Anda di halaman 1dari 2

17-10-2019 1/2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

KESEHATAN JIWA SEBAGAI PRIORITAS GLOBAL


DIPUBLIKASIKAN PADA : SELASA, 13 OKTOBER 2009 17:00:00, DIBACA : 62.138 KALI

Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi
gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa
Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional.

Mengingat besarnya masalah tersebut, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia. Peringatan World Mental Health Day (WMHD)
tahun 2009 merupakan Kampanye Kesadaran Global (Global Awareness Campaign) yang bertujuan untuk melanjutkan harapan menjadikan kesehatan jiwa
sebagai prioritas global (make mental health health issues a global priority). Dengan demikian diharapkan tidak ada lagi diskriminasi dan pelanggaran hak asasi
manusia dengan masalah kejiwaan (ODMK). Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari aspek kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Demikian sambutan Menkes yang dibacakan Dirjen Bina Pelayanan Medik dr. Farid W. Husein ketika membuka seminar sehari dalam rangka memperingati Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia, di kantor Depkes, Jakarta (14/10).

Peringatan Hari Kesehatan Jiwa tahun 2009 mengangkat tema Kesehatan Jiwa di Pelayanan Kesehatan Primer: Meningkatkan Penyembuhan dan Promosi
Kesehatan Jiwa. Tema ini, menurut Menkes, sangat tepat dengan salah satu grand strategi Depkes yaitu Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, termasuk akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.

Menkes menyebutkan 7 alasan perlunya mengintegrasikan pelayanan kesehatan jiwa pada pelayanan primer, yaitu
1. Beban biaya dan psikis pada keluarga atas gangguan kesehatan jiwa sangat besar.
2. Masalah kesehatan jiwa dan masalah kesehatan fisik saling terkait satu sama lain, tidak bisa dipisahkan.
3. Kesenjangan ketersediaan perawat untuk gangguan jiwa sangat besar.
4. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa dapat meningkatkan aksesibilitas.
5. Pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan tingkat primer dapat meminimalisasi timbulnya stigma dan diskriminasi terhadap
masalah gangguan jiwa.
6. Pelayanan kesehatan primer untuk kesehatan jiwa yang dilakukan di Puskesmas jauh lebih murah daripada biaya pelayanan di Rumah Sakit Jiwa / Rumah
Sakit Umum.
7. Mayoritas individu dengan gangguan kesehatan jiwa yang dirawat pada layanan dasar menunjukkan hasil yang baik.

Menurut Menkes, masalah kesehatan jiwa adalah masalah yang sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat yang
tidak mungkin ditanggulangi oleh satu sektor saja, tetapi perlu kerja sama multi sektor.

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2/2 17-10-2019

Mutu Sumber Daya Manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian gizi seimbang saja namun harus mulai dari dasar dengan melihat bahwa manusia
selalu terdiri dari tiga aspek yaitu organ biologis (fisik/jasmani), Psikoedukatif (mental-emosional/jiwa) dan sosiokultural (sosial-budaya/lingkungan), jelas Menkes.

Apabila ingin memperbaiki mutu sumberdaya manusia, maka ketiga aspek tersebut harus diperhatikan. Jika salah satu dari ketiga aspek tersebut terabaikan,
maka upaya kita hanya tinggal sebagai harapan belaka yang mungkin tidak pernah akan tercapai, tegas Menkes di hadapan undangan yang terdiri dari Pejabat
dari Departemen dan Instansi terkait, Pejabat eselon I dan II Depkes RI, Perwakilan WHO Indonesia, serta LSM dalam dan luar negeri.

Direktur Bina Kesehatan Jiwa dr. H.M. Aminullah dalam laporannya menyatakan, pelayanan kesehatan jiwa di pelayanan primer dapat meningkatkan akses
masyarakat terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa sehingga dapat segera tertangani. Beberapa Puskesmas di Indonesia telah berhasil
menyelenggarakan pelayanan Keswa dan menjadikannya sebagai program prioritas.

Oleh karena itu beberapa narasumber dalam seminar ini bukan para ahli dari universitas atau ahli kesehatan jiwa (Keswa) tapi mereka adalah para praktisi
kesehatan dan masyarakat yang telah berhasil menyelenggarakan pelayanan Keswa di Puskesmas, kata dr. Aminullah.

Pembicara pada seminar ini adalah wakil dari Puskesmas Kab Bireun, Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor dan Puskesmas Tebet Jakarta Selatan. Mereka
menyampaikan pengalaman mengelola program tersebut termasuk mengkoordinir para kader kesehatan, kelompok pasien dan keluarga yang secara sukarela
telah membantu pemulihan orang dengan masalah kejiwaan di masyarakat.

Tiga Puskesmas tersebut telah membuktikan, pelayanan kesehatan jiwa yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan di RSJ, ternyata dapat dilakukan di
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan primer. Keberhasilan ini dapat meningkatkan cakupan, memberikan hasil yang baik serta menurunkan stigma
masyarakat terhadap gangguan jiwa. Kunci keberhasilannya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengelola pasien Orang Dengan
Masalah Kejiwaan (ODMK) bagi tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat, tersedianya obat psikofarmaka, serta adanya peran aktif masyarakat, pasien dan
keluarga dalam proses pemulihan dan rehabilitasi pasien.

Selain paparan dari Puskesmas, juga disampaikan beberapa materi diantaranya Prioritas global terhadap kesehatan jiwa oleh WHO, Kebijakan Puskesmas
tentang Kesehatan Jiwa, oleh Direktur Bina Kesehatan Komunitas, dan Pembangunan Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Komprehensif di Provinsi Aceh oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

Topik lain yag dibahas adalah Ketika tidak ada Psikiater, Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat, merupakan Ringkasan dari buku Where there is no psychiatrist
karangan Vikram Patel seorang penulis terkenal di bidang kesehatan jiwa disampaikan Direktur CBM International sebagai pihak yang menterjemahkan dan
mendistribusikan kepada banyak Puskesmas di Indonesia. Serta Spritualitas dan Peningkatan Kesejahteraan Jiwa Individu oleh Prof. Achmad Mubarak seorang
Politikus dan juga ahli dibidang Kesehatan Jiwa.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor
telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-30413700, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.id, info@puskom.depkes.go.id,
kontak@puskom.depkes.go.id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia - 2 - Printed @ 17-10-2019 11:10

Anda mungkin juga menyukai