Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
“AUDIT FUNGSI PEMBELIAN” Shalawat beserta salam kami sampaikan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-
sahabatnya yang telah mengangkat manusia dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut membantu dan memberi saran kepada penulisan makalah kami ini.

Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami memohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kesilapan.

Jambi, November 2018


DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah .......................................................................................................................... 4
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Fungsi Pembelian .................................................................................................... 5
2.2 Tujuan Audit Fungsi Pembelian..................................................................................................... 5
2.3 Ruang Lingkup Fungsi Pembelian dan Konsep Audit Manajemen Fungsi
Pembelian................................................................................................................................................. 6
2.4 Fungsi – fungsi Utama Audit Fungsi Pembelian ............................................................................ 8
2.5. Pedoman Audit Pembelian .............................................................................................................. 9
2.6 Hasil Audit Manajemen Fungsi Pembelian ................................................................................. 11
2.7 Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang ....................................................................................... 12
2.8 Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi.......................................................... 13
2.9 Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa............................................................................. 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pembelian dalam perusahaan dagang dan kegiatan pengedaan pada
instansi pemerintah atau perusahaan selain manufaacture memegang peranan
yang sangat penting, karena dari sinilah proses operasional perusahaan dimulai.
Kegiatan pembelian dapat terus berlangsung baik apabila prosedur pencatatan dan
pembayaran hutang juga terselenggara dengan baik. Untuk itu perlu adanya
pemeriksaan terhadap kegiatan pembelian agar dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas, dan keekonomisan perusahaan.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan ditemukan beberapa kelemahan antara
lain; perusahaan tidak memiliki job description secara tertulis, fungsi permintaan
pembelian dilakukan oleh bagian pemasaran, transaksi permintaan pembelian dan
pesanan pembelian dilakukan secara lisan tanpa dokumen tertulis, fungsi
penerimaan barang dilakukan oleh bagian pembelian, tidak dibuatnya check
register dan voucher register, bukti kas keluar tidak dicap “Lunas”, tidak adanya
pemisahan dokumen yang lunas dengan yang belum lunas.

Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Audit Fungsi Pembelian?
2. Apa Tujuan Audit Fungsi Pembelian?
3. Apa Ruang Lingkup Fungsi Pembelian dan Konsep Audit Manajemen
Fungsi Pembelian?
4. Apa Fungsi – fungsi Utama Audit Fungsi Pembelian?
5. Apa Pedoman Audit Pembelian?
6. Apa Hasil Audit Manajemen Fungsi Pembelian?
7. Apa Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang?
8. Apa Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi?
9. Apa Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa?
1.2 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Audit Fungsi Pembelian
2. Untuk Mengetahui Tujuan Audit Fungsi Pembelian
3. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Fungsi Pembelian dan Konsep Audit
Manajemen Fungsi Pembelian
4. Untuk Mengetahui Fungsi – fungsi Utama Audit Fungsi Pembelian
5. Untuk Mengetahui Pedoman Audit Pembelian
6. Untuk Mengetahui Hasil Audit Manajemen Fungsi Pembelian
7. Untuk Mengetahui Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang
8. Untuk Mengetahui Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
9. Untuk Mengetahui Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian sering dianggap fungsi yang paling penting dan


berpengaruh pada unit-unit operasi yang ada di perusahaan. Pada banyak
perusahaan, fungsi pembelian merupakan awal dari sebuah proses bisnis.
Dengan tujuan memenuhi permintaan pelanggan, perusahaan harus membeli
barang-barang kebutuhan dan bahan baku yang diminta, untuk
mengumpulkan atau memproduksi produkproduk perusahaan. Ini adalah
proses dalam mendapatkan barang-barang, bahan baku, komponen dan
layanan yang merupakan tugas utana dn tanggung jawab departemen
pembelian. Dalam sebuah perusahaan dimana terdapat sistem pembelian
yang efektif pembelian material dapat menghemat biaya bagi perusahaan.

2.2 Tujuan Audit Fungsi Pembelian

Tujuan utama dalam audit manajemen fungsi pembelian adalah untuk


menentukan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam membelanjakan
sumber daya keuangan mereka. Pada beberapa perusahaan sedang,
pembelian utama dilakukan oleh masing-masing departemen. Sebagai
contohnya, fungsi kontrol persediaan membeli bahan-bahan kebutuhan dan
bahan baku untuk memenuhi permintaan pelanggan langsung dari pemasok.

Sebuah audit manajemen dilakukan karena terdapat tanda-tanda


bahaya yang ditemukan di perusahaan. Sebagai contoh, manajemen tingkat
atas seharusnya menyadari adanya peningkatan biaya dalam proses bisnis,
meskipun tak satupun kompetitor mengalami pengurangan yang sama pada
marjin laba. Tanda-tanda bahaya tersebut mungkin mengindikasikan bahwa
perusahaan mengalami “ketidakefisienan biaya” dalam aktivitas
pembeliannya sehari-hari Proses audit manajemen menggambarkan bahwa
fungsi pembelian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang benar-benar
memiliki fungsi pembelian (departemen pembelian). Asumsinya, bahwa
semua peerusahaan, tidak peduli sebesar apa, seharusnya memiliki
departemen pembelian (atau seseorang) yang terpusat dan independen untuk
mengontrol pengeluaran perusahaan.
2.3 Ruang Lingkup Fungsi Pembelian dan Konsep Audit Manajemen
Fungsi Pembelian

Fungsi pembelian memiliki nilai dan arti penting bagi perusahaan karena
sangat menunjang operasional perusahaan.Audit manajemen fungsi pembelian harus
dilakukan dengan optimal untuk memastikan agar kegiatan operasional perusahaan
tidak sampai terhenti yang akan berakibat negatif bagi perusahaan secara
keseluruhan. Sasaran strategik fungsi pembelian merupakan ukuran atau patokan
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi pembelian pada perusahaan.
Tujuh sasaran strategik fungsi pembelian yang harus dipahami meliputi hal-hal
berikut.

1. Terjaminnya kesinambungan pasokan bahan mentah, bahan baku, dan bahan


penolong lainnya yang diperlukan dalam proses produksi.
2. Mengupayakan terjaminnya persediaan bahan mentah dan suku cadang agar
berada pada tingkat yang aman
3. Tersedianya peralatan dan bahan pendukung produksi lainnya yang
diperlukan agar standar mutu dan ketepatan penggunaan dapat tercapai
4. Pengadaan bahan mentah, bahan baku, suku cadang, bahan lainnya, dan aneka
jasa yang diperlukan harus dilaksanakan dengan biaya yang serendah
mungkin
5. Pelaksanaan sistem pengawasan yang digunakan untuk memastikan bahwa
nilai dan biaya pengadaan telah sesuai, dengan terus-menerus melakukan
pengurangan biaya pembelian.
6. Komunikasi yang baik dengan pihak manajemen puncak dalam bentuk
informasi yang paling akurat mengenai bahan dan aneka jasa yang dibutuhkan
perusahaan.
7. Terwujudnya kerja sama dari unit kerja atau unit fungsional lain dalam
perusahaan untuk menjalankan fungsi pembelian dengan baik.

Siklus normal fungsi pembelian meliputi :


1. Penentuan kebutuhan, melalui Skedul Produksi Manufaktur, Penentuan
Penggantian Persediaan (Inventory Replenishment Requirement), Penentuan
Pembelian secara Khusus (Specialized Purchase Requirements), dan
Kebutuhan Operasional Sehari-hari
2. Otorisasi pembelian, yang dimulai dengan penerbitan Permintaan Barang
(Purchase Requisition) atau Perintah Kerja (Work Order) sampai penerbitan
Pesanan Pembelian (Purchase Order).
3. Prosedur tindak lanjut pemesanan.
4. Penyelesaian proses pengiriman.
5. Penyelesaian keuangan.

Terdapat 4 sasaran audit manajemen pada fungsi pembelian, yaitu berikut ini.

1. Sasaran strategik fungsi pembelian.


2. Perencanaan operasional/induk
3. Tipe dan struktur organisasi pembelian.
4. Mekanisme pengendalian pembelian

Pada bab ini akan membahas audit proses pembelian untuk audit atas laporan
keuangan, konsep yang dicakup dengan review konsep pengakuan beban dan
kewajiban dengan penekanan khusus pada kategori beban. Fokus utama dari bab ini
adalah audit proses pembelian untuk audit atas laporan keuangan

Topik-topik berikut yang terkait dengan proses pembelian :


1. Jenis-jenis transaksi dan akun laporan keuangan yang terpengaruh
2. Jenis-jenis dokumen dan catatan
3. Fungsi-fungsi utama
4. Pemisahan tugas fungsi Jenis-jenis Transaksi dan akun laporan
keuangan yang terpengaruh Tiga jenis transaksi yang khususnya terdapat dalam
proses pendapatan adalah
a. Pembelian barang dan jasa secara tunai atau kredit
b. Pembayaran kewajiban yang timbul dari transkasi pembelian
c. Retur barang kepada pemasok secara tunai atau kredit
Jenis-jenis dokumen dan catatan Dokumen dan catatan yang terdapat dalam
proses pendapatan :

1. Permintaan Pembelian (Purchase Requisition) Merupakan dokumen


permintaan barang atau jasa dari individual atau departemen yang
berwenang dalam perusahaan.
2. Pesanan Pembelian (Purchase Order) Dokumen ini mencantumkan
deskripsi, kualitas, dan kuantitas, atau informasi lain atas barang atau jasa
yang hendak dibeli.
3. Laporan Penerimaan (receiving report) Dokumen ini mencatat
penerimaan barang.
4. Faktur Vendor (Vendor Invoice) Dokumen ini merupakan tagihan dari
vendor
5. Voucher Dokumen ini seringkali digunakan perusahaan untuk mengawasi
pembayaran atas perolehan barang dan jasa.
6. Register Voucher/Jurnal pembelian ( voucher register/purchases journal)
Register voucher digunakan untuk mencatat voucher barang dan jasa.
7. Buku besar pembantu utang usaha (Accounts payable subsidiary ledger)
Jika jurnal pembelian digunakan, buku besar pembantu mencatat
transaksi dan saldo utang ke vendor.
8. Cek (check) Dokumen ini, yang ditandatangani oleh pegawai yang
berwenang merupakan alat pembayaran barang atas jasa.
9. Jurnal Pengeluaran kas/register cek (cash disbursements journal/check
register) Jurnal ini mencatat pengeluaran yang dilakukan dengan cek.

2.4 Fungsi – fungsi Utama Audit Fungsi Pembelian

Tujuan pokok proses pembelian adalah memperoleh barang dan jasa pada harga
yang terendah, dengan kualitas dan jasa yang sesuai dengan persyaratan dan
menggunakan sumber dana kas untuk membayar barang dan jasa tersebut secara
efektif.

a. Permintaan (Requisitioning)
Fungsi pertama pada proses pembelian adalah permintaan barang atau jasa
oleh pegawai yang memiliki wewenang dari berbagai departemen atau area
fungsional dalam entitas.

b. Pembelian (Purchasing)
Fungsi pembelian melaksanakan pesanan pembelian yang sudah diotorisasi.
c. Penerimaan (Receiving)
Fungsi penerimaan bertanggung jawab atas penerimaan, perhitungan, dan
pemeriksaan barang yang diterima dari vendor.

d. Pemrosesan Faktur (Invoice Prosessing)


Departemen utang usaha memproses faktur untuk memastikan barang dan jasa
yang diterima di catat sebagai aktiva atau beban bersamaan dengan pengakuan
kewajiban yang timbul.

e. Pengeluaran (Disbursement)
Fungsi pengeluaran bertanggungjawab untuk menyiapkan dan
menandatangani cek yang akan di bayarkan ke vendor.

f. Utang usaha ( Account Payable)


Departemen utang usaha bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh
faktur vendor, pengeluaran kas, dan penyesuaian telah di catat dalam catatan
utang usaha.

g. Buku Besar (General Ledger)


Tujuan utama dari fungsi buku besar sehubungan dengan proses pembelian
adalah untuk memastikan bahwa seluruh pembelian, pengeluaran kas dan utang
telah diakumulasikan, diklasifikasikan, dan diringkas pada akun-akun yang tepat.

h. Pemisahan Tugas Kunci


Salah-satu pengendalian yang terpenting dalam system akuntansi adalah
pemisahan tugas yang memadai. Oleh karena itu setiap individu yang terlibat
dalam fungsi –fungsi permintaan, pembelian dan penerimaan harus terpisah dari
fungsi-fungsi pemrosesan faktur, utang usaha, dan buku besar.

2.5. Pedoman Audit Pembelian

Bagian pembelian dalam melakukan tugasnya sesuai barang yang diperlukan


dan perlu mengetahui data dan keterangan tentang supplier mana yang baik, harga
pasar bahan/barang tersebut, cara-cara pengangkutan, jumlah yang paling
ekonomis untuk dipesan dan sebagainya. Setelah permintaan pesanan datang dari
bagian yang membutuhkan maka bagian pembelian mengirimkan surat pesanan
kepada calon supplier. Di dalam surat pesanan ini jumlah yang dipesan, harga
barang, cara pcmbungkusan dan tanggal pesanan tersebut datang. Selain itu
dinyatakan pula apabila barang yang dipesan terbukti tidak sesuai spesifikasi,
pembeli berhak mengembalikannya.
Surat pesanan yang dibuat banyaknya tergantung dari sistem
administrasi/akuntansi perusahaan yang bersangkutan. Sekurang-kurangnya
diperlukan :
a. 1 lembar untuk supplier
b. 1 lembar untuk bagian penerimaan
c. 1 lembar untuk bagian pemnbukuan
d. 1 lembar untuk bagian yang membutuhkan pengadaan barang

Setelah supplier mengirimkan barang yang dipesan maka bagian penerimaan


akan mengaudit apakah barang yang diterima tersebut sesuai dengan apa yang
dipesan. Apabila barang telah diperiksa dan terbukti sesuai dengan pesanan maka
bagian penerimaan akan memberikan laporan kepada bagian pembelian dan
pesananditeruskan kebagian penyimpanan (gudang).
Laporan penerimaan dibuat dalam beberapa rangkap antara lain:
a. 1 lembar dikirim ke bagian pembelian
b. 1 lembar dikirim ke bagian akuntansi
c. 1 lembar dikirim ke bagian gudang

Di samping pengiriman barang yang dipesan, maka supplier juga


mengirimkan faktur pembelian yang diterima oleh bagian pembelian dan
diteruskan kepada bagian pembukuan. Selanjutnya apabila bagian produksi
memerlukan bahan/barang tersebut untuk proses produksinya, maka bagian ini
mengirimkan surat permintaan pemakaian bahan kepada bagian gudang, rangkap
dari surat ini dikirimkan pula pada bagian pembukuan/akuntansi untuk dipakai
dalam pencatatan perobahan persediaan (inventory records) dan pencatatan
akuntansi biaya. Dengan adanya surat permintaan pemakaian bahan ini, maka
bagian gudang mengeluarkan bahan yang diminta oleh bagian produksi, sedangkan
bagian akuntansi akan mencatat pengurangan jumlah bahan serta pembebanan
pada biaya produksi.

Dalam hubungannya uraian di atas dengan pedoman audit pembelian dan


pemakaian bahan yang dilakukan oleh internal auditor maka pelaksanaan-
pelaksanaan pekerjaan di atas adalah sangat berhubungan sekali, apakah telah
dijalankan dengan semestinya atau hanya berupa catatan-catatan saja.

Setiap internal auditor didalam melaksanakan tugasnya melakukan audit


pembelian dan pemakaian bahan baku terlebih dahulu harus membuat rencana
audit sebelum melakukan tugas pelaksanaan audit. Perencanaan ini harus di
dikomentasikan. Dalam tugas perencanaan akan melakukan audit pendahuluan
terhadap pembelian dan pemakaian bahan baku untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan mengenai semua aspek penting dari pelaksanaan pembelian dan
pemakaian bahan baku di perusahaan tersebut.
Informasi ini akan dipakai sebagai alat kerja dalam merencanakan tahap
pelaksanaan audit terhadap audit pembelian dan pemakaian bahan baku yang
sekaligus mencakup :

1. Menentukan tujuan dan ruang lingkup audit


2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang kegiatan yang akan diaudit
3. Menentukan sumber daya yang perlu untuk melakukan audit
4. Membicarakan dengan mereka yang terlibat dalam audit
5. Melakukan pemahaman dan survey lapangan, mengenai kegiatan dan
pengendalian yang akan diaudit, mengetabui titik berat audit dan minta
saran dari bagian yang diaudit
6. Membuat audit program
7. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa audit akan disampaikan.
8. Mendapatkan persetujuan atas perencanaan audit

2.6 Hasil Audit Manajemen Fungsi Pembelian

Hasil audit manajemen fungsi pembelian adalah laporan yang berisi temuan-
temuan berupa ketidaksesuaian dengan prosedur, penyalahgunaan wewenang,
penyimpangan sistem, dan sebagainya yang perlu diperbaiki oleh perusahaan dan
juga rekomendasi yang perlu dilaksanakan manajemen untuk memperbaiki temuan-
temuan tersebut sehingga di masa depan dapat diminimalkan atau dihilangkan.
Melalui audit manajemen fungsi pembelian, tanggung jawab fungsi pembelian
dapat diwujudkan dengan baik, efektif, dan efisien. Tanggung jawab itu setidaknya
meliputi 2 hal sebagai berikut.

1. Penanganan informasi oleh fungsi pembelian telah dilakukan dengan


benar. Berbagai catatan yang akurat, seperti catatan mengenai proses
pembelian yang pernah dilakukan sebelumnya, daftar pemasok ataupun
proses pengiriman disimpan dan dimanfaatkan dengan baik.
2. Proses pengadaan barang dan jasa telah dilakukan dengan baik, seperti
melalui pengawasan terhadap permintaan barang/jasa, diupayakan lebih
dari satu penawaran yang diterima oleh perusahaan, analisis seluruh
penawaran yang masuk sampai dengan proses penerbitan PO, penerimaan
barang, dan penyelesaian pembayaran faktur.

2.7 Tata Cara Pemilihan Penyedia Barang

A. Persiapan Pemilihan Penyedia Barang

1. Rencana Umum Pengadaan


2. Pengkajian Ulang Rencana Umum Pengadaan
3. Penyusunan dan Penetapan Rencana Pelaksanaan Pengadaan
4. Pemilihan Sistem Pengadaan Barang
5. Pemilihan Metode Penilaian Kualifikasi Pengadaan
6. Pemilihan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran
7. Pemilihan Metode Evaluasi
8. Penyusunan Tahapan dan Jadwal Pengadaan
9. Pemilihan Jenis Kontrak
10. Penyusunan Dokumen Pengadaan

B. Pelaksanaan

1. Pelelangan Umum Secara Pascakualifikasi Metode Satu Sampul Dan


Evaluasi Sistem Gugur
2. Pelelangan Umum Secara Prakualifikasi Metode Dua Sampul Dan
Evaluasi Sistem Nilai Dan Sistem Penilaian Biaya Selama Umur
Ekonomis
3. Pelelangan Umum Prakualifikasi Metode Dua Tahap Dan Evaluasi
Sistem Nilai Dan Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis
4. Pelelangan Sederhana Secara Pascakualifikasi Metode Satu Sampul Dan
Evaluasi Sistem Gugur
5. Pelaksanaan Pengadaan Barang Melalui Penunjukan Langsung Dan
Pengadaan Langsung
6. Kontes
7. Pelelangan Gagal Dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal
C. Penandatanganan Dan Pelaksanaan Kontrak/Spk

1. Penandatanganan Kontrak
2. Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang

2.8 Tata Cara Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi

A. Persiapan Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi

1. Rencana Umum Pengadaan


2. Pengkajian Ulang Rencana Umum Pengadaan
3. Penyusunan dan Penetapan Rencana Pelaksanaan Pengadaan
4. Pemilihan Sistem Pengadaan
5. Pemilihan Metode Penilaian Kualifikasi Pengadaan
6. Pemilihan Metode Penyampaian Dokumen Penawaran
7. Pemilihan Metode Evaluasi
8. Penyusunan Tahapan dan Jadwal Pelelangan
9. Pemilihan Jenis Kontrak
10. Penyusunan Dokumen Pengadaan

B. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi

1. Pelelangan Umum Secara Pascakualifikasi Metode Satu Sampul


Evaluasi Sistem Gugur
2. Pemilihan Langsung Secara Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan
Evaluasi Sistem Gugur
3. Pelelangan Umum Prakualifikasi Metode Dua Tahap dan Evaluasi
Sistem Nilai Dan Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis.
4. Pelelangan Terbatas
5. Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Melalui Penunjukan
Langsung dan Pengadaan Langsung
6. Pelelangan/Pemilihan Langsung Gagal dan Tindak Lanjut
Pelelangan/Pemilihan Langsung Gagal

C. Penandatanganan Dan Pelaksanaan Kontrak

1. Penandatanganan Kontrak
2. Pelaksanaan Kontrak

2.9 Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa

A. Ketentuan Umum

1. Pengguna Anggaran (PA) menyusun dokumen rencana pengadaan


barang/jasa, yang mencakup:
a. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan
dibiayai oleh K/L/D/I sendiri; dan/atau
b. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan
dibiayai berdasarkan kerjasama antar K/L/D/I secara
pembiayaan bersama (co-financing), sepanjang diperlukan.

2. Rencana pengadaan tersebut akan menjadi bagian Rencana Kerja


Anggaran (RKA) dari K/L/D/I.

3. Kegiatan penyusunan rencana pengadaan meliputi:


a. identifikasi kebutuhan;
b. penyusunan dan penetapan rencana penganggaran;
c. penetapan kebijakan umum; dan
d. penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

B. Identifikasi Kebutuhan

1. PA mengidentifikasi kebutuhan barang/jasa yang diperlukan untuk


instansinya sesuai Rencana Kerja Pemerintah/Daerah (RKP/D).
2. Dalam mengidentifikasi kebutuhan barang/jasa pada angka 1 di
atas, PA terlebih dahulu menelaah kelayakan barang/jasa yang
telah ada/dimiliki/dikuasai, atau riwayat kebutuhan barang/jasa
dari kegiatan yang sama, untuk memperoleh kebutuhan riil.
3. Hasil identifikasi kebutuhan riil barang/jasa pada angka 2 di atas
dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran K/L/D/I untuk
pembahasan dan penetapan di DPR/DPRD.

C. Penyusunan Dan Penetapan Rencana Penganggaran

1. PA menyusun dan menetapkan rencana penganggaran pengadaan


barang/jasa, terdiri atas: biaya barang/jasa itu sendiri, biaya
pendukung dan biaya administrasi yang diperlukan untuk proses
pengadaan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Biaya pendukung dapat mencakup: biaya pemasangan, biaya


pengangkutan, biaya pelatihan, dan lain-lain.
3. Biaya administrasi dapat terdiri dari:
a. biaya pengumuman pengadaan;
b. honorarium pejabat pelaksana pengadaan misalnya:
PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat Pengadaan, Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan, dan pejabat/tim lain yang
diperlukan;
c. biaya survei lapangan/pasar;
d. biaya penggandaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa; dan
e. biaya lainnya yang diperlukan untuk mendukung
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, antara lain: biaya
pendapat ahli hukum kontrak, biaya uji coba.
4. Biaya administrasi untuk kegiatan/pekerjaan yang akan
dilaksanakan pada tahun anggaran yang akan datang namun
pengadaannya dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan harus
disediakan pada tahun anggaran berjalan.

D. Penetapan Kebijakan Umum


Penetapan Kebijakan Umum meliputi: pemaketan pekerjaan, cara
Pengadaan Barang/Jasa dan pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa.
1. Kebijakan Umum Tentang Pemaketan Pekerjaan Dalam menetapkan
kebijakan umum tentang pemaketan, PA wajib memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
a. pemaketan pengadaan barang/jasa wajib memaksimalkan
penggunaan produksi dalam negeri dan perluasan kesempatan
bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil
b. nilai paket pekerjaan pengadaan barang/jasa sampai dengan
Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah)
diperuntukkan bagi Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta
koperasi kecil, kecuali untuk paket pengadaan yang menuntut
kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh Usaha Mikro
dan Usaha Kecil serta koperasi kecil.
c. menetapkan sebanyak-banyaknya paket pengadaan barang/jasa
untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa
mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan
sistem, kualitas dan kemampuan teknis Usaha Mikro dan
Usaha Kecil serta koperasi kecil;
d. dilarang menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang
tersebar di beberapa daerah/lokasi yang menurut sifat
pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di
daerah/lokasi masing-masing;
e. dilarang menyatukan/menggabungkan beberapa paket
pengadaan menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa
dipisahkan dan/atau besaran nilainya yang seharusnya
dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi
kecil;
f. dilarang memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa
paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan;
g. dilarang menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur
pengadaan yang diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan
yang tidak obyektif.
2. Kebijakan Umum Tentang Cara Pengadaan PA menetapkan cara
pengadaan dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi K/L/D/I
dan sifat kegiatan yang akan dilaksanakan:
a. melalui swakelola yang merupakan kegiatan Pengadaan
Barang/Jasa yang direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi
sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran,
instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat
pelaksana swakelola dengan menggunakan tenaga sendiri
dan/atau tenaga dari luar; atau
b. melalui penyedia barang/jasa baik sebagai badan usaha
maupun perorangan.
3. Kebijakan Umum tentang Organisasi Pengadaan
a. Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
membentuk organisasi pengadaan yang terdiri dari:
1) PPK;
2) ULP/Pejabat Pengadaan;
3) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; dan
4) Tim lainnya yang diperlukan, antara lain: tim uji coba,
panitia/pejabat peneliti pelaksanaan kontrak.
b. Anggota Kelompok Kerja ULP berjumlah gasal sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang tergantung kebutuhan.
c. Anggota ULP/Pejabat Pengadaan yang ditunjuk harus
memahami: tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan
yang bersangkutan, dan hukum perjanjian/kontrak.
d. Untuk menunjang pelaksanaan kontes/sayembara,
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi
menetapkan Tim Juri/Tim Ahli.

E. Penyusunan KAK PA
Menyusun KAK yang mendukung pelaksanaan kegiatan/pekerjaan
yang sekurang-kurangnya memuat:

1. uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang,


maksud dan tujuan, lokasi kegiatan, sumber pendanaan, serta
jumlah tenaga yang diperlukan;

2. waktu yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan/pekerjaan


tersebut mulai dari pengumuman, rencana pengadaan sampai
dengan penyerahan barang/jasa;
3. spesifikasi teknis Barang/Jasa yang akan diadakan; dan
4. besarnya total perkiraan biaya pekerjaan termasuk kewajiban pajak
yang harus dibebankan pada kegiatan tersebut.
F. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan

1. PA mengumumkan rencana umum Pengadaan Barang/Jasa di


masing-masing K/L/D/I secara terbuka kepada masyarakat luas
setelah rencana kerja dan anggaran K/L/D/I disetujui oleh
DPR/DPRD sebelum pengumuman pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa oleh ULP
2. K/L/D/I mengumumkan rencana umum Pengadaan Barang/Jasa
pada tahun anggaran berjalan yang kontraknya akan dilaksanakan
pada tahun anggaran yang akan datang.
3. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 di
atas, sekurang-kurangnya berisi:
a. nama dan alamat PA;
b. paket pekerjaan yang akan dilaksanakan;
c. lokasi pekerjaan; dan d. perkiraan nilai pekerjaan.
4. Pengumuman sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas
dilakukan di website K/L/D/I masing-masing dan papan
pengumuman resmi untuk masyarakat serta Portal Pengadaan
Nasional melalui LPSE
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi pembelian sering dianggap fungsi yang paling penting dan
berpengaruh pada unit-unit operasi yang ada di perusahaan. Pada banyak
perusahaan, fungsi pembelian merupakan awal dari sebuah proses bisnis.
Dengan tujuan memenuhi permintaan pelanggan, perusahaan harus membeli
barang-barang kebutuhan dan bahan baku yang diminta, untuk
mengumpulkan atau memproduksi produk-produk perusahaan. Ini adalah
proses dalam mendapatkan barang-barang, bahan baku, komponen dan
layanan yang merupakan tugas utama dn tanggung jawab departemen
pembelian. Tujuan utama dalam audit manajemen fungsi pembelian adalah
untuk menentukan efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam membelanjakan
sumber daya keuangan mereka. Pada beberapa perusahaan sedang, pembelian
utama dilakukan oleh masing-masing departemen. Sebagai contohnya, fungsi
kontrol persediaan membeli bahan-bahan kebutuhan dan bahan baku untuk
memenuhi permintaan pelanggan langsung dari pemasok.
DAFTAR PUSTAKA

Bayangkara, IBK. Manajemen Audit Prosedur dan Implementasi. Salemba Empat.


2010

Siagian, Sondang P. 2007. MSDM . Jakarta: Bumi Aksara.

http://audit-proses-pembelian-dan-pengeluaran.html 2006-2-00796-AK-Abstrak

http://AUDIT MANAJEMEN FUNGSI PEMBELIAN _ Thi's Blog.html

http://hery-susilo.blogspot.com/2013/06/makalah-audit-pembelian.html

http://yuliakurnia.blogspot.com/2011/12/audit-pembelian.html

https://dokumen.tips/documents/4-makalah-audit-fungsi-pembelian.html

Anda mungkin juga menyukai