Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MININGITIS

I. LANDASAN TEORI .
A. PENGERTIAN
Miningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai satu atau
semua lapisan selaput yang menghubungkan jaringan otak dan sumsum tulang
belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa, disebabkan oleh
bakteri spesifik / non spesifik atau virus.
B. ANATOMI & FISIOLOGI SELAPUT OTAK.
Selaput otak terdiri dari 3 lapisan dari luar kedalam yaitu Durameter,
Aranoid, Piameter.
Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali didalam tulang
tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus
venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua
hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal
dari Durameter yang memisahkan lobus oksipitalis dari serebelum.
Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan
parameter, diantaranya terdapat ruang subarnoid dimana terdapat arteri dan vena
serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Sisterna magna adalah bagian
terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang otak belakang, memenuhi
celah diantara serebelum dan medulla oblongata.
Piamater merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah keotak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah
lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan seluruh medula
spinalis.
Miningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme yang bervariasi,
tetapi ada tiga tipe utama yakni:

1
1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,
terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.
2. Tuberkulosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel (Mycobacterium
tuberculose).
3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
C. ETIOLOGI & EPIDEMIOLOGI.
Miningitis bakteri dapat disebabkan oleh setiap agen bakteri yang
bervariasi. Haemophilus Influenza (Tipe β), Streptococcus pneumoniae, dan
Naisseria Miningitis (meningokokus) bertanggung jawab terhadap meningitis
pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari usia 2 bulan. Haemophilus influenzae
merupakan organisme yang dominan pada usia anak-anak 3 bulan sampai dengan
3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3 bulan, yang terlindungi oleh substansi
bakteri yang didapat secara pasif dan pada anak-anak diatas 5 tahun yang mulai
mendapat perlindungan ini.
Organisme lain adalah Streptococus β hemolyticus, Staphylococcus
aureus, dan Escherichia coli. Penyebab utama meningitis neonatus adalah
organisme Streptococcus β hemolyticus dan Escherichia coli. Infeksi
Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak usia setelah bayi (lebih dari 1
tahun). Meningitis meningokokus (serebrospinal epidemik) terjadi pada bentuk
epidemik dan merupakan satu-satunya tipe yang ditularkan melalui infeksi
droplet dari sekresi nasofaring. Meskipun kondisi ini dapat berkembang pada
setiap usia, risiko infeksi meningokokus meningkat dengan seringnya kontak dan
oleh karena itu infeksi terutama terjadi pada anak-anak usia sekolah dan
adolesens.
Laki-laki lebih sering terkena dibandingkan dengan perempuan terutama
pada periode neonatal. Angka kesakitan tertinggi seteleh timbulnya meningitis
mengenai anak-anak pada usia antara kelahiran sampai dengan empat tahun

2
(dibawah lima tahun). Faktor maternal seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu
hamil selama trimester akhir merupakan penyebab utama meningitis neonatal.
Terjadinya defisiensi pada mekanisme imun dan berkurangnya aktivitas
leukosit dapat mempengaruhi insiden pada bayi baru lahir, anak-anak dengan
defisiensi imunoglobulin, dan anak-anak yang menerima obat-obatan
imunosupresif. Meningitis yang muncul sebagai perluasan dari infeksi-infeksi
bakteri yang bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya resistensi terhadap
berbagai organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur / trauma bedah
saraf, infeksi-infeksi primer dilain organ merupakan faktor-faktor yang
dihubungkan dengan mudahnya terkena penyakit ini.
D. PATOFISIOLOGI
Rute infeksi yang paling sering adalah penyebaran vaskuler dari fokus-
fokus infeksi ketempat lain. Contohnya organisme nasofaring menyerang
pembuluh-pembuluh darah yang terdapat didaerah tersebut dan memasuki aliran
darah keserebral atau membentuk tromboemboli yang melepaskan emboli sepsis
kedalam aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung dari infeksi-infeksi disinus
paranasal dan disinus mastoid jarang terjadi. Organisme-organisme dapat masuk
melalui implantasi langsung setelah luka yang tertembus, fraktur tulang
tengkorak yang memberikan sebuah lubang kedalam kulit atau sinus, lumbal
fungsi, prosedur pembedahan dan kelainan-kelainan anatomis seperti shunt
ventrikuler. Organisme-organisme yang terimplantasi menyebar kedalam cairan
serebrospinal oleh penyebaran infeksi sepanjang rongga subarnoid.
Proses infeksi yang terlihat adalah inflamasi, eksudasi akumulasi leukosit
dan tingkat kerusakan jaringan yang bervariasi. Otak menjadi hiperemis, edema,
dan seluruh permukaan otak tertutup oleh lapisan eksudat purulen dengan
bervariasi organisme.

3
E. PATHWAY

4
F. MANIFESTASI KLINIK.
Neonatus :
1. Gejala tidak khas
2. Panas ±
3. Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran
menurun.
4. Ubun-ubun besar kadang-kadang cembung.
5. Pernafasan tidak teratur.
Anak umur 2 bulan - > 2 tahun :
1. Gambaran klasik (-)
2. Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
3. Kadang-kadang “ high pitched cry “.
Anak umur > 2 tahun :
1. Panas , menggigil, muntah, nyeri kepala.
2. Kejang
3. Gangguan kesadaran.
4. Tanda-tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, tanda Brudzinski dan
Kering.

Gejala yang sering terlihat :


1. Keluhan penderita mula-mula nyeri kepala yang menjalar ketengkuk dan
punggung
2. Kesadaran menurun
3. Kaku kuduk, disebabkan mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk.
4. Terdapat tanda kernig dan Brundzinski yang positif.
Tanda kernig yang positif adalah bila paha ditekuk 90° keventral, tungkai
dapat diluruskan pada sendi lutut.

5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan
protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan TIK.
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit
dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa
jenis bakteri.
Meningitis Virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa
dan protein normal, kultur biasanya negative.
2. Glukosa & LDH : meningkat
3. LED/ESRD : meningkat
4. CT Scan/MRI : melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom,
hemoragik
5. Rontgent kepala : mengindikasikan infeksi intracranial
6. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
7. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
8. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
9. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )

G. PERAWATAN
Pada waktu kejang.
1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka

6
2. Hisap lendir.
3. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
4. Hindarkan penderita dari rudapaksa (mis jatuh )
Bila penderita tidak sadar lama.
1. Beri makanan melalui sonda
2. Cegah dekubitus dan pneumonia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
3. Cegah kekeringan kornea dengan boorwater / salep antibiotika
Pada inkontinensia alvi lakukan lavement
Pemantauan ketat.
1. Tekanan Darah
2. Pernafasan
3. Nadi
4. Produksi air kemih
5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
Penanganan penyulit.
1. Fisiotherapi dan rehabilitasi.

H. PENATALAKSANAAN
Farmakologis :
Obat anti infeksi
1) Miningitis tuberkuosa :
1. soniazid 10 –20 mg/kg/24 jam oral, 2 x sehari maksimal 500 mg, selama
1½ tahun.
2. Rifampisin 10 –15 mg/kg/24 jam oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam (IM) 1-2 x sehari, selama 3
bulan.
2) Miningitis bakterial, umur < - 2 bulan:

7
1. Sefalosporin Generasi ke 3
2. Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/kg/24 jam IV, 4-6 x sehari, dan
Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4 x / hari.
3) Miningitis bakterial umur > bulan:
1. Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/ kg/24 jam IV, 4-6 sehari .
2. Kloramfenikol 100 mg/kg/24 jam IV, 4 x sehari atau
3. Sefalosporin Generasi ke 3.

Pengobatan Simtomatis.
1) Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg / kg/dosis, atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kg/ dosis.
Kemudian dilanjutkan dengan:
1. Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari atau
2. Fenobarbital 5 – 7 mg /kg/24 jam, 3 kali sehari.
2) Turunkan panas:
1. Antipiretik: parasetamol/salisilat 10 mg/kg/dosis.
2. Kompres air PAM / es

Pengobatan Suportif
1) Cairan intravena
2) Zat asam.

8
Asuhan Keperawatan Miningitis

Pengkajian Keperawatan :
Pengkajian keperawatan meningitis tergantung pada tingkat yang luas pada usia
anak-anak. Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh beberapa tingkat tipe organisme dan
efektivitas tetapi terhadap penyakit yang mendahuluinya. Berikut ini pengkajian
keperawatan berdasarkan golongan usia tumbuh kembang anak.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu.
Mencakup beberapa pertanyaan sebagai berikut :
- Apakah pernah menderita inpeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
- Apakah pernah mengalami prosedur neurosurgital
- Apakah pernah menderita trauma yang mencederai kepala
- Adakah kelainan bawaan (spina bifida)
- Bagaimana riwayat kesehatan ibu selama hamil
- Bagaimana riwayat kesehatan keluarga
- Bagaimana riwayat imunisasi, dll.

Neonatus
Meningitis pada bayi baru lahir dan bayi prematur benar-benar sulit untuk
didiagnosa. Manifestasinya samar-samar dan tidak spesifik. Bayi-bayi ini biasanya
tampak sehat ketika lahir, tetapi dalam beberapa hari kemudian tampak mulai melemah.
Mereka tidak mau makan, kemampuan mengisap buruk, bisa muntah atau diare. Tonus
otot melemah (hipotonus), kurang gerak, tangisan melemah. Tanda-tanda lain yang
nonspesifik yang dapat muncul meliputi hipotermia atau demam (bergantung pada
kematangan bayi), ikterik, mudah terangsang, mengantuk, kejang, napas tidak teratur,
apnea, sianosis, dan berat badan menurun. Ubun-ubun menonjol, tegang dapat muncul

9
atau tidak sampai akhir perjalanan penyakit. Bila tidak diobati kondisi anak cenderung
menurun hingga kolaps sistem kardiovaskuler, kejang, dan apnea.
Bayi dan Balita
Gambaran klasik meningitis jarang terlihat pada anak-anak usia 3 bulan – 2
tahun. Penyakit ini ditandai secara khas dengan demam, tidak nafsu makan muntah, peka
terhadap rangsangan, serangan kejang berulang, yang disertai tangisan merintih. Ubun-
ubun besar yang menonjol merupakan penemuan yang paling bermakna dan kaku kuduk
dapat muncul/tidak. Tanda-tanda Brudzinski dan Kernig biasanya tidak membantu
diagnostik karena sulit untuk menemukannya dan mengevaluasinya pada anak-anak usia
ini.
Anak dan Adolesens
Timbulnya penyakit mungkin tiba-tiba, demam, sakit kepala, muntah yang
disertai /dengan cepat diikuti oleh perubahan sensoris. Sering kali gejala awal nya
berupa kejang yang berulang karena penyakitnya memburuk. Anak jadi mudah
terangsang, gelisah, dan dapat berkembang menjadi fotofobia, delirium, halusinasi,
kelakuan yang agresif/maniak, mengantuk, stupor, bahkan koma. Kadang-kadang
datangnya gejala perlahan-lahan, sering kali didahului oleh gejala-gejala gastrointestinal
selama beberapa hari.Kadang-kadang infeksi sebelumnya yang telah diobati menutupi
atau memperlambat tanda-tanda meningitis.Anak menolak fleksi dari leher dan karena
penyakit bertambah buruk, leher menjadi kaku kuduk sampai kepalanya tertarik
kebelakang / hiperekstensi (opitotonus). Tanda Kernig positif, Brudzinski positif.
Respons-respons refleks bervariasi, meskipun mereka memperlihatkan hiperaktivitas.
Kulit mungkin dingin dan sianotik dengan perfusi perifer yang buruk.

PENGKAJIAN MININGITIS
1) Riwayat : Mengalami infeksi saluran pernapasan
atau infeksi telinga, kontak dengan pasien rinitis.

10
Pneumonia dan otitis media seringkali mendahului
pneumokokus dan hemofilus miningitis.
2) Gejala subjektif : Sakit kepala yang hebat, nyeri
otot, kaku kuduk, sakit punggung, dingin, ekspresi rasa
takut. Tidak enak badan dan mudah terangsang.
3) Suhu tubuh : 38– 41° C, dimulai pada fase sistemik,
kemerahan, panas, kulit kering,berkeringat.
4) Tanda Vital : Nadi lambat sehingga intra kranial
meningkat dan Tekanan Darah meningkat.
5) Tingkat kesadaran : Mula-mula sadar kemudian
delirium dan akhirnya Koma.
6) Persarafan : Perubahan refleks. Tidak adanya refleks
dinding abdomen, tidak adanya refleks kremasterik pada
laki-laki, gangguan refleks tendon. Kaku kuduk. Tanda
Brudzinski positif, tanda Kernig positif. Ubun-ubun
besar menonjol (bayi).
7) Cairan & Elektrolit : Turgor kulit jelek, berkurangnya
output urin.
8) Muskuloskeletal Meningokoksemia kronik : bengkak
dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan
pergelangan kaki).
9) Kulit : Meningokoksemia:Ptekia
dan lesipurpura yang didahului oleh ruam. Pada
penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang
besar pada wajah dan ekstremitas.
Diagnosa yang muncul :
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

11
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi

4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental
dan penurunan tingkat kesadaran

5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi

INTERVENSI

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

Tujuan:

Pasien kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit

Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris

Kriteria hasil

 Tanda-tanda vital dalam batas normal

 Rasa sakit kepala berkurang

 Kesadaran meningkat

 Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.

Rencana Tindakan

INTERVENSI RASIONALISASI
Pasien bed rest total dengan posisi tidur Perubahan pada tekanan intakranial akan
terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologisDapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
dengan GCS.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD,Pada keadaan normal autoregulasi
Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati padamempertahankan keadaan tekanan darah
hipertensi sistolik sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan
autoreguler akan menyebabkan kerusakan

12
vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan
dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh
penurunan tekanan diastolik. Sedangkan
peningkatan suhu dapat menggambarkan
perjalanan infeksi.
Monitor intake dan output Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan
IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi
terutama pada pasien yang tidak sadra, nausea
yang menurunkan intake per oral
Bantu pasien untuk membatasi muntah,Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
batuk. Anjurkan pasien untukintrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
mengeluarkan napas apabila bergerak ataunapas sewaktu bergerak atau merubah posisi
berbalik di tempat tidur. dapat melindungi diri dari efek valsava
Kolaborasi Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler
Berikan cairan perinfus dengan perhatiandan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan
ketat. cairan dapat menurunkan edema cerebral
Monitor AGD bila diperlukan pemberianAdanya kemungkinan asidosis disertai dengan
oksigen pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:Terapi yang diberikan dapat menurunkan
Steroid, Aminofel, Antibiotika. permeabilitas kapiler.

Menurunkan edema serebri

Menurunka metabolik sel / konsumsi dan


kejang.

2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.

13
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi serangan kejang ulang.

 Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

 Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)

100-110 x/menit (anak)

 Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)

24 – 28 x/menit (anak)

 Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipisproses konveksi akan terhalang oleh pakaian
yang mudah menyerap keringat yang ketat dan tidak menyerap keringat.
Berikan kompres dingin perpindahan panas secara konduksi
Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll) saat demam kebutuhan akan cairan tubuh
meningkat
Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam Pemantauan yang teratur menentukan
tindakan yang akan dilakukan
Batasi aktivitas selama anak panas aktivitas dapat meningkatkan metabolisme
dan meningkatkan panas
Berikan anti piretika dan pengobatan sesuaiMenurunkan panas pada pusat hipotalamus
advis dan sebagai propilaksis

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil :

14
 Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,

 RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji faktor – faktor terjadinyamengetahui penyebab terjadinya hiperthermi
hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat
menghambat penurunan suhu tubuh
Observasi tanda – tanda vital tiap 4Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
jam sekali menentukan perkembangan keperawatan yang
selanjutnya.
Pertahankan suhu tubuh normal suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat
aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban
tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya
tubuh
Ajarkan pada keluarga memberikanproses konduksi/perpindahan panas dengan suatu
kompres dingin pada kepala / ketiak bahan perantara
Anjurkan untuk menggunakan bajuproses hilangnya panas akan terhalangi oleh
tipis dan terbuat dari kain katun pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat
Atur sirkulasi udara ruangan Penyediaan udara bersih
Beri ekstra cairan denganKebutuhan cairan meningkat karena penguapan
menganjurkan pasien banyak minum tubuh meningkat
Batasi aktivitas fisik aktivitas meningkatkan metabolismedan
meningkatkan panas
4. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental
dan penurunan tingkat kesadaran

Tujuan: Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan
kesadaran

Rencana Tindakan

15
INTERVENSI RASIONALISASI
Independent Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
monitor kejang pada tangan, kaki, mulut danmemerlukan evaluasi yang sesuai dengan
otot-otot muka lainnya intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
Persiapkan lingkungan yang aman sepertiMelindungi pasien bila kejang terjadi
batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat pasien.
Pertahankan bedrest total selama fae akut Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
Kolaborasi Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti;
Catatan : Phenobarbital dapat
diazepam, phenobarbital, dll.
menyebabkan respiratorius depresi dan
sedasi.

5. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya.

Kriteria hasil:

 Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

 Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

 keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :

INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji tingkat pengetahuan keluarga Mengetahui sejauh mana pengetahuan
yang dimiliki keluarga dan kebenaran
informasi yang didapat
Beri penjelasan kepada keluarga sebabpenjelasan tentang kondisi yang dialami

16
dan akibat kejang dapat membantu menambah wawasan
keluarga
Jelaskan setiap tindakan perawatan yangagar keluarga mengetahui tujuan setiap
akan dilakukan tindakan perawatan
Berikan Health Education tentang carasebagai upaya alih informasi dan
menolong anak kejang dan mencegahmendidik keluarga agar mandiri dalam
kejang, antara lain : mengatasi masalah kesehatan

1. Jangan panik saat kejang

2. Baringkan anak ditempat rata dan


lembut.

3. Kepala dimiringkan.

4. Pasang gagang sendok yang telah


dibungkus kain yang basah, lalu
dimasukkan ke mulut.

5. Setelah kejang berhenti dan pasien


sadar segera minumkan obat tunggu
sampai keadaan tenang.

6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan


kompres dingin dan beri banyak minum
Berikan Health Education agar selalumencegah peningkatan suhu lebih tinggi
sedia obat penurun panas, bila anak panas dan serangan kejang ulang
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak sebagai upaya preventif serangan ulang
terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang
menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu

17
Beritahukan keluarga jika anak akanimunisasi pertusis memberikan reaksi
mendapatkan imunisasi agarpanas yang dapat menyebabkan kejang
memberitahukan kepada petugasdemam
imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam

18
DAFTAR PUSTAKA

1. http://nursenandaqbee.blogspot.com/2011/02/lp-meningitis.html
2. https://wadung.wordpress.com/2010/03/22/laporan-pendahuluan-meningitis/

19

Anda mungkin juga menyukai