Anda di halaman 1dari 7

!

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR SISTEM KEMUDI

Oleh:
Ahmad Nur Fithrotul Huda, Rabiman
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, FKIP
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta
E-mail: al.huda141@yahoo.com & rabimanust@yahoo.com

ABSTRACT

The objectives of this study were to describe (1) the use of jigsaw could improve learning
activeness and (2) the use of jigsaw could improve learning achievement of steer system. This study
was an action research. Data collection techniques used test and observation. Data analysis techniques
used descriptive and quantitative analysis. This study shows that (1) the use of jigsaw could improve
learning activeness. The learning activeness of cycle I was in low category, cycle II was in high
category, and cycle III was in very high category. (2) The use of jigsaw could improve learning
achievement of steer system. The improvement could be seen from the average score of pre cycle was
66.5, cycle I was 71.5, cycle II was 74.5, and cycle III was 89.5.

Key words: model jigsaw, activeness, achievement

A. Pendahuluan yang ditetapkan dalam sebuah program”.


Salah satu indikator keberhasilan Berdasarkan pengertian tersebut dapat
kegiatan belajar sistem kemudi di SMK dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan
Perindustrian Yogyakarta dapat dilihat pengukuran dan penilaian belajar yang telah
keaktifan dan hasil belajar masih rendah. dilakukan oleh siswa setelah siswa melakukan
Keaktifan belajar menentukan pencapaian hasil kegiatan proses pembelajaran yang kemudian
belajar yang akan dicapai oleh siswa. Supriadi dibuktikan dengan suatu tes dan hasil
(2004:45) mengutarakan bahwa keaktifan pembelajaran tersebut dinyatakan dalam
adalah kemampuan seseorang untuk bentuk simbol baik dalam bentuk angka, huruf
melahirkan sesuatu yang baru baik berupa maupun kalimat yang menceritakan hasil yang
gagasan maupun karya nyata yang relatif sudah dicapai.
berbeda dengan apa yang telah ada. Keaktifan Salah satu cara untuk menigkatkan
merupakan kemampuan berfikir tingkat tinggi keaktifan dan hasil pembelajaran adalah
yang mengimplikasikan terjadinya proses menggunakan model pembelajaran yang tepat.
dalam kemampuan berpikir, ditandai oleh Model pembelajaran yang dikembangkan di
suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan SMK seharusnya menyesuaikan dengan
integrasi antara setiap tahap perkembangan kondisi dan situasi siswa. Menurut Rusman
(Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, (2012:133), model pembelajaran dapat
2010:13). Keaktifan adalah kegiatan yang dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan memilih model pembelajaran yang sesuai dan
berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak efisien untuk mencapai tujuan pendidikanya.
dapat dipisahkan (Sardiman AM, 2001: 98). Pemilihan model pembelajaran disesuaikan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
hasil belajar yang dicapai oleh masing-masing karakteristik dari setiap indikator dan
siswa masih rendah. Menurut Muhibbin Syah kompetensi yang hendak dicapai pada setiap
(2008:141), “Hasil belajar adalah tingkat mata pelajaran”. Berdasarkan observasi di
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan kelas, diketahui bahwa model pembelajaran

!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 1
!
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran meningkatkan keaktifan belajar sistem
adalah model ceramah. Penggunaan model kemudi siswa kelas XII Program
ceramah dalam proses pembelajaran dihitung Keahlian TKR di SMK Perindustrian
kurang melibatkan siswa dalam kegiatan Yogyakarta?
belajar mengajar dan siswa cenderung menjadi 2. Apakah penerapan model pembelajaran
pasif. Model ceramah membuat kegiatan kooperatif tipe jigsaw dapat
pembelajaran terlihat monoton karena guru meningkatkan hasil belajar sistem
hanya menjelaskan materi, sedangkan siswa kemudi siswa kelas XII Program
hanya mendengar dan mencatat materi Keahlian TKR di SMK Perindustrian
tersebut. Yogyakarta?
Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2004:206), model ceramah memiliki beberapa B. Metode Penelitian
kelemahan, yaitu membuat siswa pasif; Jenis penelitian adalah penelitian
mengandung unsur paksaan kepada siswa; tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto
mengandung daya kritis siswa; anak didik (2010:16), penelitian tindakan kelas adalah
yang lebih tanggap dari visi visual akan sebuah cara untuk meningkatkan pengetahuan
menjadi rugi dan anak didik yang lebih dan sebagai sebuah alat dalam proses
tanggap auditifnya dapat lebih besar pengajaran. Prosedur penelitian dilaksanakan
menerimanya; sukar mengontrol sejauh mana dalam tiga siklus (siklus I, II, III) dengan
pemerolehan belajar anak didik; kegiatan setiap siklusnya meliputi identifikasi masalah
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian (identifying the problems), pembuatan
kata-kata); dan bila terlalu lama perencanaan (making the planning), tindakan
membosankan. Kelebihan model ceramah dan observasi (acting and observing), serta
adalah guru mudah menguasai kelas; guru refleksi dan perubahan perencanaan (reflection
mudah menerangkan bahan pelajaran and revised planning).
berjumlah besar; dapat diikuti anak didik Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
dalam jumlah besar; dan mudah dilaksanakan. XII Program Keahlian TKR di SMK
Salah satu model pembelajan yang Perindustrian Yogyakarta yang terdiri dari 30
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Objek penelitian ini adalah keaktifan
siswa adalah model jigsaw. Robert E Slavin belajar dan hasil belajar siswa setelah
(2008:4) mengemukakan bahwa pembelajaran mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
kooperatif tipe jigsaw adalah berbagai macam model pembelajaran jigsaw. Teknik
model pembelajaran di mana para siswa pengumpulan data pada penelitian tindakan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk kelas ini menggunakan teknik observasi dan
saling membantu satu sama lainnya dalam tes. Instrumen yang digunakan dalam
mempelajari materi pelajaran.David Johnson penelitian ini adalah RPP, tes dan lembar
dalam Anita Lie (2002:30) mengatakan bahwa observasi. Teknik analisis data menggunakan
tidak semua kerja kelompok dianggap analisis deskriptif dan kuantitatif.
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsur dalam model C. Hasil Penelitian
pembelajaran kooperatif harus diterapkan 1. Keaktifan Belajar
unsur: 1) saling ketergantungan positif, 2) Berdasarkan deskripsi hasil observasi
tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4 keaktifan belajar siklus I, diperoleh nilai rata-
) komunikasi antar anggota, 5 ) evaluasi proses rata persentase 37,08%. Nilai tersebut pada
kelompok. pada rentang !40% dengan kategori sangat
Berdasarkan pembatasan masalah di rendah. Berdasarkan deskripsi hasil observasi
atas, masalah penelitian ini dirumuskan keaktifan belajar siklus II, diperoleh nilai rata-
sebagai berikut. rata persentase 68,75%. Nilai tersebut pada
1. Apakah penerapan model pembelajaran pada rentang 66% - 74% dengan kategori
kooperatif tipe jigsaw dapat tinggi. Dapat dijelaskan bahwa keaktifan

2 ! Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016


!
belajar siswa pada siklus II tergolong tinggi. berpendapat, dan kegiatan berdiskusi berjalan
Berdasarkan deskripsi hasil observasi dengan sangat baik. Hal ini disebabkan karena
keaktifan belajar siklus III, diperoleh nilai rata- siswa sudah terbiasa mengguanakan model
rata persentase 95,38%. Nilai tersebut pada pembelajaran jigsaw.
pada rentang 86% - 100% dengan kategori Perbandingkan persentase keaktifan
sangat tinggi. Dapat dijelaskan bahwa belajar siswa berdasarkan hasil observasi yang
keaktifan belajar siswa pada siklus III dikerjakan siswa pada siklus I, siklus II, dan
tergolong sangat tinggi. Hasil pengamatan siklus III dapat dilihat pada tabel 1.
menunjukkan bahwa siswa sangat berani
bertanya dengan baik, sangat berani

Tabel 1. Perbandingkan Keaktifan Belajar Siklus I, Siklus II, dan Siklus III

No Tinda Rata- Kateg


kan rata ori
1. Siklus 37,08 Sangat
I % rendah
2. Siklus 68,75 Tinggi
II %
3. Siklus 95,38 Sangat
III % Tinggi

Berdasarkan tabel 16, diketahui bahwa rata-rata keaktifan belajar siklus I sebesar 37,08
meningkat menjadi 68,75 pada siklus II dengan peningkatan sebesar 95,38%. Perbandingkan keaktifan
belajar siklus I, siklus II, dan siklus III selengkapnya dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Persentase keaktifan belajar siklus I, siklus II, dan siklus III

2. Hasil Belajar dilakukan tindakan yang berupa nilai


Peningkatan hasil belajar siswa dalam kemampuan awal yaitu ulangan harian, nilai
belajar mata pelajaran sistem kemudi dengan akhir tes siklus I, II dan III. Berikut ini
model pembelajaran jigsaw dapat dilihat dari disajikan diagram nilai pra tindakan, nilai tes
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah akhir siklus I, II dan III.

Tabel 2. Rata-rata Nilai dan Jumlah Siswa yang Memenuhi KKM

Pra Siklus I Siklus II Siklus III


Rata-rata Nilai 66, 71,5 74,5 89,5
5
Jumlah Nilai "75 11 20 24 28
Jumlah Nilai <75 19 10 6 2
Jumlah Peserta Tes 30

!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 3
!

Dari tabel tersebut terlihat adanya II ke siklus III juga mengalami


peningkatan rata-rata nilai pratindakan dengan peningkatandari 74,5 menjadi 89,5.Persentase
siklus I sebesar 48 menjadi 66,5, kemudian siswa yang memenuhi KKM dari sebelum dan
siklus I ke siklus II juga mengalami sesudah dilaksanakan tindakan dapat dilihat
peningkatandari 66,5 menjadi 74,5, dan siklus pada diagramdibawah.

Gambar 11. Diagram Persentase Siswa yang Memenuhi KKM


Pada grafik di atas terlihat bahwa pada siswa melalui berbagai interaksi dan
siklus I siswa yang memenuhi KKM sebesar pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa
20 siswa dengan persentase ketuntasan belajar merupakan unsur dasar yang penting bagi
67% mengalami peningkatan pada siklus II keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini jelas
menjadi 24 siswa dengan persentase bahwa keaktifan siswa di kelas menentukan
ketuntasan belajar 80% kemudian mengalami tingkat pengetahuan dan kemampuan siswa
peningkatan lagi pada siklus III menjadi 28 dalam memahami materi yang dijelaskan oleh
siswa dengan persentase ketuntasan belajar guru.
93%. Cara meningkatkan keterlibatan atau
keaktifan siswa dalam belajar adalah
D. Pembahasan mengenali dan membantu anak-anak yang
1. Keaktifan Belajar kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya
Peneliti terlebih dahulu melakukan dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
pengamatan sebelum penelitian dilaksanakan meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan
dengan menggunakan modeljigsaw. Hasil pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan
pengamatan lapangan (kelas) pada kegiatan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk
proses belajar-mengajar sistem kemudi meningkatkan keinginan siswa untuk berfikir
menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam secara aktif dalam kegiatan belajar (Yeni
proses belajar-mengajar sistem kemudi masih Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 13).
rendah. Dalam pembelajaran, siswa kelihatan Berdasarkan deskripsi hasil observasi
tidak semangat, banyak yang mengantuk. keaktifan belajar siklus I, diperoleh nilai rata-
Siswa kurang termotivasi, kurang berani rata persentase 37,08%. Nilai tersebut pada
mengemukakan pendapatnya bila diberi pada rentang !40% dengan kategori sangat
pertanyaan dari guru. Kemandirian siswa rendah. Dapat dijelaskan bahwa keaktifan
dalam usaha menguasai materi pun masih belajar siswa pada siklus I tergoling sangat
rendah. Hal tersebut mempegaruhi keaktifan rendah karena siswa belum dapat bertanya
belajar yang dilakukan oleh siswa dan proses dengan baik, belum berani berpendapat, dan
pembelajaran dengan menggunakan model kegiatan berdiskusi belum berjalan dengan
jigsaw. baik. Hal ini disebabkan karena siswa belum
Keaktifan dalam penelitian ini adalah terbiasa mengguanakan model jigsaw.
keaktifan belajar siswa di kelas. Proses Berdasarkan deskripsi hasil observasi
pembelajaran pada di kelas hakekatnya untuk keaktifan belajar siklus II, diperoleh nilai rata-
mengembangkan keaktifan dan hasil belajar rata persentase 68,75%. Nilai tersebut pada

4! Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016


!
pada rentang 66% - 74% dengan kategori sebagian besar siswa belum dapat mencapai
tinggi. Dapat dijelaskan bahwa keaftifan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
belajar siswa pada siklus II tergoling tinggi. telah ditentukan, yaitu 75. Dari 30 siswa kelas
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa XII Program Keahlian TKR di SMK
sudah berani bertanya dengan baik, sudah Perindustrian Yogyakarta hanya 11 siswa
berani berpendapat, dan kegiatan berdiskusi (37%) yang nilainya mencapai KKM,
cukup berjalan dengan baik. Hal ini sedangkan 19 siswa lainnya (63%) nilainya
disebabkan karena siswa mulai terbiasa belum atau masih di bawah KKM dengan nilai
mengguanakan model pembelajaran jigsaw. rata-rata 66,5. Hal ini mengindikasikan adanya
Berdasarkan deskripsi hasil observasi kegiatan belajar dan mengajar yang kurat tepat,
keaktifan belajar siklus III, diperoleh nilai rata- sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa
rata persentase 95,38%. Nilai tersebut pada rendah.
pada rentang 86% - 100% dengan kategori Berdasarkan observasi di kelas,
sangat tinggi. Dapat dijelaskan bahwa diketahui bahwa model pembelajaran yang
keaftifan belajar siswa pada siklus III tergoling digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sangat tinggi. Hasil pengamatan menunjukkan adalah model ceramah. Model ceramah
bahwa siswa sangat berani bertanya dengan menimbulkan kejenuhan dan kebosanan bagi
baik, sangat berani berpendapat, dan kegiatan siswa, sehingga proses pembelajaran tidak
berdiskusi berjalan dengan sangat baik. Hal ini berlangsung secara efektif dan tujuan
disebabkan karena siswa sudah terbiasa pembelajaran tidak tercapai sebagaimana yang
mengguanakan model pembelajaran jigsaw. diharapkan. Salah satu model pembelajan
Berdasarkan hasil di atas, dapat yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
dijelaskan bahwa keaktifan siswa meningkat belajar siswa adalah model Jigsaw.
dari siklus I, II, dan III. Hal ini sejalan dengan Kunci dari model jigsaw ini seperti
pendapat Mc Keachie yang menyatakan bahwa pendapat yang dikemukakan Doantara Yasa
belajar memerlukan adanya latihan-latihan dan (2008:97) adalah interdependence setiap siswa
menyatakan berkenaan dengan prinsip terhadap anggota tim ynag memberikan
keaktifan mengemukakan bahwa individu informasi yang diperlukan. Artinya, para siswa
merupakan “manusia belajar yang aktif selalu harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama
ingin tahu (Dimyati dan Mudjiono, 2009:45). yang positif dan saling ketergantungan untuk
Segala pengetahuan harus diperoleh dengan mendapatkan informasi dan memecahkan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, masalah yang diberikan. Hal tersebut dapat
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri membantu siswa meningkatkan hasil
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik belajarnya.
secara rohani maupun teknik.Keaktifan belajar Tahap pelaksanaan dilaksanakan
siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa didalam kelas dengan melakukan kegiatan
dalam proses belajar mengajar yang beraneka pembelajaran sesuai dengan rancangan
ragam seperti saat mendengarkan penjelasan pembelajaran yang telah direncanakan.
guru, diskusi, membuat laporan pelaksanaan Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
tugas dan sebagainya. Moh. Uzer Usman, model pembelajran jigsaw diawali dengan guru
2008: 24melukiskan kadar keaktifan siswa dari membagi siswa menjadi beberapa beberapa
interaksi antara siswa dengan guru dan di kelompok-kelompok kecil sesuai dengan
antara siswa dengan siswa lainnya. segmen / bagian materi, yaitu kelompok asal
2. Hasil Belajar dan kelompok ahli.
Peneliti terlebih dahulu melakukan Setiap kelompok mendapat tugas
pengamatan sebelum penelitian dilaksanakan membaca dan memahami materi atau sub topik
dengan menggunakan modeljigsaw. Hasil yang berbeda-beda.Setiap kelompok asal
penilaian evaluasi ulangan harian mata mengirimkan anggotanya ke kelompok lain
pelajaran sistem kemudi pada semester genap atau kelompok ahli. Di dalam kelompok ahli,
tahun ajaran 2015/2016 menunjukan bahwa siswa mendiskusikan materi pembelajaran

!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 5
!
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kemudi. dilakukan agar siswa memahami materi dan
Kemudian setiap anggota merencanakan juga dapat mengerjakan tugas yang diberikan.
bagaimana mengajarkan sub topik yang Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
menjadi bagian anggota kelompoknya semula peningkatan hasil tes siklus II dengan siklus
(kelompok asal). III, rata-rata nilai siswa sebesar 74,5 menjadi
Setelah pembahasan selesai para 89,5. Pada siklus III diperoleh data nilai
anggota kelompok kemudian kembali pada tertinggi yang diraih siswa adalah 95 dan nilai
kelompok asal dan mengajarkan materi terendah 70. Siswa yang tuntas dari 24 pada
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kemudi siklus II meningkat menjadi 28 siswa pada
pada teman sekelompoknya pengetahuan apa siklus III.
yang telah mereka dapatkan saat pertemuan di Berdasarkan hasil tersebut, dapat
kelompok ahli.Selanjutnya dilakukan disimpulkan bahwa penerapan model
presentasi masing-masing kelompok atau pembelajaran kooperatif tipejigsaw dapat
dilakukan pengundian salah satu untuk meningkatkanhasil belajar sistem kemudi
menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah siswa kelas XII Program Keahlian TKR di
dilakukan agar guru dapat menyamakan SMK Perindustrian Yogyakarta. Hal ini sejalan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah dengan pendapat Bridgeman (Robert E. Slavin,
didiskusikan. 2008:141) yang menemukan bahwa para siswa
Guru memberikan kuis untuk siswa yang bekerja sama menggunakan jigsaw lebih
secara individual untuk mengetahui mampu melihat perspektif orang lain
perkembangan pengetahuan tentang materi dibandingkan dengan para siswa dalam kelas
mengidentifikasi berbagai jenis sistem kontrol. Dengan demikian, sangat penting
kemudi.Guru memberikan penghargaan pada untuk mengembangkan pembelajaran
kelompok melalui skor penghargaan kooperatif sebagai contoh dengan model
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil jigsaw ini dalam menciptakan perilaku
belajar individual dari skor dasar ke skor kuis prososial yang semakin dibutuhkan di dalam
berikutnya. masyarakat dimanakemampuan bergaul
Tes yang diberikan pada siklus I berupa dengan orang lain menjadi semakin krusial.
tes pilihan ganda yang berjumlah 20 item. Dari
hasil tes siklus I, diperoleh data nilai tertinggi E. Simpulan dan Saran
yang diraih siswa adalah 80 dan nilai terendah Berdasarkan hasil analisis pada bab
55 dengan rata-rata 71,5. Hasil tes siklus I sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata- berikut.
rata jika dibandingkan dengan nilai awal siswa 1. Hasil Penelitian menunjukan bahwa
yaitu dari rata-rata nilai siswa 66,5 meningkat keaktifan belajar sistem kemudi siswa kelas
menjadi 71,5, tetapi rata-rata nilai belum XII Program Keahlian TKR di SMK
mencapai KKM yang ditetapkan sebesar 75%, Perindustrian Yogyakarta. Keaktifan belajar
maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. siklus I tergolong sangat rendah dengan
Penyebab rendahnya nilai kemampuan nilai rata-rata persentase 37,08% pada
awal siswa dikarenakan tidak ada keaktifan rentang !40%. Keaktifan belajar siklus II
siswa dalam proses belajar, meskipun sekedar meningkat menjadi 68,75 pada rentang 66%
bertanya. Siswa lebih banyak main sendiri atau - 74% dengan kategori tinggi. Keaktifan
bercerita dengan temannya sehingga proses belajar siklus III meningkat menjadi
pembelajaran masih bersifat pasif. Hal ini 95,38% pada rentang 86% - 100% dengan
mengakibatkan hasil belajar siswa tidak sesuai kategori sangat tinggi.
dengan diharapkan. Untuk membantu siswa 2. Hasil Penelitian menunjukan bahwa hasil
meningkatkan hasil belajarnya, guru berusaha belajar sistem kemudi siswa kelas XII
menjelaskan materi beberapa kali dengan Program Keahlian TKR di SMK
memberikan contoh soal kepada siswa. Hal ini Perindustrian Yogyakarta. Hasil
pratindakan diperoleh nilai rata-rata 66,5

6! Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016


!
3. dan 11 siswa (37%) yang tuntas belajar, d. Peneliti Selanjutnya
sedangkan hasil belajarsiklus I meningkat Bagi peneliti berikutnya yang berminat
dengan nilai rata-rata 71,5 dan 20 siswa untuk melakukan penelitian lanjutan
(67%) yang tuntas belajar. Hasil belajar diharapkan dapat menggunakan
siklus II meningkat menjadi74,5dan 24 perspektif yang berbeda, sehingga hasil
siswa (80%) yang tuntas belajar, sedangkan penelitian lebih kuat.
hasil belajar siklus III meningkat
menjadi89,5 dan 28 siswa (93%) yang F. Daftar Pustaka
tuntas belajar. Anita Lie. 2002. Cooperative Learning.
Berdasarkan hasil analisis, peneliti Jakarta : PT Grasindo.
memberikan beberapa saran untuk sekolah,
guru, siswa, dan peneliti berikutnya sebagai BimoWalgito. 2004. Pengantar
berikut: Psikologi Umum. Yogyakarta.
a. Sekolah
MuhibbinSyah. 2010. Psikologi
Bagi sekolah disarankan melengkapi
Pendidikan Dengan Pendekatan
sarana dan prasarana belajar yang
Baru. Bandung : Remaja Rosda.
dibutuhkan oleh guru dan siswa dalam
kegiatan belajar dan memberikan Robert E. Slavin. 2005. Cooperative
keleluasaan kepada guru untuk Learning (Teori, Riset, Praktik).
menggunakan media dan metode yang Bandung: Nusa Media.
bervariasi sesuai dengan karakteristik
siswa. Rusman.2012. Model –Model
b. Guru Pembelajaran. Jakarta : PT
Guru dapat menggunakan metode Rajagrafindo Persada.
pembelajaran jigsaw pada mata
pelajaran yang lain untuk meningkatkan Sardiman A.M. 2007. Interaksi dan
keaktifan siswa dalam belakar Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta
kelompok, dan memanfaatkan sarana : PT Raja Grafindo Persada.
dan prasarana yang ada scara maksimal
untuk meningkatkan kualitas dan hasil Suharsimi Arikunto. 2008. Penelitian
belajar. Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
c. Siswa Aksara.
Siswa lebih aktif dalam setiap kegiatan
Supriadi. 2004. Pengantar Pendidikan.
belajar, bekerjasama lebih aktif dalam
Jakarta : PT Gramedia Pustaka
menyelesaikan tugas yang diberikan
Utama.
guru dalam kelompok, lebih berani
mengungkapkan pendapatnya, dan Syaiful Bahri Djamarah. 2004. Prestasi
mampu menjelaskan tugas melalui Belajar dan Kompetensi Guru.
kegiatan presentasi dengan lebih berani.
Surabaya: Usaha Nasional Nurkencana.

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati.


2010. Strategi Pengembangan
Kreativitas pada Anak Usia Kanak-
Kanak. Jakarta : Kencana.

!
Jurnal Taman Vokasi Volume 4 No 1 Juni 2016 7

Anda mungkin juga menyukai