Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Teluk Ambon secara geografis berada di wilayah Pulau Ambon, memiliki

keanekargaman hayati yang beragam termasuk ekosistem terumbu karang. Secara

administratif Teluk Ambon berada di dua wilayah administratif, yaitu Kota Ambon

dan Kabupaten Maluku Tengah. Secara geomorofologi terbagi menjadi dua bagian,

yaitu Teluk Ambon Dalam (TAD) yang bersifat lebih tertutup dan Teluk Ambon Luar

(TAL) yang bersifat terbuka karena berhadapan langsung dengan laut banda. Kedua

bagian ini teluk dipisahkan oleh satu ambang yang sempit dan dangkal yang dikenal

sebagai ambang Poka-Galala (Basit, Putri, dan Tatipatta 2012).


Terumbu karang adalah ekosistem di laut tropis yang dibangun oleh biota laut

penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama

dengan biota yang hidup di dasar yaitu jenis mollusca,crustacea,echinodermata,

polychaeta, porifera, dan tunicata serta biota lain yang hidup bebas di perairan

sekitarnya. Dalam kerahgka ekologis, terumbu karang sebagai tempat mencari makan

dan tempat hidup berbagai organisme hewan maupun tumbuhan laut seperti : ikan,

penyu, udang kerang, dan rumput laut. Secara fisik terumbu karang juga menjadi

pelindung pantai dengan kehidupan ekosistem perairan dangkal lainnya dan abrasi

oleh ombak dan badai (Supriharyono,2000).


Komunitas ikan di ekosistem terumbu karang terdapat dalam jumlah yang besar

dan terlihat mengisi seluruh daerah di terumbu, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan

merupakan penyokong berbagai macam hubungan yang ada dalam ekosistem


terumbu. Tingginya keanekaragaman jenis dan kelimpahan komunitas ikan di

ekosistem terumbu karang disebabkan oleh tingginya variasi habitat terumbu atau

beragamnya relung (niche) dari spesies-spesies ikan tersebut. Habitat di terumbu

tidak hanya tersusun oleh komunitas karang saja, melainkan juga terdiri atas daerah

berpasir, ceruk dan celah, daerah alga, serta zona-zona yang berbeda yang melintasi

hamparan terumbu.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang dari pengamatan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka pengamat merumuskan masalah penelitian ini, yaitu bagaimana

potensi ikan terumbu yang bersasosiasi di terumbu karang.

I.3 Tujuan Pengamatan

Tujuan yang hendak diperoleh dari pengamatan sumber daya hayati laut ini

adalah untuk melihat potensi ikan terumbu yang berada di Ambon

I.4 Manfaat Pengamatan


Hasil dari pengamatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi objek yang diteliti
Pengamatan ini diharapkan dapat memberikan data kepada daerah Ambon

mengenai potensi dari ikan terumbu yang ada.


2. Bagi pihak lain

Pengamatan ini diharapkan dapat menjadi referensi, serta menjadi bahan

pertimbangan untuk pengamatan berikutnya yang berhubungan dengan topik yang

sama, dan juga diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dalam bidang kelautan

yang terkait dengan terumbu karang.

I.5 Ruang lingkup pengamatan


Untuk menghindari perbedaan mengenai penelitian ini, maka perlu adanya

ruang lingkup pada penelitian ini. Adapun ruang lingkup yang dimaksud mencakup

permasalahan yang akan dihabas. Permasalahan dalam pengamatan ini adalah

membahas mengenai potensi ikan terumbu yang diberada di Ambon.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Ikan Terumbu
Ikan terumbu merupakan ikan yang hidup dari masa juvenile hingga dewasa di

terumbu karang. Menurut Nybakken (1992), ikan karang merupakan organisme yang

jumlahnya terbanyak dan juga merupakan organisme besar yang mencolok yang

dapat ditemui di terumbu karang. Hutomo (1986) menyatakan bahwa keragaman

komposisi taksa komunitas ikan terumbu dari suatu terumbu karang ke terumbu

karang lainnya sangat besar, tetapi komunitas ikan terumbu mempunyai kesamaan

bentuk sehingga memungkinkan hasil suatu penelitian mempunyai tingkat generilsasi

yang luas bagi sistem sirkum tropis.


Dalam ekosistem terumbu karang secara nyata komunitas ikan terumbu dapat

dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok ikan yang kadang-kadang terdapat

terumbu karang dan ikan yang tergantung pada terumbu karang sebagai tempat

mencari makan, tempat hidup atau kedua-duanya (Sopandi,2000).


Untuk mempertahankan kelestariannya, ikan karang bereproduksi secara

generatif melalui proses pemijahan. Berdasarkan kebiasaannya, dalam ekosistem

terumbu karang terdapat empat kelompok ikan yang melakukan pemijahan, yaitu:

1. Kelompok ikan pemijah yang bermigrasi (migratory spawners),

contohnya: Serranidae, Scaridae, dan Labridae.

2. Kelompok ikan yang tinggal dan memijah berpasangan (pair spawnwers),

contohnya: Chaetodontidae, Pomacanthidae, Scorpaenidae.

3. Kelompok ikan yang membuat sarang untuk menjaga telurnya (nest builders),

contohnya: Pomacentridae, Balistidae, Gobiidae.

4. Kelompok ikan yang melindungi telur-telurnya di dalam mulut (brooders),

contohnya: Apogonidae.

Berdasarkan makanannya, ikan karang diklasifikasikan dalam 6 kelompok,

yaitu: kelompok ikan pemakan segala (omnivores), kelompok ikan pemakan detritus

(detritivores), kelompok ikan pemakan tumbuhan (herbivores), kelompok ikan

pemakan zooplankton (zooplanktivores), kelompok ikan pemakan moluska

(molluscivores) dan kelompok ikan karnivora (carnivores) (Wootton, 1992).

English et all. (1997) mengelompokkan jenis ikan karang ke dalam tiga

kelompok utama, yaitu:


a) Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi.

Biasanya kelompok ikan-ikan target menjadikan terumbu karang sebagai tempat

pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target diwakili oleh famili Serranidae

(ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae

(ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang),

Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan

kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);

b) Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu

karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan

indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c) Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5 sampai 25 cm,

dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias.

Kelompok ikan-ikan major umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah

individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Kelompok ikan-ikan

major sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili

Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-

sapu), dan Blenniidae (ikan peniru). Lowe and McConel (1987) mengelompokkan

komunitas ikan karang ke dalam dua kelompok yaitu :

1. Kelompok ikan yang terkadang terdapat pada terumbu karang seperti ikan dari

famili Scombridae dan Myctophidae

2. Kelompok ikan yang tergantung pada terumbu karang sebagai tempat mencari

makan, tempat hidup atau kedua-duanya.


Berdasarkan penyebaran hariannya, ikan-ikan karang dapat dibagi menjadi

dua kelompok yaitu ikan yang aktif pada siang hari (diurnal) dan ikan yang aktif pada

malam hari (nokturnal). Menurut Lowe dan McConel (1987) sebagian besar ikan

karang bersifat diurnal serta ikan yang bersifat nokturnal biasanya merupakan ikan

karnivora. Menurut Randall et all. (1990), ikan-ikan diurnal umumnya ikan herbivora

yang berwarna cerah yang pada malam hari bersembunyi di celah-celah batu atau

gua-gua kecil dekat permukaan karang serta ada yang membenamkan diri dalam

pasir. Beberapa deskripsi famili ikan karang menurut Randall et all. (1990) yaitu:

1. Acanthuridae: dikenal sebagai surgeonfish, memakan alga dasar dan memiliki

saluran pencernaan yang panjang; makanan utamanya adalah zooplankton atau

detritus. Surgeonfishes mampu memotong ikan-ikan lain dengan duri tajam yang

berada pada sirip ekornya.

2. Balistidae: golongan triggerfish, karnivora yang hidup soliter pada siang hari,

memakan berbagai jenis invertebrata termasuk moluska yang bercangkang keras dan

echinodermata; beberapa jenis juga memakan alga atau zooplankton.

3. Blennidae: biasanya hidup pada lubang-lubang kecil di terumbu, sebagian besar

spesies penggali dasar yang memakan campuran alga dan invertebrata; sebagian

pemakan plankton, dan sebagian spesialis makan pada kulit atau sirip dari ikan-ikan

besar, dengan meniru sebagai pembersih.

4. Caesonidae: dikenal sebagai ekor kuning, pada siang hari sering ditemukan pada

gerombolan yang sedang makan zooplankton pada pertengahan perairan diatas

terumbu, sepanjang hamparan tubir dan puncak dalam gobah. Meskipun merupakan
perenang aktif, mereka sering diam untuk menangkap zooplankton dan biasanya

berlindung di terumbu pada malam hari.

5. Centriscidae: berenang dalam posisi tegak lurus dengan moncong kebawah;

memakan zooplankton yang kecil.

6. Chaetodontidae: disebut juga ikan butterfly, umumnya memiliki warna yang

cemerlang, memakan tentakel atau polip karang, invertebrata kecil, telur-telur ikan

lainnya, dan alga berfilamen, beberapa spesies juga pemakan plankton.

7. Ephippidae: bentuk tubuh yang pipih, gepeng, mulutnya kecil, umumnya

omnivora, memakan alga dan invertebrata kecil.

8. Gobiidae: umumnya terdapat di perairan dangkal dan disekitar terumbu karang.

Kebanyakan karnivora penggali dasar yang memakan invertebrate dasar yang kecil,

sebagian juga merupakan pemakan plankton. Beberapa spesies memiliki hubungan

simbiosis dengan invertebrata lain (misalnya : udang) dan sebagian dikenal

memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain.

9. Labridae: dikenal dengan wrasses, merupakan ikan ekonomis penting, memiliki

bentuk, ukuran dan warna yang sangat berbeda. Kebanyakan spesies penggali pasir,

karnivora bagi invertebrata dasar; sebagian juga merupakan pemakan plankton dan

beberapa spesies kecil memindahkan ectoparasit dari ikan-ikan lain yang lebih besar.

10. Mullidae: dikenal dengan goatfish, memiliki sepasang sungut di dagunya, yang

mengandung organ sensor kimia dan digunakan untuk memeriksa keberadaan

invertebrata dasar atau ikan-ikan kecil pada pasir atau lubang di terumbu, banyak

yang memiliki warna yang cemerlang.


11. Nemipteridae: dikenal sebagai threadfin breams atau whiptail breams, ikan

karnivora yang umumnya memakan ikan dasar kecil, sotong-sotongan, udangudangan

atau cacing; beberapa spesies adalah pemakan plankton

12. Pomacentridae: dikenal dengan damselfishes, memiliki bermacam warna yang

berbeda secara individu dan lokal bagi spesies yang sama. Beberapa spesies

merupakan ikan herbivora, omnivora atau pemakan plankton. Damselfish meletakkan

telur-telurnya di dasar yang dijaga oleh ikan jantan. Termasuk didalam kelompok ini

ikan-ikan anemon (Amphiprioninae) yang hidup berasosiasi dengan anemon laut.

13. Scaridae: dikenal sebagai parrotfish, herbivora, biasanya mendapatkan alga dari

substrat karang yang mati. Mengunyah batu karang beserta alga serta membentuk

pasir karang, hal ini membuat parrotfish menjadi salah satu produsen pasir penting

dalam ekosistem terumbu karang. Scaridae merupakan ikan ekonomis penting.

14. Serranidae: dikenal dengan sea bass, kerapu, predator penggali dasar, ikan

komersial, memakan udang-udangan dan ikan. Subfamilinya adalah Anthiinae,

Epinephelinae dan Serranidae.

15. Sygnathidae: dikenal sebagai kuda laut atau pipefish. Beberapa memiliki warna

yang indah. Umumnya terbatas di perairan dangkal. Memakan invertebrata dengan

menghisap pada moncong pipanya. Jantannya memiliki kantong eram sebagai tempat

penyimpanan telur dan diinkubasikan.

16. Zanclidae: memiliki bentuk seperti Acanthuridae dengan mulut yang tabular

tanpa duri di bagian ekor. Memakan spons juga invertebrata dasar.


Menurut Sale (1991), kelompok ikan karang yang berasosiasi paling erat dengan

lingkungan terumbu karang menjadi tiga golongan utama yaitu :

a. Labroid: Labridae (wrasses), Scaridae (parrot fish), dan Pomacentridae

(damselfishes)

b. Acanthuroid: Achanturidae (surgeonfishes), siganidae (rabbitfishes), dan Zanclidae

(Moorish idols)

c. Chaetodontoid: Chaetodontidae (butterflyfishes) dan Pomachantidae (angelfishes).

II.2 Potensi Ikan Terumbu

Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumber daya hayati, yang dinyatakan

dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Potensi ikan terumbu sangat

besar peluangnya untuk dikembangkan, seperti industry bahan baku makanan,

industri bahan pakan alami. Dengan Perairan Indo-Pasifik yang sebagian besar

terletak di perairan Indonesia merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang,

dengan lebih 400 spesies. Dengan tingkatnya keanekaragaman terumbu karang

potensi ikan terumbu pun akan sangat tinggi.

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif dan

memiliki keanekargaman biota yang cukup tinggi. Produktivitas primer ekosistem

terumbu karang berkisar antara 1.800-4.200 g karbon/m 2/tahun, dimana salah satu

gugus terumbu karang dapat menopang lebih dari 3.000 jenis fauna dan flora

(Dwiponggo,1992).
Salah satu kelompok biota yang hidup di terumbu karang adalah ikan, yang

merupakan sumber daya terpenting di perairan yang bersangkutan. Ikan-ikan terumbu

mempunyai daerah tertentu yang sesuai dengan kehidupannya. Famili Pmacentridae

dan Labridae merupakan ikan terumbu yang memiliki jumlah jenis terbanyak serta

merupakan kelompok dominan di perairan terumbu karang (Meekan et al., 1995;

McManus et al., 1992; Allen, 1975; Green, 1996). Famili Pomacentridae memiliki

sekitar 400 jenis, sedangkan Labridae sekitar 320 jenis (Sale, 1991).

Tabel 1. Luas dan Potensi sumberdaya ikan di perairan karang di Indonesia

Tabel 2. Komposisi Ikan Karang (%) pada masing-masing perairan di Indonesia


II.3 Pemanfaatan Ikan Terumbu

Beberapa jenis ikan terumbu mempunyai nilai ekonomis penting, baik untuk

komsumsi dalam negeri maupun ekspor. Kecuali dalam bentuk segar, dibekukan atau

olahan, ikan terumbu juga banyak di ekspor dalam keadaaan hidup antara lain adalah

ikan kerapu, serta berbagai jenis ikan hias.

II.4 Tahapan Eksplorasi Ikan Terumbu

Tahapan eksplorasi dikaji sebagai berikut :

1. Kajian Pustaka

2. Informasi dari hasil penelitian

3. Observasi, serta konservasi


BAB III

MATERI DAN METODE

III.1 Lokasi Rencana Pengamatan

Lokasi rencana pengamatan yaitu di Ambon, tepatnya di Teluk Ambon Dalam.

III.2 Materi

III.2.1 Alat dan Bahan

Alat Kegunaan
Skin Dive Alat bantu dalam penyelaman agar

dapat dengan mudah

mengidentifikasi ikan
Papan Jalan Alat bantu untuk menulis di dalam
air
Kertas Tahan Air Alat untuk menulis di dalam air
Pensil Alat bantu untuk menulis di dalam

air
Roll Meter Alat yang digunakan untuk

membuat transek
Buku Identifikasi Ikan Karang Sebagai patokan dalam identifikasi

ikan karang

III.3 Metode

 Metode Visual Sensus

Pengambilan data ikan karang menggunakan metode belt transect.

Transek dibentangkan sepanjang 75 meter yang terdiri transisi 20 meter untuk

setiap kali ulangan dengan sepanjang transisi 5 m sehingga ada 3 kali ulangan.

Metode ini dianggap sebagai pelebaran dari transek garis untuk membentuk

sabuk terus atau serangkaian kuadrat (English et al. 1994). Pengambilan data

dilakukan pada dua kedalaman yaitu kedalaman 1-5 meter dan kedalaman 6-

10 meter disesuaikan dengan kondisi perairan dengan cara visual sensus.


 Metode Pengukuran Karang

Pengambilan data kondisi terumbu akrang di masingmasing spot secara

umum menggunakan dua metode yaitu Melakukan survey penentuan lokasi

pengambilan data dengan metode manta tow. Hasil dari survey awal dari

manta tow adalah penentuan titik untuk line intercept transect (LIT).

a. Manta Tow

Metode manta tow dilakukan dengan cara menarik peneliti dengan

menggunakan perahu selama dua menit dengan kecepatan tetap 3-5

km/jam atau seperti orang yang berjalan lambat. Apabila ada faktor lain

yang menghambat seperti arus yang kencang, maka kecepatan perahu

dapat ditambah sesuai dengan tandadari pengamat yang berada di

belakang perahu.Peneliti akan mengamati beberapa objek sepanjang

daerah yang dilewati dan persentase penutupan baranghidup (karang

keras dank rang lunak) dan karang mati.Peralatan yang digunakan dalam

metode manta tow iniadalah kaca mata selam (masker), snorkel, fin,

perahu motor minimal 5 PK, papan manta berukuran 60 x 40 cm dan

tebal 2 cm, tali yang panjang 20 m dan berdiameter satu cm, pelampung

kecil, alat tulis bawah air, stop watch dan GPS. Data dari hasil Manta

tow sebenarnya sebagai dasar penentuan titik untuk pengambilan data


Line Intercept Transect yang dapat mewakili lokasi ekosistem terumbu

karang di suatulokasi.

b. Line Intersept Transect (LIT)

Metode yang umum digunakan didalam pengambilan data terumbu

karang adalah Line Intercept Transect(LIT). Pemilihan stasiun

pengamatan kondisi terumbu karang berdasarkan kriteria tertentu yang

ada dilapangan dan hasil manta tow. LIT digunakan untuk menentukan

komunitas bentik sesil di terumbu karang berdasarkan bentuk

pertumbuhan dalam satuan persen,dan mencatat jumlah biota bentik

yang ada sepanjanggaris transek. Komunitas dicirikan dengan

menggunakan kategori bentuk pertumbuhan yang memberikan

gambaran deskriptif morfologi komunitas karang (Hill & Wilkinson,

2004). LIT digunakan juga untuk memonitor kondisi terumbu karang

secara detail dengan meletakkan permanen transek. Posisi geografi

masing-masing titik ditentukan dengan GPS.Metode LIT adalah metode

pengamatan ekosistemterumbu karang mengguakan transek berupa

meterandengan prinsip pencatatan substrat dasar yangmenyinggung

transek. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat hingga tingkat genus

atau spesies dengan transek sepanjang minimal 70 meter (Hill &

Wilkinson, 2004).

III.4 Analisa Data


Analisis data ikan karang meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman (H’),

indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C), biomassa dan potensi wisata.

Kelimpahan adalah banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis yang ditemukan

pada luas daerah pengamatan. Kelimpahan ikan karang dapat dihitung dengan

menggunakan rumus (Odum 1971):

Menurut Odum (1971) indeks

keanekaragaman

digunakan untuk mendapatkan gambaran populasi organisme secara matematis. Hal

ini dapat mempermudah analisis informasi jumlah individu masing-masing spesies

dalam suatu komunitas ikan karang Keanekaragaman dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Kategori penilaian indeks H’ menurut Odum (1971) adalah sebagai berikut:

a. H’≤ 1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan komunitas

rendah;

b. 1 ≤ H’ ≤ 3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan komunitas

sedang; dan
c. H’ ≥ 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan komunitas tinggi.

Indeks keseragaman menggambarkan keseimbangan ekosistem, untuk mengetahui

indeks keseragaman dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut:

a. 0< E ≤ 0,4 = Keseragaman kecil, komunitas tertekan;

b. 0,4 < E ≤ 0,6 = Keseragaman sedang, komunitas labil;

c. 0,6 < E ≤ 1,0 = Keseragaman tinggi, komunitas stabil.

Nilai indeks keseragaman dan keanekaragaman yang kecil menandakan adanya

dominansi yang tinggi suatu spesies terhadap spesies-spesies lainnya. Rumus indeks

dominansi sebagai berikut (Odum 1971):

Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut:

a. 0 < C < 0,5 = Dominansi rendah;

b. 0,5 < C ≤ 0,75 = Dominansi sedang;

c. 0,75 < C ≤ 1,0 = Dominansi tinggi.


Biomassa ikan dihitung dengan mencari nilai indeks a dan b, data yang

dikumpulkan kemudian dicari nilai tengah dari nilai panjang total ikan. Kemudian

dikonversi menjadi berat (kg) yang menentukan biomassa (kg) ikan, dalam suatu area

tertentu. Rumus perhitungan nilai biomassa:

Potensi wisata diperoleh dengan mengacu pada analisa matriks indeks

kesesuaian wisata (IKW) (Yulianda 2007):


BAB IV

PENUTUP

Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif dan

memiliki kenakeragaman biota yang cukup tinggi. Salah satu kelompok biota yang

hidup di terumbu karang ialah ikan yang merupakan sumber daya terpenting di

perairan, ikan-ikan terumbu mempunyai daerah tertentu yang sesuai dengan

kehidupannya. Potensi ikan terumbu terhadap asosiasi di ekosistem terumbu karang

jika di suatu daerah memiliki tingkat keanekaragaman ekosistem terumbu karang,

maka potensi ikan terumbu di suatu daerah dapat dikatakan tinggi pula. Karena

terumbu karang memiliki manfaat yang sangat besar bagi ikan terumbu dikarenakan

ikan terumbu melakukan kegiatatan untuk memijah, tempat tinggal, dan mencari

makan.

Anda mungkin juga menyukai