PENDAHULUAN
Pengertian
Sebelum berbicara lebih jauh mengenai bagaimana e‐library apabila dihubungkan dengan studi
di perguruan tinggi, maka alangkah lebih baik kita pahami bersama dahulu pengertian e‐library
berdasarkan sumber referensi.
Perpustakaan elektronik adalah “suatu koleksi informasi yang disimpan dan diakses
secara elektronik” – Majalah ACM Crossroads (Indonetasia.com)
Electronic Library (E‐Library) is “Physical site and/or website that provides 24‐hour
online access to digitized audio, video, and written material.”
(BusinessDirectory.Com)”
Digital library is “Collection of digitized (see digitization) documents, images, and
sounds that can be accessed and read by the use of computers.”
(BusinessDirectory.Com)
Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa penggunaan istilah E‐Library atau ELibrary yang awalnya
berarti “Perpustakaan Elektronik” telah ‘bergeser’ pemahamannya ke dalam apa yang sebetulnya
dipahami sebagai “Perpustakaan Digital’. Karena ketika kita berbicara masalah e‐library nantinya akan
selalu dihubungkan dengan e‐journal, e‐book, e‐paper dan sebagainya yang diakses secara online
menggunakan komputer, atau tidak lagi berbicara masalah penggunaan ‘media elektronis’ yang
sebelumnya digunakan seperti microfilm atau video/audio tape dalam ‘perpustakaan elektronik’. Hal ini
sesuai juga dengan apa yang disampaikan oleh Romi Satria Wahono yang dikutip oleh Winy Purtini
yakni:
1
Makalah disampaikan dalam Talkshow E‐Library STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA, 2 April 2010.
2
Pustakawan Universitas Gadjah Mada, E‐mail: arif@gadjahmada.edu Web: http://arifs.staff.ugm.ac.id
Namun pada paparan ke depan, tetap akan coba diterangkan bagaimana sebetulnya perkembangan
konsep perpustakaan apabila dikaitkan dengan definisi di atas.
Latar Belakang
Perpustakaan Elektronik atau Electronic Library (E‐Library) sebetulnya sudah berkembang sejak
lama, yakni sejak keberadaan teknologi informasi elektronik berkembang melalui perangkat seperti
microfilm, video tape, audio tape, dan perangkat multimedia sejenis. Kemudian seiring dengan semakin
perkembangan teknologi informasi komunikasi dan media terutama komputer melalui jaringan local
(LAN) dan Internet, maka ‘contents’ dari perpustakaan elektronikpun berkembang semisal dengan
menggunakan media Compact Disc atau Laser Disc yang mampu menyimpan data‐data digital, dan
database elektronik. Perkembangan ini juga membawa dampak kepada bagaimana cara orang
mengakses informasi melalui berbagai media ini. Awalnya orang bisa mengakses informasi elektronik
dengan menggunakan media seperti micro film dan video/audio tape, kemudian berkembang melalui
media compact disc dan atau laser disc (offline maupun local‐online), kemudian berkembang lagi
melalui media jaringan computer secara online (local‐online dan public‐online/global‐online), dan
terakhir berkembang lagi melalui media perangkat gadget seperti Mobile phone, Ipods, PDA’s, Blackberry,
dsbnya.
Nah ke depan perpustakaan (juga pustakawan) harus mampu menyajikan informasi yang
disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini. Disisi lain, user atau pengguna
perpustakaan (pemustaka) juga harus mampu memanfaatkan segala macam fasilitas yang tersedia di
perpustakaan yang tersedia secara offline maupun online. Sehingga wajib hukumnya bagi pustakawan
dan pemustaka untuk menguasai misalnya bagaimana menemukan informasi dalam bentuk jurnal
elektronik, buku elektronik, audio elektronik, database elektronik, dsbnya.
Apalagi dalam lingkungan perguruan tinggi, maka mau tidak mau pustakawan dan pemustaka
harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini.
Pustakawan harus mampu memberikan pelayanan berbasis teknologi informasi kepada pemustaka
melalui fasilitas dalam perpustakaan elektronik/digital , dan pemustaka (mahasiswa, dosen, karyawan)
juga harus mampu melihat peluang dalam memanfaatkan apa yang tersedia di perpustakaan
elektronik/digital ini untuk kesuksesan belajar mengajar dan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi,
terutama terkait dengan belajar mandiri bagi mahasiswa.
PERUBAHAN PARADIGMA PERPUSTAKAAN
Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perpustakaan dan pusat
informasi juga mengalami pergeseran paradigma terutama terkait dengan sumber‐sumber informasinya,
layanannya, dan orientasi penggunanya, serta tanggungjawab staf/pekerja dalam layanan dan sistem di
dalamnya. Menurut Stuert (2002), saat ini pergeseran paradigma informasi yang berakibat pada
perubahan pola kerja dan orientasi institusi yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti
perpustakaan dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
WAREHOUSE SUPERMARKET
Users
WAIT FOR USERS PROMOTE USE
STAFF AUTHORITY USER EMPOWERMENT
Bagan di atas menekankan pada tiga hal fundamental dalam sebuah institusi perpustakaan atau pusat
informasi yakni:
Ada perubahan dan pergeseran dalam pemanfaatan sumber daya. Apabila pada awalnya
sumber daya hanya dimiliki dan dimanfaatkan sendiri dan media yang digunakan sangat terbatas,
maka pada saat ini sumber daya harus dipikirkan untuk dapat di‐sharing dalam wadah yang lebih
luas dan berorientasi pada pemanfaatan multiple media atau berbagai ragam media. Hal ini penting
karena ada keterbatasan pada tiap‐tiap organisasi/institusi perpustakaan dalam menyediakan
sumber dayanya. Untuk itu mau tidak mau perpustakaan harus dapat meningkatkan kerjasama baik
melalui forum‐forum kerjasama maupun hubungan secara langsung. Hal lain tentunya
perpustakaan harus dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang memudahkan
perpustakaan untuk melakukan sharing informasi ini, dan disinilah peran perpustakaan elektronik,
digital dan virtual berada.
b. Services / Layanan
Pelayanan tidak lagi hanya hanya berorientasi pada pelayanan di dalam saja (internal) tetapi
harus mempunyai pandangan yang lebih universal bagi akses informasi, kolaborasi, dan sharing
sumberdaya dan layanan. Selain itu kemudahan akses bagi pengguna/pemustaka juga menjadi
perhatian penting. Nah, melalui perpustakaan elektronik, digital dan virtual hal ini tentunya akan
menjadi lebih mudah.
c. Users / Pengguna
Apalagi dengan adanya perkembangan web 2.0 saat ini, maka perpustakaan juga harus
mampu memberikan fasilitas yang memungkinkan interaksi lebih antara Perpustakaan (dan
pustakawan) dengan pengguna/pemustakanya. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah
berbagai fasilitas online yang akan memudahkan partisipasi pengguna/pemustaka dalam
mengembangkan perpustakaan seperti melalui blogging, social networking, tagging, podcast, dan
lain sebagainya.
Untuk itu perpustakaan, khususnya perpustakaan perguruan tinggi ke depannya harus dapat
pula menjawab tantangan bagi perubahan paradigma di atas. Hal ini penting agar perpustakaan
perguruan tinggi selalu dapat mengikuti perubahan‐perubahan di dunia ilmu pengetahuan yang
kadangkala tidak dapat diprediksi, dihentikan dan dikontrol.
PERKEMBANGAN KONSEP PERPUSTAKAAN
Perubahan paradigma di atas juga membawa perubahan pada perpustakaan itu sendiri, baik
dari segi bentuk maupun cara pelayanannya. Dimulai dengan perpustakaan ‘biasa’ atau perpustakaan
‘tradisional’, perpustakaan elektronik, perpustakaan maya, perpustakaan digital dan perpustakaan
hibrida. Namun seringkali istilah‐istilah tersebut cukup membingungkan bagi sebagian orang, apalagi
melihat ‘tumpang‐tindih’ yang sering terjadi terhadap pemahaman berbagai jenis konsep perpustakaan
tersebut seiring dengan perkembangan jaman. Rolands dan Bawden (1999) seperti yang dikutip oleh
Pendit (2008) memberikan gambaran yang cukup gamplang mengenai berbagai konsep perpustakaan
tersebut, terutama untuk menjawab kebingungan sebagian orang.
Gedung, lokasi fisik, Gedung, lokasi PERPUSTAKAAN Dengan atau tanpa Tanpa lokasi fisik,
koleksi tercetak, fisik, koleksi HIBRIDA lokasi fisik, koleksi koleksi digital, ruang
ruangan baca, meja tercetak dan digital, ruang dan dan referensi maya
referensi, dan elektronik, Gedung, lokasi fisik referensi maya
sebagainya ruangan baca, + internet, koleksi
Berbicara masalah perpustakaan elektronik dan atau digital, tentu tidak akan terlepas dari
pembicaraan mengenai sumber informasi elektronik dan digital. Dan ketika berbicara menengai sumber
informasi elektronik atau digital maka sebenarnya kita juga berbicara masalah teknologi, media dan cara
menggunakan atau mengaksesnya. Dari segi teknologi maka akan dikenal teknologi elektronis dan digital,
dari segi media juga akan ada media fisik dan media virtual, dari segi cara menggunakannya juga ada yang
secara offline dan juga online.
1. Koleksi Audio‐Visual atau Pandang‐dengar atau yang dikenal sebagai koleksi multimedia.
Koleksi ini banyak ditemukan ketika pertama kami konsep perpustakaan elektronik
dikembangkan. Koleksinya contohnya berupa koleksi kaset video, kaset audio, floppy disk, dan
atau koleksi micro
2. Koleksi Audio‐Visual berbasis cakram optic seperti VCD, Laser Disc, dll. Koleksi ini juga banyak
dipakai ketika konsep perpustakaan elektronik dikembangkan, hanya lebih ‘modern’ di banding
yang pertama
3. Koleksi Interaktif untuk pembelajaran (CD atau DVD Interaktif). Koleksi ini juga banyak
ditemukan dalam perpustakaan elektronik, terutama untuk mendukung pembelajaran yang
bersifat interaktif. Artinya ‘pengguna’ dapat terlibat dalam proses pembelajaran yang ada di
dalamnya.
4. Koleksi E‐Journal atau E‐book dalam format cakram optic maupun online access (internet).
Koleksi yang berkembang cukup pesat dan tersedia baik dalam perpustakaan elektronik maupun
perpustakaan digital. Bisa diakses secara offline melalui computer stand‐alone maupun online
melalui sebuah jaringan intranet maupun internet.
5. Koleksi E‐Databases (kumpulan e‐journal, e‐book, e‐proceeding, dll). Koleksi yang memberikan
kesempatan kepada pengguna untuk menemukan berbagai sumber informasi elektronik dalam
satu buah database. Contohnya Ebsco, Proquest, dll.
6. Search Engines , Situs Web, Fitur Internet Lainnya. Merupakan sumber informasi online yang
banyak digunakan untuk menemukan berbagai informasi dalam format digital.
Keberagaman jenis sumber informasi elektronik dan digital itu sebetulnya memberikan
kemudahan dan memanjakan pengguna dalam memilih sumber informasi yang diperlukan dalam proses
studi, belajar dan atau penelitian. Fasilitas sumber informasi elektronik/digital ini lah yang memungkinkan
mahasiswa atau pemustaka dalam melakukan belajar mandiri.
Belajar Mandiri sebenarnya merupakan proses belajar yang menekankan pada inisiatif dan
kreatifitas, baik secara individual maupun kelompok. Artinya belajar mandiri bukan saja belajar sendiri
akan tetapi dapat juga dengan bantuan orang lain. Mahasiswa harus tahu kapan harus melakukan sendiri
dan kapan membutuhkan orang lain. Terkait dengan perpustakaan proses bantuan dalam belajar mandiri
dapat dilakukan dengan dukungan koleksi perpustakaan seperti kamus, ensiklopedi, buku, dan sumber‐
sumber informasi lain. Hal lain yang cukup penting adalah kemampuan mahasiswa untuk melakukan
identifikasi terhadap sumber‐sumber informasi yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Proses
ini dapat dilakukan sendiri maupun dengan bantuan para pengajar atau dosen yang memberikan tugas
dengan didasarkan pada sumber‐sumber informasi tertentu yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Hal lain adalah sumber yang tersedia secara online dan ‘terbuka’ akibat proses sharing yang
‘otomatis’ ada dalam perpustakaan elektronik/digital jelas sangat mempermudah mahasiswa dalam
menemukan sumber belajarnya. Bahkan proses perkuliahan pun tidak harus dari dosen yang ‘belajar’
dan kemudian menyampaikan di kelas, tetapi bisa jadi dimulai dari mahasiswa yang mengangkat
masalah tertentu dari sumber informasi elektronik yang diperoleh melalui penelusuran di perpustakaan.
Artinya antara dosen dan mahasiswa mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh
‘pengetahuan’ yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Apalagi dengan banyaknya sumber
informasi elektronik seperti jurnal elektronik, buku elektronik, makalah elektronik dan database elektronik
yang disediakan oleh perpustakaan, kesempatan itu menjadi semakin terbuka. Walhasil, belajar
mandiri untuk saat ini adalah sesuatu yang ‘menyenangkan’ dan sangat mungkin untuk dilakukan oleh
mahasiswa tanpa kawatir kekurangan sumber informasi.
Namun demikian, pertanyaan selanjutnya adalah mampu dan maukah mahasiswa dan sivitas
akademika memanfaatkan semua yang tersedia melalui perpustakaan elektronik ini dalam mendukung
proses belajar mengajar di perguruan tinggi? Mari kita lihat dan cermati di lingkungan kita masing‐
masing!
Hal penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah perpustakaan termasuk
didalamnya perpustakaan elektronik, digital, dan virtual adalah adanya proses temu kembali informasi,
dimana secara spesifik juga akan menyangkut penelusuran informasi. Menurut Sulistyo‐Basuki
(Surachman, Arif, 2009) Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan
kebutuhan pemakai. “Temu balik informasi” merupakan istilah generik yang mengacu pada temu balik
dokumen atau sumber atau data dari fakta yang dimiliki unit informasi atau perpustakan. Sedangkan
penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat
penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan / unit informasi.
Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan
informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan informasi
yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan bagaimana
memberikan “jalan” kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki. Proses
penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau informasi yang
relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan menghasilkan informasi yang
tepat pula.
Terkait dengan perpustakaan elektronik/digital, maka dikenal adanya penelusuran informasi
digital atau elektronik. Yakni satu metode penelusuran informasi yang menggunakan teknologi informasi
dan komputer terutama untuk keperluan penelusuran koleksi atau sumber‐sumber informasi yang
berupa file elektronik atau digital. Sehingga pada penelusuran informasi digital atau elektronik ini, apa
yang dicari dan alat yang digunakan untuk dicaripun sama‐sama merupakan hasil dari sebuah
pengembangan teknologi informasi dan komputer yang berupa digital atau elektronik.
Sumber‐sumber digital sendiri sebetulnya sangat beragam, akan tetapi setidaknya ada beberapa
yang mungkin sering digunakan oleh para praktisi dan akademisi yakni:
c) E‐Book
E‐book atau buku elektronik merupakan satu sumber digital atau elektronik yang dapat digunakan
oleh pengguna yang ingin mendapatkan informasi dari sebuah buku yang dikemas dalam format
elektronik atau digital. Pengguna dapat melakukan penelusuran sekaligus membaca bahkan
mendownload file buku elektronik yang tersedia di banyak situs di internet. Buku elektronik ini bisa
berasal dari buku tercetak yang dielektronikan atau didigitalkan, atau bisa juga hanya terbit dalam
versi digital/elektronik. Beberapa contoh e‐book diantaranya dapat ditemukan di Virginia’s E‐Book
Library (http://etext.virginia.edu/ebooks/ebooklist.html), Project Gutenberg
(http://www.gutenberg.org), Google E‐Book (http://print.google.com) , dan masih banyak lagi.
d) E‐Publications
E‐Publications atau publikasi elektronik merupakan sumber informasi digital yang diterbitkan oleh
berbagai institusi atau penerbit atau organisasi atau bahkan perorangan baik yang bersifat ilmiah atau
tidak. Bentuknya dapat apapun seperti e‐news, e‐newspaper, e‐bulletine, e‐gallery dan sebagainya.
Contoh publikasi yang dapat ditemukan di internet adalah The Jakarta Post
(http://www.thejakartapost.com), World Newspaper Index (http://www.newspaperindex.com),
Online Dictionary for Library and Information Science (http://lu.com/odlis) , Wikipedia Free
Encyclopedia (http://www.wikipedia.com), Proceeding of the National Academy Sciences
(http://www.pnas.org), dan lain sebagainya.
e) Online Database
Online Database atau Basis Data Online merupakan sumber informasi digital/elektronik yang berisi
berbagai macam jenis informasi digital seperti e‐journal, e‐book, e‐proceeding, e‐articles, abstracts,
images, dan publikasi lainnya yang dapat diakses dari satu situs web atau pangkalan data elektronik.
Basis data ini seringkali mengalami distorsi pengertian dengan e‐journal, hal ini dikarenakan
memang sebagian besar informasi yang ada di dalamnya berupa jurnal elektronik. Namun perlu
ditekankan bahwa basis data online (database online) ‘berbeda’ dengan jurnal online.
Database online ini kebanyakan merupakan layanan berbayar atau berlangganan tapi ada pula yang
tidak alias gratis. Beberapa contoh database online yang saat ini banyak digunakan oleh berbagai
perguruan tinggi dan lembaga adalah Ebscohost (http://search.ebscohost.com), Proquest
(http://proquest.umi.com/login), ScienceDirect (http://www.sciencedirect.com), Emerald
(http://www.emeraldinsight.com), WestLaw (http://westlaw.com), dan lain sebagainya.
Secara garis besar tiap‐tiap database biasanya mempunyai keunikan dan spesialisasi dalam bidang
ilmu tertentu. Akan tetapi kadang beberapa database juga merupakan database yang sifatnya
general sehingga kadang akan ditemukan beberapa overleaping antara satu database dengan
database lainnya. Atau dengan kata lain, ada beberapa sumber informasi digital yang dapat ditemukan
dalam berbagai database online yang tersedia.
Dalam hal teknik penelusuran, pada prinsipnya antara satu database dengan database yang lain,
biasanya mempunyai metode pencarian yang sama. Artinya tidak akan berbeda jauh walaupun
mungkin hanya berbeda istilah. Sehingga yang perlu dipelajari dalam sebuah penelusuran melalui
media online atau elektronik adalah metode yang biasa digunakan dalam penelusuran online,
seperti penggunaan tanda wildcard, penggunaan truncation, penggunaan Boolean, dan sebagainya.
Jadi mau anda akan menggunakan akses melalui Database Ebsco, Proquest, Jstor, ScienceDirect,
IEEE, Westlaw, Scopus maupun jenis database lainnya, maka anda hanya perlu memahami satu
metode penelusuran saja, yang lainnya anda tinggal menyesuaikan.
a. Search Engine & Meta‐Search Engine (piranti pencari). Beberapa search engines dan atau meta
search engines yang terkenal dan banyak digunakan oleh para netter (istilah untuk para pengguna
internet) adalah Google.Com; Altavista.Com; Lycos.com; Msn.com; Dogpile.com; dan lain
sebagainya
b. Subject Directories (direktori atau folder dengan topic‐topik tertentu). Beberapa contoh dari
subject directory ini adalah Librarians Index to the Internet (http://www.lii.org), Yahoo
(http://www.yahoo.com), About (http://home.about.com), Academic Info
(http://academicinfo.net), Infomine (http://infomine.ucr.edu/main.html), dan lain sebagainya.
c. Newsgroups dan Mailing‐List (komunitas atau kelompok diskusi via email). Keduanya sangat
potensial juga untuk digunakan dalam penelusuran informasi digital atau elektronik. Paling tidak
interaksi diskusi yang dilakukan melalui keduanya dapat memberikan keuntungan apabila kita
membutuhkan informasi tertentu yang bisa jadi dimiliki oleh anggota lain dalam kelompok diskusi
tersebut.
PENULISAN DALAM WEBLIOGRAFI
Dalam dunia penulisan kita mengenai bibliografi atau daftar pustaka atau mungkin sitasi.
Penulisan bibliografi, daftar pustaka atau sitasi ini biasanya sudah mempunyai aturan tersendiri. Bahkan
kadang antara satu institusi dan institusi lain berbeda dalam penerapan bagaimana penulisan bibliografi
atau daftar pustaka, termasuk di dalamnya bagaimana mensitasi. Bentuk atau asal sumber informasi
tersebut juga mempengaruhi bagaimana penulisan bibliografi, daftar pustaka dan atau sitasinya. Nah,
khusus untuk penulisan bibliografi, daftar pustaka dan atau sitasi yang sumbernya berasal dari webpun
ada tata caranya tersendiri, dan ini dikenal sebagai Webliografi.
Sepertinya halnya penulisan sitasi atau bibliografi pada umumnya, webliografi ini juga mempunyai
tipe atau jenis atau tata cara penulisannya sendiri‐sendiri. Dalam situs web atau website Long Island
University, disebutkan setidaknya ada 5 jenis cara penulisan sitasi atau bibliografi atau referensi yakni:
1. APA Styles (American Psychological Association) biasanya digunakan untuk bidang psikologi,
pendidikan dan ilmu social lainnya
2. MLS Styles biasanya digunakan untuk bidang Sastra, Seni dan Humaniora
3. AMA Styles biasanya digunakan untuk bidang kedokteran, kesehatan dan biologi.
4. Turabian Styles biasanya digunakan mahasiswa akademi dari semua bidang subjek
5. Chicago Styles biasanya digunakan untuk semua subjek hanya untuk karya‐karya tidak ilmiah
Berikut ini adalah contoh untuk penulisan Webliografi dengan menggunakan AMA Styles untuk
bidang kedokteran, kesehatan dan biologi (seperti dicontohkan dalam situs Long Island Universty):
Fuss-Reineck M. Sibling Communication in Star Trek: The Next Generation: Conflicts Between
Brothers. Miami, Fla: Annual Meeting of the Speech Communication Association; 1993. ERIC
Document Reproduction Service ED364932
Untuk penulisan Bibliografi yang diambil Website
Lynch T. DSN trials and tribble-ations review. Psi Phi: Bradley's Science Fiction Club Web site.
1996. Tersedia pada http://www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.htm. Diakses 8
Oktober 1997.
Untuk penulisan Bibliografi yang diambil Artikel Jurnal di Internet
McCoy LH. Respiratory changes in Vulcans during pon farr. J Extr Med [serial online].
1999;47:237-247. Tersedia pada http://infotrac.galegroup.com/itweb/nysl_li_liu. Diakses 7 April
1999.
Sedangkan berikut ini adalah contoh dengan menggunakan Turabian Styles untuk berbagai bidang:
Fuss-Reineck, Marilyn. 1993. Sibling communication in Star trek: The next generation: Conflicts
between brothers. Miami, FL: Speech Communication Assocation. ERIC, ED 364 932.
Untuk penulisan Bibliografi yang diambil dari Website
Lynch, Tim. 1996. DS9 trials and tribble-ations review. Peoria, IL: Bradley University. On-line.
Tersedia dari Internet, http:// www.bradley.edu/campusorg/psiphi/DS9/ep/503r.html, diakses
8 Oktober 1997.
Kadang untuk penulisan bibliografi atau sitasi juga tergantung pada bagaimana kecocokan orang
dalam menggunakan jenis atau tipe penulisannya. Untuk itu tidak ada salahnya dalam penulisan sitasi
atau bibliografi mengacu pada panduan atau instruksi yang disampaikan oleh Institusi, dosen pembimbing
atau redaksi dari sebuah terbitan (apabila ingin diterbitkan).
PENUTUP
Paparan di atas sebetulnya hanya merupakan pengantar bagi kita untuk lebih memahami
bagaimana kita dapat memanfaatkan sumber‐sumber elektronik/digital yang ada di perpustakaan
dengan lebih baik. Setidaknya nantinya akan ada kesadaran bagi kita terutama sivitas akademika di
perguruan tinggi untuk semaksimal mungkin memanfaatkan sumber elektronik/digital tersebut dalam
proses belajar mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Keberhasilan sebuah perpustakaan adalah manakala sumber informasi yang disediakan dapat
dipergunakan secara maksimal oleh para pemustaka. Sehingga investasi yang sudah dilakukan untuk
‘membangun’ sebuah perpustakaan elektronik/digital tidak sia‐sia. Hal ini terkait bahwa pengadaan
sumber elektronik apalagi yang bersifat llmiah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai contoh,
untuk berlangganan satu buah database misal Ebsco untuk satu buah institusi dalam satu tahun nilainya
bisa lebih dari 100 juta, sehingga apabila berlangganan lebih dari satu bisa jadi dana yang dibutuhkan
akan semakin besar. Nah, sehingga masalah utilitas atau keterpakaian menjadi hal WAJIB dan HARUS.
Atau dengan kata lain bahwa keberhasilan perpustakaan elektronik membutuhkan kerjasama dari
pemustaka dalam hal pemanfaatannya. Pertanyaan selanjutnya, sudahkah kita mau dan mampu
menggunakan sumber‐sumber elektronik yang tersedia? Karena yakinlah bahwa perpustakaan
elektronik/digital merupakan sarana ‘terbaik’ untuk belajar mandiri, dan melengkapi berbagai
pengetahuan yang mungkin tidak kita dapatkan dalam proses belajar mengajar ‘konvensional’.
DAFTAR PUSTAKA
Delaney, Robert. (2010). Citation Style for Research Paper. Long Island University. Diakses tanggal 25
Maret 2010 dari http://www.liu.edu/CWIS/CWP/library/workshop/citation.htm
Digital Library Definition. (2010). Di Business Directory. Diakses tanggal 26 Maret 2010 dari
http://BusinessDirectory.com
Electronic Library Definition. (2010). Di Business Directory. Diakses tanggal 26 Maret 2010 dari
http://BusinessDirectory.com
Pendit, Putu Laxman. (2008). Perpustakaan Digital: sejarah, perkembangan, konsep dan model dasar.
Makalah dalam Executive Workshop in Digital Libraries, Universitas Bina Nusantara, Jakarta. 28‐
29 Juli 2008.
Purtini, Winy. (2007). Digital Library. Materi dalam Pelatihan UNPAD. Diakses tanggal 26 Maret 2010
dari http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/materi‐depag07/pelatihan‐unpad/Digital
library.doc.
Stuert, Robert D. and Barbara B. Moran. (2002). Library and Information Center Management”. 6th
edition. Greenwood Village, Colorado: Libraries Unlimited.
Surachman, Arif. (2009). Penelusuran Informasi Konvensional dan Digital. Materi dalam Pelatihan
PUSDOKINFO Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Periode tahun 2009.