TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
dunia atau 1 dari 4 otang dewasa menderita penyakit ini. Bahkan diperkirakan jumlah
penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025
(Pudiastuti, 2011).
suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
tubuh yang dibawa oleh darah (Kaplan, 2012). Hipertensi merupakan manifestasi
dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (milimeter
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu (Lewis dkk, 2014):
mineralkortikoid, simpatomietik)
2.1.3.Klasifikasi
Berdasarkan tingginya tekanan sistolik dan diastolik JNC V II, 2009 (The
seventh report of the joint national comittee on prevention, detection, evaluation and
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik
Tidak ada gejala objektif dari perubahan atau kelainan organ yang terlihat keluhan
penderita ada fase ini tidak tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah.
Hipertensi Sedang
Hipertensi Berat
Gejala telah ada sebagai akibat kerusakan target organ, yaitu jantung otak enselopati
hipertensi, perdarahan otak dan batang otak atau fundus okuli perdarahan dan eksudat
a. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang
lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia
lebih muda. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun,
karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan
kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari
arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta dan akibat dari berkurangnya
kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri kehilangan elastisitas atau
Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam
Darah sistolik meningkat progresif sesuai usia dan orang lanjut usia dengan
kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50%
b. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal
ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi
c. Keturunan (genetik)
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih
besar untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak
Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi.
Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak
terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding heterozigot
(berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang mempunyai
sifat genetik hipertensi primer (esensia) dan tidak melakukan penanganan atau
berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun akan mulai muncul tanda-
tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya (Ratna Dewi, 2013).
Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan selain dapat
b. Konsumsi Garam
hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara
5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Konsumsi garam
yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
cairan, yang meningkatkan volume darah sehingga jantung harus memompa keras
untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang makin sempit
Pada Studi intersalt dengan populasi penelitian yang cukup luas mencakup 10079
subjek laki-laki dan perempuan usia 20 hingga 59 tahun dari 52 pusat penelitian di
dunia, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara konsumsi
sodium lewat urine selama 24 jam dihubungkan dengan tekanan darah sistolik dan
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan
peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak
sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat
d. Obesitas
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh
> 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m) juga merupakan salah satu
faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan ciri dari populasi
penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi
yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi
dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Olah raga ternyata juga dihubungkan
dengan pengobatan terhadap hipertensi. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur
(aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak. Menurut Alison Hull dalam
penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila
berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga
ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini
mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Risiko
relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat.
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan
risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
f. Stres
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Stres
adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tidak mudah
diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif.
Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari
luar. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah
yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan
bila stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan. Stress juga
diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan
stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Suhadak, 2010).
f. Pendidikan
menerima gaya hidup sehat seperti olah raga, dan memelihara berat badan ideal.
(Jaddou HY, 2011). Keengganan pasien untuk berobat disebabkan oleh tidak adanya
1. Pencegahan Primer
serta produk yang mengandung susu yang rendah lemak tersaturasi dan lemak
total rendah.
d. Meningkatkann aktivitas fisik aerobik secara teratur seperti jalan cepat secara
e. Tidak merokok
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada pasien hipertensi yang belum mengalami
3. Pencegahan Tersier
pada pasien yang mengalami kerusakan target organ. Pencegahan tersier memerlukan
farmakologi dan farmakologi (Raajev Gupta, 2010). Menurut Konsensus tahun 2014
2. Medikamentosa
golongan:
a. Diuretik
c. Anatagonis Kalsium
e. Beta Blocker
Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk
melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan juga ikut menentukan kesehatan
bagi tubuh. Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang
utama terjadinya hipertensi (AS, 2010). Pola hidup sehat dan pola makan sehat
merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya
dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali lengah menjaga diri
dengan tidak mengikuti pola hidup sehat, dipastikan akan mudah terkena Hipertensi.
Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang
mengandung pengawet , kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan
antara komposisi asupan makanan terhadap hipertensi. Dari hasil penelitian tersebut
lemak dan total kalori. Beberapa penelitian yang mempunyai faktor yang
antara konsumsi sayur dan buah dengan penurunan konsumsi lemak total dan lemak
hipertensi sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada
orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang yang menjelang
usia lanjut. Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat Hipertensi dengan
mengurangi asupan garam, penurunan Berat badan pada orang gemuk, peningkatan
asupan kalium dari sayur dan buah serta asupan biji-bijian seperti pola Diet DASH
telah terbukti sebagai strategi efektif mengontrol Tekanan Darah (Heller, 2016).
1. Biskuit , krekers, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur dan
2. Dendeng, abon, corned beef, daging asap, ham, ikan asin, ikan pindang,
sarden kaleng, teri kering, dan makanan lain yang diawetkan dengan garam
4. Margarin, mentega, minuman bersoda dan makanan lain yang tinggi garam
2. Garam dapur , vetsin, soda kue, kecap, maggi, terasi, petis, tauco, saos tomat.
Salah satu yang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit adalah pola makan.
Prinsipnya, pengaturan pola makan biasa mencegah atau menahan agar sakit tidak
tambah parah. Mengkonsumsi garam menyebabkan haus dan mendorong kita untuk
minum. Hal ini meningkatkan volume darah dalam tubuh. Jantung harus memompa
lebih giat sehingga tekanan darah naik. Kenaikan ini berakibat pada ginjal yang harus
menyaring lebih banyak garam dapur dan air. Karena masukannya harus sama
seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah
sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi
peluang untuk membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikosumsi.
Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan
dasar biologinya, termasuk kebutuhan terhadap pangan. Dalam hal ini sikap terhadap
3. Agama
Pantangan yang didasari agama, khususnya Islam disebut haram dan individu
yang melanggar hukumnya berdosa. Konsep halal dan haram sangat mempengaruhi
pemilihan bahan makanan yang akan dikosumsi. Kebanyakan kelompk agama juga
2013).
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan formal merupakan faktor yang ikut menentukan mudah tidaknya
merupakan faktor tidak langsung yang memengaruhi status gizi (Soekirman, 2016).
5. Lingkungan
makan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta
adanya promosi melalui media elektronik maupun cetak. Kebiasaan makan dalam
Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat. Aktivitas
fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme
untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras
dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
Aktivitas fisik atau olahraga adalah salah satu wujud dari perilaku sehat terkait
dalam mengatur berat badan dan menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah,
serta membantu sistem metabolisme tubuh. Aktivitas fisik atau olahraga yang teratur
beraktivitas fisik cukup tinggi, tubuhnya dapat mengubah glukosa menjadi glikogen
yang tersimpan dalam otot secara lebih cepat, daripada yang tidak terlatih fisiknya
dan bila aktivitas ini dilakukan secara teratur, maka dapat menambah penyimpanan
glikogen otot. Dengan adanya senam hipertensi yang dilakukan oleh petugas
Aktifitas fisik atau olah raga dapat menurunkan berat badan, membakar lebih
banyak lemak di dalam darah dan memperkuat otot jantung. Olahraga atau aktfitas
fisik yang mampu membakar 800-1000 kalori dan akan meningkatkan high density
lipoprotein (HDL) sebesar 4,4 mmHg dan menurunkan LDL (Low Density
Aktifitas fisik yang dilakukan secara teratur dan tepat dengan frekuensi dan
lamanya waktu yang sesuai akan dapat membantu seseorang dalam menurunkan
sehingga dapat memompa darah lebih baik dengan tanpa harus mengeluarkan energi
atau kemampuan yang besar. Semakin ringan kerja jantung maka semakin sedikit
tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah menjadi turun
(Simamora, 2012). Melakukan aktifitas yang cukup merupakan salah satu dari sekian
banyak hal yang dikategorikan dalam pengobatan non farmakologis bagi penderita
hipertensi. Aktifitas yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktifitas sedang
yang dilakukan selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150
kalori per hari. Salah satu yang biasa dilirik adalah aerobik. Dikatakan aerobik jika
2010).
yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah,
makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga
tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga banyak
dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga
berperan dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur
membuat jantung lebih kuat. Jantung yang kuat dapat memompa darah lebih banyak
dengan usaha minimal, sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan
berkurang. Hal tersebut berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang
angkat beban perlu dihindari, karena justru dapat menaikkan tekanan darah
sistolik sekitar 5-10 mmHg. Olahraga secara teratur juga berperan dalam menurunkan
jumlah dan dosis obat anti hipertensi. Apabila tekanan darah berada pada batas
normal yaitu120/80 mmHg, maka olahraga dapat menjaga kenaikan tekanan darah
badan ideal, yang merupakan salah satu cara penting untuk mengontrol tekanan darah
(Nuarima, 2012).
Menurut Leonard Marvyn (dalam Utami, 2007) orang yang kurang
terjadi konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan nafsu makan bertambah yang
akhirnya berat badan naik dan dapat menyebabkan obesitas. Jika Berat badan
seseorang bertambah, maka volume darah akan bertambah, sehingga beban jantung
untuk memompa darah juga bertambah. Semakin besar bebannya, semakin berat kerja
jantung dalam memompa darah keseluruh tubuh sehingga tekanan perifer dan curah
case control di Ambon menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang kurang merupakan
factor resiko terjadinya hipertensi dengan OR = 2,67; 95% CI ; 1,20 – 5,81 (Beatrix,
kebutuhan aktivitas fisik. Berikut ini adalah yang digunakan untuk menggambarkan
a. Kurang Gerak: Gaya hidup yang ditandai dengan sedikit atau tidak ada
b. Intensitas Ringan: Gaya Hidup yang mencakup sedikit latihan fisik yang
antara lain berjalan cepat, berkebun secara umum, bermain golf, aerobic air,
d. Aktivitas Fisik Berat : Gaya hidup yang mencakup latihan fisik yang memacu
dalam denyut jantung dan frekuensi pernapasan. Contohnya, Berlari atau lari
sebuah teori yang menyatakan bahwa penyakit yang dialami manusia disebabkan oleh
interaksi tiga faktor utama yaitu pejamu (host), agen (agent), dan lingkungan
(environment). Ketiga faktor itu yang menjadi dasar bagi peneliti untuk
yaitu usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, pendidikan dan suku dan faktor
perilaku yaitu pernikahan dan kerabat dekat, pola makan, kebiasaan merokok dan
aktifitas fisik. Faktor agen meliputi : faktor komorbid seperti diabetes mellitus, stress
emosional dan gangguan ginjal dan faktor lingkungan meliputi bentuk keluarga,
pelayanan kesehatan dan lingkungan rumah. Landasan teori menurut Gordon dan
Le Richt dari faktor-faktor yang dapat memengaruhi derajat kesehatan manusia, tidak
semuanya akan diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat
situasi di lapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan sesuai
Variabel yang diambil adalah variabel pola makan dan aktifitas fisik dan dapat dilihat
PEJAMU
AGEN
Demografi 1. Faktor komorbid
1. Usia seperti Diabetes
2. Jenis kelamin Melitus
3. Indeks massa 2. Stres Emosional
tubuh 3. Gangguan Ginjal
4. Pendidikan
5. Suku
LINGKUNGAN
1. Bentuk keluarga
Perilaku 2. Pelayanan
1. Pernikahan dan HIPERTENSI Kesehatan
kerabat dekat 3. Lingkungan
2. Pola Makan rumah
3. Kebiasaan
merokok
4. Aktibitas Fisik
Pola Makan
1. Konsumsi Serat
2. Kebiasaan
Konsumsi Lemak Kejadian Hipertensi
Jenuh
3. Kebiasaan
Konsumsi Garam
Aktifitas Fisik
sebagai variabel independen adalah beberapa keadaan dari faktor gaya hidup yang
dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi yaitu pola makan dan aktifitas fisik .
Penelitian ini akan menganlisis pengaruh pola makan dan aktifitas fisik terhadap
Hipertensi.