Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A


DENGAN FRAKTUR RADIUS ULNA DEXTRA
DI RUANG RAJAWALI 2B RSUP DR KARIADI SEMARANG

FADLIYATUN NA’IMAH
NIM. P1337420919111

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN – POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2019
ABSTRAK

Masyarakat Indonesia sekarang ini menjadikan alat transportasi sebagai


kebutuhan primer. Mobilitas yang tinggi dan faktor kelalaian manusia menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Salah satu akibat dari
kecelakaan lalu lintas adalah fraktur. Fraktur merupakan patahnya kontinuitas
tulang yang disebabkan oleh kekerasan langsung, kekerasan tidak langsung
maupun kekerasan akibat tarikan otot. Masalah yang pertama kali muncul adalah
ketidakefektifan perfusi perifer timbul karena terputusnya kontinuitas jaringan.
Pada studi kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif. Studi kasus ini
dilakukan selama 3 hari. Hasil studi kasus yang diakukan menggunakan 1 subjek
penelitian yang telah sesuai dengan kriteria inklusi.

Kata kunci : Fraktur,ketidakefektifan perfusi perifer


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Web Of Caution (WOC)
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
B. Analisa Intervensi Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

1. 1 Lampiran Web Of Caution Fraktur


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada
tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa
terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam
keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-
tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan
menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini
tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan
menyebabkan fraktur tulang radius. Fraktur radius distal merupakan 15 %
dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa.
Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan
biasanya merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan
sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal.
Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat
dari samping menyerupai garpu. Benturan mengena di sepanjang lengan
bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang mengalami
fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke
dalam ekstensi dan pergeseran dorsal. Garis fraktur berada kira-kira 3 cm
proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal,
overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan
seperti garpu terbalik (dinner fork deformity).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A

DENGAN FRAKTUR DI RUANG RAJAWALI 2B

Tanggal Pengkajian: 16 September 2019 Ruang :


Rajawali 2B

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 34 th
Alamat : Demak
Pendidikan : S1
Pekerjaan: : TNI/Polri
Tanggal masuk : 15 September 2019
Diagnosa Medis : Fraktur radius ulna
Nomor registrasi : C7762236
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn.F
Umur : 51 thn
Alamat : Demak
Hubungan dengan klien : Kakak
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (saat masuk Rumah sakit dan saat ini)
Klien mengatakan nyeri
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Kurang lebih 5 jam sebelum masuk rumah sakit mengalami
kecelakaan lalu lintas pasien mengendarai sepeda motor
menabrak mobil, pasien terjatuh kekanan bertumpu pada
telapak tangan kanan, pasien dibawa ke RSUD Ungaran dan
dilakukan foto rontgen kemudian dirujuk ke RSDK masuk
ruang Rajawali 2B Blok 2 bed 2 pukul 22:30 WIB. Klien
mengatakan nyeri karena patah tulang, rasanya seperti ditekan
di tangan kanan dari ujung jari sampai lengan atas, nyerinya
sedang, intermitten saat bergerak kurang lebih selama 15 menit.
3. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan klien belum pernah mengalami kecelakaan dan
belum pernah dirawat di rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, tidak merokok
dan dikeluarganya tidak memiliki riwayat penyakit baik yang
menular maupun menurun.
4. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
Keluarga mengatakan klien jika sakit langsung memeriksannya ke
pelayanan kesehatan terdekat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit: klien makan 3 kali sehari, dan setiap porsi satu
setengah centong dengan lauk biasa. Klien minum 6-7 gelas/hari.
Saat sakit: pada saat sakit klien dapat menghabiskan seporsi
makanan yang sudah disediakan dan klien minum 4-6 gelas/hari.
c. Pola Eliminasi
BAB

Kategori Saat Sehat Saat Sakit

Frekuensi 1x/hari 1x/hari

Kosistensi Lembek Lembek

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning

BAK

Kategori Saat Sehat Saat Sakit

Frekuensi 3x/hari 5x/hari

Bau Khas Khas

Warna Kuning Kuning


Jumlah 1200 cc 1500cc

d. Pola istirahat dan Tidur


Sebelum sakit : Keluarga mengatakan klien tidur sehari hari ± 7-8
jam
Saat sakit : klien tidur ± 4 jam dan mudah terbangun karena belum
bisa adaptasi nyeri dan ruangan
e. Pola Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: keluarga mengatakan klien melakukan aktifitas
dilakukannya secara mandiri
Saat Sakit : aktivitas klien terganggu, klien dapat beraktivitas
seperti biasanya namun memiliki keterbatasan ditangan kanan
karena fraktur dan terpasang spalk.
Tingkat Ketergantungan klien menurut Indeks Barthel

Faktor ketergantungan Skor Faktor ketergantungan Skor


 Personal hygiene 3  Memakai pakaian 5
 Mandi 3  Kontrol BAB 10
 Makan 5  Kontrol BAK 10
 Toileting 2  Ambulasi atau 12
menggunakan kursi
roda
 Menaiki tangga 5  Transfer kursi -tempat 12
tidur
Kategori 67
 Ketergantungan Total (0-24)
 Ketergantungan Berat (25-49)
 Ketergantungan Sedang (50-74)
 Ketergantungan Ringan (75-90)
 Ketergantungan minimal (91-99)
Skor ketergantungan sedang s.d total : laporkan ke dpjp untuk
konsultasi dengan dokter rehabilitas medis
Skor ketergantungan minimal s.d ringan : evaluasi setiap hari
atau bila ada perubahan factor ketergantungan

f. Pola Peran dan Hubungan


Sebelum sakit: keluarga mengatakan peran klien dikeluarga adalah
seorang ayah yang baik untuk keluarganya
Saat sakit: Peran klien terganggu karena sakit yang diderita tetapi
klien dan keluarga tetap berhubungan baik ditunjukkan dengan
adanya keluarga yang menemani klien di rumah sakit
g. Pola persepsi kognitif dan sensori
Sebelum sakit:
Pola persepsi sensori klien meliputi penglihatan, pendengaran,
perasa, dan pembau tidak mengalami masalah. Pola kognitif klien
meliputi daya ingat dan kemampuan klien berorientasi terhadap
waktu, tempat dan orang tidak mengalami masalah
Saat sakit:
Pola persepsi sensori klien merasakan nyeri
P : patah tulang dan saat tangan kanan mendapat gerakan
Q: seperti ada yang menekan
R: di tangan kanan dari ujung jari sampai lengan atas
S: skala 4, intermitten
T: kurang lebih 15 menit

h. Pola persepsi-konsep diri


Body image : Pasien tidak percaya diri dengan kondisinya saat
ini.
Identitas diri : Pasien adalah seorang laki-laki
Harga diri : Pasien mampu berinteraksi dengan keluarga
Peran diri : Pasien adalah seorang Ayah
i. Pola seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada lesi dibagian genital,
skrotum lengkap
j. Pola Mekanisme koping
Keluarga klien memiliki mekanisme koping yang baik, keluarga
mendukung dan ikut merawat klien yang sakit. Namun, klien
khawatir dan masih takut akan dilakukan operasi pemasangan pen
k. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit: klien beragama islam dan sering melaksanakan
sholat.
Saat sakit: saat sakit klien tetap berusaha melakukan ibadah sholat
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
1) Keadaan umum: lemah
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Skor : 15
2) TTV :

TD : 120/80 mmHg RR : 20x/menit


Nadi : 85 x/menit Suhu : 36,8C
BB : 70 kg TB : 170 cm
b. Kepala:
1) Rambut: bersih, tidak berbau
2) Mata :
Mata kanan : Reflek pupil simetris, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikteric, mampu mengikuti pergerakan benda, tampak
kantong mata tebal
Mata kiri : Reflek pupil simetris, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, mampu mengikuti pergerakan benda, tampak
kantong mata tebal
c. Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas
cuping hidung.
d. Telinga: kedua telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen,
dan tampak bersih
e. Mulut: bibir tidak pucat, lidah tidak kotor, tidak terdapat stomatitis
f. Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak
peningkatan JVP, tidak ada jejas dan perlukaan
g. Dada :
1) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan, Suara jantung I,II
normal

2) Paru-paru
Inspeksi : Ekspansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area
dada.
Palpasi : Pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
(untuk bagian kiri dan kanan suaranya sama)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, tidak terdapat suara napas tambahan
h. Abdomen

Inspeksi : Perut datar, tidak ada luka,


Palpasi : Tidak ada tahanan di vesika urinaria dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 13x/menit
i. Genetalia : klien tidak terpasang kateter, tidak ada lesi
j. Ekstermitas :
- Tidak ada jejas
- Terpasang spalk di tangan kanan
- Terpasang infus ditangan kiri
- Kekuatan otot
3 5
5 5
6. Pemeriksaan Neurologis
No Nervus Cara mengkaji Hasil
1 Nervus Olfaktori Klien memejamkan Klien mampu
Fungsi saraf sensorik untuk
mata dan diminta membuka
penciuman
membedakan bau membedakan bau
2 Nervus Optikus Menggunakan kartu Klien kurang
Fungsi saraf sensorik untuk
snelend card mampu melihat
penglihatan
jelas
3 Nervus Okulomotoris Tes putaran bola mata, Klien mampu
Fungsi saraf motori untuk
reflex pupil, dan membuka klopak
mengangkat kelopak mata
inspeksi kelopak mata mata
keatas, kontraksi pupil, dan
sebagian Gerakan
ekstraokuler
4 Nervus Trochlearis Tes putaran bola mata Klien mampu
Fungsi saraf motoric untuk
melakukan
Gerakan mata kebawah dan
putaran bola
keatas
mata
5 Nervus Trigeminus Menggerakkan rahang Klien mampu
Fungsi motoric untuk kesemua sisi menggerakkan
Gerakan mengunyah, sensasi rahang
wajah
6 Nervus Abdusen Tes putaran bola mata Klien mampu
Fungsi saraf motoric deviasi
melakukan
mata kelateral
putaran bola
mata
7 Nervus Fasialis Minta klien untuk Klien mampu
Fungsi saraf motoric untuk
tersenyum, mengangkat melakukan
ekspresi wajah
alis ekspresi wajah
8 Nervus Verstibulocochlearis Test webber atau rinne Klien mampu
Fungsi saraf sensori untuk
mendengar
pendengaran dan
dengan baik
keseimbangan
9 Nervus Glosofaringeus Membedakan rasa Klien mampu
Fungsi saraf sensori dan
manis, asam, pahit membedakan
motoric untuk sensasi rasa
rasa
10 Nervus Vagus Menyentuh faring Klien mampu
Fungsi saraf sensori dan
posterior klien, minta menelan dengan
motoric reflek muntah dan
klien menelan saliva baik
menelan
11 Nervus Assesoris Minta klien Klien mampu
Fungsi saraf motoric untuk
menggerakan bahu dan menggerakkan
menggerakkan bahu
lakukan tahanan ekstermitas
12 Nervus Hipoglosus Minta klien Klien mampu
Fungsi saraf motoric untuk
menjulurkan lidah dan melakukan
Gerakan lidah
menggerakkan dari sisi perintah yang
ke sisi diminta

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal 30/08/2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 16.9 g/dL 13,00-16,00
Hematokrit 48.2 % 40-54
Eritrosit 5.92 10^6/uL 4,4-5,9
MCH 28.5 pg 27,00-32,00
MCV 81.4 fL 76-96
MCHC 35.1 g/dL 29,00-36,00
Leukosit 13.2 10^3/uL 3,8-10,6
Trombosit 284 10^3/uL 150-400
RDW 12 % 11,60-14,80
MPV 9.8 fL 4.00-11.00
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 228 mg/dL 80-160
Ureum 21 mg/dL 15-39
Creatinin 0.92 mg/dL 0.60-1.30
Elektrolit
Natrium 140 mmol/L 136-145
Kalium 3.8 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida 102 mmol/L 98-107
Koagulasi
Plasma Protrombin Time
(PPT)
Waktu Prothrombin 10.9 detik 11.0-14.5
PPT kontrol 10.3 detik
Partial Thromboplastin
Time (PTTK)
Waktu 33.7 detik 24.0-36.0
Thromboplastin APTT 35.8 detik
Kontrol

Tanggal 16/09/2019
Hasil foto rotgen
1. Fraktur radius dextra 1/3 tengah transvisi
2. Fraktur ulna dextra 1/3 tengah obliq
3. Fraktur basis matecarpal V radius dextra

8. Program Terapi
a. Infus ringer laktat 20 tpm
b. Pasang spalk
c. Asam mefenamat 500 mg/8 jam peroral

B. ANALISIS DATA
No Data Masalah Etiologi
1 Ds : klien mengatakan nyeri Nyeri Akut Agen injury fisik:
P : patah tulang dan saat fraktur
tangan kanan mendapat
gerakan
Q: seperti ada yang menekan
R: di tangan kanan dari ujung
jari sampai lengan atas
S: skala 4, intermitten
T: kurang lebih 15 menit
Do : muka klien terlihat datar
Hasil rontgen
1. Fraktur radius dextra 1/3
tengah transvisi
2. Fraktur ulna dextra 1/3
tengah obliq
3. Fraktur basis matecarpal V
radius dextra
2 DS: Ketidakefektifan suplai darah jaringan
Pasien mengatakan pusing.
perfusi jaringan perifer
DO:
Tekanan darah pasien rendah
<100 mmHg
Terdapat nyeri tekan
3 5
5 5
3 DS: Resiko Infeksi gangguan integritas
Pasien mengatakan cemas kulit
karna terdapat tulangnya
yang patah
DO:
Hasil rontgen
Fraktur radius dextra 1/3
tengah transvisi
Fraktur ulna dextra 1/3
tengah obliq
Fraktur basis matecarpal V
radius dextra
Leukosit 13.2 10^3/uL
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi perifer berhubungan dengan suplai darah ke jaringan
2. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (fraktur)
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tanggal/jam Diagnosa Tujuan Intervensi


16/09/2019 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan sirkulasi
a. Kaji sirkulasi perifer
keperawatan selama 3x8 jam
b. Evaluasi nadi perifer dan
pasien dapat :
edema
 Circulation status c. Inspeksi kulit adanya luka
d. Ubah posisi 2 jam sekali
 Tissue perfucion: cerebral e. Monitor HB
Kriteria hasil : 2. Monitor tanda vital
3. Manajemen cairan
Mendemonstrasikan status sirkulasi a. Catat intake dan output
yang di tandai dengan : b. Monitor status hidrasi
c. Monitor status nutrisi
 Tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang di harapkan
 Tidak ada ortostatik hipertensi
Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif yang di tandai dengan :
 Berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
 Menunjukan perhatian,
konsentrasi, dan orientasi.
Menunjukan fungsi sensori motori
cranial yang utuh: tingkat
kesadaran membaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
16/09/2019 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
keperawatan selama 3x8 jam a. Bersihkan lingkungan
pasien tidak terjadi infeksi: setelah digunakan oleh
1. Immuno status
pasien
a. Tidak ada infeksi berulang
b. Ganti alat perawatan
b. Tidak ada benjolan
c. Suhu tubuh dalam rentang sesuai protokol
c. Batasi pengunjung
normal
d. Instruksikan untuk cuci
d. Kulit utuh
2. Status nutrisi tangan
3. Terapi perilaku penyakit e. Dorong intake yang
4. Pengetahuan : kontrol infeksi
adekuat
2. Pencegahan infeksi
a. Monitor tnda dan gejala
infeksi
b. Monitor hasil lab
c. Ajarkan pasien tentang
tanda-tanda infeksi
16/09/2019 3 Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI
keperawatan selama 3x8 jam Definisi : mengurangi nyeri
pasien dapat mengontrol nyeri dan menurunkan tingkat nyeri
dengan indikator: yang dirasakan pasien.
1. Mengenali faktor penyebab Intervensi :
2. Mengenali onset (lamanya 1. lakukan pengkajian nyeri
sakit) secara komprehensif termasuk
3. Menggunakan metode lokasi, karakteristik, durasi,
pencegahan frekuensi, kualitas dan faktor
4. Menggunakan metode presipitasi
nonanalgetik untuk mengurangi 2. observasi reaksi non verbal
nyeri dari ketidaknyamanan
5. Menggunakan analgetik sesuai 3. gunakan teknik komunikasi
kebutuhan terapeutik untuk mengetahui
6. Mencari bantuan tenaga pengalaman nyeri pasien
kesehatan 4. kaji kultur yang
7. Melaporkan gejala pada tenaga mempengaruhi respon nyeri
kesehatan 5. evaluasi pengalaman nyeri
8. Menggunakan sumber-sumber masa lampau
yang tersedia 6. evaluasi bersama pasien dan
9. Mengenali gejala-gejala nyeri tim kesehatan lain tentang
10. Mencatat pengalaman nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri
sebelumnya masa lampau
11. Melaporkan nyeri sudah 7. bantu pasien dan keluarga
terkontrol untuk mencari dan menemukan
Setelah dilakukan tindakan dukungan
keperawatan selama 3x8 jam 8. kontrol lingkungan yang
pasien dapat mengetahui dapat mempengaruhi nyeri
tingkatan nyeri dengan indikator: seperti suhu ruangan,
1. melaporkan adanya nyeri pencahayaan dan kebisingan
2. luas bagian tubuh yang 9. kurangi faktor presipitasi
terpengaruh 10. pilih dan lakukan
3. frekuensi nyeri penanganan nyeri
4. panjangnya episode nyeri (farmakologi, non farmakologi
5. pernyataan nyeri dan inter personal)
7. posisi tubuh protektif untuk menentukan intervensi
8. kurangnya istirahat 12. ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. evaluasi keefektifan kontrol
nyeri

E. Implementasi Keperawatan
No
Hari/tgl Jam Tindakan Respon Paraf
Dx
16-9-19 08:00 3 Mengkaji penyebab Ds : klien ‘imah
nyeri : lokasi, mengatakan nyeri
P : patah tulang dan
intensitas, lamanya
saat tangan kanan
nyeri, skala nyeri.
mendapat gerakan
Q: seperti ada yang
menekan
R: di tangan kanan
dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 4,
intermitten
T: kurang lebih 15
menit
Do : muka klien
terlihat datar
Hasil rontgen
1. Fraktur radius
dextra 1/3 tengah
transvisi
2. Fraktur ulna
dextra 1/3 tengah
obliq
3. Fraktur basis
matecarpal V radius
dextra
09:00 1,2,3 Mengobservasi DS: klien ‘imah
tanda-tanda vital mengatakan lemas.
DO : Td : 130/80
mmHg, nadi : 80
x /menit suhu : 360C,
respirasi : 20
x/menit.
09:30 1,2,3 Menciptakan DS: klien ‘imah
lingkungan yang mengatakan suka
nyaman tempat yang bersih.
DO: tampak keluarga
klien merapikan
ruangan klien.
10:00 3 Mengajarkan klien DS: klien ‘imah
teknik mengatakan paham
relaksasi/nafas dan merasa lebih
dalam rileks.
DO : klien kooperatif
dapat diajak
kerjasama dan
mampu melakukan
secara mandiri.
10:00 1,2,3 Melaksanakan DS: klien ‘imah
advis dokter mengatakan setuju
memberikan obat diberikan obat.
DO: tampak klien
oral asam
diberikan obat dan
mefenamat
tidak ada reaksi
alergi.
11:00 2 Mengajarkan DS: Klien ‘imah
teknik cuci tangan mengatakan bisa
melakukan cuci
tangan 6n langkah
DO: klien melakukan
cuci tangan

12:05 2 Menganjurkan DS: Klien mau ‘imah


klien untuk berlatih mencoba teknik
secara aktif yang diajarkan.
DO: tampak klien
menggerakan
tanganya.
12:30 2 Menjelaskan bahwa DS: klien ‘imah
dengan rajin mengatakan siap
berlatih dapat berlatih
DO: Klien tampak
mempercepat
mencoba menggeser
penyembuhan
sedikit tanganya
secara perlahan.
13:00 1,2,3 Menganjurkan DS: klien ‘imah
klien untuk mengatakan akan
istirahat lebih banyak
istirahat
DO: tampak ruangan
klien tenang.
17-9-19 06:00 1 Memberikan obat DS: klien ‘imah
oral asam mengatakan mau
mefenamat minum obat
DO: klien minum
obat
07:00 1,2,3 Mengkaji TTV DS: klien ‘imah
mengatakan ngantuk
DO: 120/80 mmHg,
nadi : 86 x /menit,
suhu : 36,30C,
respirasi : 22
x/menit.
08:00 1,2,3 Mengganti cairan DS: klien kooperatif ‘imah
DO: cairan infus
infus yang habis
terganti
10:00 1,2,3 Memrogram op DS: klien ‘imah
buat tanggal 18-09- mengatakan senang
19 mau dioperasi
namun sedikit takut
DO: klien tampak
menerka nerka
11:00 1,2,3 Mengkaji TTV DS: klien ‘imah
mengatakan sudah
tidak begitu lemas.
DO: TD 110/80, nadi
80 x/menit, respirasi
22 x.menit, dan suhu
36,50C.
12:00 3 Mengobservasi Ds : klien ‘imah
penyebab nyeri : mengatakan nyeri
P : patah tulang dan
lokasi, intensitas,
saat tangan kanan
lamanya nyeri,
mendapat gerakan
skala nyeri. Q: seperti ada yang
menekan
R: di tangan kanan
dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 3,
intermitten
T: kurang lebih 15
menit
Do : muka klien
terlihat datar,
program op besok
pagi
12:30 3 Member kompres DS: klien ‘imah
dingin mengatakan mau
dilakukan kompres
dingin.
DO : tampak klien
mengikuti proses
kompres dingin
13:00 3 Mengobservasi Ds : klien ‘imah
nyeri setelah mengatakan nyerinya
sedikit berkurang
dilakukan kompres P : patah tulang dan
dingin saat tangan kanan
mendapat gerakan
Q: seperti ada yang
menekan
R: di tangan kanan
dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 3,
intermitten
T: kurang lebih 10
menit
Do: klien tampak
lebih tenang
14:00 2 Menganjurkan DS: klien ‘imah
klien untuk berlatih mengatakan akan
secara aktif dan terus berlatih agar
pasif cepat sembuh.
DO: Klien tampak
mulai mencoba
menggerakan jari
tanganya secara
perlahan.
20:00 1,2,3 Menganjurkan DS: klien ‘imah
klien untuk banyak mengatakan iya mau
istirahat. istirathat.
DO: tampak ruangan
klien sepi dan
tenang.
18-9-19 07:00 1,2,3 Melaksanakan DS: klien mau ‘imah
advis dokter minum obat
DO: klien minum
memberi obat oral
obat
asam mefenamat
07:30 1,2,3 Mengobservasi DS: klien ‘imah
tidur klien mengatakan tadi
malem bisa tidur
DO: tampak muka
klien segar
08:00 3 Mengobsevasi Ds : klien ‘imah
penyebab nyeri : mengatakan nyeri
P : patah tulang dan
lokasi, intensitas,
saat tangan kanan
lamanya nyeri,
mendapat gerakan
skala nyeri
Q: seperti ada yang
menekan
R: di tangan kanan
dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 3,
intermitten
T: kurang lebih 10
menit
Do : muka klien
terlihat tegang
karena mau di
operasi
09:00 2 Menganjurkan DS: klien ‘imah
klien banyak mengatakan ,asih
berlatih sakit untuk bergerak
DO: klien tampak
mengangkat tangan
kanan secara
perlahan
12:00 1,2,3 Mengobservasi 1. DS: klien ‘imah
TTV mengatakan seger
DO: 120/80
mmHg, nadi : 78
x /menit suhu :
370C, respirasi :
20 x/menit.

13:00 3 Menganjurkan DS: keluarga klien ‘imah


keluarga klien agar mengatakan iya
selalu mengontrol mengerti
lingkungan agar DO: tampak keluarga
tetap bersih dan klien merapikan
nyaman tempat tidur klien
14:00 1,2,3 Menganjurkan DS: klien ‘imah
klien untuk mengatakan iya mau
melakukan teknik melakukan relaksasi
DO: tampak klien
relaksasi ketika
relaksasi ketika
nyeri timbul
menggerakan
tanganya

F. CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/hari Jam Dx Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf


Senin, 14:00 1 S:
16-9-19 Pasien mengatakan pusing.
O:
Tekanan darah pasien rendah <100
mmHg
Terdapat nyeri tekan
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Perawatan sirkulasi
2. Kaji sirkulasi perifer
3. Evaluasi nadi perifer dan edema
4. Inspeksi kulit adanya luka
5. Ubah posisi 2 jam sekali
6. Monitor H
7. Monitor tanda vita
8. Manajemen cairan
9. Catat intake dan output
10. Monitor status hidras
11. Monitor status nutrisi
14:00 2 S:
Pasien mengatakan cemas karna
terdapat tulangnya yang patah
O:
Hasil rontgen
Fraktur radius dextra 1/3 tengah
transvisi
Fraktur ulna dextra 1/3 tengah obliq
Fraktur basis matecarpal V radius dextra
Leukosit 13.2 10^3/uL
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kontrol infeksi
2. Pencegahan infeksi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Monitor hasil lab
5. Ajarkan pasien tentang tanda-tanda
infeksi
14:00 3 S: klien mengatakan nyeri ‘imah
P: patah tulang dan saat tangan kanan
mendapat gerakan
Q: seperti ada yang menekan
R: di tangan kanan dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 4, intermitten
T: kurang lebih 15 menit
O: muka klien terlihat datar
Hasil rontgen
1. Fraktur radius dextra 1/3 tengah
transvisi
2. Fraktur ulna dextra 1/3 tengah
obliq
3. Fraktur basis matecarpal V radius
dextra
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Pertahankan imobilisasi pada
bagian yang patah.
2. Observasi TTV
3. Anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi bila nyeri datang.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik

Selasa, 14:00 1 S:
17/09/2019 Pasien mengatakan sudah tidak begitu
pusing
O:
Tekanan darah 130/80 mmHg
Terdapat nyeri tekan
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Perawatan sirkulasi
2. Kaji sirkulasi perifer
3. Evaluasi nadi perifer dan edema
4. Inspeksi kulit adanya luka
5. Ubah posisi 2 jam sekali
6. Monitor H
7. Monitor tanda vita
8. Manajemen cairan
9. Catat intake dan output
10. Monitor status hidras
11. Monitor status nutrisi
14:00 2 S:
Pasien mengatakan cemas karna
terdapat tulangnya yang patah
O:
Hasil rontgen
Fraktur radius dextra 1/3 tengah
transvisi
Fraktur ulna dextra 1/3 tengah obliq
Fraktur basis matecarpal V radius dextra
Leukosit 13.2 10^3/uL
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kontrol infeksi
2. Pencegahan infeksi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Monitor hasil la
5. Ajarkan pasien tentang tanda-tanda
infeksi
14:00 3 S: klien mengatakan nyerinya sedikit ‘imah
berkurang
P : patah tulang dan saat tangan kanan
mendapat gerakan
Q: seperti ada yang menekan
R: di tangan kanan dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 3, intermitten
T: kurang lebih 10 menit
O: klien tampak lebih tenang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Pertahankan imobilisasi pada
bagian yang patah.
2. Observasi TTV
3. Anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi bila nyeri datang.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik
5. Usul program pemasangan ORIF

Rabu, 14:00 1 S:
18-9-2019 Pasien mengatakan pusing.
O:
Tekanan darah pasien rendah <100
mmHg
Terdapat nyeri tekan
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Perawatan sirkulasi
2. Kaji sirkulasi perifer
3. Evaluasi nadi perifer dan edema
4. Inspeksi kulit adanya luka
5. Ubah posisi 2 jam sekali
6. Monitor H
7. Monitor tanda vita
8. Manajemen cairan
9. Catat intake dan output
10. Monitor status hidras
11. Monitor status nutrisi
14:00 2 S:
Pasien mengatakan cemas karna
terdapat tulangnya yang patah
O:
Hasil rontgen
Fraktur radius dextra 1/3 tengah
transvisi
Fraktur ulna dextra 1/3 tengah obliq
Fraktur basis matecarpal V radius dextra
Leukosit 13.2 10^3/uL
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Kontrol infeksi
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Monitor hasil lab
4. Ajarkan pasien tentang tanda-tanda
infeksi
14:00 3 S: klien mengatakan nyerinya sedikit ‘imah
18-9-2019 berkurang
P : patah tulang dan saat tangan kanan
mendapat gerakan
Q: seperti ada yang menekan
R: di tangan kanan dari ujung jari
sampai lengan atas
S: skala 3, intermitten
T: kurang lebih 10 menit
O: klien tampak lebih tenang
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Pertahankan imobilisasi pada
bagian yang patah.
2. Observasi TTV
3. Anjurkan klien menggunakan
teknik relaksasi bila nyeri datang.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik
5. Telah dilakukan program
pemasangan ORIF

BAB III
PEMBAHASAN

A. ANALISA KASUS
Tn. A usia 34 tahun dirawat ruang Rajawali 2B dengan diagnose
medis Fraktur radius ulna. Pada pemeriksaan fisik didapatkan klien
tampak terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri, TD : 110/50 mmHg ;
Nadi : 89x/menit RR : 26x/menit ; Suhu : 36,9 C , Nilai E4 V5 M6, tidak
ada akumulasi secret dimulut,
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh
trauma atau tenaga fisik. Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada
tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa
terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam
keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut
usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-
tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan
menekan lengan bawah. ,

B. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Tatalaksana non farmakologis
a. Untuk mengatasi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer klien
dapat dilakukan
1) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas,/dingin/tajam/tumpul
2) Intuksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada iai atau
laserasi
3) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
4) Kolaborasi pemberian analgetik
b. Untuk mengatasi resiko infeksi klien dapat dilakukan
1) Kontrol infeksi
2) Pencegahan infeksi
3) Monitor tanda dan gejala infeksi
4) Monitor hasil lab
5) Ajarkan pasien tentang tanda-tanda infeksi
c. Untuk mengatasi nyeri klien dapat dilakukan
1) Kaji nyeri secara komperhensif
2) Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress
3) Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas
denganan bantal
4) Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak
lembut.
5) Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres
6) Berikan obat sesuai indikasi.
2. Tatalaksana farmakologis
a. Infus ringer laktat 20 tpm
b. Pasang spalk
c. Asam mefenamat 500 mg/8 jam peroral
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil tindakan asuhan keperawatan dapat ditarik kesimpulan :
1. Tn. A usia 35 tahun terdiagnosa Fraktur radius ulna
2. Diagnosa yang dapat di munculkan adalah nyeri akut, ketidakefektifan
perfusi perifer dan resiko infeski
3. Setelah dilakukan intervensi kondisi klien semakin membaik

B. SARAN
1. Klien dan keluarga
kepada pasien agar pasien dapat menyadari kondisi penyakit yang
diderita perlunya pengobatan dan terapi suportif lain untuk menjaga
kesehatannya. Menjeleskan kepada keluarga tentang penyakit dan
kondisi pasien sehingga dapat memahami dan memberikan dukungan
secara fisik dan psikis dalam memperbaiki kualitas hidup pasien.
2. Perawat
Diharapkan pemantauan lebih intensif terhadap kondisi pasien yang
semakin menurun
DAFTAR PUSTAKA

Laila (2017) pengaruh terapi kompres air hangat terhadap penurunan skala nyeri
sendi pada wanita lanjut usia di graha werdha maria joseph pontianak dan
graha werdha kasih bapa kabupaten kubu raya
(online) http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmkeperawatanFK/article/downloa
d/26943/75676577575 diakses hari kamis, 15-8-2019 pukul 10:00 WIB

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Nanda. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi
11 Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai