Laporan Kasus Wajib Anak Fix
Laporan Kasus Wajib Anak Fix
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
(PKL)
oleh:
Andrean Robby B
NIM. G4 212 0443
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG
(PKL)
oleh:
Andrean Robby B
NIM. G4 212 0443
Oleh :
Andrean Robby B
NIM. G4 212 0443
Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi Pembimbing PKL
RSUD Kabupaten Sidoarjo RSUD Kabupaten Sidoarjo
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugrah-Nya sampai saat ini kita diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga
dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Laporan kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik di Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sidoarjo ini guna melengkapi tugas Praktek Kerja Lapang
(PKL) di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Pendapat
dan saran-saran dari para pembaca, para ahli dan sejawat sangat diharapkan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir. Nanang Dwi Wahyono., MM selaku Direktur Politeknik Negeri Jember;
2. Sustin Farlinda, S.Kom., MT., selaku Ketua Jurusan Kesehatan;
3. Ir. Rindiani, MP., selaku Ketua Program Studi Gizi Klinik;
4. Rr. Endah Sulistyorini, BSc., selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sidoarjo;
5. Pudji Astutik SKM, M.Kes, selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapang Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo;
6. dr. Arisanty Nur Setia Restuti M.Gizi., dan Yoswenita Susindra, SST.,M.Kes
selaku Pembimbing Politeknik Negeri Jember.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan
ini.
Jember, 25 Maret 2016
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
2.3.3 Etiologi.................................................................................................. 19
2.3.4 Manisfestasi klinis ............................................................................... 20
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 23
3.1. Rawat Inap Asuhan Gizi Klinik ............................................................. 23
3.1.1. Asesmen Gizi .................................................................................. 23
3.1.2 Diagnosa Gizi ..................................................................................... 36
3.1.3 Intervensi Gizi ................................................................................. 37
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 47
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB I. PENDAHULUAN
9
serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam komplek (complex febris
confulsion) adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi kembali
dalam waktu 24 jam (Widagdo, 2008). Insiden kejang demam di Amerika berkisar
antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang
demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang demam
adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah
9-10%.4 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului dengan demam pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan
saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Sebagian kecil
dari hal tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan mengancam jiwa seperti
meningintis, artritis septik dan bronchopneumonia (Susilowati, 2012).
Penyakit yang timbul akibat pola makan yang kurang tepat. Banyaknya
kejadian penyakit tersebut omuncul karena pola konsumsi makanan yang kurang
tepat. Oleh karena itu, peranan ahli gizi dalam rumah sakit sangat dibutuhkan.
Dukungan gizi yang baik akan menurunkan tingkat mortalitas dan mempercepat
proses penyembuhan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan
memaparkan laporan pra klinik hasil dari pengamatan terhadap pasien KDK +
Febris + Bronchopneumonia + Gizi Kurang di ruang rawat inap Mawar Putih Atas
1774491 kelas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo.
10
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bronchopneumonia
2.1.1 Definisi Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah adalah suatu peradangan pada parenkim paru atau
alveoli yang disebabkan oleh virus,bakteri, jamur dan benda asing lainnya yang
mengakibatkan tersumbatnya alveolus dan bronkeolus oleh eksudat.
Bronchopneumonia juga merupakan salah satu jenis pneumonia yang sering
disebut pneumonia laburalis. Pengertian penyakit ini adalah merupakan
konsolidasi bercak yang berpusat disekitar bronkus yang mengalami peradangan
multifokal dan biasanya bilateral. Daerah yang paling sering terkena adalah
segmen basal lobus bagian bawah. (Thompson, 1997:67).
2.1.2 Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalm spektrum etiologi,
gambaran klinis dan strategi pengobatan. Spektrum mokroorganisme penyebab
pada neonatus dan bayi kecil (< 20 hari) meliputi Streptococcus grup B dan
bakteri gram negatif seperti E. Coli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih besar (3 minggu – 3 bulan) dan anak balita (4 bulan – 5 tahun),
pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae,
Haemophillus influenza tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak
yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae (Said, 2008).
12
2.1.3 Patofisologi
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu (Bradley et.al., 2011) :
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
13
d. Stadium IV/Resolosi (7-11 hari).
2.1.5 Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan
cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam
dinding alveoli dan rongga intestinum (Alsagaff dan Mukty, 2008). Istilah
pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang
merupakan penyebab tersering, sedangkan istilah pneumonitis sering dipakai
untuk proses non infeksi (Dahlan, 2007).
a. Faktor resiko
14
bayi dan anak kecil masih belum berkembang dengan baik. Adapun faktor risiko
yang lain secara umum adalah:
6) Riwayat merokok.
7) Alkoholisme.
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
15
didahului dengan demam pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan
saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
2.2.3 Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling
sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, bronchitis, dan infeksi saluran kemih
( Soetomenggolo,2000).
2.2.4 Klasifikasi
Umumnya kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Kriteria untuk
penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran
rekaman otak, dan lainnya (Lumbantobing, 2004). Studi epidemiologi membagi
kejang demam menjadi 3 bagian yaitu: kejang demam sederhana, kejang demam
kompleks, dan kejang demam berulang ( Baumann, 2001). Kejang demam
kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari 15 menit, fokal atau multiple
(lebih dari 1 kali kejang per episode demam). Kejang demam sederhana ialah
kejang demam yang bukan kompleks. Kejang demam berulang adalah kejang
16
demam yang timbul pada lebih dari satu episode demam. Epilepsi ialah kejang
tanpa demam yang terjadi lebih dari satu kali (Soetomenggolo, 2000).
2.2.5 Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat
20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun
ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmitter dan terjadilah kejang.
17
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama.
Kejang yang terkait dengan kenaikan suhu yang cepat dan biasanya
berkembang bila suhu tubuh (dalam) mencapai 39°C atau lebih. Kejang khas yang
menyeluruh, tonik-klonik beberapa detik sampai 10 menit, diikuti dengan periode
mengantuk singkat pasca-kejang. Kejang demam yang menetap lebih lama dari 15
menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik yang
memerlukan pengamatan menyeluruh (Nelson, 2000).
18
2.3 Gizi Kurang
2.3.1 Definisi Gizi Kurang
Gizi kurang adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi. Jadi dapat disimpulkan bahwa KEP adalah keadaan seorang anak
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan tubuh.
2.3.2 Klasifikasi
Klasifikasi KEP dengan membandingkan berat badan terhadap umur
2.3.3 Etiologi
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng
mendorong terjadinya ganggan gizi pada anak balita antara lain sebagai berikut:
f. Social ekonomi
g. Penyakit infeksi
19
h. Angka gizi yang tidak seimbang
1) Marasmus.
menurut umur.
2) Kwasiokor.
- Anak apatis.
mudah dicabut.
20
sedikit.
- Muka sembab.
3) Marasmus kwasiokor.
Tanda dan gejala gabungan antara marasmus dan kwasiokor ( Sodikin, 2013 ).
a. Pemeriksaan darah.
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globolin, protein total, elektrolit
serum, biakan darah.
b. Pemeriksaan urine.
d. EKG.
21
akan muncul berbagai macam diagnosa keperawatan, diantara diagnosa tersebut
yaitu:
c) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tubuh kekurangan zat gizi
( kalori dan protein ).
22
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Agama : Islam
No. RM : 1774491
Ruangan : Mawar Kuning Atas
Tempat Tidur : H/3
Kelas : III
Tanggal MRS : 11 Maret 2016
Tanggal Kasus : 18 Maret 2016
Alamat : Sidokerto 4/4 Buduran Sidoarjo
Diagnosa Medis : KDK + Bronchopneumonia
Dokter : dr. Zainul
B. Data Antropometri
a. Panjang Badan Aktual : 69 cm
b. Berat Badan Serkarang : 6,7 kg
c. Berat Badan Ideal : 9,3 (WHO Antropometri,2009)
6,7−9,4 −2,7
d. BB/U : = = -2,4 (Gizi Kurang)
9,4−8,3 1,1
69−76,4 −7,4
e. TB/U : = = -2,7 (Pendek)
76,4−73,7 2,7
6,7−8,0 −1,3
f. BB/TB : = = -1,8 (Normal)
8,0−7,3 0,7
g. BBI : 9,3
h. Status Gizi (Menurut, Gizi RSSA 2012)
Status Gizi : BBA/BBI x 100%
: 6,7/9,3 x 100%
: 72% (Status Gizi Kurang)
C. Data Biokimia
Perkembangan pemeriksaan laboratorium pasien diperoleh dari buku
rekam medis pada tanggal 11 Maret 2016 sampai 21 Maret 2016.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan setiap hari, tergantung dari
24
rujukan dokter. Selama pengamatan terhadap studi kasus, tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium pada semua item pemeriksaan seperti pada
pemeriksaan awal sebelum dilakukan intervensi. Beberapa indikator yang
dijadikan dasar dalam penentuan terapi diet dapat dievaluasi apakah telah
terjadi perubahan setelah diberikan terapi diet. Tabel pemeriksaan biokimia
ditunjukkan pada tabel 2. Sebagai berikut :
25
LYMPH# 3,09 (N) 0,8-4 103/uL
26
D. Data Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien (Potter, 2012).
Tabel 3. Pemeriksaan Fisik Klinis
Suhu 36 36-37 N
Kejang (-)
Demam (+)
Panas (+)
Diare (-)
Batuk(+)
Pilek(+)
Sesak(-)
KU Lemah
Kesadaran Cm
GCS 4.5.6
19 Maret 2016
27
Diare (-)
Batuk(+)
Pilek(+)
Sesak(-)
KU Cukup
Kesadaran Cm
GCS 4.5.6
Nadi 110 60-100 ↑
RR 32 14-20 ↑
20 Maret 2016
28
terjadinya malnutrisi pada pasien di rumah sakit yaitu kurangnya asupan
makanan dan proses radang yang mengakibatkan katabolisme meningkat dan
anabolisme menurun (Sjamsuhidajat, 2005). Asupan makan adalah jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang untuk memperoleh energi guna
melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Suhardjo, 1992).
Selama pengamatan pasien tidak mengalami perubahan diet. Pada awal
pengamatan yaitu pada tanggal 18 maret 2016 pasien mendapatkan makanan
lunak sampai di akhir pengamatan pada tanggal 20 maret 2016 pasien tetap
diberikan diet makanan lunak dengan jenis diet TKTP.
Hari pertama pengamatan pasien tidak selalu menghabiskan makanan
dari rumah sakit dengan baik sampai dengan hari ketiga pengamatan pasien
tidak selalu menghabiskan makanan dengan baik terkadang hanya sisa separuh.
Hasil asupan pasien selama dilakukan pengamatan disajikan sebagai berikut :
A. Konsumsi Energi
Kriteria Asupan Makan Menurut Gibson (2005) :
Baik jika ≥ 80 %
Kurang jika 51 - 79 %
Buruk jika ≤ 51 %
Analisa Pengamatan
intake 18 Maret 2016 19 Maret 2016 20 Maret 2016
energi
Asupan 579,1 705,6 721,3
(Kkal)
Kebutuhan 948,6 948,6 948,6
(Kkal)
% Asupan 71,87 74,38 76,03
Makan
Kriteria Defisit kurang Defisit kurang Defisit kurang
29
Grafik 1. Konsumsi energi selama pengamatan
25
20
15
asupan
10 kebutuhan
0
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3
pengamatan
30
Tabel 5.Asupan protein selama pengamatan
Analisa Pengamatan
intake 18 Maret 2016 19 Maret 2016 20 Maret 2016
Asupan 16,0 18,8 20,6
(Kkal)
Kebutuhan 23,7 23,7 23,7
(Kkal)
% Asupan 67,51 79,32 89,91
Makan
Kriteria Defisit kurang Defist kurang Defisit kurang
25
20
15
asupan
10 kebutuhan
0
hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3
pengamatan
31
pengamatan pasien hanya mengkonsumsi 67,51% dari kebutuhan, pada akhir
pengamatan pasien mengkonsumsi 89,91% .
Hasil tersebut meningkat karena pasien sudah tidak sesak sihingga pasien
sudah mau menerima asupan yang diberikan. Sesak nafas merupakan suatu proses
dimana sistem pernafasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang
mengakibatkan terjadinya rangsangan ke otak dari saraf yang berakhir ke paru-
paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma. Sehingga pada saat sesak yang terjadi
karena terhalangnya udara ke dalam paru akibat sempitnya jalan nafas yang salah
satu penyebabnya dapat gangguan nafsu makan (Billahmar, 2012).
Analisa Pengamatan
intake 18 Maret 2016 19 Maret 2016 20 Maret 2016
Asupan 13,0 15,7 17,3
(Kkal)
Kebutuhan 21,08 21,08 21,08
(Kkal)
% Asupan 61,66 74,47 82,06
Makan
Kriteria Defisit kurang Defisit kurang Defisit kurang
32
Grafik 3. Asupan lemak selama pengamatan
25
20
15
asupan
kebutuhan
10
0
18-Mar-16 19-Mar-16 20-Mar-16
Hasil tersebut meningkat karena pasien sudah tidak sesak sihingga pasien
sudah mau menerima asupan yang diberikan. Sesak nafas merupakan suatu proses
dimana sistem pernafasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom yang
mengakibatkan terjadinya rangsangan ke otak dari saraf yang berakhir ke paru-
paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma. Sehingga pada saat sesak yang terjadi
karena terhalangnya udara ke dalam paru akibat sempitnya jalan nafas yang salah
satu penyebabnya dapat menurunkan nafsu makan (Billahmar, 2012).
33
Hasil ini dapat dikatakan berhasil karena sebelum pengamatan hasil
asupan recall awal dibandingkan dengan hasil setelah pengamatan pada asupan
lemak tergolong dalam kategori buruk.
Analisa Pengamatan
intake 18 Maret 2016 19 Maret 2016 20 Maret 2016
Asupan 99,1 133,6 123,6
(Kkal)
Kebutuhan 166,01 166,01 166,01
(Kkal)
% Asupan 59,69 80,47 74,45
Makan
Kriteria Defisit kurang Baik Defisit kurang
4.5
4
3.5
3
2.5 asupan
2 kebutuhan
1.5
1
0.5
0
18-Mar-16 19-Mar-16 20-Mar-16
34
Dari hail tabel dan grafik diatas menunjukkan bahwa pada asupan hari
pertama asupan karbohidrat 59,69 %, hari kedua 80,47%, dan hari ke tiga 74,45%.
Pada hasil tersebut pada hari kedua mengalami kenaikan yang sudah termasuk
dalam kategori baik hal tersebut dikarenakn pada hari kedua pasien sudah mau
menerima dengan baik asupan yang diberikan.
Namun pada hasil pengamatan terakhir asupan karbohidrat menurun
sekitar 8% dari hasil pengamatan ke dua. Hal tersebut dikarenakan pada terakhir
pengamatan asupan karbohidratnya menurun diakibatkan pada akhir pengamatan
pasien masih sedikit batuk dan pilek sehingga nafsu makan pasien sedikit
berkurang. Batuk dan pilek dapat merupakan petanda adanya suatu infeksi, dalam
kasus Anak ada kemungkinan adalah infeksi pada saluran nafas atas. Pada
umumnya Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA) disebebkan oleh virus, dan dapat
mereda tanpa obat-obatan atau cukup dengan istirahat. Dapat juga diberikan obat-
obatan simptomatis, seperti obat demam dan obat batuk pileknya. Sehingga pada
anak pada saat batuk pilek pada umumnya disertai dengan penurunan nafsu
makan (dr. Suci, 2015).
A. Dietery Histori
Tabel 8. Dietery Histori Pengamatan
35
bayam, sup wortel dan labu siam.
5.Suka buah pisang.
6.Daging ayam jarang.
Recall :
E=42,73%
P=52,74
L=30,83
Kh=43,37
Pasien makan 1-3 kali makan dengan asupan:
1.Nasi tim 3-4 sdm
2.Lauk nabati 1bj
3.Lauk hewani 1ptg
4.Sayur sup ½
Riwayat gizi
Recall:
sekarang
E =71,87%
P =67%
L =61%
Kh =166%
36
NI.1.2 Peningkatan kebutuhan, disebabkan asupan makan pasien,
ditandai status gizi pasien gizi kurang.
NI.5.10.1 Kekurangan intake mineral (Fe) disebabkan terjadinya
infeksi pada paru, ditandai nialai HGB rendah dan diagnosa medis
bronchopneumonia.
B. Tujuan Diet
1. Meningkatkan status gizi.
2. Memberikan makanan tinggi energi untuk memenuhi
kebutuhan basal.
3. Memberikan makanan tinggi protein.
4. Memberikan kecukupan lemak.
5. Memberikan kecukupan karbohidrat.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.
7. Memberikan makanan tinggi mineral Fe untuk memenuhi
kebutuhan Fe dan meningkatkan HGB.
8. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien.
C. Prinsip Diet
1. Memberikan makanan sesuai diet.
D. Syarat Diet
1. Energi diberikan 102 Kkal/kg untuk asupan pasien selama
sehari dan meningkatkan status gizi pasien.
2. Protein sedang, yaitu 10% gr/hari untuk memperbaiki dan
regenerasi sel-sel tubuh yang rusak.
37
3. Lemak sedang, yaitu 25% gr/hari untuk membantu
penyimpanan/pencadangan energi dalam tubuh.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 65% gr/hari sebagai salah satu
sumber energi yang utama dalam tubuh.
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal.
6. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna.
38
Makan Malam
= 25% x 948,6 kkal = 237,15 kkal
Selingan Malam
= 10% x 948,6 kkal = 94,86 kkal
Hasil Pengamatan
Jenis
Sebelum Setelah
Pengukuran
pengamatan pengamatan
BB (kg) 6,7 7
PB (cm) 69 69
Status Gizi
Awal 72 -
pengamatan
Kesimpulan Gizi Kurang -
Status Gizi
Akhir - 75
Pengamatan
Kesimpulan Gizi Kurang
Berdasarkan tabel diatas pengamatan antropometri pada
tanggal 18 Maret 2016
Dari hasil pengamatan antropometri menunjukkan terdapat
kenaikan berat badan sesudah dilakukan intervensi. Awal masuk
MRS tanggal 11 Maret 2016, berat badan pasien 6,7 kg dan
mengalamai kenaikan pada akhir pengamatan tanggal 21 yaitu 7
kg. Peningkatan berat badan tersebut karena pasien mulai mampu
menerima asupan makan yang diberikan pada tanggal 15-21
Maret 2016. Hal ini berarti terapi yang diberikan selama
39
pengamatan dapat dikatan berhasil karena menunjukkan kenaikan
berat badan pasien.
Status gizi pasien selama di rumah sakit dipengaruhi oleh
asupan makan pasien selama di rumah sakit. Menurut
Sjamsuhidayat (2005) asupan makan yang rendah pada pasien
merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi kurang. Gangguan
nutrisi umumnya terjadi bila kekurangan asupan makanan yang
berlangsung secara terus menerus.
Konsumsi makanan/ minuman yang proporsional lebih
menjamin tubuh pasien mendapatkan asuhan gizi yang seimbang,
sehingga daya tahan tubuh lebih tahan terhadap penyakit.
Kekurangan asupan zat gizi khususnya energi dan protein, pada
tahap awal menimbulkan rasa lapar, dalam jangka waktu tertentu
berat badan akan menurun. Keadaan yang berlanjut akan
mempengaruhi status gizi kurang (Gibson, 1990).
B. Biokimia
Tabel 10. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pengamatan
Tgl Pemeriksaan Hasil Normal Sat
Kimia klinik
Elektrolit
19 Maret 2016
Kimia klinik
21 Maret 2016
Elektrolit
Natrium 129 137-145 Mmol/L
Kalium 2,6 3,6-5,0 Mmol/L
Chlorida 91 98-107 Mmol/L
40
Berdasarkan tabel diatas pemeriksaan biokimia pada
tanggal 19-21 Maret 2016 terjadi perubahan nilai lab, yaitu pada
natrium, kalium namun tidak mencapai nilai normal. Hal tersebut
dikarenakan penyakit yang diderita pasien yaitu kejang demam,
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium
melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seeorang
anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada
suhu 38°C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. Dari
kenyataan inilah dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang
demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada
tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung
lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan
metabolisme otak meningkat (Ilmu Kesehatan anak FK UI,2002).
41
C. Fisik
Tabel 11. Hasil Pemeriksaan Fisik sebelum dan sesudah pengamatan
D. Klinis
Tabel 12.Klinis pasien sebelum dan sesudah pengamatan
42
pengamatan denyut nadi pasien tergolong tinggi yaitu 140 x/menit
namun pada akhir pengamatan nadi sudah normal yaitu 120 x/menit.
Suhu tubuh pasien naik turun, pada awal pengamatan normal yaitu
mencapai 36 oC namun pada akhir pengamatan naik yaitu 37 oC. Hal
itu menunjukkan adanya infeksi yang dialami dan pasien yang
cenderung mengalami demam. Pada awal pengamatan Respiratory
rate pasien yaitu 30 x/menit sampai pada akhir pengamatan yaitu 24
x/menit. hal tersebut dikarenakan sebelum pengamatan dalam
pemeriksaan fisik mengalami sesak, setelah pengamatan pasien sudah
tidak mengalami sesak sehingga hasil respirasi pasien menurun
menjadi 24x/mnit.
E. Dietery Histori
Tabel 13. Dietery Histori Pengamatan
Hasil Pengamatan
Bentuk Order Diet Cara
Tanggal
Jenis Diet Makan Pemberian
an
18 Maret 2016 Diet TKTP Lunak Diet TKTP Oral
19 Maret 2016 Diet TKTP Lunak Diet TKTP Oral
20 Maret 2016 Diet TKTP Lunak Diet TKTP Oral
Berdasarkan Monitoring Evaluasi yang di dapat bahwa pasien
diberikan Diet TKTP 3x sehari dengan bentuk makanan lunak selama 3
hari pada tanggal 18 sampai 20 Maret 2016 karena pemberian terapi diet
tersebut bertujuan untuk meningkatkan status gizi pasien agar mencapai
normal.
43
F. Rencana Edukasi dan Konseling
a. Tujuan
Tujuan Instruksional Umum
Keluarga mengetahui dan memahami tentang makanan sehat
untuk anak yang sesuai kebutuhan dan kondisi anak.
Tujuan instruksional khusus
- Keluarga mengetahui tentang makanan yang diberikan di
rumah sakit.
- Keluarga mengetahui makanan sehat dan seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Waktu dan Tempat
Kegiatan edukasi dan konseling gizi dilakukan selama waktu
pengamatan pasien selama 10-15 menit di ruang mawar kuning
atas.
c. Sasaran : Keluarga pasien
d. Materi : Terlampir
G. Hasil kegiatan : keluarga pasien mengerti dan memahami
terhadap materi yang diberikan.
H. Implementasi
a. Standar Diet
- Energi diberikan sesuai kebutuhan energi pada yaitu 102
Kalori/kgBB/hr sebesar 540 kkal.
- Protein diberikan sesuai kebutuhan yaitu 10% gram/kgBB/hr
sebesar 23,7 gr.
- Lemak diberikan sesuai kebutuhan yaitu 20 % dari total energi
sebesar 21,8 gr.
- Karbohidrat diberikan sesuai kebutuhan yaitu 70 % dari total
energi sebesar 166,01 gr.
44
b. Edukasi atau konseling gizi
Konseling dilakukan selama pengamatan pasien di ruang Mawar
Kuning Atas dengan sasaran orang tua pasien. Materi yang
diberikan yaitu tentang makanan yang diberikan di rumah sakit
serta penjelasan tentang makanan sehat dan seimbang yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Selain itu, keluarga pasien
diberi konseling mengenai pentingnya hygiene sanitasi dan cara
menjaga hygiene sanitasi baik individu maupun lingkungan.
Karena pasien dalam kondisi penurunan sistem imun sehingga
rentan terpapar penyakit dan infeksi.
c. Keberhasilan Edukasi dan Konseling
Edukasi dan konseling gizi dilakukan selama pengamatan pasien
dengan tujuan menambah pengetahuan dan pemahaman
mengenai pemberian makanan sehat untuk anak yang sesuai
kebutuhan dan kondisi anak sehingga kebutuhan energi dan zat
gizi anak terpenuhi. Sasaran edukasi pada keluarga pasien (Ibu
dan Ayah). Edukasi dilakukan dengan metode ceramah kepada
sasaran, untuk materi yang disampaikan yaitu :
- Materi tentang makanan sehat dan seimbang yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
- Materi tentang cara menjaga hygiene dan sanitasi.
Proses edukasi berjalan dengan aktif karena sasaran merespon
dengan bertanya tentang kecukupan asupan energi pasien
dengan pemberian kebutuhan pasien tersebut dan makanan
pendamping untuk pasien. Keluarga pasien juga memahami
tentang penjelasan yang sudah diberikan, mau untuk
memberikan asupan sesuai kebutuhan pasien dan mengerti
tentang hygiene dan sanitasi.
d. Koordinasi dengan tim
Koordinasi yang dilakukan selama pengamatan yaitu koordinasi
dengan tim medis terkait dengan gizi pasien. Ahli gizi ruangan
45
tentang perubahan diet pada pasien selama pengamatan terkait
dengan kondisi pasien. Pemberian diet selama pengamatan yaitu
menggunakan diet TKTP karena untuk meningkatkan kebutuhan
energi dan kebutuhan protein pasien terhadap pertumbuhannya.
46
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Mansjoer A., Suprohaita, Wadhani W.I., Setiowulan W. 2008. Kapita Selekta
Kedokteran, Jilid 2 Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, p
467.
Rahajoe NN, Supriyatno B, dan Setyanto DB. 2010. Buku ajar respirologi
anak edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Hal : 350-365.
Said M 2008. Pneumonia. In : Rahajoe N.N., Supriyatno B., Setyanto D.B.
(eds). Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta : Badan
Penerbit IDAI, pp 350364
Supariasa I Dewa Nyoman dkk. 2001. Penilaian status gizi. Jakarta: EG
Susilowati, Tri.2012. Asuhan Kebidanan Balita Sakit An. A dengan febris di
PKD Ngudi Waras Jabung Sragen. KTI DIII Kebidanan Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
Soetomenggolo TS. Kejang demam dalam buku ajar neurologi.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2000.
Unicef. 2006. Manajemen Pneumonia di Pengaturan Masyarakat.
http://seputarduniaanak.blogspot.com/2009/12/pneumonia.html. (7
Januari 2010)
Wilson L.M. 2006. Penyakit Pernapasan Restriktif. In : Price S.A. dan Wilson
L.M. (eds). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.
Jakarta : EGC, pp:804-810.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Medika.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1 :Menu pengamatan hari 1
Energi Protein (g) Lemak HA Ca Fosfor Fe Vit. A Vit. B1 Vit. C Natrium Kalium Coles Serat AIR
Waktu Menu Bahan Makanan Berat
(Kcal) Hewani Nabati (g) (g) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (ml)
makan pagi Nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
rawon daging dadu Daging sapi 20 41,4 3,6 0,0 2,8 0,0 2,2 34,0 0,6 6,0 0,0 0,0 18,6 97,8 14,0 0,0 13,2
air putih Gula pasir 11 40,0 0,0 0,0 0,0 10,3 0,6 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,6
Sub Total 207,4 3,6 2,4 3,0 38,0 4,9 83,1 0,9 6,0 0,1 0,0 20,4 132,9 14,0 0,7 18,3
Snack Pagi puding pisang Pisang mas 50 63,5 0,0 0,7 0,1 16,8 3,5 12,5 0,4 39,5 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 4,3 32,1
Gula pasir 13 47,3 0,0 0,0 0,0 12,2 0,7 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,7
Sub Total 110,8 0,0 0,7 0,1 29,0 4,2 12,6 0,4 39,5 0,0 1,0 0,0 0,1 0,0 4,3 32,8
Makan Siang nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
telur tama goci Telur ayam 30 48,6 3,8 0,0 3,5 0,2 16,2 54,0 0,8 270,0 0,0 0,0 47,4 53,4 165,0 0,0 22,2
tempe isi rogurt Tempe kedele murni 15 22,4 0,0 2,7 0,6 1,9 19,4 23,1 1,5 7,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,1 9,6
sup wortel +buncis Wortel 10 4,2 0,0 0,1 0,0 0,9 3,9 3,7 0,1 1200,0 0,0 0,6 7,0 24,5 0,0 0,5 8,8
Buncis 10 3,5 0,0 0,2 0,0 0,8 6,5 4,4 0,1 63,0 0,0 1,9 3,5 7,8 0,0 1,0 8,9
air putih Gula pasir 10 36,4 0,0 0,0 0,0 9,4 0,5 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,5
Sub Total 241,1 3,8 5,5 4,3 40,8 48,6 134,3 2,8 1540,5 0,1 2,5 59,7 120,7 165,0 3,2 54,6
Sanck Sore biskuit Biscuit 30 137,4 0,0 2,1 4,3 22,5 18,6 26,1 0,8 0,0 0,0 0,0 150,0 60,0 0,0 0,6 0,7
Sub Total 137,4 0,0 2,1 4,3 22,5 18,6 26,1 0,8 0,0 0,0 0,0 150,0 60,0 0,0 0,6 0,7
Makan Malam nasi tim Beras giling 40 144,0 0,0 2,7 0,3 31,6 2,4 56,0 0,3 0,0 0,0 0,0 2,0 40,0 0,0 0,8 5,2
ayam bb kcap Ayam 30 90,6 5,5 0,0 7,5 0,0 4,2 60,0 0,5 243,0 0,0 0,0 30,0 105,0 18,0 0,0 16,8
rolade tahu Tahu 10 6,8 0,0 0,8 0,5 0,2 12,4 6,3 0,1 0,0 0,0 0,0 1,2 15,1 0,0 0,1 8,5
sayur triwarna Wortel 10 4,2 0,0 0,1 0,0 0,9 3,9 3,7 0,1 1200,0 0,0 0,6 7,0 24,5 0,0 0,5 8,8
Labu siam 10 2,6 0,0 0,1 0,0 0,7 1,4 2,5 0,1 2,0 0,0 1,8 0,0 0,0 0,0 0,3 9,2
Sub Total 248,2 5,5 3,7 8,3 33,3 24,3 128,5 1,0 1445,0 0,1 2,4 40,2 184,6 18,0 1,7 48,5
Snack Malam roti Roti putih 10 24,8 0,0 0,8 0,1 5,0 1,0 9,5 0,2 0,0 0,0 0,0 53,0 9,1 0,0 0,1 4,0
Sub Total 24,8 0,0 0,8 0,1 5,0 1,0 9,5 0,2 0,0 0,0 0,0 53,0 9,1 0,0 0,1 4,0
Total Asupan 969,7 28,0 20,2 168,7 101,5 394,1 6,0 3031,0 0,3 5,9 323,3 507,3 197,0 10,5 158,9
51
Lampiran 2 : Menu pengamatan hari ke 2
Energi Protein (g) Lemak HA Ca Fosfor Fe Vit. A Vit. B1 Vit. C Natrium Kalium Coles Serat AIR
Waktu Menu Bahan Makanan Berat
(Kcal) Hewani Nabati (g) (g) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (ml)
makan pagi nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
semur ayam dd Ayam 25 75,5 4,6 0,0 6,3 0,0 3,5 50,0 0,4 202,5 0,0 0,0 25,0 87,5 15,0 0,0 14,0
suun berkuah,kentang Bihun 15 54,0 0,0 0,7 0,0 12,3 0,2 5,3 0,3 0,0 0,0 0,0 2,0 29,6 0,0 0,0 1,9
Kentang 10 8,3 0,0 0,2 0,0 1,9 1,1 5,6 0,1 0,0 0,0 1,7 0,7 39,6 0,0 0,3 7,8
air putih Gula pasir 10 36,4 0,0 0,0 0,0 9,4 0,5 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,5
Sub Total 300,2 4,6 3,3 6,5 51,2 7,4 110,0 1,0 202,5 0,1 1,7 29,4 191,7 15,0 1,0 28,8
Snack Pagi pai buah Pisang mas 40 50,8 0,0 0,6 0,1 13,4 2,8 10,0 0,3 31,6 0,0 0,8 0,0 0,0 0,0 3,4 25,7
Gula pasir 13 47,3 0,0 0,0 0,0 12,2 0,7 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,7
Sub Total 98,1 0,0 0,6 0,1 25,7 3,5 10,1 0,3 31,6 0,0 0,8 0,0 0,1 0,0 3,4 26,4
Makan Siang nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
bola-bola bandeng bb tomat
Bandeng 20 25,8 4,0 0,0 1,0 0,0 4,0 30,0 0,4 30,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 14,8
oseng tempe Tempe kedele murni 10 14,9 0,0 1,8 0,4 1,3 12,9 15,4 1,0 5,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,7 6,4
sy bening bayam+gambasBayam 5 1,8 0,0 0,2 0,0 0,3 13,4 3,4 0,2 304,5 0,0 4,0 0,2 20,8 0,0 0,2 4,3
Gambas/oyong 5 0,9 0,0 0,0 0,0 0,2 1,0 1,7 0,0 19,0 0,0 0,4 2,2 7,1 0,0 0,2 4,7
air putih
Sub Total 169,4 4,0 4,4 1,6 29,4 33,3 99,4 1,9 358,5 0,1 4,4 4,2 62,9 0,0 1,7 34,8
Sanck Sore puding buah Pisang mas 50 63,5 0,0 0,7 0,1 16,8 3,5 12,5 0,4 39,5 0,0 1,0 0,0 0,0 0,0 4,3 32,1
Gula pasir 13 47,3 0,0 0,0 0,0 12,2 0,7 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,7
Sub Total 110,8 0,0 0,7 0,1 29,0 4,2 12,6 0,4 39,5 0,0 1,0 0,0 0,1 0,0 4,3 32,8
Makan Malam nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
naget stik ayam Ayam 25 75,5 4,6 0,0 6,3 0,0 3,5 50,0 0,4 202,5 0,0 0,0 25,0 87,5 15,0 0,0 14,0
siomay tahu kukus Tahu 15 10,2 0,0 1,2 0,7 0,2 18,6 9,5 0,1 0,0 0,0 0,0 1,8 22,7 0,0 0,1 12,7
asem-asem buncis+wortelBuncis 10 3,5 0,0 0,2 0,0 0,8 6,5 4,4 0,1 63,0 0,0 1,9 3,5 7,8 0,0 1,0 8,9
Wortel 10 4,2 0,0 0,1 0,0 0,9 3,9 3,7 0,1 1200,0 0,0 0,6 7,0 24,5 0,0 0,5 8,8
air putih
Sub Total 219,4 4,6 3,9 7,2 29,6 34,6 116,6 1,0 1465,5 0,1 2,5 39,1 177,4 15,0 2,2 49,0
Snack Malam puding pisang Pisang mas 20 25,4 0,0 0,3 0,0 6,7 1,4 5,0 0,2 15,8 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 1,7 12,8
Gula pasir 7 25,5 0,0 0,0 0,0 6,6 0,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4
Sub Total 50,9 0,0 0,3 0,0 13,3 1,8 5,1 0,2 15,8 0,0 0,4 0,0 0,0 0,0 1,7 13,2
Total Asupan 948,8 26,3 15,6 178,2 84,7 353,7 4,8 2113,4 0,3 10,8 72,8 432,2 30,0 14,3 185,0
52
Lampiran 3 : Menu pengamatan hari ke 3
Energi Protein (g) Lemak HA Ca Fosfor Fe Vit. A Vit. B1 Vit. C Natrium Kalium Coles Serat AIR
Waktu Menu Bahan Makanan Berat
(Kcal) Hewani Nabati (g) (g) (mg) (mg) (mg) (SI) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (ml)
makan pagi nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
sate pentul dgg gling Daging sapi 25 51,8 4,5 0,0 3,5 0,0 2,8 42,5 0,7 7,5 0,0 0,0 23,3 122,3 17,5 0,0 16,5
tahu bacem Tahu 20 13,6 0,0 1,6 0,9 0,3 24,8 12,6 0,2 0,0 0,0 0,0 2,4 30,2 0,0 0,1 17,0
air putih Gula pasir 7 25,5 0,0 0,0 0,0 6,6 0,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4
Sub Total 216,8 4,5 3,9 4,7 34,5 30,0 104,2 1,1 7,5 0,1 0,0 27,4 187,5 17,5 0,8 38,4
Snack Pagi nogosari pisang kepok 30 34,8 0,2 0,0 0,1 9,4 0,6 8,4 0,2 27,3 0,0 3,3 1,5 139,5 0,0 0,7 0,0
Gula pasir 7 25,5 0,0 0,0 0,0 6,6 0,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4
Sub Total 60,3 0,2 0,0 0,1 15,9 1,0 8,5 0,2 27,3 0,0 3,3 1,5 139,5 0,0 0,7 0,4
Makan Siang nasi tim Beras giling 35 126,0 0,0 2,4 0,2 27,6 2,1 49,0 0,3 0,0 0,0 0,0 1,8 35,0 0,0 0,7 4,6
stick ayam krispy Ayam 25 75,5 4,6 0,0 6,3 0,0 3,5 50,0 0,4 202,5 0,0 0,0 25,0 87,5 15,0 0,0 14,0
tomat isi gadon tahu Tahu 20 13,6 0,0 1,6 0,9 0,3 24,8 12,6 0,2 0,0 0,0 0,0 2,4 30,2 0,0 0,1 17,0
Tomat muda 10 2,3 0,0 0,2 0,1 0,2 0,5 2,7 0,1 32,0 0,0 3,0 0,0 0,0 0,0 0,0 9,3
sup wrtel + manisah Wortel 20 8,4 0,0 0,2 0,1 1,9 7,8 7,4 0,2 2400,0 0,0 1,2 14,0 49,0 0,0 1,0 17,6
Labu siam 20 5,2 0,0 0,1 0,0 1,3 2,8 5,0 0,1 4,0 0,0 3,6 0,0 0,0 0,0 0,6 18,5
pepaya Pepaya 40 18,4 0,0 0,2 0,0 4,9 9,2 4,8 0,7 146,0 0,0 31,2 1,6 88,4 0,0 1,0 34,7
air putih Gula pasir 7 25,5 0,0 0,0 0,0 6,6 0,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4
Sub Total 274,9 4,6 4,7 7,6 42,8 51,1 131,6 1,8 2784,5 0,1 39,0 44,8 290,1 15,0 3,4 115,9
Sanck Sore biskuit Biscuit 30 137,4 0,0 2,1 4,3 22,5 18,6 26,1 0,8 0,0 0,0 0,0 150,0 60,0 0,0 0,6 0,7
Sub Total 137,4 0,0 2,1 4,3 22,5 18,6 26,1 0,8 0,0 0,0 0,0 150,0 60,0 0,0 0,6 0,7
Makan Malam Bubur kasar nasi tim Beras giling 30 108,0 0,0 2,0 0,2 23,7 1,8 42,0 0,2 0,0 0,0 0,0 1,5 30,0 0,0 0,6 3,9
dadar telur cetak Telur ayam 25 40,5 3,2 0,0 2,9 0,2 13,5 45,0 0,7 225,0 0,0 0,0 39,5 44,5 137,5 0,0 18,5
scotel macaroni Makaroni 5 18,2 0,0 0,4 0,0 3,9 1,0 4,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,2 6,6 0,0 0,0 0,6
tumis wortel + taoge Wortel 25 10,5 0,0 0,3 0,1 2,3 9,8 9,3 0,2 3000,0 0,0 1,5 17,5 61,3 0,0 1,3 22,1
Taoge Kacang Hijau 25 15,2 0,0 1,7 0,9 1,2 8,5 20,5 0,3 0,3 0,8 0,1 2,0 1,8 60,5 0,0 0,1
air putih Gula pasir 7 25,5 0,0 0,0 0,0 6,6 0,4 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,4
Sub Total 217,9 3,2 4,4 4,0 37,9 34,9 120,8 1,4 3225,3 0,8 1,6 60,7 144,1 198,0 1,9 45,5
Snack Malam buah pisang Pisang mas 30 38,1 0,0 0,4 0,1 10,1 2,1 7,5 0,2 23,7 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 2,6 19,3
Sub Total 38,1 0,0 0,4 0,1 10,1 2,1 7,5 0,2 23,7 0,0 0,6 0,0 0,0 0,0 2,6 19,3
Total Asupan 945,3 28,0 20,7 163,8 137,6 398,6 5,6 6068,3 1,1 44,5 284,4 821,3 230,5 9,9 220,1
53
Lampiran 4. Laporan Harian Pertama
CATATAN ASUHAN GIZI HARIAN
Nama : An.t Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 th 2 bln Ruang : MK Atas (H3)
Tanggal : 18 maret 2016 Diagnosa kerja :KDK+ bronchopneumonia+
Gizi kurang
Asessment
Diagnosa Gizi Intervensi Monitoring Evaluasi
Data Dasar Identifikasi Masalah
A. Antropometri NI. 5.1 peningkatan kebutuhan zat ND.1.2 modifikasi distribusi BE. 1.1.1 perubahan
BB/U= -2,4 Status gizi kurang gizi, disebabkan intake pasien dan zat gizi atau jenis makanan dampak nyata.
TB/U= -2,7 penyakit pasien, ditandai status gizi dalam makanan pada waktu
BBI= 9,3 kurang tertentu.
Status gizi
=BBA/BBIx100%
54
=6,7/9,3x100%
=72%(gizi
kurang)
B. Biokimia
Leukosit 11,34↑ 1. Leukosit tinggi NC 2.2 Perubahan Nilai RC. 1.3 Kolaborasi dengan tim BD 1.12.4 Tes Urine,
Eritrosit 3,67↓ 2. Eritrosit rendah Laboratorium Karena adanya kesehatan lain Protein Urine
Hemoglobin 9,4↓ 3. Hb rendah infeksi berkaitan dengan hsil lab FH.1.6.2 Zat besi Fe
Hematokrit 27,3↓ Hb rendah.
Trombosit 241(N)
MCV 74,4↓
MCH 25,6↓
MCHC 34,4
RDW-SD 40,9
RDW-CV 15,6↑
PDW 13,1
MPV 10,8
P-LCR 27,9
PCT 0,26
EO% 1,3↑
55
MASO% 0,1
NEUT% 68,9
LYMP% 27,2
MONO% 2,5
EO# 0,15
MASO# 0,01
MONO# 0,28
NEUT# 7,81↑
LYMPH# 3,09
C. Fisik Klinis - - - -
Keadaan Umum Lemah
Kesadaran Cm
Nadi 158 ↑
RR 45 ↑
Suhu’ 38 ↑
56
D. Dietary
1) Riwayat gizi dahulu 1. pasien suka - - FH. 4.1.1 Tingkat
Sebelum sakit pasien suka makan makan ciki dan Pengetahuan orang tua
snack seperti ciki-ciki dan biskuit biskuit. tentang Makanan dan
. Pasein dirumah mengkonsumsi Gizi.
nasi tim tahu dan tempe. Lauk
hewani yang sering dikonsumsi
yaitu ikan laut segar sebanyak 3x
dalam seminggu rutin, jarang
mengkonsumsi ayam dan daging.
Sayuran yang di konsumsi pasien
dalam satu hari hanya 2 kali
57
sehari contoh sayurannya yaitu
bayam dan sop, suka buah
pisang.
Pasien tidak mempunyai
pantangan apaun dengan
makanan dan minuman.
2) Riwayat Gizi Sekarang 1. Energi Buruk NI 2. 1 Kekurangan Intake ND. 1.2 Modifikasi Jenis zat FH. 1.1.1.1 Asupan
Energi = 42% (Buruk) 2. Protein Buruk Makanan Berkaitan dengan sesak gizi Energi Total
Protein = 52,74% (Buruk) 3. Lemak Buruk dan batuk ditandai dengan hasil FH 1.2.1.1
Lemak = 30,83% (Buruk) 4. KH Buruk recall intake energi buruk (42% Menghabiskan makanan
Karbohidrat = 43,37% (Buruk) dari kebutuhan), Protein buruk yang diberikan
(52,74% dari kebutuhan), Lemak FH 1.5.2.1 Asupan
buruk (30,83% dari kebutuhan), protein Total
dan Karbohidrat buruk (43,37% FH 1.5.1.1. Asupan
dari kebutuhan). lemak total
FH 1.5.3.1. asupan
Karbohidrat
E. Lain-Lain
1) Riwayat Penyakit sekarang
58
Pasien datang ke RS karena
pasien panas selama 1-4 hari,
panas dan kejang-kejang
59
Lampiran 5. Laporan Harian Kedua
CATATAN ASUHAN GIZI HARIAN
Nama : An.t Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 th 2 bln Ruang : MK Atas (H3)
Tanggal : 19 Maret 2016 Diagnosa kerja :KDK+ bronchopneumonia+
Gizi kurang
Asessment
Diagnosa Gizi Intervensi Monitoring Evaluasi
Data Dasar Identifikasi Masalah
F. Antropometri NI. 5.1 peningkatan kebutuhan zat ND.1.2 modifikasi distribusi BE. 1.1.1 perubahan
BB/U= -2,4 Status gizi kurang gizi, disebabkan intake pasien dan zat gizi atau jenis makanan dampak nyata.
TB/U= -2,7 penyakit pasien, ditandai status gizi dalam makanan pada waktu
BBI= 9,3 kurang tertentu.
Status gizi
=BBA/BBIx100%
60
=6,7/9,3x100%
=72%(gizi
kurang)
G. Biokimia
Leukosit 15,20↑ - - - -
Eritrosit 4,80 N
Hemoglobin 13,0 N
Hematokrit 36,6 ↓
Trombosit 156 N
MCV 76,3↓
MCH 27,1 N
MCHC 35,5 N
RDW-SD 40,5 N
RDW-CV 15,0↑
PDW 12,9N
MPV 10,1
P-LCR 25,7N
PCT 0,16N
EO% 0,3N
61
MASO% 0,1
NEUT% 89,6↑
LYMP% 76,6↑
MONO% 2,4N
EO# 0,05N
MASO# 0,02N
MONO# 0,36N
NEUT# 7,81↑
LYMPH# 3,09
H. Fisik Klinis - - - -
Keadaan Umum Lemah
Kesadaran Cm
Nadi 120 N
RR 32 ↑
Suhu’ 37,3 ↑
62
,batuk(+),pilek(+)
I. Dietary
1) Riwayat gizi dahulu 1. pasien suka - - FH. 4.1.1 Tingkat
Sebelum sakit pasien suka makan makan ciki dan Pengetahuan orang tua
snack seperti ciki-ciki dan biskuit biskuit. tentang Makanan dan
. Pasein dirumah mengkonsumsi Gizi.
nasi tim tahu dan tempe. Lauk
hewani yang sering dikonsumsi
yaitu ikan laut segar sebanyak 3x
dalam seminggu rutin, jarang
mengkonsumsi ayam dan daging.
Sayuran yang di konsumsi pasien
dalam satu hari hanya 2 kali
63
sehari contoh sayurannya yaitu
bayam dan sop, suka buah
pisang.
Pasien tidak mempunyai
pantangan apaun dengan
makanan dan minuman.
2) Riwayat Gizi Sekarang 5. Energi Buruk NI 2. 1 Kekurangan Intake ND. 1.2 Modifikasi Jenis zat FH. 1.1.1.1 Asupan
Energi = 61,04% (Buruk) 6. Protein Buruk Makanan Berkaitan dengan sesak gizi Energi Total
Protein = 67,51% (Buruk) 7. Lemak Buruk dan batuk ditandai dengan hasil FH 1.2.1.1
Lemak = 61,66% (Buruk) 8. KH Buruk recall intake energi buruk (61,04% Menghabiskan makanan
Karbohidrat = 59,69% (Buruk) dari kebutuhan), Protein buruk yang diberikan
(67,51% dari kebutuhan), Lemak FH 1.5.2.1 Asupan
buruk (61,66% dari kebutuhan), protein Total
dan Karbohidrat buruk (59,69% FH 1.5.1.1. Asupan
dari kebutuhan). lemak total
FH 1.5.3.1. asupan
Karbohidrat
J. Lain-Lain
1) Riwayat Penyakit sekarang
64
Pasien datang ke RS karena
pasien panas selama 1-4 hari,
panas dan kejang-kejang
65
Lampiran 6. Laporan Harian Ketiga
CATATAN ASUHAN GIZI HARIAN
Nama : An.t Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 th 2 bln Ruang : MK Atas (H3)
Tanggal : 20 Maret 2016 diagnosa kerja :KDK+ bronchopneumonia+
Gizi kurang
Asessment
Diagnosa Gizi Intervensi Monitoring Evaluasi
Data Dasar Identifikasi Masalah
K. Antropometri NI. 5.1 peningkatan kebutuhan zat ND.1.2 modifikasi distribusi BE. 1.1.1 perubahan
BB/U= -2,4 Status gizi kurang gizi, disebabkan intake pasien dan zat gizi atau jenis makanan dampak nyata.
TB/U= -2,7 penyakit pasien, ditandai status gizi dalam makanan pada waktu
BBI= 9,3 kurang tertentu.
Status gizi
=BBA/BBIx100%
66
=6,7/9,3x100%
=72%(gizi
kurang)
L. Biokimia
Natrium 130↓ - - - -
Kalium 2,2↓
Chlorida 92↓
M. Fisik Klinis - - - -
67
Keadaan Umum Lemah
Kesadaran Cm
Nadi 120 N
RR 32 N
Suhu’ 37 N
68
N. Dietary
1) Riwayat gizi dahulu 1. pasien suka - - FH. 4.1.1 Tingkat
Sebelum sakit pasien suka makan makan ciki dan Pengetahuan orang tua
snack seperti ciki-ciki dan biskuit biskuit. tentang Makanan dan
. Pasein dirumah mengkonsumsi Gizi.
nasi tim tahu dan tempe. Lauk
hewani yang sering dikonsumsi
yaitu ikan laut segar sebanyak 3x
dalam seminggu rutin, jarang
mengkonsumsi ayam dan daging.
Sayuran yang di konsumsi pasien
dalam satu hari hanya 2 kali
69
sehari contoh sayurannya yaitu
bayam dan sop, suka buah
pisang.
Pasien tidak mempunyai
pantangan apaun dengan
makanan dan minuman.
2) Riwayat Gizi Sekarang 9. Energi Buruk NI 2. 1 Kekurangan Intake ND. 1.2 Modifikasi Jenis zat FH. 1.1.1.1 Asupan
Energi = 74,38% (ringan) 10. Protein Buruk Makanan Berkaitan dengan sesak gizi Energi Total
Protein = 79,32% (ringan) 11. Lemak Buruk dan batuk ditandai dengan hasil FH 1.2.1.1
Lemak = 50,75% (Buruk) 12. KH Buruk recall intake energi buruk (74,38% Menghabiskan makanan
Karbohidrat = 80,47% (sedang) dari kebutuhan), Protein buruk yang diberikan
(79,32% dari kebutuhan), Lemak FH 1.5.2.1 Asupan
buruk (50,75% dari kebutuhan), protein Total
dan Karbohidrat buruk (80,47% FH 1.5.1.1. Asupan
dari kebutuhan). lemak total
FH 1.5.3.1. asupan
Karbohidrat
O. Lain-Lain
1) Riwayat Penyakit sekarang
70
Pasien datang ke RS karena
pasien panas selama 1-4 hari,
panas dan kejang-kejang
71
Lampiran 7. Laporan Harian Keempat
CATATAN ASUHAN GIZI HARIAN
Nama : An.t Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 th 2 bln Ruang : MK Atas (H3)
Tanggal : 21 Maret 2016 diagnosa kerja :KDK+ bronchopneumonia+
Gizi kurang
Asessment
Diagnosa Gizi Intervensi Monitoring Evaluasi
Data Dasar Identifikasi Masalah
P. Antropometri NI. 5.1 peningkatan kebutuhan zat ND.1.2 modifikasi distribusi BE. 1.1.1 perubahan
BB/U= -2,4 Status gizi kurang gizi, disebabkan intake pasien dan zat gizi atau jenis makanan dampak nyata.
TB/U= -2,7 penyakit pasien, ditandai status gizi dalam makanan pada waktu
BBI= 9,3 kurang tertentu.
Status gizi
=BBA/BBIx100%
72
=6,7/9,3x100%
=72%(gizi
kurang)
Q. Biokimia
Natrium 129↓ - - - -
Kalium 2,6↓
Chlorida 91↓
R. Fisik Klinis - - - -
73
Keadaan Umum Lemah
Kesadaran Cm
Nadi 120 N
RR 32 N
Suhu’ 37 N
74
S. Dietary
1) Riwayat gizi dahulu 1. pasien suka - - FH. 4.1.1 Tingkat
Sebelum sakit pasien suka makan makan ciki dan Pengetahuan orang tua
snack seperti ciki-ciki dan biskuit biskuit. tentang Makanan dan
. Pasein dirumah mengkonsumsi Gizi.
nasi tim tahu dan tempe. Lauk
hewani yang sering dikonsumsi
yaitu ikan laut segar sebanyak 3x
dalam seminggu rutin, jarang
mengkonsumsi ayam dan daging.
Sayuran yang di konsumsi pasien
dalam satu hari hanya 2 kali
75
sehari contoh sayurannya yaitu
bayam dan sop, suka buah
pisang.
Pasien tidak mempunyai
pantangan apaun dengan
makanan dan minuman.
2) Riwayat Gizi Sekarang 13. Energi Buruk NI 2. 1 Kekurangan Intake ND. 1.2 Modifikasi Jenis zat FH. 1.1.1.1 Asupan
Energi = 76,03% (ringan) 14. Protein Buruk Makanan Berkaitan dengan sesak gizi Energi Total
Protein = 86,91% (sedang) 15. Lemak Buruk dan batuk ditandai dengan hasil FH 1.2.1.1
Lemak = 73,52% (ringan) 16. KH Buruk recall intake energi ringan (76,03% Menghabiskan makanan
Karbohidrat = 74,45% (ringan) dari kebutuhan), Protein yang diberikan
ringan(86,91% dari kebutuhan), FH 1.5.2.1 Asupan
Lemak ringan (73,52% dari protein Total
kebutuhan), dan Karbohidrat ringan FH 1.5.1.1. Asupan
(74,45% dari kebutuhan). lemak total
FH 1.5.3.1. asupan
Karbohidrat
T. Lain-Lain
1) Riwayat Penyakit sekarang
76
Pasien datang ke RS karena
pasien panas selama 1-4 hari,
panas dan kejang-kejang
77
Lampiran 8. Resume PAGT (Proses Asuhan Gizi Terstandart)
RESUME ASUHAN GIZI
Nama : An. T Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 th 2bln Ruang : MKA/H3
A. Antropometri
BB/U= -2,4 Gizi kurang BB = 6,7 kg - - BB = 7 kg
TB/U= -2,7
BBI= 9,3
Status gizi
=BBA/BBIx100%
=6,7/9,3x100%
=72%(gizi kurang)
B. Biokimia
78
Hematokrit 27,3↓
Trombosit 241(N)
MCV 74,4↓
MCH 25,6↓
MCHC 34,4
RDW-SD 40,9
RDW-CV 15,6↑
PDW 13,1
MPV 10,8
P-LCR 27,9
PCT 0,26
EO% 1,3↑
MASO% 0,1
NEUT% 68,9
LYMP% 27,2
MONO% 2,5
EO# 0,15
MASO# 0,01
MONO# 0,28
NEUT# 7,81↑
79
LYMPH# 3,09
C. Fisik Klinis
Kesadaran Cm ↑
N 136 N N 140 ↑N 120 NN 120 N
Nadi 158 ↑
RR 37,7 ↑ RR 38 N RR 36,5 N RR 20 N
RR 45 ↑
Suhu 36,5 N Suhu 36,5 N Suhu 36 N Suhu 37 N
Suhu’ 38
Fisik : panas(+), Keluhan : Keluhan: Keluhan : Keluhan :
kejang(+),batuk panas+,kejang+,batuk+ Panas-,kejang- Panas-,kejang- Panas-,kejang-
D. Dietary
1. Riwayat gizi dahulu Sering
80
dirumah
mengkonsumsi nasi tim
tahu dan tempe. Lauk
hewani yang sering
dikonsumsi yaitu ikan
laut segar sebanyak 3x
dalam seminggu rutin,
jarang mengkonsumsi
ayam dan daging.
Sayuran yang di
konsumsi pasien dalam
satu hari hanya 2 kali
sehari contoh
sayurannya yaitu
bayam dan sop, suka
buah pisang.
Pasien tidak
mempunyai pantangan
apaun dengan makanan
81
dan minuman.
82
E. Lain-Lain
1) Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke RS
karena pasien panas
selama 1-4 hari, panas
dan kejang-kejang
83
Lampiran 9. Dokumentasi Monitoring Asupan
MONITORING ASUPAN
Nama : An.T Jenis Kelamin : Pria
Umur : 1th 2bln Ruang : Mawar Kuning Atas H/3
Diagnosa medis : KDK + Brochopneumonia + gizi kurang
Tanggal Tingkat
Rata-Rata
Nilai Gizi 18 Maret 19 Maret 20 Maret Kebutuhan Konsumsi Kriteria
Asupan
2016 2016 2016 (%)
Energi (Kkal) Defisit
579,1 705,6 721,3 668,6 948,6 70,48
kurang
Protein (gr) Defisit
16,0 18,8 20,6 18,46 23,7 77,89
kurang
Lemak (gr) Defisit
13,0 10,7 15,5 13 21,08 61,66
kurang
Karbohidrat (gr) Defisit
99,1 133,6 123,6 118,76 166,01 71,53
kurang
Keterangan : Kriteria untuk intake makanan menggunakan kriteria yang di kemukakan oleh Gibson,2005)
84
Lampiran 10. Hasil Evaluasi Konseling
HASIL EVALUASI KONSELING GIZI
PASIEN RAWAT JALAN
Nama : An.T Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1th 2bln Nomor Registrasi : 1774491
Tanggal : 21 Maret 2016
EVALUASI
PROSES OUTCOME
MATERI RESPON PASIEN
PERTANYAAN
KONSELING TINDAKAN/ SEBELUM SESUDAH TINDAKAN
MASALAH YANG KETERANGAN
PENYELESAIAN TIDAK TIDAK PENYELESAIAN
DIBERIKAN TAHU TAHU
TAHU TAHU
Kebutuhan Tingkat Memberikan Apakah bapak √ √ Keluarga Memberikan
energi, protein, konsumsi zat konseling tentang atau ibu sudah menjalankan konseling kepada
lemak dan gizi makro jumlah kebutuhan mengerti saran yang keluarga
karbohidrat pasien zat gizi makro mengenai diberikan oleh mengenai cara
termasuk yang seharusnya kebutuhan dokter. Namun pemberian
kriteria kurang dikonsumsi oleh makanan dan dalam makanan dengan
85
paisen minuman sesuai memodifikasi menu yang
kondisi pasien? makanan masih bervariasi, namun
kurang tepat. tetap
memperhatikan
kebutuhan zat gizi
pasien.
Syarat Diet Kurang tepat Memberikan Apakah Bapak √ √ Keluarga pasien Memberikan
TKTP dalam edukasi dan sudah belum edukasi dan
pemilihan konseling mengetahui mengetahui konseling tentang
bahan tentang syarat mengenai diet makanan yang
makanan dan diet TKTP yang sesuai dianjurkan dan
waktu makan dengan kondisi tidak dianjurkan
pasien yaitu untuk pasien
TKTP
Bahan Keluarga Memberikan Apakah bapak √ √ Keluarga pasien Memberi edukasi
makanan yang pasien tidak edukasi dan mengetahui dan pasien belum dan konseling
dianjurkan mengerti konseling tentang bahan makanan mengetahui tentang bahan
tentang bahan bahan makanan apa yang tentang bahan makanan yang
makanan yang yang dianjurkan dianjurkan? makanan yang dianjurkan.
86
dianjurkan dianjurkan.
Bahan Pasien dan Memberikan Apakah Bapak √ √ Keluarga pasien Memberi edukasi
makanan yang keluarga konseling tentang sudah dan pasien belum dan konseling
tidak pasien tidak bahan makanan mengetahui apa pernah tentang bahan
dianjurkan mengerti yang tidak saja bahan mendapatkan makanan yang
tentang dianjurkan untuk makanan yang konseling tentang tidak dianjurkan.
makanan yang pasien. tidak dianjurkan? bahan makanan
tidak yang tidak
dianjurkan dianjurkan.
87