Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan maju indonesia sehat adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang ditandai oleh penduduk hidup dalam lingkungan sehat dan prilaku yang

sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara

adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik

Indonesia. Salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan derajat yang optimal adalah

dengan cara meningkatkan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (RS) (Depkes, 2010).

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang

mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat

mungkin. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis akan mempercepat

penyembuhan dan memperpendek hari rawat. Penyelenggaraan makanan yang higienis dan

sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaraan makanan di rumah sakit karena pelayanan

makanan rumah sakit diperuntukkan untuk orang sakit dengan ancaman penyebaran kuman

pathogen yang tinggi. Makanan yang tidak dikelola dengan baik dan benar oleh penjamah

makanan dapat menimbulkan dampak negatif seperti penyakit dan keracunan akibat

bahan kimia, mikroorganisme, serta dapat pula menimbulkan alergi (Adam, 2011).

Rumah sakit pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya.

Dalam konsep Perpectif mutu total (Perpectif Total Quality) dikatakan bahwa pasien

merupakan penilaian terakhir dari kualitas, sehingga kualitas dapat dijadikan salah satu

senjata untuk mempertahankan pasien di masa yang akan datang. Kualitas pelayanan
sangat penting dalam meningkatkan kepuasaan pasien dan dengan sendirinya akan

menimbulkan citra rumah sakit tersebut (Wikipedia, 2010).

penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan

menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka

pencapaian status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk

kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan

yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Depkes, 2010).

Pramusaji adalah orang yang bertugas atau bekerja dalam bidang penyajian

makanan dan minuman. Namun dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, pramusaji tidak

hanya bertugas menyajikan makanan dan minuman kepada konsumen atau pasien di

rumah sakit. Seorang pramusaji harus memiliki ketrampilan untuk menawarkan makanan

dan minuman dan menjual produk tersebut sehingga menciptakan suatu produk bagi

perusahaan. Barometer pengukur berhasil atau tidaknya pramusaji dalam melaksanakan

tugasnya adalah kepuasan dari tamu yang dilanyani terhadap produk makanan dan

minuman (Fera, 2009).

Pramusaji dalam dunia pelayanan jasa makanan dan minuman berfungsi sebagai

aset ataupun obligasi yang loyal yang mengedepankan visi dan misi managemen dan

pramusaji itu sendiri. Baik pramusaji ataupun manajemen harus secara

berkesinambungan dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing

untuk mewujudkan visi dan misi rumah sakit tersebut. Didunia rumah sakit modern

khususnya dibidang makanan dan minuman pramusaji tidak hanya bertugas melayani

proses penyajian makanan dan minuman saja (Fera, 2009).

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu


kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

( Notoatmodjo, 1993).

Perilaku atau tingkah laku seseorang terjadi akibat adanya interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Artinya kedua belah pihak, baik individu maupun

lingkungan sama-sama mempunyai peranan dan terjadinya mekanisme perilaku manusia

(Notoatmodjo, 1993).

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui betapa pentingnya peranan

pramusaji dalam pendistribusian makanan di rumah sakit. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk meneliti tentang bagaimana gambaran standar pramusaji dalam

menyajikan makanan kepada pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalahnya adalah bagaimanakah

perilaku pramusaji dalam pendistribusian makanan di RSUD Panembahan Senopati

Bantul.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku pramusaji dalam menyajikan

makanan kepada pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul.


2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana prilaku pramusaji pada saat pendistribusian

makanan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

b. Untuk mengetahui bagaimana tindakan pramusaji pada saat pendistribusian di

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Instansi Terkait

Diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi untuk penyempurnaan

prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan kepada pasien di instalasi gizi

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

2. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman dan informasi tentang

gambaran prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan kepada pasien di RSUD

Panembahan Senopati Bantul.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian pramusaji

Pramusaji adalah orang yang bertugas atau bekerja dalam bidang penyajian

makanan dan minuman. Namun dalam pelaksanaan tugas-tugasnya, pramusaji tidak

hanya bertugas menyajikan makanan dan minuman kepada konsumen atau pasien

dirumah sakit. Seorang pramusaji harus memiliki ketrampilan untuk menawarkan

makanan dan minuman dan menjual produk tersebut sehingga menciptakan suatu

produk bagi perusahaan. Barometer pengukur berhasil atau tidaknya pramusaji

dalam melaksanakan tugasnya adalah kepuasan dari tamu yang dilanyan t erhadap

produk makanan dan minuman (Fera, 2009)

B. Peranan pramusaji

Pramusaji memiliki peranan sebagai penyaji hidangan memang tugas pokok

seorang pramusaji, namun menyajikan secara benar dengan standar pelayanan yang

telah ditentukan belum tentu dapat memberikan kepuasan pada tamu atau pasien

yang dilayani. Untuk itu, pramusaji harus benar-benar memahami dari hakikat

pelayanan yang diberikan kepada tamu atau pasien serta aspek pendukung lainnya

sehingga dapat memberikan kepuasan yang mengesankan kepada atau pasien

dirumah sakit (Fera, 2009).

Menurut Fera, (2009) Dalam pelayanan, pramusaji memiliki 4 fungsi yaitu :

1. Sebagai pemandu selera

Pramusaji menuntun tamu untuk mendapat kembali selera makannya, karena

kadang kala ada tamu yang bingung akan makanan dan minuman yang akan dipesannya.

Maka dalam hal ini, tugas pramusaji lah yang menawarkannya.


2. Sebagai penyaji hidangan

Pramusaji dituntut untuk melayani pnyajian makanan dan minuman kepada para

tamu, sesuai dengan standarisasi yang dimiliki oleh hotel itu sendiri yang dapat membuat

tamu merasa puas dan nyaman terhadap pelayanan itu.

3. Sebagai data perusahaan

Pramusaji dalam hal ini perusahaan untuk menerima, melayani dan memberikan

perhatian kepada para tamu yang dating, reputasi perusahaan sangat didukung oleh

pramusaji yang telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik sehingga secara

keseluruhan pramusaji merupakan duta dari perusahaan itu.

4. Sebagai seseorang waraniaga

Pramusaji selalu menjaga kekayaan perusahaan, efisien pramusaji juga harus bisa

memperhatikan pelanggannya dan mendatangkan langanan baru bagi perusahaan itu.

C. Hal mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pramusaji.

Fera (2009), mengemukakan bahwa Seorang pramusaji yang berharap untuk maju

harus memiliki beberapa standard lain, Pramusaji harus bisa menciptakan pelayanan

yang baik dan menimbulkan kesan terhadap pelanggan. Standar tersebut adalah hal

mendasar yang dimiliki oleh seorang pramusaji dan hal- hal dibawah ini bisa membantu

seorang pramusaji mencapai standar sebagai seorang pramusaji yang profesional.

1. Personal Hygiene

Hal ini sangat penting mengingat seorang pramusaji berhubungan langsung

dengan tamu dan menangani pelayanan makanan dan minuman penanganan pelayanan

tersebut membuat pramusaji harus dekat dengan tamu atau konsumen. Kesegaran

individu adalah hal yang paling penting. pramusaji dilarang bersandawa, batuk ataupun
menghembuskan napas berdekatan dengan makanan atau peralatan makanan selama

dalam proses pelayanan dan penghidangan makanan.

2. Disiplin Waktu

Hal ini sangat penting mengingat disiplin bisa mendorong pramusaji menjadi

lebih profesional. Karena jika seorang pramusaji tidak disiplin dengan waktu, dan selalu

terlambat dalam melakukan tugas secara berkala ataupun terus menerus ini menunjukkan

kalau pramusaji tersebut menunjukkan kurang memiliki kinerja yang baik.

3. Kepribadian

Seorang pramusaji harus cekatan, ramah, dan memiliki selera humor yang baik

dan mampu menahan amarah. Pramusaji harus mampu berbaur dengan pelanggan/ tamu

dalam berbicara dan memiliki kemampuan untuk tersenyum di waktu dan tempat yang

tepat. Dengan kemampuan personality dan menjadikan hal ini sebagai atribut. Pramusaji

bisa membantu menejemen karena kemampuan personality bisa menjadikan seorang

pramusaji menjadi wiraniaga yang baik.

4. Sikap Terhadap Tamu

Pendekatan yang tepat kepada pelanggan adalah hal yang paling penting,

pramusaji tidak harus berlebihan tetapi lebih kepada mengantisipasi keinginan tamu dan

keperluannya. Pramusaji harus benar- benar memperhatikan tamu. Pelayanan terhadap

tamu diharuskan dilakukan dengan seksama dan penuh perhatian terlebih terhadap tamu

yang sulit untuk di ajak berinteraksi saat proses pelayanan. Pramusaji diharapkan tidak

berargument dengan tamu kecuali untuk menenangkan keadaan Pada saat penanganan

complant untuk menghindari ketegangan dalam kejadian complant, pramusaji harus

berkoordinasi dengan kepala pelayanan/ head waiter ataupun langsung kepada

manejemen.
D. ETIKA

1. Pengertian Etika

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita

mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang

bertanggung jawab berhadapan dengan ajaran moral. (Wikipedia, 2010).

2. Peranan Etika

Peranan etika bagi aktivitas mahasiswa yaitu menjadi landasan dalam melakukan

kegiatan yang tetap mengacu atau melihat nilai-nilai dan norma-norma, sehingga segala

perbuatan dan tingkah laku kita dapat diterima masyarakat (Wikipedia, 2010).

3. Etika pramusaji

a) Sopan dan ramah kepada siapa saja

b) Memberi perhatian kepada orang lain

c) Ingin membantu

d) Memilki rasa toleransi

e) Dapat menguasai diri

f) Berbicara dengan wajar

g) Tidak bersikap kasar

(Wikipedia, 2010).

E. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata

dalam kegiatan-kegiatan. Maka sikap adalah kesadaran individu yang menentukan

perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang Hal ini terjadi bukan saja pada orang-

orang lain dalam satu masyarakat (Admin, 2012).


2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap.

Admin (2012), mengemukakan bahwa Proses belajar sosial terbentuk dari

interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu

terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah:

a. Pengalaman pribadi.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi

yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan

lebih lama berbekas.

b. Kebudayaan.

Menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk

kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten

yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola

reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap

dan perilaku yang lain.

c. Faktor emosi dalam diri

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman

pribadi seseorang.
F. PERILAKU

1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu

kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. (

Notoatmodjo, 2005).

2. Klasifikasi perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus

maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup

Respon seseorang terhadap stimulusnya dalam bentuk terselubung atau

tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.

b. Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Menurut Notoatmodjo (2005) bentuk operasional dari perilaku dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau

rangsangan dari luar.

2) Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk
perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari,

lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan

mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut.

Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat

non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku

manusia.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan

atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

3. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembentukan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan

perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

a. Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan,

persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh

dari luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini

cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian

pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

1) Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

2) Penguatan positif menyebabkan satu perilaku tertentu cenderung untuk diulang

kembali.

3) Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak

menyenangkan.

b. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi

objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang disajikan sasaran dalam

mewujudkan bentuk perilakunya.

G. TINDAKAN

1. Pengertian Tindakan

Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap

stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan

aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi

( Notoatmodjo, 2005).

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk terbentuknya

sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu

kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga

diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2005), Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau

praktek adalah:

a. Persepsi.

Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin

Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.


c. Mekanisme

Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

d. Adopsi

Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.
KERANGKA TEORI

Faktor Internal :
1. Kecerdas
Faktor Perilaku an
1. Personal 2. Persepsi
Hygiene 3. Motivasi
2. Disiplin waktu 4. Minat
3. Kepribadian 5. Emosi
4. Sikap terhadap
tamu Faktor Eksternal
1. Objek Perilaku dan Tindakan
2. Orang Pramusaji

Faktor Tindakan

1. Usia
2. Gaya hidup
3. Pekerjaan dan
dukungan
ekonomi
4. Kepribadian
5. Konsep diri

Menurut : Notoadmodjo (2005) dan Fera (2009)


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat Deskriptif Observasional yaitu gambaran prilaku pramusaji

dalam menyajikan makanan Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional untuk melihat


gambaran prilaku dan tindakan pramusaji dalam menyajikan makanan kepada pasien
di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di instalasi gizi RSUD Panembahan Senopati Bantul pada

tanggal 12-15 November 2018 .

D. Populasi dan Cara Pengambilan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua pramusaji (25 orang) di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
2. Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel dengan mengambil semua populasi untuk dijadikan
sampel penelitian.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang bila
berubah akan mengakibatkan perubahan variabel lain (Sastroasmoro dan
Ismael, 2011). Variabel independen ini adalah prilaku dan tindakan
pramusaji.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang ikut
berubah akibat perubahan variabel bebas (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah menyajikan makanan pada
pasien.
2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Skala


Operasional ukur
1. Prilaku Tindakan Pengamatan Cara mendapatkan kategori : Ordin
pramusaji pramusaji yang (observasi) al
sifatnya dapat 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
diamati, bisa 𝑥 100
𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 (3 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖)
digambarkan dan
dicatat dalam Baik : ≥ 80 %
menyajikan Cukup : 60 – 79%
makanan kepada Kurang : < 60 %.
pasien
(Notoadmodjo,
2005).

2. Tindakan Suatu tindakan Pengamatan Cara mendapatkan kategori :


baik dan yang dilakukan (observasi)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
tidak baik oleh pramusaji 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑑𝑎 (4 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖)
𝑥 100
Ordin
(Notoadmodjo, Baik : ≥ 80 % al
2005). Cukup : 60 – 79%
Kurang : < 60 %.

F. Jenis data dan Cara Pengambilan Data


1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer merupakan data utama yang diperoleh secara langsung
menggunakan instrumen kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang atau data pendukung dari data
primer.
1) Data gambaran umum RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2) Data gambaran umum Instalasi Gizi RSUD Panembahan Senopati Bantul.

2. Cara pengambilan data


a. Data Primer
Diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dan observasi.
b. Data Sekunder
Diperoleh dari instalasi gizi RSUD Panembahan Senopati Bantul.
3. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang
penilaian prilaku dan tindakan pramusaji dalam penyajikan makanan di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
G. Pengolahan dan analisis data
1. Pengolahan data
a. Editing (pemeriksaan data), yaitu melakukan pemeriksaan data dengan
mengecek isian pada lembar kuesioner untuk tujuan melengkapi informasi
yang didapat pada saat pengumpulan data, atau menghilangkan data yang
dianggap tidak diperlukan. Editing di dapatkan dari kuesioner prilaku dan
tindakan pramusaji di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
b. Coding (pengkodean), yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada
tentang prilaku dan tindakan di RSUD Panembahan Senopati Bantul yang
diperoleh dari observasi terhadap pramusaji kemudian di klasifikasikan ke
dalam bentuk yang lebih ringkas menggunakan kode-kode.
c. Entry (pemindahan data), yaitu memindahkan data prilaku dan tindakan
pramusaji di RSUD Panembahan Senopati Bantul dari kuesioner yang sudah di
koding ke bentuk sorting card atau tabulasi.
d. Cleaning data, setelah pemasukkan data selesai dilakukan proses untuk
menguji kebenaran data sehingga data masuk dengan benar-benar bebas dari
kesalahan.
e. Prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan
Keterangan :

Baik : ≥ 80 %

Cukup : 60 – 79 %
Kurang : < 60 %.

Analisis data diolah secara deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang

karakteristik subjek penelitian dan prilaku pramusaji dalam menyajikan

makanan disajikan dalam bentuk tabular dan tekstular.

f. Tindakan pramusaji dalam menyajikan makanan

Keterangan :

Baik : ≥ 80 %

Cukup : 60 – 79 %

Kurang : < 60 %.

Analisis data diolah secara deskriptif untuk memperoleh gambaran tentang

karakteristik subjek penelitian dan tindakan pramusaji dalam menyajikan

makanan disajikan dalam bentuk tabular dan tekstular.

H. Analisis data
a. Analis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
prilaku dan tindakan pramusaji dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan
dianalisis secara deskriptif.
I. Kerangka Konsep

Prilaku
Pramusaji Menyajikan
Makanan Pasien
Tindakan
Pramusaji

Gambar 3.1 . Kerangka Konsep


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul adalah salah satu rumah sakit umum
daerah di Kabupaten Bantul Yogyakarta yang berdiri pada tahun 1953 dan awalnya
sebagai Rumah Sakit Hongeroedem. Pada 1956 rumah sakit ini resmi menjadi Rumah
Sakit Kabupaten dengan 60 Tempat Tidur (TT) dan terus berkembang hingga pada tahun
1967 menjadi 90 TT. Tanggal 1 April 1982 rumah sakit diresmikan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia sebagai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Bantul Tipe
D. Sebelah tahun kemudian RSUD Kabupaten Bantul ditetapkan menjadi rumah sakit tipe
C dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
202/Menkes/SK/11/1993.

Nama Panembahan Senopati ditetapkan secara resmi pada 29 Maret 2003 yang
menjadikan rumah sakit ini lalu disebut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan
Senopati Bantul. Sesuai SK Menkes No. 142/Menkes/SK/I/2007 tanggal 31 Januari 2007
tentang Peningkatan Kelas, RSUD Panembahan Senopati Bantul mulai berganti tipe dari
rumah sakit tipe C menjadi rumah sakit tipe B non pendidikan dengan jumlah tempat tidur
285. Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Kabupaten Bantul ditetapkan
sebagai rumah sakit yang menerapkan “Pola Pengelolaan Keuangan” sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (PPKBLUD) sesuai Keputusan Bupati Bantul Nomor 195 Tahun
2009 tanggal 34 21 Juli 2009. Kini RSUD Panembahan Senopati Bantul telah menjadi RS
pendidikan tipe B dan pada tahun 2015 mendapat sertifikasi akreditasi penuh predikat
Paripurna Bintang Lima dengan nomor KARSSERT/105/IV/2015. RSUD Panembahan
Senopati merupakan pendukung penyelenggaraan pemerintah daerah yang dipimpin oleh
seorang Direktur yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah dengan tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang pelayanan kesehatan.

Visi :
Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi kebanggaan seluruh masyarakat.

Misi yakni :

1. Memberikan pelayanan prima pada pelanggan


2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
3. Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dalam pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan jalinan kerjasama dengan mitra terkait
5. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana yang berkualitas
6. Menyelenggarakan tata kelola keuangan yang sehat untuk mendukung pertumbuhan
organisasi.

RSUD Panembahan Senopati Bantul saat ini memiliki memiliki 285 tempat tidur
dan memiliki pelayanan 24 jam mencakup pelayanan gawat darurat, rawat jalan (poli)
pagi dan sore, rawat inap, layanan bedah, 35 hemodialisa, hingga rehabilitasi medik. Jenis
pelayanan yang cukup banyak tentu saja membutuhkan banyak sumber daya manusia
sebagai pelaksananya, dimana padat karya seperti ini juga berarti makin besar peluang
untuk timbul banyak masalah yang mungkin dihadapi. RSUD Panembahan Senopati
Bantul memahami perlunya melakukan pengawasan terhadap keberlangsungan pemberian
pelayanan sehingga dikeluarkanlah Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Panembahan Senopati Bantul Nomor 41/2015 tentang Pemberlakuan Pedoman
Pengawas/Supervisi Keperawatan. Peraturan ini mengatur pelaksanaan supervisi
keperawatan mulai dari area, waktu, dan cara pelaksanaan supervisi keperawatan serta
juga menjabarkan uraian tugas dari seorang supervisor yang harus dilakukan dalam
melakukan supervisi.

Pelaksana supervisi keperawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul


ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul Nomor
32/2015 Tanggal 30 Januari 2015 tentang Pembentukan TIM Pengawas Keperawatan dan
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul. Pelaksana atau
supervisor keperawatan sesuai surat keputusan tersebut terdiri dari 40 personil yang
diambil dari perwakilan bangsal rawat inap, UGD, hemodialisa, bedah sentral, IPCN,
serta perwakilan dari pihak manajemen bidang keperawatan dan mutu. Supervisi
keperawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul dilakukan 2 kali yakni shift siang
dan malam pada hari biasa, sementara pada hari libur atau minggu dilaksanakan sebanyak
3 kali shift (pagi,siang,malam). Rumah sakit telah memiliki peraturan terkait panduan
pelaksanaan kegiatan pengawas/supervisi keperawatan yang diterbitkan dalam Surat
Nomor 45/555, yang memuat format laporan supervisi, petunjuk teknis pengisian format
laporan supervisi, hingga aturan tata berbusana supervisor selama melakuan supervisi.
Peraturan yang telah ditetapkan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya sehingga pelayanan keperawatan dapat berjalan dengan baik demi tercapainya
kualitas pelayanan rumah sakit yang optimal.

B. Hasil Penelitian Gambaran Perilaku dan Tindakan

Pramusaji makanan di instalasi Gizi RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri

dari 25 orang. Tingkatan pendidikan pramusaji yaitu SMA/SMK Boga. Semua tenaga

pramusaji berjenis kelamin perempuan. Pendistribusian makanan kepada pasien

dilakukan pada pagi jam 06.30 WIB, siang jam 11.30 WIB dan sore jam 17.15 WIB.

Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan makanan yang dilakukan di instalasi

Gizi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah pendistribusian makanan. Dimana pada

saat pendistribusian para pramusaji mengatur makanan yang telah disajikan ke trolly

yang telah disediakan agar bisa disajikan kepada pasien. Lalu makanan dibawa

keruangan pasien oleh pramusaji.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari diperoleh gambaran

perilaku pramusaji yang bekerja di instalasi Gizi di RSUD Panembahan Senopati Bantul

diperoleh hasil sebagai berikut :

Perilaku Pramusaji

Kategori Frequency Percent

Baik 17 68.0%

Cukup 5 20.0%

Kurang 3 12.0%

Total 25 100.0%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perilaku pramusaji dalam menyajikan

makanan di Instalasi Gizi di RSUD Panembahan Senopati Bantul, bahwa dari 25 orang

pramusaji, 17 orang pramusaji sudah melakukan prilaku yang baik terhadap menyajikan

makanan kepada pasien dengan nilai ≥80 % dikatagorikan dengan baik, yaitu

mengucapkan salam, menyapa pasien dan berbicara dengan pasien. 5 orang pramusaji

sudah melakukan perilaku yang cukup terhadap menyajikan makanan kepada pasien

dengan nilai 60-79 % dikategorikan dengan cukup, sedangkan 3 orang pramusaji belum

melakukan sepenuhnya perilaku dalam menyajikan makanan kepada pasien dengan nilai

<60% dikategorikan kurang, yaitu tidak mengucapkan salam, tidak menyapa pasien dan

tidak berbicara dengan pasien. Jadi perilaku pramusaji dalam menyajikan makanan

kepada pasien di Rumah Sakit Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah

mencukupi sudah baik dan mencapai target yang maksimal.

Tindakan Pramusaji

Kategori Frequency Percent

Baik 1 4.0%

Cukup 15 60.0%

Kurang 9 36.0%

Total 25 100.0%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tindakan pramusaji dalam menyajikan

makanan di Instalasi Gizi di RSUD Panembahan Senopati Bantul, bahwa dari 25 orang

pramusaji, 1 orang pramusaji sudah melakukan tindakan yang baik terhadap menyajikan

makanan kepada pasien dengan nilai ≥80 % dikategorikan dengan baik, yaitu mengetuk

pintu, senyum saat pengantaran, mempersilahkan pasien untuk makan, namun tidak

mencocokkan dengan gelang etiket pasien. 15 orang pramusaji sudah melakukan


tindakan yang cukup terhadap menyajikan makanan kepada pasien dengan nilai 60-79 %

dikategorikan dengan cukup, sedangkan 9 orang pramusaji belum melakukan

sepenuhnya tindakan dalam menyajikan makanan kepada pasien dengan nilai <60%

dikategorikan kurang, yaitu tidak mengetuk pintu, tidak senyum saat pengantaran, tidak

mempersilahkan pasien untuk makan dan tidak mencocokkan gelang identitas pasien

dengan etiket diet. Jadi prilaku pramusaji dalam menyajikan makanan kepada pasien di

Rumah Sakit Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah mencukupi sudah baik

dan mencapai target yang maksimal. Jadi perilaku pramusaji dalam menyajikan makanan

kepada pasien di Rumah Sakit Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul sudah

mencukupi namun belum mencapai target yang maksimal.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Messina et al (2012)

yang menyatakan pramusaji memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dalam

memperoleh pelayanan makanan. Pramusaji diharapkan dapat berkomunikasi baik dalam

prilaku maupun tindakan. Senyum dan raut muka pramusaji akan mempengaruhi pasien

untuk menikmati makanan dan akhirnya akan menimbulkan kepuasan.

Pramusaji memiliki peranan sebagai penyaji hidangan memang tugas pokok

seorang pramusaji, namun menyajikan secara benar dengan standar pelayanan yang

telah ditentukan belum tentu dapat memberikan kepuasan pada tamu atau pasien yang

dilayani. Untuk itu, pramusaji harus benar-benar memahami dari hakikat pelayanan yang

diberikan kepada tamu atau pasien serta aspek pendukung lainnya sehingga dapat

memberikan kepuasan yang mengesankan kepada atau pasien dirumah sakit (Fera, 2009).

Dalam pelayanan, pramusaji memiliki barbagai fungsi yaitu Sebagai pemandu

selera, Sebagai penyaji hidangan. Pramusaji menuntun pasien untuk mendapat kembali

selera makannya, Pramusaji dituntut untuk melayani penyajian makanan kepada pasien,

sesuai dengan standarisasi yang dimiliki oleh rumah sakit itu sendiri yang dapat
membuat tamu merasa puas dan nyaman terhadap pelayanan itu, Pramusaji dirumah sakit

harus melayani dan memberikan perhatian kepada para pasien, reputasi rumah sakit

sangat didukung oleh pramusaji yang telah memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

Seorang pramusaji harus cekatan, ramah, dan memiliki dan mampu menahan

amarah. Pramusaji harus mampu berbaur dengan pasien dalam berbicara dan memiliki

kemampuan untuk tersenyum di waktu dan tempat yang tepat (Fera, 2009).
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Perilaku pramusaji dalam mengucapkan salam, menyapa pasien, berbicara dengan pasien

pada saat pendistribusian makanan di RSUD Panembahan Senopati Bnatul sudah tergolong

baik dan mencukupi. Dari 25 orang pramusaji 17 orang pramusaji dengan kategori baik, 5

orang dengan kategori cukup, dan 3 orang dengan kategori kurang.

- Tindakan pramusaji dalam mengetuk pintu, senyum pada saat pendistribusian makanan ,

mempersilahkan pasien untuk makan di RSUD Panembahan Senopati Bantul tergolong

cukup. Dari 25 orang pramusaji 1 orang pramusaji dengan kategori baik, 15 orang dengan

kategori cukup, dan 9 orang dengan kategori kurang.

B. Saran

Perlu penambahan pengetahuan tenaga pramusaji melalui pelatihan dan penyegaran

pelayanan makanan kepada pasien agar kedepannya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes , RI, 2010, Pedoman PGRS: pelayanan Gizi Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.

Admin, 2012. Sikap dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap, Dunia psikologi
http://www.wikipedia.com/2009/12/11%-penduduk-indonesia-pramusaji /

Wikipedia. 2010. Etika dan peranannya.

Fera, riska, 2009. pelayanan pramusaji dalam meningkatkan kenyamanan para tamu.
Yogyakarta

Notoatmodjo., 2005. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku, Pt rinekacita, Jakarta.

Aritonang, I.2012. Penyelenggaraan Makanan Manajemen Sistem Pelayanan Gizi


Swakelola dan Jasa Boga Di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta: Leutika.

Messina G., et al.(2012). Patients’ Evaluation of Hospital Foodservice Quality in


Italy: What do Patients Relly Value. Italy: University of Siena, Siena, Italy. Diakses tanggal
15 November 2018.

Wijayanti, A.T. 2015. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Persepsi Pasien Terhadap
Perilaku Pramusaji dengan Kepuasan Pelayanan Makanan Pada Pasien Kelas III Di RSUD
Kota Semarang.Semarang: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.

FORMULIR PENGAMATAN PERILAKU DAN TINDAKAN PRAMUSAJI


TENAGA PENGOLAH MAKANAN

Variabel Komponen Penilain Ya Tidak


Perilaku Pramusaji a. mengucapkan
salam pada saat
mengantarkan
makanan.
b. Menyapa pasien
pada saat
mengantarkan
makanan.
c. Berbicara dengan
pasien pada saat
mengantar makanan.
Tindakan Pramusaji a. Mengetuk pintu
pada saat
mengantarkan
makanan.
b. Senyum pada saat
mengantarkan
makanan pada pasien
c. Mempersilahkan
pasien untuk makan.
d. Mencocokkan
gelang identitas
dengan etiket diet

Anda mungkin juga menyukai