yang berhubungan dengan vena cardinal umum dan bertemu darah dari
vena cava posterior, yakni darah dari vena caudal yang telah melalui sistem renal
portal. Kedua, dari organ visceral, darah kembali ke jantung melalui vena hepatik.
Terakhir, dari insang, darah dikembalikan ke jantung melalui vena branchial
(Sukiya 2005).

2.2.1. Komponen Penyusun Darah


Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan penyusunnya.
Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai media yang
memfasilitasi sejumlah faktor yang tak terdispensasi dalam pembentukan darah.
Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta corpuscle berwarna
merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000 platelet yang disebut
trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan substansi organik terlarut
(Soewolo 2005).
Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua
sisinya dan diameternya mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen
terpenting dalam sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan untuk
mengikat oksigen dan mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh
jaringan tubuh dan melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler.
Hemoglobin yang mengikat oksigen atau oksihemoglobin inilah yang
menyebabkan eritrosit berwarna merah cerah (Soewolo 2005).
7

Gambar 3. Sel darah merah


(Sumber : Biologi)

Sel darah putih memiliki dua tipe yaitu granular yang memiliki inti
berkeping banyak dan nogranular yang memiliki inti membulat. Leukosit granular
terdiri atas netrofil merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan
bakteri eosnofil yang merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan
terhadap timbulnya infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan
antikoagulan heparin dan substansi histamine. Netrofil merupakan sel darah putih
yang relative banyak jumlahnya dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah
bila terjadi infeksi (Winarni 1997).
Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan
sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit
jumlahnya terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya kurang lebih sebesar sel
darah merah. Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan
dan menghasilkan antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam system
pertahanan tubuh yaitu membentuk anibodi apabila ada protein lain yang masuk
kedalam tubuh (Winarni 1997).
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan
akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya factor lingkungan
yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan sebagainya (Winarni
1997).
8

Gambar 4. Sel darah putih


(Sumber : Hisham.id)

Trombosit merupakan platelet darah yang sangat kecil ukurannya (kira-kira


berdiameter sepertiga diameter sel darah merah), tidak memiliki inti dan
bentuknya bulat. Trombosit melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka
dan kemudian menutup daerah yang rusak di dinding vaskuler. Ketika trombosit
pecah, agn pengkoagulasi membentuk tromboplastin yang membantu membentuk
jarring-jaring sel sebagai upaya pertama dalam proses penyembuhan ( Winarni
1997).
1. Air mencakup 91-92%.
2. Protein, sekitar 8-9% yang terdiri dari serum albumin, serum globulin,
dan fribinogen.
3. Garam anorganik dalam bentuk ion sekitar 0,9% seperti : Anion : Cl- ,
CO32- , HCO3- , SO42- , PO4- , I- . Kation : Na+ , K+ , Ca2+ , Mg2+ ,
Fe3+.
4. Substansi organik bukan protein, terdiri dari : Non protein Nitrogen,
misalnya lipid, karbohidrat, glukosa, garam ammonium, urea, asam urat,
dan lain-lain.
5. Gas terlarut dalam plasma.
6. Berbagai substansi lain seperti hormon, enzim, dan anti toksin. Sel darah
ikan memiliki inti yang menonjol dengan jumlah ± 2 juta mm3 dan
memiliki ukuran yang cukup konsisten yaitu umumnya sekitar 12 x 3
mikron dan memiliki sitoplasma yang kecil.
9

Gambar 5. Trombosit
(Sumber : Sunhope)
2.2.2. Jantung
Jantung teleostei terdiri atas empat bagian (atrium, ventrikel, bulbus dan
sinus venosus), namun pada kenyataannya mirip dengan satu silinder pompa
piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka darah
dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan
arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterional. Akibat adanya
perbedaan tekanan tersebut maka aliran darah dapat terjadi.

Gambar 5. Jantung Ikan Mas


2.2.3. Saluran Darah
Darah kotor dari seluruh tubuh berkumpul melaluiductus cuvirei, kemudian
menuju sinus venosus – atrium – ventikel – bulbus arterious dan aorta ventralis.
Aorta ventralis bercabang-cabang sesuai dengan banyaknyainsang, dan menuju
insang, yaitu arteria brancialis afferent. Arteria ini bercabang-cabang lagi
menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih kecil (kapiler) pada hemibranchii menuju
kepala bersatu membentuk aorta carotis, dan ketubuh bagian belakang aorta
dorsalis. Aorta dorsalis bercabang-cabang menuju organ-organ tubuh. Darah
yang kembali ke jantung mengalir kembali melalui vena cardialis posterior dari
10

tubuh bagian belakang dan vena cardialis anterior dari tubuh bagian depan lalu
venahepatica dari hepar (hati) dimana ketiga vena tersebut bersatu membentuk
vena cuvieri dan masuk ke dalam cor.

Gam
bar
7.
Salu
ran
dara
h ikan mas

2.3. Hematokrit
Hematokrit adalah istiah yang menunjukan besar volume sel-sel eritrosit
seluruhnya di dalam 100 mm³ darah dan dinyatakan dalam persen(%) (Hoffbrand
dan Pettit 1987). Mengukur kadar hematrokit darah hewan uji digunakan tabung
mikrohematrokit yang berupa pipa kapiler berlapisan EDTA (Etil Dianin Tetra
Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit
biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total
(Frandson 1992).

Gambar 8. Hematokrit
2.3.1 Metode Perhitungan Hematokrit
Menurut Gandasoebrata, R. (2007), penetapan nilai hematokrit cara manual
dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit.
a. Metode makrohematokrit
11

Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau


heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm
dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus
selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai
hematokrit yang dinyatakan dalam %.
b. Metode mikrohematokrit
Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah
heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler
yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler
yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk
sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru)
untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat.
Prosedur pemeriksaannya adalah: sampel darah dimasukkan ke dalam
tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan
dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm.
Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya
dinyatakan dalam %.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit


Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai hematokrit adalah jenis kelamin,
spesies, jumlah sel drah merah, aktivitas dan keadaan patologis. Apabila jumlah
sel darah merah meningkat atau banyak maka jumlah nilai hematokrit juga akan
mengalami peningkatan. Selain itu, ketinggian tempat juga mempengaruhi nilai
hematokrit, karena pada tempat yang tinggi seperti pegunungan kadar oksigen
dalam udara berkurang sehingga oksigen yang masuk ke dalam paru-paru
berkurang, oleh karena itu supaya terjadi keseimbangan maka sumsum tulang
belakang memproduksi sel-sel darah merah dalam jumlah yang banyak.
Hitungan sel darah merah yang sangat tinggi atau nilai hematokritnya yang
tinggi, jumlah sel-sel darah yang ada dalam tubuh dapat meningkat (suatu keadaan
yang disebut polisiternia), atau banyaknya cairan yang justru menurun baik karena
penurunan jumlah air yang diminum ataupun naiknya air yang hilang dari tubuh
12

yang dapat menyebabkan munculnya hemokonsentrasi, yang berarti akibat dari


keadaan yang disebut dehidrasi (Kuswardani 2006)

Gambar 9. Faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah


13

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu


Praktikum Hematokrit pada Ikan Mas pada hari Rabu, 27 Maret 2019
pukul 07.30-09.30 di Lab. Fisiologi Hewan Air dan Lab. Akuakultur
Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi
Hewan Air :
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Tabel 1. Alat Praktikum
NO Alat Fungsi
1 Wadah plastik Untuk tempat percobaan
2 Gunting Untuk membedah ikan
3 Jarum sonde Untuk menusuk otak ikan
4 Penjepit arteri Untuk menjepit bagian aorta ventralis
5 Timbangan Untuk mengukur berat badan ikan
6 Pipa kapiler heparinized Untuk menampung darah ikan agar tidak
membeku
7 Wax / Malam Menyumbat salah satu ujung pipa kapiler
agar darah tidak tumpah
8 Centrifuge Hematokrit Untuk memisahkan sel darah merah dengan
plasma darah

3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Tabel 2. Bahan Praktikum
NO Bahan Fungsi
1 Ikan Mas Sampel yang diujikan
14

3.3. Prosedur Praktikum


Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan ini antara lain:
1. Ikan ditimbang.
2. Ikan dipegang menggunakan tangan dan bagian kepala ikan ditusuk
menggunakan jarum sonde agar otak ikan hancur sehingga ikan dalam
keadaan tidak berdaya.
3. Operkulum ikan digunting agar mempermudah proses pembedahan ikan
4. Pembedahan ikan menggunakan gunting dimulai dari bagian tubuh dekat
operkulum hingga bagian lubang anal.
5. Pada bagian bawah jantung tepatnya di bagian bawah sinus venosus,
aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri sehingga sinus
venosus terisi oleh darah.
6. Pipa kapiler heparinized ditusukkan ke sinus venosus untuk mengambil
darah kurang lebih ¾ dari pipa kapiler
7. Pipa kapiler yang sudah terisi oleh darah ditancapkan ke wax atau
malam, agar saat di sentrifugasi darah tidak tumpah
8. Pipa kapiler yang sudah terisi oleh darah dan sudah disumbat
dimasukkan ke dalam alat sentifus hematokrit dan waktu diatur selama
empat menit untuk proses sentrifugasi.
9. Pipa kapiler yang telah selesai disentrifugasi diletakkan di Hematocrit
Reading Chart untuk ditentukan nilai hematokritnya.
15

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Kelompok


Adapun hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen
adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kelompok 13


Bobot Ikan (gram) Nilai Hematokrit (%)
70 g 35%

Praktikum hematokrit pada ikan mas, ikan kelompok 13 memiliki bobot


70 g dan kadar hematokrit 35%. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan untuk menentukan keadaan kesehatan ikan,
nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan terjadinya anemia. Kadar
hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis kelamin,
ukuran tubuh dan masa pemijahan (Kuswardani 2006). Berdasarkan hal tersebut
dapat diketahui, jika kondisi ikan yang kami gunakan praktikum adalah ikan yang
sehat dan tidak mengalami anemia. Namun, jika mengacu pada Bond (1979)
mengenai batas kadar hematokrit sebesar 20-30% ikan mas yang kami gunakan
praktikum kadar hematokritnya melebihi kadar hematokrit normal. Hal ini
menandakan bahwa ikan yang kami gunakan sedang mengalami stres. (cari
literature)
4.2. Data Angkatan
Data praktikum angkatan mengenai nilai hematokrit, dapat dilihat jika ikan
yang memiliki kadar hematokrit 13-19% sebanyak 1 ekor ikan. Ikan yang
memiliki kadar hematokrit 20-26% sebanyak 6 ekor , lalu yang memiliki kadar
hematokrit 27-33% sebanyak 6 ekor juga. Sedangkan pada kadar hematokrit 34-
40% sebanyak 13 ekor, dan pada kadar hematokrit 41-47% jumlah ikannya paling
banyak yaitu 15 ekor. Kadar hematokrit 48-54% sebanyak 11 ekor, dan terakhir
pada kadar hematokrit 55-61% sebanayak 2 ekor. Dapat disimpulkan bahwa
menurut Kuswardani (2006) ikan yang memiliki kadar hematokrit dibawah 22%
16

mengalami anemia, jadi 4 ekor ikan mengalami anemia. Berikut merupakan grafik
data angkatan:

16 15

14 13
Jumlah Ikan (ekor)

12 11

10
8
6 6
6
4
2
2 1

0
13-19 20-26 27-33 34-40 41-47 48-54 55-61
Hematorkrit (%)

Gambar 10. Grafik distribusi nilai hematokrit ikan mas


70

60 y = -0.0399x + 43.842
R² = 0.0032
Hematokrit (%)

50

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Bobot ikan (g)

Gambar 11. Grafik hubungan bobot dengan nilai hematokrit ikan mas
Hasil analisis regresi menunjukan bahwa terdapat hubungan antara bobot
ikan dan nilai hematokrit ikan tersebut dengan persamaan Y = -0,0399x + 43,842
dan nilai R2 = 0,0032. Berdasarkan persamaan regresi tersebut bahwa terjadinya
peningkatan kadar hematokrit pada ikan mas dipengaruhi oleh bobot ikannya
sendiri. Hasil analisis dari persamaan regresi diperoleh bobot ikan optimum yang
dapat meningkatkan kadar hematokrit pada ikan mas yaitu sebesar 100 gram
bobot ikan.
17

Menurut Suzuki (2001) perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran


lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan. Rendahnya nilai hematokrit pada ikan mas dapat
disebabkan karena adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah
pada pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Hematokrit adalah volume darah yang dimampatkan. Berdasarkan data hasil
praktikum Data kelompok kami menunjukkan kadar hematokrit sebesar 35%, itu
berarti ikan yang kami gunakan mengalami stress,

Angkatan ikan paling banyak memiliki kadar hematokrit 41-47% dengan


jumlah ikan 15 ekor, sedangkan kadar hematokrit paling sedikit adalah 13-19%
yang hanya terdapat pada 1 ikan saja yang artinya………..

5.2. Saran
Praktikan harus lebih memahami cara mengambil sampel darah yang baik
dan benar pada ikan. Serta lebih berhati-hati dalam mengambil sampel, agar data
yang sampel yang diambil sesuai dan data yang didapatkan lebih akurat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Bond CE. 1979. Biology of Fishes. Saunders College Publishing. Philadelphia.


514 hlm.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. PT.
Rineka Cipta, Jakarta.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Labiratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat
Ghufran, M.H., Kordi, K. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Ikan Terpal. Lily
Publisher, Yogyakarta.
Hoar, W. S., D. J. Randal, and E. M. Donaldson. 1983. Fish Physiology. Volume
IX. Part B. Academic Press Inc. London.
Khairuman., K. Amri, dan T. Sihombing. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam
Terpal. PT. Agromedia Pustaka. Depok.
Kemenristek. 2000. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Proyek
Pembangunan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Jakarta : Bapenas.
Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab
Darah Maskoki Carassius auratus Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Maryani dan Rosuta. 2006. Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Bij (Psidium gujava
L), Daun Sambiloto (Andrigraphis paniculata), Daun Sirih (Piper betle L)
Dalam Menanggulangi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan
Mas (Cyprinus carpio L). Journal of Tropical Fisheries. Vol. 1 (2) : 132-
139.
Purwaningsih, I. 2003. Identifikasi Ektoparasit Protozoa pada Benih Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.) Diunit Kerja Budidaya Air Tawar (UKBAT)
Cangkringan Sleman DIY. Skripsi. Yogyakarta : Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung : Binacipta.
Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya: Ikan Mas. Yogyakarta : Kanisius.
77p.
Soewolo. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: UM Press.

19
20

Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.


Vonti, O. 2008. Gambaran Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) Strain
Sinyonya yang Berasal dari Daerah Ciampea-Bogor. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 60 Hal.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI- ITS : Surabaya
LAMPIRAN

21
22

Lampiran 1. Alat

Wadah Plastik Wax / Lilin Malam

Timbangan
Centrifuge Hematokrit
23

Pipa kapiler heparinized Gunting

Lampiran 2. Bahan

Ikan Mas Ikan Mas


24
25

Lampiran 3. Prosedur Kerja


Prosedur praktikum mengenai hematokrit pada ikan mas antara lain:

Ikan ditimbang

Ikan dipegang menggunakan tangan dan bagian kepala ikan ditusuk


menggunakan jarum sonde agar otak ikan hancur sehingga ikan dalam keadaan
tidak berdaya.

Operkulum ikan digunting agar mempermudah proses pembedahan ikan

Pembedahan ikan menggunakan gunting dimulai dari bagian tubuh dekat


operkulum hingga bagian lubang anal.

Pada bagian bawah jantung tepatnya di bagian bawah sinus venosus, aorta
ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri sehingga sinus venosus terisi oleh
darah.

Pipa kapiler heparinized ditusukkan ke sinus venosus untuk mengambil darah


kurang lebih ¾ dari pipa kapiler kemudian pipa kapiler ditancapkan ke wax /
malam

Pipa kapiler yang sudah terisi oleh darah dan sudah disumbat dimasukkan ke
dalam alat sentifus hematokrit dan waktu diatur selama empat menit untuk
proses sentrifugasi.

Pipa kapiler yang telah selesai disentrifugasi diletakkan di Hematocrit Reading


Chart untuk ditentukan nilai hematokritnya.
26

Lampiran 4. Kegiatan Praktikum


Kegiatan praktikum pengaruh nikotin dan alkohol terhadap laju alir darah benih ikan
nilem antara lain :

Ikan diambil dari bak fiber Kepala ikan dittusuk Ikan dibedah menggunakan gunting

Pipa kapiler yang sudah terisi Hematokrit ikan


darah ditancapkan ke wax / diambil ke dalam pipa
malam kapiler heparinized Aorta ventralis ikan di jepit
menggunakan penjepit arteri

Pipa kapiler disimpan di alat Proses sentrifugasi Hasil dari sentrifugasi, sel
sentrifugasi dengan waktu yang darah merah akan terpisah dengan
diatur selama 4 menit plasma darah
27

Lampiran 5. Data Kelompok


Kelompok Bobot (gram) Nilai Hematokrit (%)
13 70 35
28

Lampiran 6. Tabel Angkatan


Berikut data tabel angkatan praktikum hematokrit pada ikan mas:
Data hematokrit Kelas A
Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit
(gr) (%)
1 79,83 46
2 98,08 47
3 101,75 35
4 92,15 47
5 83,45 40
6 92,67 21
7 92,95 46
8 115,15 24
9 107,22 22
10 126 13
11 80 45
12 65 21
13 107 22
14 88 31
15 100 26
16 100 60
17 116 32
18 85 35
Rata-rata 96,125 34%

Data Hematokrit Kelas B


Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit
(gr) (%)
1 99 35
2 89,93 50
3 82,46 45
4 82,46 45
5 96 54
6 96 54
7 90,62 54
8 96 54
9 73,42 35
10 73,42 35
11 96 52
12 72 45
29

Data Hematokrit Kelas B


Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit
(gr) (%)
13 66 33
14 66 33
15 97 50
16 97 55
17 96 54
18 96 53
19 75 35
Rata-rata 86,33210526 45%

Data hematokrit kelas C


Kelompok Bobot Ikan Nilai Hematokrit
(gr) (%)
1 94,84 30%
2 94,84 30%
3 106,16 45%
4 106,16 45%
5 99 45%
6 99 45%
7 118,18 35%
8 118,18 35%
9 99 47%
10 67 45%
11 67 45%
12 70 35%
13 70 35%
14 99 50%
15 99 50%
16 74 35%
17 74 35%
Rata-rata 91,49176471 40%

Anda mungkin juga menyukai