Oleh:
Ahmad Nur Fithrotul Huda, Rabiman
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
E-mail: al.huda141@yahoo.com & rabimanust@yahoo.com
ABSTRACT
The objectives of this study were to describe (1) the use of jigsaw could improve learning
activeness and (2) the use of jigsaw could improve learning achievement of steer system. This study
was an action research. Data collection techniques used test and observation. Data analysis techniques
used descriptive and quantitative analysis. This study shows that (1) the use of jigsaw could improve
learning activeness. The learning activeness of cycle I was in low category, cycle II was in high
category, and cycle III was in very high category. (2) The use of jigsaw could improve learning
achievement of steer system. The improvement could be seen from the average score of pre cycle was
66.5, cycle I was 71.5, cycle II was 74.5, and cycle III was 89.5.
!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 1
!
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran meningkatkan keaktifan belajar sistem
adalah model ceramah. Penggunaan model kemudi siswa kelas XII Program
ceramah dalam proses pembelajaran dihitung Keahlian TKR di SMK Perindustrian
kurang melibatkan siswa dalam kegiatan Yogyakarta?
belajar mengajar dan siswa cenderung menjadi 2. Apakah penerapan model pembelajaran
pasif. Model ceramah membuat kegiatan kooperatif tipe jigsaw dapat
pembelajaran terlihat monoton karena guru meningkatkan hasil belajar sistem
hanya menjelaskan materi, sedangkan siswa kemudi siswa kelas XII Program
hanya mendengar dan mencatat materi Keahlian TKR di SMK Perindustrian
tersebut. Yogyakarta?
Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2004:206), model ceramah memiliki beberapa B. Metode Penelitian
kelemahan, yaitu membuat siswa pasif; Jenis penelitian adalah penelitian
mengandung unsur paksaan kepada siswa; tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto
mengandung daya kritis siswa; anak didik (2010:16), penelitian tindakan kelas adalah
yang lebih tanggap dari visi visual akan sebuah cara untuk meningkatkan pengetahuan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih dan sebagai sebuah alat dalam proses
tanggap auditifnya dapat lebih besar pengajaran. Prosedur penelitian dilaksanakan
menerimanya; sukar mengontrol sejauh mana dalam tiga siklus (siklus I, II, III) dengan
pemerolehan belajar anak didik; kegiatan setiap siklusnya meliputi identifikasi masalah
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian (identifying the problems), pembuatan
kata-kata); dan bila terlalu lama perencanaan (making the planning), tindakan
membosankan. Kelebihan model ceramah dan observasi (acting and observing), serta
adalah guru mudah menguasai kelas; guru refleksi dan perubahan perencanaan (reflection
mudah menerangkan bahan pelajaran and revised planning).
berjumlah besar; dapat diikuti anak didik Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
dalam jumlah besar; dan mudah dilaksanakan. XII Program Keahlian TKR di SMK
Salah satu model pembelajan yang Perindustrian Yogyakarta yang terdiri dari 30
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Objek penelitian ini adalah keaktifan
siswa adalah model jigsaw. Robert E Slavin belajar dan hasil belajar siswa setelah
(2008:4) mengemukakan bahwa pembelajaran mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
kooperatif tipe jigsaw adalah berbagai macam model pembelajaran jigsaw. Teknik
model pembelajaran di mana para siswa pengumpulan data pada penelitian tindakan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk kelas ini menggunakan teknik observasi dan
saling membantu satu sama lainnya dalam tes. Instrumen yang digunakan dalam
mempelajari materi pelajaran.David Johnson penelitian ini adalah RPP, tes dan lembar
dalam Anita Lie (2002:30) mengatakan bahwa observasi. Teknik analisis data menggunakan
tidak semua kerja kelompok dianggap analisis deskriptif dan kuantitatif.
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur dalam model C. Hasil Penelitian
pembelajaran kooperatif harus diterapkan 1. Keaktifan Belajar
unsur: 1) saling ketergantungan positif, 2) Berdasarkan deskripsi hasil observasi
tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4 keaktifan belajar siklus I, diperoleh nilai rata-
) komunikasi antar anggota, 5 ) evaluasi proses rata persentase 37,08%. Nilai tersebut pada
kelompok. pada rentang !40% dengan kategori sangat
Berdasarkan pembatasan masalah di rendah. Berdasarkan deskripsi hasil observasi
atas, masalah penelitian ini dirumuskan keaktifan belajar siklus II, diperoleh nilai rata-
sebagai berikut. rata persentase 68,75%. Nilai tersebut pada
1. Apakah penerapan model pembelajaran pada rentang 66% - 74% dengan kategori
kooperatif tipe jigsaw dapat tinggi. Dapat dijelaskan bahwa keaktifan
Tabel 1. Perbandingkan Keaktifan Belajar Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
Berdasarkan tabel 16, diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siklus I sebesar 37,08
meningkat menjadi 68,75 pada siklus II dengan peningkatan sebesar 95,38%. Perbandingkan keaktifan
belajar siklus I, siklus II, dan siklus III selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Persentase keaktifan belajar siklus I, siklus II, dan siklus III
!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 3
!
!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 5
!
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kemudi. dilakukan agar siswa memahami materi dan
Kemudian setiap anggota merencanakan juga dapat mengerjakan tugas yang diberikan.
bagaimana mengajarkan sub topik yang Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
menjadi bagian anggota kelompoknya semula peningkatan hasil tes siklus II dengan siklus
(kelompok asal). III, rata-rata nilai siswa sebesar 74,5 menjadi
Setelah pembahasan selesai para 89,5. Pada siklus III diperoleh data nilai
anggota kelompok kemudian kembali pada tertinggi yang diraih siswa adalah 95 dan nilai
kelompok asal dan mengajarkan materi terendah 70. Siswa yang tuntas dari 24 pada
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kemudi siklus II meningkat menjadi 28 siswa pada
pada teman sekelompoknya pengetahuan apa siklus III.
yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di Berdasarkan hasil tersebut, dapat
kelompok ahli.Selanjutnya dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model
presentasi masing-masing kelompok atau pembelajaran kooperatif tipejigsaw dapat
dilakukan pengundian salah satu untuk meningkatkanhasil belajar sistem kemudi
menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah siswa kelas XII Program Keahlian TKR di
dilakukan agar guru dapat menyamakan SMK Perindustrian Yogyakarta. Hal ini sejalan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah dengan pendapat Bridgeman (Robert E. Slavin,
didiskusikan. 2008:141) yang menemukan bahwa para siswa
Guru memberikan kuis untuk siswa yang bekerja sama menggunakan jigsaw lebih
secara individual untuk mengetahui mampu melihat perspektif orang lain
perkembangan pengetahuan tentang materi dibandingkan dengan para siswa dalam kelas
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kontrol. Dengan demikian, sangat penting
kemudi.Guru memberikan penghargaan pada untuk mengembangkan pembelajaran
kelompok melalui skor penghargaan kooperatif sebagai contoh dengan model
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil jigsaw ini dalam menciptakan perilaku
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis prososial yang semakin dibutuhkan di dalam
berikutnya. masyarakat dimanakemampuan bergaul
Tes yang diberikan pada siklus I berupa dengan orang lain menjadi semakin krusial.
tes pilihan ganda yang berjumlah 20 item. Dari
hasil tes siklus I, diperoleh data nilai tertinggi E. Simpulan dan Saran
yang diraih siswa adalah 80 dan nilai terendah Berdasarkan hasil analisis pada bab
55 dengan rata-rata 71,5. Hasil tes siklus I sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- berikut.
rata jika dibandingkan dengan nilai awal siswa 1. Hasil Penelitian menunjukan bahwa
yaitu dari rata-rata nilai siswa 66,5 meningkat keaktifan belajar sistem kemudi siswa kelas
menjadi 71,5, tetapi rata-rata nilai belum XII Program Keahlian TKR di SMK
mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 75%, Perindustrian Yogyakarta. Keaktifan belajar
maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. siklus I tergolong sangat rendah dengan
Penyebab rendahnya nilai kemampuan nilai rata-rata persentase 37,08% pada
awal siswa dikarenakan tidak ada keaktifan rentang !40%. Keaktifan belajar siklus II
siswa dalam proses belajar, meskipun sekedar meningkat menjadi 68,75 pada rentang 66%
bertanya. Siswa lebih banyak main sendiri atau - 74% dengan kategori tinggi. Keaktifan
bercerita dengan temannya sehingga proses belajar siklus III meningkat menjadi
pembelajaran masih bersifat pasif. Hal ini 95,38% pada rentang 86% - 100% dengan
mengakibatkan hasil belajar siswa tidak sesuai kategori sangat tinggi.
dengan diharapkan. Untuk membantu siswa 2. Hasil Penelitian menunjukan bahwa hasil
meningkatkan hasil belajarnya, guru berusaha belajar sistem kemudi siswa kelas XII
menjelaskan materi beberapa kali dengan Program Keahlian TKR di SMK
memberikan contoh soal kepada siswa. Hal ini Perindustrian Yogyakarta. Hasil
pratindakan diperoleh nilai rata-rata 66,5
!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 7