Anda di halaman 1dari 20

Komunikasi Terapeutik Pada Gangguan jiwa dan Strategi Pelaksanaan pada

px gangguan jiwa

Disusun oleh :

Abriel M 18.107 Cici Salsabila 18.116

Adinda Fitri 18.108 Citra Melinda 18.117

Ahmad Zamroni 18.109 Dea Amanda 18.118

Ajeng Shufi 18.110 Elba 18.119

Anne Afifah 18.111 Elis Fitri 18.120

Anisa 18.112 Farhan Nurfahrudin 18.121

Anisa Nurul 18.113 Ghina Irianty 18.122

Aprila Gias 18.114 Hamzan Dwi 18.123

Ayulia 18.115

AKPER RS DUSTIRA CIMAHI

2019
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994).

Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang

terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan

pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).

Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah:

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila

pasien percaya pada hal yang diperlukan;

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif

dan mempertahankan kekuatan egonya;

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja

sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat

berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta

mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

Prinsip-prinsip komunikasi adalah:

1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi

2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik


3. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai

tujuan terapeutik

4. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari

5. Kerahasiaan klien harus dijaga

6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman

7. Implementasi intervensi berdasarkan teori

8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian

tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat

9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya

secara rasional

10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari

perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu

yang sangat menarik klien.

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik

khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang

gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :

1. Penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri,

penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar

(kecuali pasien dengan perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit,

pasien amputasi, pasien pentakit terminal dll).

2. Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan

penderita penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.


3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit

fisik bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar

pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan

terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan

menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta

klien berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien

halusinasi terkadang menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan

dengan aktivitas fisik.

2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement

3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang

bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan

klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan

akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.

4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus

direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan

terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan

pasien lain bisa menjadi korban.


Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen

tersebut adalah:

1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu

seseorang bertahan terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang

seseorang akan melumpuhkan ketahanan psikologisnya, dengan dukungan

dari sahabat, orang - orang terdekat, suami, istri, orang tua maka seseorang

menjadi lebih kuat dalam menghadapi stressor.

2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor

menjadi satu ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka

hasilnya tentu perlaku positif, jika responnya negatif hasilnya adalah

perilaku negatif.

3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi

sombong, jika dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan

mengalami Harga Diri Rendah.

4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia

seharusnya : " saya hanya akan menikah dengan seorang wanita anak

pengusaha" comment tersebut adalah ideal diri tinggi, " saya hanya lulusan

SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal" comment ini adalah ideal diri

rendah.

5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua

kelebihan dan kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya

tersebut satu paket dengan keburukan lain yang menyertai kecantikan

tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka

dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang

buruk.

7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam

psikologis anak.

8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada

saudara kembar peluang nya 50 %.

9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung

munculnya gangguan jiwa.

10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf

pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada

fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.

11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex :

lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan

ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.

12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi

neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat

pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.

Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor

bisa direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa

dapat ditekan sekecil mungkin.


STRATEGI PELAKSANAAN PADA PX GANGGUAN JIWA

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien

a) Data Subjektif (DS)

1. Klien Mengungkapkan keinginan bunuh diri

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan

4. Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari

keluarga

5. Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang

mematikan

6. Mengungkapkan adanya konflik interpersonal

7. Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku kekerasan saat kecil

b). Data Objektif (DO)

1. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( biasanya menjadi

sangat patuh)

2. Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan

penyalahgunaan alkohol)

3. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan

dalam karier)

4. Status perkawinan yang tidak harmonis


2. Diagnosa Keperawatan

Risiko bunuh diri

3. Tujuan Khusus

1. Klien dapat meningkatkan harga dirinya

2. Klien dapat melakukan kegiatan sehari- hari

3. Klien mendapat perlindungan dari lingkungan

4. Tindakan Keperawatan

Memberikan manajemen koping


B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN SP

Prolog:

Disebuah ruang soka rsj Surakarta terdapat pasien gangguan jiwa bernama

tuan T, masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun,

menyendiri, terlihat sedih apabila diajak bicara menjawab “ segala sesuatu

akan lebih baik tanpa saya”. Dan pernah mencoba menyayat- nyayat

tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga berusaha menyingkirkan

benda- benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien dan selalu

memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.

Percakapan

1. Fase Perkenalan

a. Salam terapeutik

P : “ Selamat pagi, Bapak!”

K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien

b. Perkenalan diri perawat dan klien

Perawat : “Perkenalkan, nama saya Nur Izza Afi . Bapak bisa

panggil saya Izzah. Kalau boleh tahu nama bapak siapa?”

K : “heksa “
P : “ Oh, dengan Bapak heksa. Bapak senang dipanggil apa?”

K : “terserah”

P : “Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?”

K : “hm”

c. Menyepakati pertemuan

P : “ Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol

sedikit, ya sekitar … menit, bagaimana?”

K : “hm”

P : “ Mas heksa ingin kita mengobrol dimana?”

K : “ di sini aja”

d. Melengkapi identitas

P : “ Baiklah mas heksa, kami adalah mahasiswa Poltekkes

Keperawatan Surabaya yang bertugas diruangan ini. Kami

perawat yang akan membantu merawat mas. Hari ini sampai 2

hari yang akan datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi

mulai dari jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB nanti.”

K : “hm”
e. Menjelaskan peran perawat dan klien

P : “ Disini saya berperan merawat mas heksa untuk

memberikan solusi agar masalah yang dialami mas heksa

bisa terselesaikan. Supaya beban masalah yang dialami

mas heksa bisa hilang. ”

K : “kamu siapa ? berani-berani nya kamu ikut campur

masalah saya?”

P : “bukan seperti itu maksud kami , mas heksa. Kami hanya

menyelesaikan tugas kami dalam membantu

meringankan beban pasien termasuk mas heksa ini”

K : “ Bukan urusan kamu”

f. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien

P : “Apakah mas heksa tidak ingin ke luar dari tempat ini dan

dapat melakukan aktifitas seperti biasanya?”

K : “iya, pengen”

P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan

menjadi tanggung jawab kami. Dan kami harapkan

bapak juga bertanggung jawab untuk sembuh, supaya

mas heksa dapat melakukan aktifitas seperti biasanya

minimal mas heksa bias mereedam rasa emosinya”

K : “hm”
g. Harapan perawat dan klien

P : “ mas heksa, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang

menjadi harapan mas heksa juga akan menjadi harapan

kami. Karena itu, semua hal yang menjadi keluhan mas

heksa, bisa mas heksa sampaikan kepada kami.”

K : “hm”

h. Kerahasiaan

P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak

keberatan, mas bisa sharing dengan kami tentang segala

permasalahan-permasalahan ataupun keluhan-keluhan

yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama

mencarikan jalan keluarnya dan saya tidak akan

memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk

tahu akan hal itu.”

K : Beneran?

P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.

i. Tujuan Hubungan

P : “ Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik

antara kita. Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan

dapat semaksimal mungkin dan memberikan hasil terbaik

untuk kami dan terutama mas heksa. Bagaimana, mas?”


K : “Ya”

j. Pengkajian keluhan utama

P : “ Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa

yang mas heksa rasakan saat ini?”

K : “saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak

ada gunanya”

P : “ memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin

mati apa mas?”

K : “ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”

P : “lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas

heksa?

K : “hilang, ditelan bumi”

P : “apa mas heksa memberhentikan diri dari pekerjaan mas

heksa?”

K : “dipecat”

P : “Berarti mas dulu bekerja?

K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan

memberi ibu dan adik saya uang

P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh

itu Tuhan yang mengatur. Apa mas percaya akan hal itu? .”

K: “hm”
P: Nah.. bagus kalo mas heksa paham, berarti mas heksa tidak

perlu untuk merasa capek hidup, atau mas heksa meminum

minuman beracun atau berusaha menyayat nyata tangan

mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan masalah mas

heksa, kan nanti badan mas heksa sendiri yang sakit. Iya

tidak ?

K: mmmmmm…. Iya juga sih”

P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan

adiknya?

K: Sayang lah..

P: nah.. kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk

bunuh diri, mas heksa harus semangat terus.. minta dan

berserah diri pada tuhan, dan mas heksa harus yakin dan

berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari

sini dan bisa menyahur hutang ya mas?

K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya

uang”

P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh

tau mas heksa hobinya apa?

K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung”

P: “oooh iya iya… naah boleh itu mas dijadikan sampingan,

kalau mas heksa sudah merasa lelah atau stresss mas heksa

bisa main bola.. atau mengobrol sama teman teman.


K : “gitu?”

P : “iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang”

K : “ya”

« Kontrak yang akan datang

P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit.

Besok kita bisa mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?

K : “hm”

Waktu

P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?”

K : “terserah”

P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami

akan ke sini di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”

P : “ya”

Tempat

P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”

K : “sini”

P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “

Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas

waktunya mas heksa. Kami permisi dulu. Kami akan

kembali besok di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB dan

di tempat ini ya
K : “hm”

2. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

P : “ Selamat pagi, mas heksa!”

K : “pagi”

b. Validasi data

P : “ Bagaimana perasaan mas heksa sejak kemarin setelah kita

bertemu?”

K : .”fine”

P : “ apakah perasaan mas heksa lebih tenang?”

K : .”iya, lumayan lah”

c. Mengingatkan kontrak Topik

P : “ Bagaimana mas, apakah masih ingat dengan kegiatan

yang kita rencanakan kemarin?”

K : “ingat” Waktu

P : “ Apakah mas heksa masih ingat pukul berapa kegiatan

yang kita rencanakan dimulai?”

K : “09:30 WIB”

Tempat

P : “ Dan dimana kita akan melakukannya mas, mas heksa

masih ingat?”
K : “di sini”

P : “ Wah, tampaknya mas heksa bersemangat sekali.”

K : “ya dongssssss”

3. Fase Kerja

P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan?

K: Sudah..

P: Gimana rasanya enak ?

K: Enak..

P: Gimana dengan keluarga dirumah?

K: Baik, tadi sudah kesini

P: Terus tadi ngapain aja?

K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang

P: Berarti sudah baikan dong?

K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab

saya pada keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya,

kalau saya tidak bekerja, saya makan apa sus?

P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu

Allah itu sudah mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal mas

heksa untuk berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat

saya kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi mas

heksa main computer ya?

K: Iya kenapa emang?


P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa

K: Gimana caranya?

P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan.

Kaya jual baju, peralatan bola atau mungkin mas heksa

punya ide yang lain boleh dicoba.

K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?

P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita

bisa sharing

K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak

tenang sehingga saya ingin bunuh diri

P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di

sharing ke keluarga, sahabat, atau teman mas. Nanti kalau

bunuh diri kasian keluarganya, nanti keluarga mas malah

terlantar.

K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan

saya sebelumnya.

P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa

tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

4. Fase Terminasi

Salam terapeutik

P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke

kami dan masalah mas heksa sudah terselesaikan, kami


permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya, dan kalau

mas heksa perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya

diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat pulang

dan beraktifitas ” “ Selamat pagi, mas!”

K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi

juga sus”
DAFTAR PUSTAKA

http://komterpadakliengangguanjiwabisri.blogspot.co.id/

https://www.academia.edu/5112195/KOMUNIKASI_TERAPEUTIK_PA

DA_GANGGUAN_JIWA

Anda mungkin juga menyukai