Disusun Oleh :
P23130017043
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan pada tanggal
16 September – 4 Oktober 2019. Laporan ini disusun berdasarkan praktek yang telah saya
lakukan di instalasi radiologi RSUP Fatmawati.
Terciptanya laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari peran serta staff dan
pegawai yang membimbing dan memberi masukkan sehingga saya dapat menyelesaikan
kegiatan PKL ini dengan lancar.Atas terlaksana dan selesainya kegiatan ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya atas budi baik dan bantuan dari
bapak/ibu semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan sebaik-
baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan PKL ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan,
tidak lupa harapan kami semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi saya.
Penulis
Daftar isi
BAB I ............................................................................................................. Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
B. ANATOMI ........................................................................................................................................ 6
C. CEPHALGIA ................................................................................................................................. 12
1. Posisi Pasien................................................................................................................................ 16
BAB IV ....................................................................................................................................................... 22
PENUTUP .................................................................................................................................................. 22
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 22
B. SARAN ........................................................................................................................................... 22
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Computted Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan
sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia digunakan sejak tahun
1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer, dan televisi
sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan
atau slice. (Rasad, 1992)
Prinsip kerja CT-Scan yaitu hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan melintang
tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka
gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali hingga didapatkan
gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek
tersebut. (Tortorici, 1995)
Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan
diagnosis yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi konvensional karena dapat
membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectiona, dan dapat
direformat menjadi tiga dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan.
Pemeriksaan CT Scan standar yang dilakukan setiap rumah sakit ialah CT Scan Brain.
Untuk banyak kasus seperti kasus-kasus pasien trauma Brain, CVD, CVD, penurunan
kesadaran, pendarahan otak, hingga hidrosefalus dapat dideteksi dengan cepat
menggunakan CT Scan
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Brain dengan klinis chephalgia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan Brain di Radiologi RSUP
Fatmawati.
D. MANFAAT PENULISAN
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya maupun
pembaca pada umumnya.
BAB II
TEORI DASAR
A. PENGERTIAN CT SCAN
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat
badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat
badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner.
Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah
klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-
25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan
untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan
dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based
kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam
pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop
pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka
ginjal klien harus dalam keadaan normal.
Tujuan penggunaan CT Scan, untuk menemukan patologi otak dan medulla
spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian
CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di
luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan
ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan
melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat
proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai
kelainan pembuluh darah lainnya.
Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak
kanker, dan jenis kanker.
Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul
penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf
lainnya.
Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter
untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi
lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda
melakukan pemeriksaan selain CT scan.
B. ANATOMI
1. Anatomi Fisiologi Kepala
a. Otak (Brain)
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh.Otak merupakan dari saraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh suatu lapisan yang
kuat.Otak terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang otak (Trunchus Enchepali),
dan otak kecil (Cerebellum). (Syaifudin, 1997)
c. Ventrikel Otak
Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling
berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi
semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung CSF (Cerebrospinal
Fluid).Ventrikel otak terdiri dari ventrikel lateral, ketiga dan keempat. (Price
Sylvia, 1995)
d. Cairan Serebrospinal
Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang subarachnoid berkisar antara
120-180 ml pada orang dewasa, 100-140 ml pada anak umur 8-10 tahun, dan 40-60
ml pada bayi. Pada orang dewasa, produksi cairan serebrospinal selama 24 jam
berjumlah 430-500 ml, ini berarti dalam 24 jam cairan serebrospinal diganti sebanyak
tiga kali. (Woodruff WW, 1993) 3.
C. CEPHALGIA
Cephalgia adalah nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia (baca : sefalgia)
berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata cephalo yang berarti kepala dan algos
yang berarti nyeri. Penggunaan istilah sakit kepala ini seringkali disamakan dengan
pusing, padahal pengertiannya di dalam dunia medis berbeda. Pada saat pasien datang
ke dokter seringkali pasien mengeluhkan pusing, kemudian dokter menanyakan
kembali gejala yang dirasakan seperti apa. Apakah yang dirasakan itu sensasi kepala
berdenyut atau seolah-olah kepala berputar? Apabila yang dirasakan pasien itu seperti
sensasi kepala berdenyut (orang awam sering menyebut dengan istilah “nyut-nyutan”)
maka gejala yang dirasakan pasien itu disebut dengan nyeri kepala. Sedangkan
apabila yang dirasakan pasien seperti seolah-olah kepala berputar (orang awam sering
menyebut dengan istilah “keliyengan”) maka gejala yang dimaksud adalah pusing
atau istilah medisnya dikenal dengan vertigo. Mengapa dua jenis gejala ini perlu
dibedakan? Karena penyebabnya berbeda sehingga penanganannya pun berbeda. Pada
kesempatan artikel kali ini akan dibahas mengenai cephalgia atau nyeri kepala.
Hampir semua orang pasti pernah mengalami cephalgia. Ini merupakan jenis nyeri
yang paling umum terjadi dan menjadi penyebab utama alasan seseorang
mengunjungi dokter. Cephalgia dapat merupakan suatu penyakit tersendiri (murni
karena adanya gangguan di kepala) atau dapat merupakan suatu gejala dari penyakit
lain. Hampir pada semua penyakit, pasien mengeluhkan adanya sakit kepala.
Jenis cephalgia sendiri ada bermacam-macam. Ada 5 tipe dari cephalgia yaitu :
1. Tension headache
2. Cluster headache
3. Sinus headache
4. Rebound headache
5. Migraine headache
1. Tension headache
Merupakan jenis cephalgia yang paling sering terjadi. Karakteristik dari nyeri kepala
jenis ini adalah nyeri atau adanya tekanan disekitar kepala, terutama di kepala bagian
belakang dan leher. Jenis nyeri kepala ini biasanya ringan, tidak sampai menimbulkan
mual dan muntah, serta tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Tension Headache
diduga terjadi karena adanya spasme otot di daerah tengkuk, bahu, rahang, dan leher
atau dapat disebabkan adanya gangguan neutransmiter di otak. Tension headache
biasa muncul karena dipicu adanya stress, depresi, atau kecemasan. Seseorang yang
beresiko terkena Tension headache adalah orang yang terlalu banyak bekerja, kurang
waktu tidur, telat makan, atau mengkonsumsi alkohol. Tension headache biasanya
membaik dengan penggunaan obat analgetik (penghilang nyeri), seperti aspirin,
parasetamol, atau ibuprofen.
2. Cluster headache
Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Nyeri kepala jenis ini seringkali
terjadi berulang, muncul secara tiba-tiba dan keluhan yang dirasakan semakin
memberat. Sering disertai dengan keluhan tambahan seperti mata berair, hidung
tersumbat atau hidung berair pada salah satu sisi yang sama dengan kelemahan salah
satu sisi kepala. Selama serangan muncul, pasien merasa sangat tidak bertenaga dan
tidak nyaman, selalu ingin berbaring. Gejala dari Cluster headache mirip dengan
migraine, perbedaannya adalah penyebab dari Cluster headache tidak diketahui
sedangkan penyebab dari migraine diketahui. Penyebab dari Cluster headache diduga
berkaitan dengan faktor genetik. Cluster headache tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi penggunaan obat-obatan sakit kepala dapat mengurangi frekuensi dan durasi
terjadinya Cluster headache.
3. Sinus headache
Sinus merupakan rongga-rongga yang ada di tulang tengkorak wajah. Apabila terjadi
inflamasi atau peradangan di daerah sinus, biasa karena adanya infeksi, maka akan
menimbulkan nyeri di rongga sinus dan dapat menjalar ke kepala. Keluhan biasa
disertai dengan adanya demam. Dan penegakan diagnosis dilakukan dengan
pemeriksaan fiber-optic untuk melihat ada tidaknya pus di rongga sinus. Untuk
mengobati Sinus headache maka harus diberikan obat sesuai dengan penyebabnya
yaitu dengan menggunakan antibiotik. Obat-obatan lain dapat digunakan untuk
mengatasi gejala, seperti golongan antihistamin atau dekongestan.
4. Rebound headache
Cefalgia tipe ini muncul karena terlalu banyak penggunaan obat penghilang nyeri
untuk menghilangkan nyeri kepala. Sayangnya malah dapat memicu nyeri kepala
muncul kembali.
5. Migraine headache
Merupakan sakit kepala berdenyut yang hanya terjadi di salah satu sisi, bisa di sebelah
kanan saja atau sebelah kiri saja. Gejala lain dari migraine antara lain : nyeri kepala
yang timbul sangat hebat, nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya, bau, dan suara,
mual dan muntah. Biasanya dengan tetap melakukan aktivitas, maka keluhan yang
dirasakan pasien akan semakin bertambah berat. Keluhan migraine ini dapat
berlangsung selama beberapa jam, namun ada yang sampai beberapa hari. Keluhan
migraine dapat membaik dengan obat-obatan, seperti : Acetaminophen, Ibuprofen,
Naproxen sodium, Triptan, natrium diklofenak, atau golongan narkotik.
A. DATA PASIEN
Nama Pasien : J. N
Jenis Kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 31-12-1955
RM pasien : 5840XXXX
Pemeriksaan : CT SCAN KEPALA
Klinis : Cephalgia
B. PERSIAPAN PASIEN
Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras / CT scan
kepala polos. Yang diperlukan pada pemeriksaan ini adalah pasien yang akan diperiksa
cukup kooperatif selama pemeriksaan CT scan brain berlangsung.
D. TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Posisi Pasien
• Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi head First
• Garis pertengahan tubuh MSL (Mid Sagital Line) berada pada
pertengahan meja pemeriksaan
• Kedua tangan berada disamping tubuh,
• Demi kenyamanan pasien dapat diberi selimut.
2. Posisi Objek
• Posisi kepala pasien harus diatur agar benar-benar simetris
• Atur posisi kepala sehingga mid sagital plane sejajar dengan lampu
indicator longitudinal dan interpupillary line sejajar dengan lampu
indicator horizontal.
• Atur batas atas ±2 CM diatas vertex dan batas bawah setinggi symphisis
menti
3. Prosedure dan Langkah Teknik CT-Scan
A. Pemasukan data pasien baru
i. Pilih “EXAMINATION” di pojok kanan atas pada layar komputer
ii. Klik Pasien Register untuk memasukan data pasien baru
iii. Setelah itu, isi data pasien dengan benar, kemudian klik Exam untuk memulai.
iv. Setelah muncul seperti pada gambar pilihlah Mode Head first, lalu pindah kan
kursor pada gambar kepala, kemudian pilih “head nc” dan klik “ok”
B. Proses scan
1. Setelah itu maka akan muncul menu seperti ini,
10. Setelah proses recon selesai, kita dapat klik Close Pasien
C. Proses recon 3D
1. Buka kembali file dan pilih data yang akan di recon 3D
2. Untuk recon 3D pilih lah gambar dengan potongan 1.0mm
3. Kemudian kepenampil 3D
6. Pada parallel ranges untuk potongan axial jumlah foto sebanyak 24 dengan
image thickness dan distance nya sebesar 6.0 mm
D. FILMING
1. Kita dapat kembali membuka file dan memilih hasil potongan yang tadi kita
simpan (pilih potongan 1 mm)
2. Kemudian klik filming.
3. Pada tampilan film untuk potongan axial kita dapat blok all kemudian klik
kanan pilih “propertise” atur tampilan gambar 5x5
4. Kemudian block all dan di perbesar agar tiap gambar besarnya sama.
5. Lakuakan hal yang sama untuk potongan coronalnya tapi tampilannya 5x5.
Kemudian juga di perbesar.
6. Setelah selesai kita dapat mencetak hasil gambar tersebut.
E. HASIL GAMBARAN
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penulisan laporan ini dapat disimpulkan mengetahui teknik pemeriksaan
ct brain dengan klinis cephalgia . Dari pemeriksaan ini juga saya dapat mengetahui
anatomi dan kelainan pada bagian kepala atau brain. Anatomi yang dapat dipahami
yaitu secara axial, coronal, dan sagital. saya juga dapat mengetahui dengan jelas apa
saja parameter yang digunakan dalam pemeriksaan ct brain ini.
B. SARAN
Semoga untuk kedepannya diharapkan instruktur dapat mengizinkan
mahasiswa memberi kesempatan untuk mencoba merekontruksi setiap pemeriksaan
dan tidak luput mempertahankan serta meningkatkan perhatian dan bimbingan
terhadap mahasiswa yang sedang melakukan praktek agar dapat melakukan teknik
pemeriksaan CT-Scan dengan baik dan benar,serta mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori yang telah diberikan di saat praktek berlangsung.
Daftar Pustaka
Ballinger, P.W. 1995. Radiographic Positioning and Radiographic Procedures Volume One, Ninth
Edition. St. Louis Missori : Te CV Mosby Company.
Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy Fifth Edition. St.
Louis Missori : The CV Mosby Company.
Pearce, C Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat.Edisi ke-2. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta.
Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi IV, Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.