Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMERIKSAAN CT-SCAN BRAIN DENGAN KLINIS CEPHALGIA

DIINSTALASI RADIOLOGI RSUP FATMAWATI

PERIODE 16 SEPTEMBER – 4 OKTOBER 2019

Disusun Oleh :

RIZKA DHEA NABILA

P23130017043

PROGRAM DIPLOMA III

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan pada tanggal
16 September – 4 Oktober 2019. Laporan ini disusun berdasarkan praktek yang telah saya
lakukan di instalasi radiologi RSUP Fatmawati.

Terciptanya laporan praktek kerja lapangan ini tidak terlepas dari peran serta staff dan
pegawai yang membimbing dan memberi masukkan sehingga saya dapat menyelesaikan
kegiatan PKL ini dengan lancar.Atas terlaksana dan selesainya kegiatan ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya atas budi baik dan bantuan dari
bapak/ibu semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini disusun dengan sebaik-
baiknya, namun masih terdapat kekurangan didalam penyusunan laporan PKL ini, oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan,
tidak lupa harapan kami semoga laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi saya.

Jakarta,29 Agustus 2019

Penulis
Daftar isi
BAB I ............................................................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4

C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................................................... 4

D. MANFAAT PENULISAN ................................................................................................................ 4

BAB II............................................................................................................ Error! Bookmark not defined.

LANDASAN TEORI .................................................................................................................................... 6

A. PENGERTIAN CT SCAN ................................................................................................................ 5

B. ANATOMI ........................................................................................................................................ 6

C. CEPHALGIA ................................................................................................................................. 12

BAB III ................................................................................................................................................... 16

PEMBAHASAN DAN HASIL............................................................................................................... 16

A. DATA PASIEN .............................................................................................................................. 16

B. PERSIAPAN PASIEN .................................................................................................................... 16

C. ALAT DAN BAHAN ..................................................................................................................... 16

D. TEKNIK PEMERIKSAAN ............................................................................................................ 16

1. Posisi Pasien................................................................................................................................ 16

2. Posisi Objek ................................................................................................................................ 17

3. Prosedure dan Langkah Teknik CT-Scan ................................................................................... 17

BAB IV ....................................................................................................................................................... 22

PENUTUP .................................................................................................................................................. 22

A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 22

B. SARAN ........................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 23


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Computted Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi (CT) diperkenalkan
sejak tahun 1968 oleh Goldfrey Housfield dan di Indonesia digunakan sejak tahun
1970. CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, komputer, dan televisi
sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia dalam bentuk irisan
atau slice. (Rasad, 1992)
Prinsip kerja CT-Scan yaitu hanya dapat men-scanning tubuh dengan irisan melintang
tubuh (potongan axial). Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka
gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali hingga didapatkan
gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek
tersebut. (Tortorici, 1995)
Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan
diagnosis yang lebih tepat dibandingkan dengan radiografi konvensional karena dapat
membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectiona, dan dapat
direformat menjadi tiga dimensi sehingga terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan.
Pemeriksaan CT Scan standar yang dilakukan setiap rumah sakit ialah CT Scan Brain.
Untuk banyak kasus seperti kasus-kasus pasien trauma Brain, CVD, CVD, penurunan
kesadaran, pendarahan otak, hingga hidrosefalus dapat dideteksi dengan cepat
menggunakan CT Scan

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Brain dengan klinis chephalgia ?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan Brain di Radiologi RSUP
Fatmawati.

D. MANFAAT PENULISAN
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya maupun
pembaca pada umumnya.
BAB II
TEORI DASAR
A. PENGERTIAN CT SCAN
CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran
dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat
badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat
badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner.
Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah
klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-
25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan
Harus dilakukan pengkajian terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan
untuk menentukan apakah klien bebas dari alergi iodine, sebab pada klien yang akan
dilakukan pemeriksaan CT Scan disuntik dengan zat kontras berupa iodine based
kontras material sebanyak 30 ml. Bila klien ada riwayat alergi atau dalam
pemeriksaan ditemukan adanya alergi maka pemberian zat kontras iodine harus distop
pemberiannya. Karena eliminasi zat kontras sudah harus terjadi dalam 24 jam. Maka
ginjal klien harus dalam keadaan normal.
Tujuan penggunaan CT Scan, untuk menemukan patologi otak dan medulla
spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa radioisotope. Dengan demikian
CT scan hampir dapat digunakan untuk menilai semua organ dalam tubuh, bahkan di
luar negeri sudah digunakan sebagai alat skrining menggantikan foto rontgen dan
ultrasonografi. Yang penting pada pemeriksaan CT scan adalah pasien yang akan
melakukan pemeriksaan bersikap kooperatif artinya tenang dan tidak bergerak saat
proses perekaman. CT scan sebaiknya digunakan untuk :
 Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai
kelainan pembuluh darah lainnya.
 Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak
kanker, dan jenis kanker.
 Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harus dilakukan bila timbul
penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf
lainnya.
 Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.
 Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan
yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter
untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.
 Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi
lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda
melakukan pemeriksaan selain CT scan.

B. ANATOMI
1. Anatomi Fisiologi Kepala

Tengkorak dibentuk oleh beberapa tulang yang bentuknya melengkung, satu


sama lain, dan berhubungan erat sekali. Tengkorak terdiri atas dua bagian yaitu:
tengkorak otak dan tengkorak wajah.
a. Gubah tengkorak (tempurung kepala), yang terdiri atas tulang-tulang.
1) Os Frontal (bagian depan)
2) Os Parietal (bagian tengah)
3) Os Occipital (bagian belakang)
b. Dasar tengkorak, yang terdiri atas tulang-tulang:
1) Os Sphenoidalis, tulang yang terdapat di tengah-tengah dasar tengkorak
dan berbentuk seperti kupu-kupu, dengan tiga pasang sayap.
2) Os Ethmoidalis, terletak di sebelah depan dari Os Sphenoidalis di antara
lekuk mata.
Selain kedua tulang di atas, dasar tengkorak dibentuk pula oleh tulang-tulang
lain seperti tulang kepala belakang, tulang dahi, dan tulang pelipis.
c. Samping tengkorak, yang dibentuk oleh tulang-tulang:
1) Tulang pelipis
2) Sebagian tulang dahi
3) Tulang ubun-ubun
4) Tulang baji
d. Tengkorak wajah
Tengkorak wajah pada manusia bentuknya lebih kecil dari tengkorak
otak.Di dalam tengkorak wajah terdapat rongga-rongga yang membentuk
rongga mulut (cavuum oris), rongga hidung (cavum nasi), dan rongga mata
(cavum orbita).
Tengkorak wajah terdiri dari dua bagian:
1) Bagian hidung
a) Os Lacrimal (tulang mata), letaknya di sebelah kanan atau kiri
pangkal hidung, di sudut mata.
b) Os Nasal (tulang karang hidung), letaknya di dalam rongga hidung
dan bentuknya berlipat-lipat.
c) Septum Nasi (sekat rongga hidung) adalah sambungan dari tulang
tapis yang tegak.
2) Bagian rahang
a) Os Maksilaris (tulang rahang atas)
b) Os Zygomaticum, tulang pipi yang terdiri dari dua tulang kiri dan
kanan.
c) Os Palatum (tulang langit-langit), terdiri dari dua buah tulang kiri
dan kanan.
d) Os Mandibularis (tulang rahang bawah), terdiri dari dua bagian yaitu
bagian kiri dan kanan yang kemudian bersatu dipertengahan dagu. Di
bagian depan dari mandibula terdapat prosesus coracoid, tempat
melekatnya otot.
Tulang-tulang tengkorak kepala dihubungkan satu sama lain oleh tulang
bergerigi yang disebut sutura.
Sutura-sutura itu adalah:
1) Sutura Coronalis, yaitu yang menghubungkan antara os frontal dan os
parietal.
2) Sutura Sagitalis, yaitu yang menghubungkan os parietal kiri dan kanan.
3) Sutura Lambdoidea, yaitu yang menghubungkan antara os parietal dan
os occipital.
2. Anatomi Fisiologi Otak

a. Otak (Brain)
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh.Otak merupakan dari saraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh suatu lapisan yang
kuat.Otak terdiri dari otak besar (Cerebrum), batang otak (Trunchus Enchepali),
dan otak kecil (Cerebellum). (Syaifudin, 1997)

1) Otak Besar (Cerebrum)


Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Otak
mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan
bawah.Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu
pada bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf. (Syaifudin, 1997)

Fungsi Otak Besar, yaitu:


 Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.
 Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensi,
keinginan dan memori.
 Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

2) Batang Otak (Truncus Enchepali)


Batang otak terdiri dari beberapa bagian.
a) Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara
cerebellum dengan mesenchepalon. (Syaifudin, 1997)
Fungsi disenchepalon:
 Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.
 Respiratory, membantu proses persarafan.
 Mengontrol kegiatan refleks.
 Membantu pekerjaan jantung.

b) Mesenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat bagian


yang menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut corpus
kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah disebut corpus
kuadrigeminus inferior. (Syaifudin, 1997)
Fungsi mesenchepalon:
 Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
 Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

c) Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenchepalon


dengan pons naroli dan cerebellum terletak di depan cerebellum
diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat
premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.
(Syaifudin, 1997)
Fungsi pons varoli:
 Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara
medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar.
 Pusat saraf nervus trigeminus.

d) Pons varoli dengan medulla spinalis. (Syaifudin, 1997)


Fungsi medulla oblongata:
 Mengontrol pekerjaan jantung.
 Mengecilkan pembuluh darah (vase konstruktor).
 Pusat pernafasan (respiratory).
 Mengontrol kegiatan refleks.

e) Otak Kecil (Cerebellum)


Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang
tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura trans versalis
dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata.
(Syaifudin, 1997)
Fungsi otak kecil:
 Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk keseimbangan
dan rangsangan pendengaran otak.
 Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat penerima
impuls dan nervus vagus kelopak mata rahang atas, rahang bawah,
dan otot pengunyah.
 Neocerebellum (pontocerebellum), korteks cerebellum menerima
informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan
dan mengatur gerakan sisi badan.

b. Selaput Otak (Meningen)


Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi
struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan
cerebro spinalis).Memperkecil benturan atu gerakan yang terdiri dari tiga
lapisan.( Syaifudin, 1997)
1) Durameter (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembunaringgkus otak yang berasal dari jaringan ikat
dan kuat dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan
durameter propia dibagian dalam di canalis vertebralis, kedua lapisan ini
terpisah. (Syaifudin, 1997)

2) Arakhnoid (lapisan tengah)


Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan
piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral. (Syaifudin, 1997)

3) Piameter (lapisan sebelah dalam)


Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan
otak.Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur
jaringan ikat yang disebut trakekel. (Syaifudin, 1997)

c. Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang saling
berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang membatasi
semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung CSF (Cerebrospinal
Fluid).Ventrikel otak terdiri dari ventrikel lateral, ketiga dan keempat. (Price
Sylvia, 1995)

d. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid kedalam


ventrikel-ventrikel yang ada dalam otak.Cairan tersebut masuk kedalam kanalis
sentralis sumsum tulang belakang dan juga kedalam ruang subarachnoid melalui
celah-celah yang terdapat pada ventrikel ke empat.

Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang subarachnoid berkisar antara
120-180 ml pada orang dewasa, 100-140 ml pada anak umur 8-10 tahun, dan 40-60
ml pada bayi. Pada orang dewasa, produksi cairan serebrospinal selama 24 jam
berjumlah 430-500 ml, ini berarti dalam 24 jam cairan serebrospinal diganti sebanyak
tiga kali. (Woodruff WW, 1993) 3.

C. CEPHALGIA

Cephalgia adalah nyeri kepala atau sakit kepala. Cephalgia (baca : sefalgia)
berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari kata cephalo yang berarti kepala dan algos
yang berarti nyeri. Penggunaan istilah sakit kepala ini seringkali disamakan dengan
pusing, padahal pengertiannya di dalam dunia medis berbeda. Pada saat pasien datang
ke dokter seringkali pasien mengeluhkan pusing, kemudian dokter menanyakan
kembali gejala yang dirasakan seperti apa. Apakah yang dirasakan itu sensasi kepala
berdenyut atau seolah-olah kepala berputar? Apabila yang dirasakan pasien itu seperti
sensasi kepala berdenyut (orang awam sering menyebut dengan istilah “nyut-nyutan”)
maka gejala yang dirasakan pasien itu disebut dengan nyeri kepala. Sedangkan
apabila yang dirasakan pasien seperti seolah-olah kepala berputar (orang awam sering
menyebut dengan istilah “keliyengan”) maka gejala yang dimaksud adalah pusing
atau istilah medisnya dikenal dengan vertigo. Mengapa dua jenis gejala ini perlu
dibedakan? Karena penyebabnya berbeda sehingga penanganannya pun berbeda. Pada
kesempatan artikel kali ini akan dibahas mengenai cephalgia atau nyeri kepala.
Hampir semua orang pasti pernah mengalami cephalgia. Ini merupakan jenis nyeri
yang paling umum terjadi dan menjadi penyebab utama alasan seseorang
mengunjungi dokter. Cephalgia dapat merupakan suatu penyakit tersendiri (murni
karena adanya gangguan di kepala) atau dapat merupakan suatu gejala dari penyakit
lain. Hampir pada semua penyakit, pasien mengeluhkan adanya sakit kepala.

Mengenal Jenis-jenis Cephalgia

Jenis cephalgia sendiri ada bermacam-macam. Ada 5 tipe dari cephalgia yaitu :

1. Tension headache
2. Cluster headache
3. Sinus headache
4. Rebound headache
5. Migraine headache

Berikut penjelasan dari masing-masing jenis cephalgia di atas.

1. Tension headache

Merupakan jenis cephalgia yang paling sering terjadi. Karakteristik dari nyeri kepala
jenis ini adalah nyeri atau adanya tekanan disekitar kepala, terutama di kepala bagian
belakang dan leher. Jenis nyeri kepala ini biasanya ringan, tidak sampai menimbulkan
mual dan muntah, serta tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Tension Headache
diduga terjadi karena adanya spasme otot di daerah tengkuk, bahu, rahang, dan leher
atau dapat disebabkan adanya gangguan neutransmiter di otak. Tension headache
biasa muncul karena dipicu adanya stress, depresi, atau kecemasan. Seseorang yang
beresiko terkena Tension headache adalah orang yang terlalu banyak bekerja, kurang
waktu tidur, telat makan, atau mengkonsumsi alkohol. Tension headache biasanya
membaik dengan penggunaan obat analgetik (penghilang nyeri), seperti aspirin,
parasetamol, atau ibuprofen.
2. Cluster headache

Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Nyeri kepala jenis ini seringkali
terjadi berulang, muncul secara tiba-tiba dan keluhan yang dirasakan semakin
memberat. Sering disertai dengan keluhan tambahan seperti mata berair, hidung
tersumbat atau hidung berair pada salah satu sisi yang sama dengan kelemahan salah
satu sisi kepala. Selama serangan muncul, pasien merasa sangat tidak bertenaga dan
tidak nyaman, selalu ingin berbaring. Gejala dari Cluster headache mirip dengan
migraine, perbedaannya adalah penyebab dari Cluster headache tidak diketahui
sedangkan penyebab dari migraine diketahui. Penyebab dari Cluster headache diduga
berkaitan dengan faktor genetik. Cluster headache tidak dapat disembuhkan, akan
tetapi penggunaan obat-obatan sakit kepala dapat mengurangi frekuensi dan durasi
terjadinya Cluster headache.

3. Sinus headache

Sinus merupakan rongga-rongga yang ada di tulang tengkorak wajah. Apabila terjadi
inflamasi atau peradangan di daerah sinus, biasa karena adanya infeksi, maka akan
menimbulkan nyeri di rongga sinus dan dapat menjalar ke kepala. Keluhan biasa
disertai dengan adanya demam. Dan penegakan diagnosis dilakukan dengan
pemeriksaan fiber-optic untuk melihat ada tidaknya pus di rongga sinus. Untuk
mengobati Sinus headache maka harus diberikan obat sesuai dengan penyebabnya
yaitu dengan menggunakan antibiotik. Obat-obatan lain dapat digunakan untuk
mengatasi gejala, seperti golongan antihistamin atau dekongestan.

4. Rebound headache

Cefalgia tipe ini muncul karena terlalu banyak penggunaan obat penghilang nyeri
untuk menghilangkan nyeri kepala. Sayangnya malah dapat memicu nyeri kepala
muncul kembali.

5. Migraine headache

Merupakan sakit kepala berdenyut yang hanya terjadi di salah satu sisi, bisa di sebelah
kanan saja atau sebelah kiri saja. Gejala lain dari migraine antara lain : nyeri kepala
yang timbul sangat hebat, nyeri pada mata, sensitif terhadap cahaya, bau, dan suara,
mual dan muntah. Biasanya dengan tetap melakukan aktivitas, maka keluhan yang
dirasakan pasien akan semakin bertambah berat. Keluhan migraine ini dapat
berlangsung selama beberapa jam, namun ada yang sampai beberapa hari. Keluhan
migraine dapat membaik dengan obat-obatan, seperti : Acetaminophen, Ibuprofen,
Naproxen sodium, Triptan, natrium diklofenak, atau golongan narkotik.

Penanganan Cephalgia Secara Umum


Pembagian jenis-jenis cephalgia ini penting untuk diketahui karena penanganannya
berbeda-beda. Pada umumnya setiap jenis cephalgia dapat membaik dengan
mengkonsumsi obat analgetik yang dijual bebas di warung, seperti parasetamol.
Walaupun dijual secara bebas dan dapat dikonsumsi secara aman, penggunaan
parasetamol harus tetap sesuai aturan dan tidak boleh berlebihan. Tidak semua jenis-
jenis dari cephalgia tersebut membutuhkan penanganan dari dokter, walaupun nyeri
kepala dapat merupakan suatu gejala dari penyakit serius. Kondisi dimana nyeri
kepala membutuhkan penanganan dari dokter apabila muncul secara tiba-tiba dan
keluhan dirasakan sangat berat, atau tidak kunjung sembuh walaupun sudah
mengonsumsi obat-obatan yang dijual bebas. Memperbaiki pola perilaku kehidupan
sehari-hari dapat membantu mengurangi gejala dan frekuensi terjadinya cephalgia.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain dengan :

 Mengatasi stress dengan baik


 Beristirahat yang cukup
 Makan makanan sehat dan teratur
 Berolahraga teratur
 Hindari konsumsi alkohol
BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. DATA PASIEN
Nama Pasien : J. N
Jenis Kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 31-12-1955
RM pasien : 5840XXXX
Pemeriksaan : CT SCAN KEPALA
Klinis : Cephalgia

B. PERSIAPAN PASIEN

Tidak ada persiapan khusus pada pemeriksaan MSCT kepala tanpa kontras / CT scan
kepala polos. Yang diperlukan pada pemeriksaan ini adalah pasien yang akan diperiksa
cukup kooperatif selama pemeriksaan CT scan brain berlangsung.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Pesawat CT-Scan
2. Komputer untuk pengaturan parameter dan proses scanning
3. Komputer rekonstruksi gambaran.
4. Alat fiksasi kepala
5. Printer

D. TEKNIK PEMERIKSAAN
1. Posisi Pasien
• Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi head First
• Garis pertengahan tubuh MSL (Mid Sagital Line) berada pada
pertengahan meja pemeriksaan
• Kedua tangan berada disamping tubuh,
• Demi kenyamanan pasien dapat diberi selimut.
2. Posisi Objek
• Posisi kepala pasien harus diatur agar benar-benar simetris
• Atur posisi kepala sehingga mid sagital plane sejajar dengan lampu
indicator longitudinal dan interpupillary line sejajar dengan lampu
indicator horizontal.
• Atur batas atas ±2 CM diatas vertex dan batas bawah setinggi symphisis
menti
3. Prosedure dan Langkah Teknik CT-Scan
A. Pemasukan data pasien baru
i. Pilih “EXAMINATION” di pojok kanan atas pada layar komputer
ii. Klik Pasien Register untuk memasukan data pasien baru

iii. Setelah itu, isi data pasien dengan benar, kemudian klik Exam untuk memulai.

iv. Setelah muncul seperti pada gambar pilihlah Mode Head first, lalu pindah kan
kursor pada gambar kepala, kemudian pilih “head nc” dan klik “ok”

B. Proses scan
1. Setelah itu maka akan muncul menu seperti ini,

2. Pertama yang dilakukan adalah membuat gambar Topogram, untuk


menentukan batasan scaning
3. Klik Topogram kemudian klik “Load”
4. Tunggu sampai ada instruksi untuk menekan tombol “START”
5. Setelah muncul gambaran,

6. Atur range pada hasil topogram


7. Kemudian klik “Load”, dan tunggu instruksi “Press Move” untuk
menggerakan meja.
8. Setelah itu tekan tombol “START”

9. Hasil scaning akang tampak di layar, kemudian kita recon sesuai


paramerer. Pastikan juga hasil gambaran tidak kabur

10. Setelah proses recon selesai, kita dapat klik Close Pasien

C. Proses recon 3D
1. Buka kembali file dan pilih data yang akan di recon 3D
2. Untuk recon 3D pilih lah gambar dengan potongan 1.0mm
3. Kemudian kepenampil 3D

4. Atur gambaran agar simetris dengan bantuan menu


5. Setelah gambar simetris buat potongan axial klik pada gambaran potongan
sagital

6. Pada parallel ranges untuk potongan axial jumlah foto sebanyak 24 dengan
image thickness dan distance nya sebesar 6.0 mm

7. Setelah dibuat potongonnya kita kirimtopogram hasil potongan kita ke dalam


viewing
8. Printer

D. FILMING
1. Kita dapat kembali membuka file dan memilih hasil potongan yang tadi kita
simpan (pilih potongan 1 mm)
2. Kemudian klik filming.
3. Pada tampilan film untuk potongan axial kita dapat blok all kemudian klik
kanan pilih “propertise” atur tampilan gambar 5x5
4. Kemudian block all dan di perbesar agar tiap gambar besarnya sama.
5. Lakuakan hal yang sama untuk potongan coronalnya tapi tampilannya 5x5.
Kemudian juga di perbesar.
6. Setelah selesai kita dapat mencetak hasil gambar tersebut.
E. HASIL GAMBARAN
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penulisan laporan ini dapat disimpulkan mengetahui teknik pemeriksaan
ct brain dengan klinis cephalgia . Dari pemeriksaan ini juga saya dapat mengetahui
anatomi dan kelainan pada bagian kepala atau brain. Anatomi yang dapat dipahami
yaitu secara axial, coronal, dan sagital. saya juga dapat mengetahui dengan jelas apa
saja parameter yang digunakan dalam pemeriksaan ct brain ini.

B. SARAN
Semoga untuk kedepannya diharapkan instruktur dapat mengizinkan
mahasiswa memberi kesempatan untuk mencoba merekontruksi setiap pemeriksaan
dan tidak luput mempertahankan serta meningkatkan perhatian dan bimbingan
terhadap mahasiswa yang sedang melakukan praktek agar dapat melakukan teknik
pemeriksaan CT-Scan dengan baik dan benar,serta mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori yang telah diberikan di saat praktek berlangsung.
Daftar Pustaka

Ballinger, P.W. 1995. Radiographic Positioning and Radiographic Procedures Volume One, Ninth
Edition. St. Louis Missori : Te CV Mosby Company.

Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy Fifth Edition. St.
Louis Missori : The CV Mosby Company.

Pearce, C Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia

Rasad, dkk. 1999. Radiologi Diagnostik,Gaya baru. Jakarta.

Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat.Edisi ke-2. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta.

Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi IV, Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.

Tortorici, M, R, 1995, Advanced Radiographic and Angiographic Procedures with an Introduction to


Spealized Imaging, F. A Davis Company, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai